• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan atau populasi. Uji homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan kehomogenan populasi. Sedangkan uji homogenitas varians yang digunakan adalah uji F, yaitu:

Maksud dari setiap simbol pada persamaan uji F tersebut dijelaskan sebagai berikut ini.

V1 = varians besar V2 = varians kecil

S1 = deviasi standar data varians besar S2 = deviasi standar data varians kecil

Kriteria pengujian uji F adalah sebagai berikut.

a. jika Fhitung < Ftabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (data memiliki varians homogen).

b. jika Fhitung > Ftabel,, maka Hoditerima dan Ha ditolak (data tidak memiliki varians homogen)

b. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji-t, karena Penelitian ini bersifat aplikatif, yaitu menerapkan kemampuan berpikir kritis fisika yang menggunakan metode guided inquiry. Uji t adalah tes statistik yang dapat dipakai untuk menguji perbedaan atau kesamaan dua kondisi atau perlakuan pada dua kelompok yang berbeda dengan prinsip membandingkan rata-rata (mean) kedua kelompok atau perlakukan itu. Berikut adalah langkah-langkah dalam uji-t:7

7

46

1.) Menentukan rata-rata (mean)

2.) Mencari standar deviasi

3.) Mencari Standar Error mean

4.) Mencari dengan rumus:

dengan: = rata-rata data SD = standar deviasi J. Hipotesis Statistik

Berikut adalah hipotesis statistik pada penelitian ini: Ho : =

Ha :

Dimana :

Ho = hipotesis nol Ha = hipotesis alternatif

=nilai rata-rata hasil belajar fisika siswa dengan model Guided Inquiry. = nilai rata-rata hasil belajar fisika siswa dengan model direct instruction.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Pretest Penerapan A (Guided Inquiry)dan Kelompok B (Konvensional)

Berdasarkan analisis hasil pretest pada kelompok A (kelas VIII-U1) dan kelompok B (kelas VIII-U4), diperoleh ukuran pemusatan dan penyebaran data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Pemusatan dan Penyebaran Data Pretest Kelompok A dan B

No. Pemusatan dan Penyebaran Data Kelompok A (Guided Inquiry) Kelompok B (Konvensional) 1. Skor maksimum 58 67 2. Skor minimum 25 25 3. Rata-rata (Mean,X) 32,60 44,33 4. Median (Median, Me) 26,30 42,00 5. Modus (Mode, Mo) 39,50 40,60 6. Deviasi Standar (Standar Deviation, S) 8,75 13,88

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa skor maksimum yang diperoleh kelompok A adalah sebesar 58, sedangkan kelompok B adalah 67. Skor minimun yang diperoleh kelompok A dan B sama,yaitu sebesar 25. Rata-rata (mean) pada kelompok A adalah sebesar 32,60, sedangkan kelompok B adalah 44,33. Nilai tengah (median) pada kelompok A adalah 26,30, sedangkan kelompok B adalah 42,00. Nilai yang paling banyak muncul atau modus (mode) pada kelompok A adalah sebesar 39,50, sedangkan pada kelompok B adalah 40,60. Standar deviasi pada kelompok A adalah 8,75, sedangkan kelompok B adalah 13,88.

48

2. Hasil posttest Penerapan Guided Inquiry (Kelompok A)

Berdasarkan analisis hasil posttest pada kelompok A (kelas VIII-U1) dan kelompok B (kelas VIII-U4), diperoleh ukuran pemusatan dan penyebaran data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelompok A dan B

No. Pemusatan dan Penyebaran Data Kelompok A (Guided Inquiry) Kelompok B (Modified Inquiry) 1. Skor maksimum 88 83 2. Skor minimum 71 67 3. Rata-rata (Mean,X) 75,56 73,11 4. Median (Median, Me) 75,45 72,67 5. Modus (Mode, Mo) 74,76 73,80 6. Deviasi Standar (Standar Deviation, S) 4,53 4,11

Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui bahwa skor maksimum yang diperoleh kelompok A adalah sebesar 88, sedangkan kelompok B adalah 83. Skor minimun yang diperoleh kelompok A adalah sebesar 71, sedangkan kelompok B adalah 67. Rata-rata (mean) pada kelompok A adalah sebesar 75,56, sedangkan kelompok B adalah 73,11. Nilai tengah (median) pada kelompok A adalah 75,45, sedangkan kelompok B adalah 72,67. Nilai yang paling banyak muncul atau modus (mode) pada kelompok A adalah sebesar 74,76, sedangkan nilai yang paling banyak muncul pada kelompok B adalah sebesar 73,80. Standar deviasi pada kelompok A adalah 4,53, sedangkan kelompok B adalah 4,11.

