HARUSKAH GELAR “KURIOS” (ADON) BAGI YESUS DITERJEMAHKAN DENGAN TUHAN?
10. Orang terhormat
―Orang-orang itu pergi kepada Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: "Tuan (kurios), kami ingin bertemu dengan Yesus" (Yoh 12:21)
11.Yesus
―Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuan? (kurios)" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kauaniaya itu‖ (Kis 9:5)
―Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuan (kurios) Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu‖ (Kis 16:31) 12. YHWH
―Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuan (Kurios) oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Tuhan menyertai kita‖ (Mat 1:22-23 mengutip Yesaya 7:14 berisikan sabda YHWH kepada Yesaya)
Dari analisis kemunculan kata Yunani Kurios berikut arti dan maknanya serta subyek yang dituju, maka kata Kurios lebih tepat diterjemahkan dengan ―Tuan‖ (Lord) atau ―Penguasa‖ sementara istilah Yunani Theos lebih tepat diterjemahkan dengan ―Tuhan‖ (God) atau ―Sesembahan‖. Sekalipun nama YHWH yang dalam tradisi lisan disapa Adonay lalu diterjemahkan dalam bahasa Yunani dengan Kurios tetap saja
bermakna ―Tuan‖ atau ―Penguasa‖ berdasarkan arti teksnya sehingga tidak harus diterjemahkan ―Tuhan‖.
Benarkah Kata “Kurios” Bagi Yesus Diterjemahkan “Tuhan”?
Karena kita tinggal di Indonesia maka kita pergunakan definisi dan rumusan pemahaman tentang ―Tuhan‖ di Indonesia. Kita akan merujuk ―Kamus Besar Bahasa Indonesia‖ (KBBI) mengenai definisi kata ―Tuhan‖ sbb:―1 n sesuatu yg diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sbg yg mahakuasa, mahaperkasa, dsb: tuhan allah; tuhan yang mahaesa; 2 n sesuatu yg dianggap sbg tuhan: pd orang-orang tertentu uanglah sbg tuhannya‖149
Sikap ―sujud dan sembah‖ sebagai wujud ketakziman terhadap realitas absolut dan subyek perasaan beragama yang tertinggi lazim ditujukan pada apa yang dinamakan ―Tuhan‖. Sekalipun Yesus menerima sujud dan sembah namun pengertian sujud dan sembah terhadap Yesus bukan selayaknya ditujukan pada Tuhan YHWH melainkan ditujukan terhadap status keilahian Yesus sebagai Anak Tuhan, Sang Firman yang menjadi manusia sebagaimana dikatakan,
―Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Tuhan‖ (Mat 14:33) ―Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya‖ (Mat 28:9)
Bahkan dalam Kitab Perjanjian Baru, kita tidak mendapatkan data apapun bahwa sikap sujud dan sembah kepada Yesus dikarenakan beliau mendakwa dirinya sebagai ―Tuhan‖ (Theos – Elohim). Sebaliknya beliau
149Kamus Besar Bahasa Indonesia
http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?keyword=tuhan&varbidang=all&vardialek =all&varragam=all&varkelas=all&submit=kamus
justru memerintahkan para muridnya percaya dan sujud menyembah Tuhan (Theos-Elohim)
―Tuhan (Theos) itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran‖ (Yoh 4:24) "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Tuhan (Theos), percayalah juga kepada-Ku‖ (Yoh 14:1)
―Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Tuhan (Theos) yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus‖ (Yoh 17:3)
Sekalipun sudah lazim umat Kristen di Indonesia menyebut Kurios Iesous dengan ―Tuhan Yesus‖ namun kita harus menghadapi sejumlah persoalan teologis yang cukup serius untuk difikirkan. Beberapa persoalan teologis yang dapat kita temukan adalah sbb: Dalam Yohanes 4:11 versi Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dikatakan, ―Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?‖
Bagaimana mungkin perempuan Samaria menyapa dengan sebutan ―Tuhan‖, karena sebutan ―Tuhan‖, selalu menunjuk pada Sang Pencipta? Persoalan selanjutnya ditemukan dalam 2 Korintus 11:26, ―Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan‖ .
Bagaimana mungkin sebutan Tuhan yang dikhususkan bagi Sang Pencipta, dapat mengalami kematian dan menjadi mayat? Kita masih terngiang ungkapan kontroversial dan sarkastis filsuf Friedrich Nietzhe ―God is Dead‖. Mungkinkah Tuhan mati? Demikian pula dalam Lukas 24:3 dikatakan,‖…dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus‖.
