• Tidak ada hasil yang ditemukan

FANARI YA’AHOWU

4.2. Makna Teks 1 Makna Konotatif

4.2.2 Makna Denotatif

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan, misalnya, bermakna memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif. Makna denotatif disebut juga dengan istilah; makna denatasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna proposional (Keraf, 2002:2080). Disebut makna denotasional, konseptual, referensial dan ideasional, karena makna itu mengacu pada referensi, konsep atau ide tertentu dari suatu referensi. Disebut makna

94

kognitif karena makna itu berhubungan dengan kesadaran, pengetahuan dan menyangkut rasio manusia.

Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan, misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif. Makna denotatif disebut juga dengan istilah; makna denatasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna proposional (Keraf, 2002:2080). Disebut makna denotasional, konseptual, referensial dan ideasional, karena makna itu mengacu pada referensi, konsep atau ide tertentu dari suatu referensi.

Disebut makna kognitif karena makna itu berhubungan dengan kesadaran, pengetahuan dan menyangkut rasio manusia. Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul. Makna konotatif atau sering disebut juga makna kiasan, makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Kata-kta yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraaan atau karangan nonilmiah, seperti: berbalas pantun, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain. Karangan non-ilmiah sangat mementingan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun oleh bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif agar penyampaian pesan atau amanat itu terasa indah. Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif), tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata itu adalah makna denotatif atau konotaif.

95

Dari kedua defenisi makna konotatif dan denotatif diatas maka kita dapat menganalisa makna konotatif dan denotatif dari teks Sinunö pengiring tari Ya’ahowu. Analisis makananya sebagai berikut:

(a) He ira ama

Makna denotasi, kata he dalam bahasa nias bermakna hai dalam bahasa Indonesia, yang berarti seruan atau sapaan kepada orang lain. Ira ama bermakna kaum bapak (laki-laki yang sudah menikah/beristri).

Makna konotasi, dalam memahami makna konotasi dari kalimat ini, terlebih dahulu harus memahami konteks yang terjadi pada saat kalimat ini diucapkan. Kalimat He ira ama ini di ucapkan pertama sekali ketika di mulainya pertunjukan penyambutan (fengowai) kepada pihak tamu (laki-laki). setelah memahami konteks situasinya, maka makna konotasi dari kalimat di atas adalah, bermakna penghormatan atau sanjungan kepada seluruh kaum laki-laki yang ada di tempat itu yang berasal dari si tuan rumah atau orang yang mengundang seluruh tamu yang hadir pada suatu acara tersebut. Dan sapaan ini sekaligus menunjukkan harkat dan derajat laki-laki yang tinggi sehingga kaum laki-laki disapa terlebih dahulu.

(b) He ira ina

Makna denotasi – kata he dalam bahasa nias bermakna hai dalam bahasa Indonesia, yang berarti seruan atau sapaan kepada orang lain. Ira ina bermakna kaum Ibu (perempuan yang sudah menikah/bersuami)

Makna konotasi - dalam memahami makna konotasi dari kalimat ini, terlebih dahulu harus memahami konteks yang terjadi pada saat kalimat ini diucapkan.

96

Kalimat He ira ina ini di ucapkan pertama sekali ketika di mulainya pertunjukan penyambutan (fengowai) kepada pihak tamu (perempuan). setelah memahami konteks situasinya, maka makna konotasi dari kalimat di atas adalah bermakna penghormatan atau sanjungan kepada seluruh kaum perempuan yang juga ada di tempat itu yang sapaan ini berasal dari si tuan rumah atau orang yang mengundang seluruh tamu yang hadir pada suatu acara tersebut.

(c) Tome salua ba olayama

Makna denotasi – kalimat di atas bermakna tamu yang telah tiba di halaman. Makna kontasi - dalam memahami makna konotasi dari kalimat ini, terlebih dahulu harus memahami konteks yang terjadi pada saat kalimat ini diucapkan. Kalimat ini juga di ucapkan pada saat mulainya acara penyambutan tamu adat yang dating. setelah memahami konteks situasinya, maka makna konotasi dari kalimat di atas adalah bermakna menyapa seluruh tamu yang telah datang dan telah berkumpul di tempat pelaksanaan acara tersebut, sebagai suatu penghormatan yang tinggi kepada seluruh hadirin yang telah meringankan langkahnya untuk datang pada acara tersebut.

(d) Ya’e zumange mi

Makna denotasi – kalimat di atas bermakna inilah penghormatan untuk kalian. Makna konotasi – Ya’e Zumange mi dari kalimat di atas adalah bermakna seruan penegasan akan memberikan sesuatu kepada seluruh tamu, sebagai bukti bahwa si tuan rumah atau yang punya hajatan/acara benar-benar menghormati dan menghargai seluruh tamu yang telah hadir, dengan memberikan sesuatu berupa benda atau barang.

