• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I Pembinaan Diri sebagai Kewajiban Pokok

BAB 6 Cinta Kasih sebagai Sandaran Hidup

C. Makna Cinta Kasih

Ciri-ciri Orang yang Berpericinta Kasih

Marilah kita simak kisah pengalaman Yanhui, murid Kongzi berikut ini.

Yanhui adalah murid kesayangan Nabi Kongzi yang suka belajar,

sifatnya baik. Pada suatu hari, ketika Yanhui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumuni banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.

Pembeli berteriak: “8 x 3 = 23, kenapa kamu bilang 24?”. Yanhui mendekati pembeli kain dan berkata: “Sobat, 8 x 3 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi”. Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung

Yanhui dan berkata: “Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta

pendapat mesti minta ke Nabi Kongzi. Benar atau salah Nabi Kongzi yang berhak mengatakan”.

Yanhui: “Baik, jika Nabi Kongzi bilang kamu salah, bagaimana?”

Pembeli kain: “Kalau Nabi Kongzi bilang saya salah, kepalaku akan kupotong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?” Yanhui: “Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu”. Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Nabi Kongzi. Setelah Nabi Kongzi tahu

duduk persoalannya, Nabi Kongzi berkata kepada Yanhui sambil tertawa: “8 × 3 = 23. Yanhui, kamu kalah. Berikan jabatanmu kepada dia”. Selamanya Yanhui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Nabi Kongzi berkata dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain. Orang itu mengambil topi Yanhui dan berlalu dengan puas. Walaupun Yanhui menerima penilaian Nabi

Kongzi, tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Nabi Kongzi sudah

tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Yanhui minta cuti dengan alasan urusan keluarga.

Nabi Kongzi tahu isi hati Yanhui dan memberi cuti padanya. Sebelum berangkat, Yanhui pamitan dan Nabi Kongzi memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yanhui dua nasihat : “Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Jangan membunuh”. Yanhui menjawab, “Baiklah,” lalu berangkat pulang. Di dalam perjalanan tiba-tiba angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yanhui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba-tiba ingat nasihat Nabi Kongzi dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yanhui terkejut, nasihat gurunya yang pertama sudah terbukti. Apakah saya akan membunuh orang? Yanhui tiba di rumahnya saat malam sudah larut dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai di depan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan.

Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasihat Nabi Kongzi, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur di samping istrinya adalah adik istrinya. Pada keesokan harinya, Yanhui kembali ke Nabi Kongzi, berlutut dan berkata: “Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?” Nabi Kongzi berkata: “Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung di bawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, guru

mengingatkanmu agar jangan membunuh”. Yanhui berkata: “Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum”. Jawab Nabi Kongzi : “Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir, kemarin guru bilang 8 × 3 = 23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 8 × 3 = 24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang satu nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan satu nyawa yang lebih penting?” Yanhui sadar akan kesalahannya dan berkata: “Guru mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar-benar malu”.

Sejak itu, ke mana pun Nabi Kongzi pergi, Yanhui selalu mengikutinya. Hikmah apa yang dapat kamu ambil dari kisah tersebut? Ciri-ciri orang yang berpericinta kasih:

Dapatkah kamu menyebutkan ciri-ciri orang yang berpericinta kasih dari teladan Nabi Kongzi di atas? Adakah ciri-ciri yang sesuai dengan ciri-ciri berikut ini?

1. Mencintai sesama

2. Rela menderita dan membelakangkan keuntungan 3. Suka belajar dan penuh semangat

4. Keteguhan hati, tahan uji, dan sederhana.

Carilah ayat yang mendasari ciri-ciri di atas dalam Kitab Sishu. Dapatkah kamu menjelaskan hubungan ciri-ciri orang yang berpericinta kasih tersebut dengan perasaan tidak tega yang menjadi benih cinta kasih? Mengapa suka belajar dan penuh semangat menjadi ciri orang yang berperi-cinta kasih?

