• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Kampanye Negatif dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah di Negara Demokrasi

Dalam Pasal 84 Undang-Undang Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.12 Didalam Pasal 84 tersebut terdapat larangan terhadap kampanye pemilu yang tidak boleh dilakukan adalah: 1. Kampanye tidak boleh mempersoalkan Pembukaan Undang-Undang Dasar

1945.

2. Kampanye tidak boleh dilakukan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

11 Gunter Schweiger dan Michaela Adami, “The Nonverbal Image of Politicians and Political Parties”, dalam Bruce I Newman (eds), Handbook of Political Markerting, London, Sage Publications, hal. 355.

12 Paul R. Baines, “Voter Segmentation and Candidate Positioning”,dalam Bruce I Newman (eds), Handbook of Political Markerting, 407-408.

3. Kampanye tidak boleh dilakukan dengan cara menghina seseorang, ras, suku, agama, golongan calon atau peserta pemilu yang lain.

4. Menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat. 5. Mengganggu ketertiban umum.

6. Mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota masyarakat, dan/atau Peserta Pemilu yang lain.

7. Merusak dan/atau menghilangkan alat peraga Kampanye Peserta Pemilu. 8. Menggunakan fasilitas pemerintah,tempat ibadah, dan tempat pendidikan. 9. Membawa atau menggunakan tanda gambar dan/atau atribut lain selain dari

tanda gambar dan/atau atribut Peserta Pemilu yang bersangkutan.

10. Menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta kampanye.

Kesepuluh larangan kampanye tersebut itulah yang bisa dikategorikan sebagai kampanye negatif. Larangan kampanye yang pertama dan kedua adalah karena hal tersebut adalah bentuk kampanye yang inskonstitusional atau melanggar UUD 1945. Larangan kampanye yang ketiga dan keempat inilah yang disebut sebagai black campaign. Larangan kampanye yang kelima, keenam dan ketujuh adalah karena hal tersebut adalah bentuk kampanye yang anarkhis dan

chaos atau yang rawan menimbulkan huru hara dan kerusuhan. Larangan kampanye yang kedelapan dan kesembilan adalah karena hal tersebut adalah bentuk kampanye terselubung. Larangan kampanye yang kesepuluh, adalah

karena hal tersebut adalah bentuk kampanye money politics atau kampanye menggunakan kekuasaan uang.

Sehingga berdasarkan pada definisi Pasal 1 angka 26 dan Pasal 84 Undang-Undang Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang dimaksud black campaign adalah suatu model atau perilaku atau cara berkampanye yang dilakukan dengan menghina, memfitnah, mengadu domba, menghasut atau menyebarkan berita bohong yang dilakukan oleh seorang calon atau sekelompok orang atau partai politik atau pendukung seorang calon terhadap lawan atau calon lainnya.

Kampanye terbuka untuk pemilu presiden baru dimulai 12 Juni 2009. Namun, perang kata-kata dan wacana di antara para kandidat dengan tim kampanyenya sudah dimulai berminggu- minggu lalu. Kampanye damai, etis, santun, dan tidak saling menyerang cuma ilusi? Nyatanya, ajakan untuk beretika dalam berpolitik selalu saja dibarengi dengan serangan-serangan terhadap para pesaing. Bahkan, ajakan tersebut merupakan bentuk serangan juga karena ada pesan implisit di baliknya yang ingin menunjukkan bahwa lawan politik tidak mengenal etika dan kesantunan dalam berpolitik. Ajakan ini sudah menjadi

semacam mekanisme defensif dari para kandidat yang ”diserang”.