Tuhan menjadi mayat? Sungguh tidak dapat dibayangkan bahwa Kekristenan bertuhankan mayat. Persoalan-persoalan teologis yang mengemuka ini harus disikapi dengan melakukan analisis teks bahasa,
Yunani, Aram, Ibrani sebagai bahasa yang dipergunakan pertama kali untuk mengkomunikasikan kehidupan dan ajaran Yesus Sang Mesias. Tanpa analisis kebahasaan, akan menimbulkan sejumlah persepsi yang spekulatif dan tidak biblikal.
Didasarkan pada analisis diatas, maka sebutan Kurios bagi Yesus dalam naskah Perjanjian Baru berbahasa Yunani, seharusnya diterjemahkan dengan sebutan ―Tuan‖ atau ―Junjungan Agung‖. Maka pernyataan, ―Legei hautoi Kurie houte antlema ekheis kai to phrear estin bathu phosen houn ekheis to udoun to zoon‖ (Yoh 4:11) seharusnya diterjemahkan "Tuan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?‖. Demikian pula pernyataan, ―Hosakis gar ean esthiete ton arton touton kai to poterion ton thanaton tou kuriou kataggelete akhris hou elthe‖ (1 Kor 11:26) seharusnya diterjemahkan, ―Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuan‖ . Maka pernyataan, ―Eiselthousai de oux euron to soma tou Kuriou Iesou‖ (Luk 24:3) pun seharusnya diterjemahkan, ―dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuan Yesus‖.
Konsekswensi logis dari pemahaman di atas, bahwa ―Tuan Yesus dapat mengalami kematian sebagai manusia‖, ―Tubuh Tuan Yesus yang mati, dapat dikafani‖. Artinya, Sang Firman yang telah menjadi manusia itu yang dijuluki ―Tuan‖, benar-benar logis jika mengalami kematian dan mayatnya dikafani. Namun jika ―Tuhan mati‖ atau ―mayat Tuhan dikafani‖, maka akan menimbulkan pelecehan terhadap Tuhan Semesta Alam dan merendahkan hakikat-Nya yang kekal dan tidak nampak.
Darimana Terjemahan “Tuhan” Bagi Yesus Berasal?
Orang yang pertama kali menerjemahkan kata Kurios bagi Yesus menjadi ―Tuhan‖ adalah Melchior Lejdecker, jauh sebelum Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) berdiri dan meneruskan proyek kolonial dalam menerjemahkan Kitab Suci berbahasa Ibrani – Yunani ke dalam bahasa Melayu.
Mengenai upaya Lejdecker menerjemahkan kata Yunani Kurios menjadi ―Tuhan‖, bukan dikarenakan beliau menyisipkan huruf ―h‖ yang diambil dari kata ―Hyang‖. Sebaliknya, upaya Lecdecker merupakan bentuk ―superlatif‖ alias ―tingkat perbandingan yang teratas‖150
. Upaya Lejdecker ini merupakan tindakan revisi terhadap terjemahan sebelumnya yang dilakukan Browerius yang menerjemahkan kata ―Kurios‖ dengan ―Tuan‖ sbb:―Dalam kitab suci Nasrani bahasa Melayu beraksara Latin terjemahan Brouwerius yang muncul pada tahun 1668, untuk kata yang dalam bahasa Yunaninya, Kyrios, dan sebutan ini diperuntukkan bagi Isa Almasih, diterjemahkannya menjadi tuan.... Melalui terjemahan Leijdecker-lah kita menemukan perubahan harafiah dari Tuan menjadi Tuhan‖151