Bayangkan kamu tidak belajar sungguh-sungguh saat ini, kemungkinan apa yang akan terjadi setahun dari sekarang, dua tahun atau lima tahun ke depan? Siapakah yang akan sedih jika seandainya melihat kondisimu terjerumus dalam pergaulan yang salah? Tegakah ketika kondisi orang tua makin tua dan melemah, namun kamu masih belum bisa membahagiakannya justru membuatnya sedih? Siapakah yang bisa menolong dirimu? Bandingkan seandainya kamu suka belajar dan penuh semangat saat ini, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Hati-hati dalam pergaulan sehingga dapat meluaskan hubungan hidup yang baik dan benar. Belajar bukan hanya di sekolah melainkan juga melalui pengalaman hidup diri sendiri dan juga pengalaman hidup orang lain. Kemungkinan apa yang akan terjadi setahun dari sekarang, dua tahun atau lima tahun ke depan? Siapakah yang akan senang dan bangga dengan dirimu ketika sudah mandiri dan bisa membalas budi kepada orang tuamu? Oleh karena itu, jika kita tidak suka belajar dan penuh semangat, dapatkah kita dinamai berpericinta kasih? Bukankah berarti menyia-nyiakan diri sendiri dan membuat orang lain menjadi susah?

Renungan

• Isilah kolom berikut ini sesuai dengan kondisi yang terdapat di kolom paling kiri.

Aktivitas 6.2

Aktivitas Mandiri

Bayangkan kamu pada posisi seperti di bawah ini Tuliskan perasaanmu jika berada pada kondisi tersebut Tuliskan perasaan orang-orang terdekatmu

jika kamu berada pada kondisi tersebut

Mencari informasi lebih jauh melalui internet atau bertanya kepada kakak kelas tentang tugas yang diberikan guru sehingga mampu memahami pelajaran dengan baik.

Mengerjakan PR di sekolah ketika pelajaran akan dimulai.

Membantu orangtua mencari uang sehingga dapat membayar SPP dan biaya sekolah lainnya secara mandiri Ketahuan mencontek sehingga tidak lulus ujian

Melaksanakan setiap janji yang terucap meskipun kondisi sulit tidak mengeluh.

Berikan pandanganmu terkait pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. Pentingkah sifat cinta kasih dalam hidupmu? Mengapa?

Dapatkah kamu menyebutkan ciri-ciri lainnya orang yang berpericinta kasih? Sebaliknya, seperti apa ciri-ciri orang yang tidak berpericinta kasih?

Seandainya setiap keluarga dapat menjalankan perilaku cinta kasih, bagaimana kondisi negara tersebut? Sebaliknya, jika tiap keluarga tidak menjalankan perilaku cinta kasih, apakah yang akan terjadi terhadap suatu negara?

Aktivitas 6.3

Tugas Mandiri

Demikian cinta kasih dimulai dari keluarga di rumah, selanjutnya pengaruh kebajikan ini mampu membawa seluruh umat manusia ke dalam damai. Nabi bersabda, ”Laku berpericinta kasih itu dimulai dari yang dekat, akhirnya sampai juga kepada yang jauh. Laku tidak berpericinta kasih itu dimulai dari yang jauh, akhirnya sampai juga kepada yang dekat”.

Dimulai dari dalam keluarga, pada akhirnya akan tersiar kepada masyarakat luas. Meskipun berbuat kebajikan hanya di dalam rumah, namun gemanya dapat tersiar ke seluruh negeri.

Sebaliknya, seberapa pintar menyembunyikan keburukan kita di tempat yang

jauh sekalipun, pada akhirnya akan sampai kepada orang terdekat kita. Seperti halnya Raja Negeri Liang yang gemar

Sumber: dokumen Kemendikbud

Gambar 6.3 Cinta kasih itu dimulai dari yang dekat.

akan peperangan membuat banyak jatuh korban, pada akhirnya adiknya sendiri yang menjadi korban dalam peperangan. Demikian halnya, jika kita terjerumus dalam pergaulan yang negatif, bukan saja membuat sulit diri sendiri melainkan juga orangtua kita!

Mengzi berkata, ”Usaha seseorang

itu dapat diumpamakan seperti orang menggali sumur. Meski sumur itu sudah digali sampai 9 depa, kalau belum juga sampai sumbernya, pekerjaan itu sia- sia dan tak bisa dikatakan berhasil”. (Mengzi. VII A: 29)