3. Rekapitulasi Data Hasil Pretest dan Posttest

Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama penelitian berlangsung.

49

Tabel 4.3 Tabel Rekapitulasi Data Hasil Pretest dan Posttest

Data Kelompok A (Guided Inquiry) Kelompok B (Konvensional) Pretest Skor maksimum 58 67 Skor minimum 25 25 Rata-rata (mean) 32,60 44,33

Nilai tengah (median) 26,30 42,00

Modus (mode) 39,50 40,60 Standar Deviasi (SD) 8,75 13,88 Posttest Skor maksimum 88 83 Skor minimum 71 67 Rata-rata (mean) 75,56 73,11

Nilai tengah (median) 75,45 72,67

Modus (mode) 74,76 73,80

Standar Deviasi (SD) 4,53 4,11

Tabel 4.3 menunjukkan rekapitulasi data hasil pretest dan posttest pada kedua kelompok eksperimen yang diperoleh selama penelitian. Untuk data hasil pretest, skor maksimum pada kelompok A (Guided Inquiry) adalah 58, skor minimum sebesar 25, rata-rata kelas (mean) sebesar 32,60, Nilai tengah (median) sebesar 26,30, Modus (mode) sebesar 39,50, dan standar deviasi sebesar 8,75. Sedangkan pada kelompok B (Konvensional), skor maksimum yang diperoleh siswa adalah sebesar 67, skor minimum sebesar 25, rata-rata kelas (mean) sebesar 44,33, Nilai tengah (median) sebesar 42,00, Modus (mode) sebesar 40,60, dan standar deviasi sebesar 13,88. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sampel pada kelompok A memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah dibandingkan kelompok B, sehingga kelompok kelas tersebut (VIII-U1) dapat dijadikan sampel untuk menggunakan model pembelajaran yang berbeda.1

Untuk data hasil posttest, skor maksimum pada kelompok A (Guided Inquiry) adalah 88, skor minimum sebesar 71, rata-rata kelas (mean) sebesar 75,56, Nilai tengah (median) sebesar 75,45, Modus (mode) sebesar 74,76, dan standar deviasi sebesar 4,53. Sedangkan pada kelompok B (Konvensional), skor maksimum yang diperoleh siswa adalah sebesar 83, skor minimum sebesar 67,

1

50

rata-rata kelas (mean) sebesar 73,11, Nilai tengah (median) sebesar 72,67, Modus (mode) sebesar 73,78, dan standar deviasi sebesar 4,11.

4. Analisis Data Tes

Berdasarkan pengajuan hipotesis penelitian, analisis data hanya dilakukan pada nilai hasil posttest yang diperoleh dari kelompok eksperimen, hal ini sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran yang diterapkan adalah guided inquiry. Berikut adalah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini.

a. Uji Prasyarat Hipotesis

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu harus dilakukan uji prasyarat hipotesis yang berupa uji normalitas dan uji homogenitas data. Berikut adalah uji prasyarat yang dilakukan dalam penelitian ini.

1.) Uji Normalitas Data Posttest Kelompok A dan B

Dalam penelitian ini, uji normalitas diperoleh dengan menggunakan uji variabel internal atau ratio. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila memenuhi kriteria –ttabel ≤ thitung ≤ +ttabel diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.

Perhitungan lengkap uji normalitas data dapat dilihat pada lampiran C.2. Berikut adalah rekapitulasi hasil pengujian normalitas data pada kelompok eksperimen.