97

(e) Afo si sara si lima endronga

Makna denotasi – kalimat ini bermakna sebuah sirih yang dibuat dari lima macam/jenis bahan-bahan (daun sirih, pinang, gambir, ...lupa aku dua lagi apa bang, hehehe)

Makna konotasi - Afo si sara si lima endrongabermakna si tuan rumah atau yang punya hajatan begitu menghormati tamu-tamunya dengan menyuguhkan sekapur sirih yang terbaik yang terbuat dari lima jenis bahan-bahan terbaik yang dapat ia siapkan dan akhirnya menjadi satu dalam sebuah sirih yang akan dipersembahkan sebagai ssanjungan kepada seluruh tamu yang telah hadir dan untuk bersama- sama menikmati sirih tersebut dengan sukacita.

(f) Ira ama le yae nafoda

Makna denotasi – kalimat ini bermakna inilah sekapur sirih untuk kaum bapak Makna konotasi - Ira ama le yae nafodabermakna penegasan kembali akan suatu penghormatan atau penghargaan yang diberikan kepada seluruh kaum laki-laki yang hadir yaitu sekapur sirih yang akan dinikmati bersama-sama.

(g) Ira ina le yae nafoda

Makna denotasi - kalimat ini bermakna inilah sekapur sirih untuk kaum Ibu

Makna konotasi - Ira ina le yae nafoda yaitu bermakna penegasan kembali akan suatu penghormatan atau penghargaan yang diberikan kepada seluruh kaum perempuan yang hadir yaitu sekapur sirih yang akan dinikmati bersama-sama.

98

(h) Fefu ira tomema le yae nafoda

Makna denotasi – kalimat ini bermakna inilah sekapur sirih untuk seluruh tamu undangan kami

Makna konotasi - Fefu ira tomema le yae nafoda bermakna penegasan kembali akan suatu penghormatan atau penghargaan yang diberikan kepada seluruh tamu hadirin baik kaum laki-laki dan kaum perempuan yang hadir, yaitu sekapur sirih yang akan dinikmati bersama-sama.

99

BAB V

ANALISIS STRUKTUR MELODI SINUNÖ

Untuk mengalisa sebuah musik, diperlukan transkripsi untuk menggambarkan atau memvisualisasikan bunyi yang diteliti ke dalam tulisan yang menggunakan simbol-simbol yang dapat dilihat untuk dipahami. Dalam menganalis struktur melodi Sinunö penulis menggunakan teori William P. Malm (1977:15) yang di kenal dengan teori weighted scale untuk menganalisis sinuno (nyanyian), yang membahas scale (tangga nada), nada dasar, range (wilayah nada), frequency of notes (jumlah nada-nada), prevalent interval (interval yang dipakai), cadence patterns (pola-pola kadensa), melodic formula (formula melodi), dan contour (kontur).

Penulis juga melakukan pendekatan seperti yang ditawarkan Nettl (1963:89), yaitu: (1) menganalisa dan mendeskripsikan apa yang kita dengar, dan (2) menuliskan apa yang kita dengar itu di atas kertas, dan kemudian mendeskripsikan apa yang kita lihat itu. Dalam hal ini penulis hanya akan menganalisa nyanyian, yaitu sinuno sebagai nyanyian vocal,bagaimana nada- nadanya, interval yang di pakai, bagaimana irama nyanyian itu.

Setelah mendapatkan nada apa saja yang ada dalam nyanyian, penulis menuliskannya ke dalam garis para nada yang menggunakan notasi Barat atau notasi balok. Penulis memakai notasi Barat karena notasi tersebut paling umum digunakan dan dikenal dalam informasi sebuah musik.

Berikut ini adalah lagu Sinunö pengiring tari Ya’ahowu yang sudah penulis tuangkan kedalam notasi barat atau notasi balok Barat:

100 5.1 Tangga Nada (scale)

Dalam pengertian yang sederhana, tangga nada dalam musik bisa diartikan sebagai satu set atau satu kumpulan not musik yang diatur sedemikian rupa dengan aturan yang baku sehingga memberikan nuansa atau karakter tertentu. Aturan baku tersebut berupa interval atau jarak antara satu not dengan not yang lain, aturan tentang nada awal dan nada final, dan lain-lain. Ada berbagai macam tangga nada di dalam musik, masing-masing memiliki aturan baku sebagai ciri yang membedakan antara tangga nada yang satu dengan tangga nada yang lain.

Penulis menyusun semua nada-nada yang terdapat dalam nyanyian tersebut. Penulis mengurutkan tangga nada dari nada terendah hingga nada tertingi termasuk nada oktaf jika ada ke dalam garis paranada. Nada terendah adalah G dan tertinggi adalah C. Lagu ini hanya memakai empat buah nada.

101 5.2 Wilayah Nada (range)

Wilayah nada dalam suatu komposisi musik adalah jarak antara nada terendah dengan nada tertinggi. Oleh karena itu, setelah penulis membuat lagu tersebut ke dalam garis paranada, maka didapatlah range tersebut. Wilayah nadanya adalah sebagai berikut.

G —— C

Dokumen terkait