• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA NAMA YAHWEH

Dalam dokumen IMANKU IBADAHKU GAYA HIDUPKU MERUMUSKAN (1) (Halaman 195-199)

―Apalah arti sebuah nama?‖ Demikianlah sepenggal kalimat ucapan pujangga Shakespeare, penulis kisah ―Romeo & Juliet‖ itu. Kalimat ini sekarang menjadi populer diucapkan oleh orang-orang Kristen yang menolak eksistensi dan penggunaan nama Yahweh. Dalam semangat yang dibungkus ketidaktahuan, mereka melemahkan arti penting nama Yahweh dalam TaNaKh dengan menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki nama, Tuhan tidak memerlukan nama, Tuhan tidak peduli hendak dipanggil dengan nama apa,…

Marilah kita menguji asumsi di atas. Kitab TaNaKh (Torah, Neviim, Kethuvim) atau Kekristenan lazim menyebutnya Kitab Perjanjian Lama mencatat bahwa nama-nama tokoh Kitab Suci, selalu memiliki arti dan maksud tertentu. Namun tidak sepenuhnya kita mengerti, jika hanya mengandalkan naskah kitab suci terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia, tanpa melihat struktur dalam bahasa aslinya, Ibrani. Nama Noakh bermakna ―menghibur‖. Dalam teks Ibrani berbunyi, ―wayiqra et shemo Noakh lemor, zeh yanakhamenu mimmaashenu umeitsvon yadenu min haadamah asyer errah Yahweh‖. Kata yenakhamenu merupakan kata kerja piel orang ketiga tunggal dari nakham yang artinya ―menghibur‖. Nama ―Avraham‖ memiliki makna, ―Bapa dari sekian banyak bangsa-bangsa‖. Dalam teks Ibrani berbunyi, ―…wehayah shimkha Avraham, ki Av hamon goyim netatiyka‖. Penambahan huruf ה (heh) pada nama םרבא (Avram) menjadi םהרבא (Avraham), berkaitan dengan kata ןומה (hamon) yang artinya ―melimpah‖. Nama Yitskhaq bermakna ―dia tertawa‖. Dalam Kejadian 21:6 dikatakan, tsekhoq asyah li Elohim, kal hashome‘a yitskhaq li‖. Kata yitskhaq merupakan bentuk imperfek dari tsakhaq yang artinya ―tertawa‖.

Dari pemaparan di atas, kita mendapatkan kesimpulan bahwa nama memiliki makna yang mendalam. Latar belakang pemberian nama, dapat dikarenakan suatu peristiwa yang sedang dialami atau suatu perkataan yang diucapkan atau suatu sikap di dalam diri kita, serta menyiratkan sesuatu

yang akan dikerjakan oleh individu yang hendak diberi nama. Hanya orang tua yang tidak bertanggung jawablah yang memberikan nama anaknya dengan tidak memikirkan maknanya. Demikian pula dengan nama Sang Pencipta. Apakah Dia diberi nama oleh umat-Nya? Apakah umat-Nya menamai berbagai sifat yang melingkupi diri-Nya? Atau sebaliknya, Dia yang menyingkapkan nama-Nya dan menghendaki nama-Nya dipanggil oleh umat-Nya? Kitab Suci merekam pertemuan agung antara Tuhan Semesta Alam dengan Moshe di Sinai (Kel 3:1-22) Tuhan Yang Agung menampakkan diri dalam bentuk api di semak-semak, namun api tersebut tidak membakar semak-semak tersebut. Ketika Musa hendak diutus Sang Pencipta untuk membebaskan umat Yishrael dari perbudakan Bangsa Mesir maka Musa bertanya kepada Sang Pencipta, ומשׁ־המ (mah shemo - siapakah nama-Nya). Dalam tata bahasa Ibrani, untuk menanyakan sesuatu atau seseorang, biasanya digunakan bentuk tanya mi? Namun penggunaan kata ma, bukan hanya bermaksud menanyakan nama secara literal namun hakikat atau pribadi dibalik nama itu192.

Terdengarlah suara bergema diangkasa,

היהא רשׁא היהא

(Ehyeh Asyer Ehyeh – Aku Ada yang Aku Ada). Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan, ―AKU ADALAH AKU‖. Terjemahan ini tidak tepat. Jika ―AKU ADALAH AKU‖, seharusnya teks Ibrani tertulis ―Anokhi hayah Anokhi‖. Kata EHYEH, merupakan bentuk kata kerja imperfek (menyatakan sesuatu yang sedang berlangsung atau belum selesai) dari akar kata HAYAH. G. Johanes Boterweck dan Helmer Ringren dalam Theological Dictionary of The Old Testament menjelaskan, bahwa kata Hayah digunakan dalam Perjanjian Lama dan diterjemahkan dengan sejumlah arti sbb: {1} ―Exist, be Present‖ (Ada, Hadir) {2}‖Come into Being‖ (menjadi) {3} Auxilaries Verb (kata kerja bantú)193. DR. Harun Hadiwyono dalam bukunya Iman Kristen, menyatakan bahwa kata