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Pengujian Normalitas Data Kelompok A dan B

Statistik

Data hasil posttest Kelompok A (Guided Inquiry) Kelompok B (Konvensional) N 27 27 ̅ 75,56 78311 SD 4,53 4,11

t

hitung 4,2858 12,7251

t

tabel 15,086

51

Dari tabel di atas, terlihat bahwa data terdistribusi normal dengan nilai pada kelompok A (Guided Inquir) adalah sebesar 4,2858 dan pada kelompok B (Konvensional) adalah sebesar 12,7251.

2.) Uji Homogenitas Data Posttest Kelompok A dan B

Setelah kelompok sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya di cari nilai homogenitasnya. Dalam penelitian ini, pengujian homogenitas terhadap data dilakukan dengan menggunakan Uji F (Fisher). Kelompok dinyatakan homogen apabila Fhitung≤ Ftabel.

Perhitungan lengkap uji homogenitas data dapat dilihat pada lampiran C.3. Berikut adalah rekapitulasi hasil pengujian homogenitas data pada kelompok eksperimen.

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Pengujian Homogenitas Data Posttest Kelompok A dan B

Statistik

Data hasil posttest Kelompok A (Guided Inquiry) Kelompok B (Konvensional) N 27 27 ̅ 75,29 78,29 4,50 4,26 1,11 1,93 Kesimpulan Homogen

Dari tabel di atas, terlihat bahwa kelompok A dan B memiliki varians yang homogen pada taraf signifikasi 5% ( ) dan derajat kebebasan dengan nilai sebesar 1,11, sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen karena memenuhi kriteria <

52

b. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik, diperoleh bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Uji t. Untuk menentukan nilai thitung digunakan rumus berikut ini.

=

dengan:

= rata-rata data SD = standar deviasi

Berikut adalah kriteria penentuan keputusan uji t. i) jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak

ii) jika thitung > ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak.

Perhitungan lengkap hasil pengujian hipotesis data posttest kelompok dapat dilihat pada lampiran C.4. Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh nilai thitung sebesar 4,333, sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah 2,01. Berikut adalah tabel pengujian hipotesis pada penelitian ini.

Tabel 4.6 Pengujian Hipotesis Penelitian

4,333 2,01

Kesimpulan : Ha diterima

Dari tabel pengujian hipotesis terlihat bahwa pada taraf signifikasi 5%. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa “Terdapat pengaruh model Guided Inquiry terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep tekanan”.

53

B. Pembahasan

Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa terdapat perbedaan rerata hasil belajar fisika pada kelompok A (guided inquiry) dengan kelompok B (konvensional). Kelompok A memiliki rerata kelas sebesar 75,56, sedangkan kelompok B sebesar 73,11. Hal tersebut menunjukkan bahwa rerata kelas kelompok A lebih besar daripada kelompok B. Perbedaan tersebut signifikan dilihat dari perolehan nilai thitung yang lebih besar dari ttabel pada taraf signifikansi 5% (4,333 > 2,01).

Guided inquiry dianggap sebagai model pembelajaran yang memiliki karakteristik tertentu. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Sun and Trowbridge (1973) yang dikutip oleh E. Mulyasa yang menyatakan bahwa perbedaan mendasar dari metode guidedinquiry dari model inquiry lainnya adalah terletak pada kuantitas peran guru sebagai pembimbing.2 Pada model pembelajaran guided inquiry, siswa menemukan jawaban terhadap suatu masalah dibawah bimbingan intensif guru.3 Guru memberikan bimbingan yang cukup luas kepada siswa dalam melakukan percobaan, menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, dan membantu siswa untuk mendapatkan jawaban atas dasar rasa keingintahuan mereka.4 Hal ini yang diduga menjadi salah satu penyebab bahwa hasil uji hipotesis menyatakan bahwa rerata hasil belajar fisika siswa mengalami peningkatan yang signifikan pada kelas eksperimen (VIII-U1).