Di satu sisi, memang rakyat menginginkan kampanye damai dan bebas dari kekerasan. Di sisi lain, rakyat juga membutuhkan dan menginginkan kampanye yang mendidik sehingga mereka dapat menentukan pilihannya secara

bijak pada hari pencontrengan. Kampanye yang sekadar damai adalah kampanye yang jauh dari memuaskan. Kampanye perlu disertai dengan keterbukaan dan kejujuran sehingga kampanye dapat menjadi bentuk pendidikan politik untuk rakyat.13

Kritik terbuka terhadap pesaing sering kali divonis sebagai bentuk kampanye negatif dan kampanye negatif sering kali diidentikkan dengan sesuatu yang buruk. Sulit dilupakan ketika salah seorang calon presiden setelah

”diserang” oleh pesaingnya mengatakan bahwa tidaklah elok menjelek-jelekkan, tidaklah baik dan santun di mata rakyat. Tunggu dulu. Justru kampanye yang melulu serba positif dapat menyebabkan pembodohan publik karena memberikan gambaran realitas yang tidak lengkap.

Kenyataannya, kampanye negatif tidaklah selalu buruk. Bahkan kampanye negatif justru bisa dilihat sebagai bentuk pendidikan politik. Sangat salah kaprah jika kita menolak habis kampanye negatif, padahal lewat kampanye negatif rakyat bisa mengenal lebih jauh para kandidat yang berkompetisi. Kita semua ingin rakyat menentukan pilihannya pada hari pemilu bukan berdasarkan janji dan klaim sepihak. Tapi kita ingin rakyat memilih pemimpinnya untuk lima tahun mendatang dengan pengetahuan dan informasi yang selengkap-lengkapnya. Sayangnya, memang dalam demokrasi, meski ada kebebasan media yang relatif cukup baik, informasi masih relatif mahal dan tidak mudah diakses

13

Harian Kompas, Selasa 16 Juni 2009, Sunny Tanuwidjaja, Peneliti Departemen Politik dan Hubungan Internasional CSIS; Kandidat Doktor Ilmu Politik di Northern Illinois University.

oleh kebanyakan rakyat jelata. Informasi yang tersedia, apalagi dalam musim kampanye, kebanyakan datang dari para elite politik yang bertarung.

Jika kampanye serba normatif dan serba positif, akan sangat sulit bagi rakyat untuk mengenal para kandidatnya secara lengkap, mengingat informasi yang tersedia hanya yang baik-baik. Kampanye negatif memberikan kesempatan bagi rakyat untuk memperoleh informasi tentang para kandidat yang lebih lengkap. Paling tidak, ada penyeimbang terhadap wacana maupun informasi sepihak yang serba baik dan positif seorang calon.

Inilah indahnya demokrasi. Dalam demokrasi ada persaingan antarelite dan dalam persaingan antarelite inilah rakyat dapat meraup keuntungan yang optimal. Ketika ada kampanye negatif yang dilakukan para elite terhadap pesaingnya, rakyat sebagai pemilih dapat melihat sisi negatif para kandidat. Dengan kata lain, adanya kampanye negatif merupakan kesempatan bagi rakyat sebagai pemilih untuk bukan hanya tahu keunggulan dan keberhasilan para kandidat, tetapi juga kelemahan dan kegagalan mereka.

Tulisan ini tidak bermaksud mengajak para calon kandidat untuk memfitnah. Fitnah penuh dengan ketidakjujuran. Justru tulisan ini mengajak para kandidat untuk berkampanye secara jujur dan terbuka agar kampanye tidak hanya menjadi kesempatan tebar pesona, tapi juga kesempatan untuk mendidik rakyat.

Sepertinya perlu ada redefinisi kampanye negatif. Kampanye negatif janganlah diartikan sempit sebagai black campaign atau fitnah, melainkan

kampanye yang semata menunjukkan kelemahan lawan politik. Tentu ini sah-sah saja dalam berdemokrasi dan berkompetisi.

Para kandidat dan tim kampanyenya hendaknya memaknai etika dan kesantunan politik secara lebih substansial dan mendalam, bukan sekadar wacana indah yang semu. Memang ada yang aneh dengan standar kesantunan dan etika kita. Sebenarnya kesantunan dan etika yang sejati adalah kejujuran dan keterbukaan, terhadap lawan maupun terhadap rakyat. Kesantunan dan etika politik yang sejati adalah ketika para elite politik yang bersaing dapat berjabat tangan serta bekerja sama membangun bangsa setelah bersaing dalam pemilu dan saling mengkritik secara jujur dan terbuka.

Dokumen terkait