192

J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I, Yayasan Bina Kasih OMF, 1994, hal 39

193 G. Johanes Boterweck dan Helmer Ringren Theological Dictionary of The Old

―Ehyeh‖ bermakna ―Aku Berada‖. Namun saya lebih cenderung menerjemahkannya menjadi ―AKU (AKAN) ADA‖. DR. Harun Hadiwyono selanjutnya menegaskan implikasi sebutan Ehyeh oleh Yang Maha Kuasa, yaitu bahwasanya Tuhan bagi Musa dan Israel bukanlah Tuhan yang tidak bergerak, bukan Tuhan yang mati melainkan Tuhan yang hidup dan penuh dinamika194. Saya sependapat dengan beliau, bahwa makna dan implikasi penggunaan kata kerja EHYEH mengandung muatan teologis yang mendalam, bahwa Tuhan yang mengutus Musa adalah Tuhan yang senantiasa berkarya, menjadi dan tidak pernah berdiam diri. Implikasi teologis bagi kita yang hidup ribuan tahun setelah Musa, bahwa kita bukan sedang menyembah ―elohim‖ yang berwujud patung atau benda mati. Bukan pula memuja kekuatan-kekuatan alam yang dipertuhan seperti angin ribut, halilintar, dll. Banyak yang memahami ayat ini sebagai penolakan Tuhan untuk menjawab pertanyaan Musa sehingga Dia memberikan teka- teki dengan ucapan Ehyeh. Demikianlah Stefan Leks dalam bukunya, Menuju Tanah Terjanji, menjelaskan: ―Maka jelaslah ungkapan Alkitabiah ini menegaskan akan adanya Tuhan, tetapi sebenarnya tidak memberi jawaban siapakah nama Tuhan itu‖195

Jika kita telaah dengan seksama, Keluaran 3:14 menyingkapkan ―sifat dan keberadaan‖ Sang Pencipta, melalui bentuk kata kerja imperfek orang pertama tunggal, Ehyeh. Sementara Keluaran 3:15 menyingkapkan bahwa nama Tuhan Abraham, Ishak dan Yakub bernama Yahweh. Nama ini bukan hasil penelitian Musa atau penjelajahan Musa dalam dunia esoteris sehingga berhasil mendapatkan nama Sang Pencipta, melainkan penyingkapan nama Sang Pencipta adalah INISIATIF Sang Pencipta sendiri, untuk memperkenalkan jati diri-Nya pada Musa dan Yisrael. Berbeda dengan agama-agama yang menamakan berbagai gejala alam (angin, hujan, badai, panas, dll) menjadi nama tuhan mereka, maka Yudaisme dan Kekristenan, berangkat dari keyakinan bahwa Tuhan telah

194

DR. Harun Hadiwyono, Iman Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia 1988, hal 39

195

memperkenalkan nama pribadi-Nya, karena Dia berkehendak untuk dikenal oleh umat-Nya.

Penyingkapan tabir hakikat dan nama Sang Pencipta tertulis dalam Keluaran 3:15, "Yahweh Elohe avotekem, Elohe Avraham we Elohe Yishaq we Elohe Yaaqov, shelakhmi aleikem, ze shemi le olam we ze zikri le dor dor" (Yahweh Tuhan nenek moyangmu Tuhan Abraham, Tuhan Ishak dan Tuhan Yakub Telah mengutus aku kepadamu Inilah nama-Ku untuk selamanya Dan inilah pengingat-Ku turun temurun). Perhatikan frasa Ibrani Keluaran 3:15 sbb:

בקעי יהלאו קחצי יהלא םהרבא יהלא םכיתבא יהלא הוהי

׃רד רדל ירכז הזו םלעל ימשׁ־הז םכילא ינחלשׁ

Frasa ―zeh shemi leolam‖ (inilah nama-Ku Yang Kekal), menunjuk kepada nama Yahweh. Ada yang berpendapat, bahwa ―Yahweh‖ adalah kata kerja imperfek orang ketiga tunggal. Ini pendapat yang keliru. Sekalipun akar kata Yahweh adalah hayah, sehingga Yahweh bermakna ―Dia Ada‖. Namun bentuk kata kerja orang ketiga tunggal dari hayah, adalah yihyeh. Adapun Yahweh adalah nama dari Tuhan Abraham, Ishak dan Yakub. Makna nama Yahweh sendiri adalah ―YANG SENANTIASA ADA, HADIR, BERBUAT, BERKARYA, BERTINDAK‖.

BAB XVI

Dalam dokumen IMANKU IBADAHKU GAYA HIDUPKU MERUMUSKAN (1) (Halaman 195-199)