Model guided inquiry memiliki keunggulan tertentu dibandingkan dengan model inquiry lainnya. Salah satu diantaranya adalah dalam hal mendorong siswa

2

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 109

3

Sofan Amri & Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas, (Jakarta: Pustaka Publisher, 2010), hal. 89

4

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 195

54

untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesisnya.5 Dalam pembelajaran dengan model guided inquiry, siswa diberi dorongan untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri. Guru berperan dalam memberikan bantuan yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa siswa melakukan penyelidikan dengan tidak ada rasa putus asa atau mengalami kegagalan. Guru memberikan bantuan dalam bentuk pertanyaan, pertanyaan, bimbingan, petujuk yang cukup serta menyediakan sumber belajar yang dapat membantu siswa untuk memikirkan hipotesis dan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Pertanyaan tersebut diberikan sebagai stimulan bagi siswa untuk dapat memecahkan permasalahan dalam penelitian.

Dalam penelitian ini, model guided inquiry memperlihatkan hasil yang lebih baik, sehingga lebih baik untuk diterapkan. Dengan model guided inquiry, guru dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang bervariasi dan terencana untuk memudahkan dalam mengarahkan dan membimbing siswa ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil penemuan tersebut, peneliti menyatakan bahwa model pembelajaran guided inquiry dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga proses pembelajaran menjadi bermakna, bukan hanya sekedar transfer pengetahuan.

5

Moh. Amien, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam Dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry, (Jakarta:DepartemenPendidikan dan Kebudayaan,1987), hal. 133

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar fisika siswa menggunakan model pembelajaran guided inquiry. Hasil tersebut diperoleh dari interpretasi nilai thitung dengan ttabel yang menunjukkan bahwa thitung (4,333) lebih besar dari ttabel (2,01). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa adalah model guided inquiry. Hal tersebut terlihat dari rerata skor posttest dan pengamatan pada tingkat ketercapaian proses pembelajaran (aktivitas siswa). Kelas yang diterapkan model guided inquiry memiliki rerata skor posttest sebesar 75,56, sedangkan rerata skor pretest hanya sebesar 73,11.

B. Saran

Terkait dengan perbaikan proses pembelajaran kedepannya, saran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran inkuiri merupakan metode pembelajaran aktif di sekolah yang mampu mengaktifkan siswa dalam keterlibatannya dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, model pembelajaran inkuiri sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah, khususnya pembelajaran sains.

2. Sebelum siswa melakukan percobaan, sosisalisasi tata tertib dan pengenalan peralatan laboratorium serta cara penggunaannya perlu dilakukan guna keamanan dan keselamatan di laboratorium, serta mendisiplinkan siswa. Dalam hal ini, diharapkan intensitas kunjungan siswa ke laboratorium ditingkatkannkarena pada dasarnya siswa senang dan terdorong motivasi belajarnya ketika mereka belajar di laboratorium.

56

3. Pembagian waktu untuk tiap tahap pembelajaran harus benar-benar diperhatikan karena metode inkuiri membutuhkan kecermatan guru dalam memperhitungkan dan memprediksi aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

DAFTAR PUSAKA

Abdi Rizak Mohammmed, et all. Effect of Active Learning Variants on Student Performance and Learning Perceptions (International Journal for The Scholarship of Teaching and Learning, Vol. 2, No. 2, July 2008), diakses dari http://www.georgiasouthern,edu/ijsoti pada tanggal 20 Januari 2011 Ahmad Sofyan, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2006

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi Cet. I. Jakarta: Bumi Aksara.2010

Bilgin, Ibrahim. The Effect of Guided Inquiry Instruction Incorporating a Cooperative Learning Approach on University Students’ Achievement of Acid and Bases Concepts and Attitude toward Guided Inquiry (Scientific Research and Essay Vol. 4 (10), pp. 1038-1046, October 2009), diakses dari http://academicjournals.org/sre pada tanggal 20 Januari 2011

Bruce Joyce, et all, Models Of Teaching. United State of America: A Pearson Education Academy, 2000.

Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

David Hanson & Richard S. Moog, Process Oriented Guided Inquiry Learning, diakses dari http://cetl.matcmadison.edu/efgb/3/3_3_3.htm pada tanggal 05 November 2011

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Model-model Pembelajaran IPA. Bandung; Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru IPA. 2000

Depdiknas. Kompetensi Supervisi Akademik: Stategi Pembelajaran MIPA. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan. 2005

Dimyati & Mujiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2009 Dwiyogo, Wasis. Pembelajaran Visioner, diakses dari

http://ajte.education.ecu.edu.au/ISSUES/PDF/211/Westwood.pdf pada tanggal 10 November 2010

58

Gulo, W. Metodologi Penelitian. Jakarta : Gramedia. 2010

Herlanti, Yanti. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2008 Ismawati, Astri. Implikasi Pendekatan Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi

Siswa SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 (Skripsi Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010), diakses dari

http://biologi.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2010/10/10.015 pada tanggal 23 Juli 2011

Kathy Cabe Trundle, et all. The Effect of Guided Inquiry-Based Instruction on Middle School Students’ Understanding of Lunar Concepts. The Ohio State University: Research Science Education. 2010

Khoiriyah, Siti. Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Melalui Strategi Inkuiri Pada Materi Tumbuhan Berbiji Untuk Meningkatkan Keaktivan Siswa di MTs Al-asror, Gunung Pati, Semarang (Skipsi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Semarang, 2006

Meador, Greanger. Inquiry Physics: A modified Learning Cycle Curriculum. Bartlesville High School, 2010), p. 6, diakses dari

http://inquiryphysics.org pada tanggal 29 November 2011

Moh. Amien, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan Inquiry”. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1987

Mulhayatiah, Diah. Hubungan Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif dengan Ranah Psikomotorik Melalui Model Pembelajaran Berbasis Laboratorium (Jakarta: Jurnal Edu Sains Center for Science Education Jurusan Pendidikan IPA, vol.3 No.1 Juni 2010

Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009

National Research Council, Inquiry and the National Science Education Standard: A Guide for Teaching and Learning. Washington D. C: National Academy Press. 2000

59

National Science Foundation, Science as Inquiry (BSCS Center for Professional Development, 2010), p. 23, diakses dari http://science.education.nih.gov

pada tanggal 29 November 2011

Nuraida, Halid Alkaf. Metodologi Penelitian Pendidikan. Ciputat : Islamic Research Publishing. 2009

Remziye, et all. The Effect of Inquiry Based Science Teaching on Elementary School Student’s Science Process Skills and Science Attitudes (Bulgarian Juornal of Science Education Policy, Volume 5, Number 1, 2011) diakses dari http://www.learner.org/workshops/socialstudies/pdf/ pada tanggal 29 November 2011

Rustaman, Nuryani Y. Perkembangan Penelitian Pembelajaran Inkuiri Dalam Pendidikan Sains: Makalah Seminar Nasional II Himpunan Ikatan Sarjana dan Pemerhati IPA Indonesia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, 2005.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2008

Santoso, Gempur. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif . Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. 2007

Slameto. Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2010

Sofan Amri & Iif Khoiru Ahmadi. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka. 2010

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009

Sudrajat, Akhmad. Metode Pembelajaran Inkuiri, diakses dari

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/09/12/pembelajaran-inkuiri

pada tanggal 03 April 2010

Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2000

Supartin. Studi Deskriptif Hasil Belajar Fisika. Jurnal Penelitian Pendidikan Universitas Negeri Semarang. 2006

60

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1997

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2009

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2009

Wahyudin, dkk.Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Minat dan Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol. 6, No. 1, Januari 2010,

diakses dari

http://journal.unnes.ac.id/index.php/JPFI/issue/view/1/showToc pada tanggal 23 Juli 2011

Widowati, Asri. Peningkatan Kemampuan Divergent Thinking dengan Menerapkan Pendekatan Modified Inquiry dalam Pembelajaran Sains (Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Nomor 1, Tahun XI, 2008),

h. 116, diakses dari

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11108112120.pdf pada tanggal 29 November 2011

Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah. 2009

Lampiran A.1 61

SILABUS IPA

Sekolah : SMP Paramarta Unggulan

Kelas : VIII

Mata Pelajaran : IPA Semester : 2 (dua)

Standar Kompetensi : 5. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari

Kompetensi Dasar

Materi Pokok/ Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran Indikator

Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen 5.1 Mengidentifik asi jenis-jenis gaya, penjumlahan gaya dan pengaruhnya pada suatu benda yang dikenai gaya

Gaya  Memetakan gaya-gaya yang ada pada suatu benda

 Menentukan jenis-jenis gaya yang bekerja pada suatu benda

 Menghitung resultan gaya segaris yang searah

 Menghitung resultan gaya segaris yang berlawanan arah

 Melakukan percobaan gaya gesek pada

Melukiskan penjumlahan gaya dan selisih gaya-gaya segaris baik yang searah maupun berlawanan.

Membedakan besar gaya gesekan pada berbagai permukaan yang berbeda kekasarannya yaitu pada permukaan benda yang licin, agak kasar, dan kasar

Menunjukkan beberapa contoh adanya gaya

Tes tulis Tes unjuk kerja Tes uraian Uji petik kerja produk

Bila A memiliki gaya 10 N dan B 20 N yang arahnya sama, Hitung resultan gayanya ?

Lakukan percobaan tentang gaya gesek pada

permukaan licin dan permukaan kasar lalu bandingkan hasil dari kedua percobaan tsb. 4 x 40‟ Buku siswa, neraca lengan dan neraca pegas, LKS

62 Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran Indikator

Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen permukaan yang kasar

dan licin

 Merumuskan adanya gaya gesek yang menguntungkan dan merugikan dalam kehidupan sehari-hari Mencari perbedaan berat dan masa menggunakan alat

gesekan yang menguntungkan dan gaya gesekan yang merugikan

Membandingkan berat dan massa suatu benda

Tes tulis

Tes tulis

Tes isian

Tes uraian

Sebutkan contoh gaya gesek yang menguntungkan dan yang merugikan dalam kehidupan sehari-hari.

Apakah perbedaan berat dan massa suatu benda?

5.2 Menerapkan hukum Newton untuk menjelaskan berbagai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari Hukum Newton Melakukan percobaan hukum I, II, III Newton dengan menggunakan alat-alat. Mengaplikasikan hukum newton dalam kehidupan sehari-hari Mendemonstrasikan hukum I Newton secara sederhana dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Mendemonstrasikan hukum II Newton dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Mendemonstrasikan hukum III Newton dan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Tes unjuk kerja Tes unjuk kerja Tes tulis Uji petik kerja prosedur Uji petik kerja prosedur Tes uraian

Lakukan percobaan tentang Hukum I Newton

Lakukan percobaan tentang hukum II Newton.

Berikan contoh penerapan hukum Newton dalam kehidupan sehari-hari

4x40‟ Buku siswa, LKS, buku referensi

63 Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran Indikator

Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen 5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahanny a, prinsip “usaha dan energi” serta penerapanny a dalam kehidupan sehari-hari

Studi pustaka untuk mendeskripsikan pengertian energi dan bentuk-bentuk energi

Studi referensi untuk membadingkan

pengertia energi kinetik dan energi pitensial

Mencari informasi tentang hukum kekekalan energi

Melakukan percobaan untuk menemukan hubungan antara daya, usaha dan kecepatan

Menunjukkan bentuk-bentuk energi dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari

Mengaplikasikan konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari-hari

Membedakan konsep energi kinetik dan energi potensial pada suatu benda yang bergerak

Mengenalkan hukum kekekalan energi melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari

Menjelaskan kaitan antara energi dan usaha

Menunjukkan penerapan daya dalam kehidupan sehari-hari Tes lisan Tes tulis Tes tulis Tes tulis Tes tulis Tes tulis Daftar pertanyaan Tes uraian Tes uraian Tes uraian Tes uraian Isian

Apakah yang kamu ketahui tentang bentuk-bentuk energi ?

Dalam rangkaian listrik tertutup dengan sebuah lampu terjadi perubahan energi ....

Jelaskan perbedaan antara energi kinetik dan energi potensial.

Jelaskan hukum kekekalan energi dan berikan

contohnya dalam kehidupan sehari-hari.

Apakah perbedaan antara energi dan usaha ?

Daya merupakan kecepatan dalam melakukan ...

4x40 „ Buku siswa, buku referensi,

Dokumen terkait