Selain bentuk superlatif, masuknya huruf ―h‖ dalam kata ―Tuhan‖ lebih dikarenakan persoalan khas kebahasaan saja seperti kasus kata ―asut menjadi hasut, utang menjadi hutang‖. Dan sejak itulah istilah Tuhan dipatenkan, termasuk untuk menyebut Yesus sebagaiamana dikatakan:―Jelas, yang tadinya oleh Brouwerius diterjemahkan Tuan-sama dengan bahasa Portugis Senhor, Perancis Seigneur, Inggris Lord, Belanda Heere-melalui Leijdecker berubah menjadi Tuhan. Nanti pada abad-abad berikut, sepanjang 200 tahun, penerjemah Alkitab bahasa Melayu melanjutkan penemuan Leijdecker tersebut. Kini kata Tuhan yang mula- mula ditemukan Leijdecker untuk mewakili dua pengertian pelik insani & ilahi dalam teologi Kristen atas sosok Isa Almasih-masalah rumit yang memang telah menyebabkan gereja bertikai dan setelah itu melahirkan kredo-kredo: Nicea, Constantinopel, Chalcedon-akhirnya menjadi lema khas dalam bahasa Indonesia. Apa yang dilakukan Leijdecker, mengapa Tuan menjadi Tuhan, merupakan masalah khas bahasa Indonesia. Hadirnya huruf ‗h‘ dalam beberapa kata bahasa Indonesia, seperti ‗asut‘ menjadi ‗hasut‘, ‗utang‘ menjadi ‗hutang‘, ‗empas‘ menjadi ‗hempas‘,
150Kamus Bahasa Indonesia on line
http://kamusbahasaindonesia.org/superlatif/mirip
151Asal Kata Tuhan (Adaptasi artikel Remy Sylado, Bapa Jadi Bapak, Tuan Jadi Tuhan, Bangsa Jadi Bangsat)
‗silakan‘ menjadi ‗silakan‘, agaknya seiring dengan kasus nominatif dan singularis dalam tatabahasa Sansekerta ke Kawi dan Jawa. Misalnya tertulis ‗hana‘ dibaca ‗ono‘, ‗hapa‘ dibaca ‗opo‘. Di samping itu gagasan Leijdecker mengeja Tuhan untuk mengiring lafaz palatal ‗n‘ dengan tepat. Banyak orang yang baru belajar Melayu, bekas budak Portugis asal Goa, terpengaruh Portugis, melafaz ‗n‘ menjadi ‗ng‘. Juga di Ambon, di pusat tujuan bangsa-bangsa Barat untuk memperoleh rempah-rempah, Tuan dibaca Tuang. Bahkan setelah Leijdecker mengeja Tuhan pun, orang Ambon tetap membacanya Tuang, sampai sekarang. Maka, di Ambon Tuang Ala berarti Tuhan Allah. Selain itu orang Kristen Ambon menyebut Allah Bapa sebagai Tete Manis, harafiahnya berarti ‗kakek yang baik‘152. Mengembalikan Makna “Kurios” Bagi Yesus Tanpa Menyangkal Keilahiannya.
Apakah dengan menyebut Yesus sebagai ―Tuan‖ atau ―Junjungan Agung‖, kita merendahkan hakikat Yesus yang adalah ―Firman Tuhan?‖ apakah kita menyangkal Ketuhanan-Nya? Sekali-kali tidak! Dengan menyebut Yesus sebagai ―Tuan‖, kita menegaskan bahwa Dia merupakan pribadi atau sosok yang berkuasa, baik di bumi maupun di Sorga. Dengan menyebut Dia ―Tuan‖, kita menempatkan secara tepat panggilannya dalam kaidah tata bahasa. Dengan menyebut Yesus ―Tuan‖, kita menghilangkan skandalon (batu sandungan) terhadap komunitas Islam khususnya yang memiliki anggapan bahwa beberapa orang Kristen telah menyamakan begitu saya Isa dengan Allah yang dianggap sebagai Tuhan Pencipta.
Jika kita tidak meluruskan kerancuan penggunaan gelar ―Tuhan‖ bagi Yesus, maka dalam pembacaan teks Kitab Suci, akan menimbulkan kekacauan terminologis an kekacauan teologis. Contoh berikut dapat memberikan gambaran. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menerjemahkan 1 Korintus 8:6 sbb: ―Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup‖
152 Ibid.,
Di mana letak kerancuan tersebut? Dalam pemikiran seluruh penduduk Indonesia, khususnya komunitas Islam, ―Allah‖ adalah nama (personal name) dari Tuhan Pencipta (Qs 20:14). Sementara istilah ―Tuhan‖ adalah salah satu gelar penghormatan yang menekankan sifat kekuasaan Allah (Qs 49:26). Islam membedakan antara istilah ―Ilah‖ dengan ―Allah‖. Allah adalah nama dari Ilah yang disembah kaum Muslim. Gelar lain yang setara dengan ―Ilah‖ adalah ―Rabb‖ yang diterjemahkan dengan ―Tuhan‖ (Qs 19:36). Maka ketika pembaca Islam membaca teks 1 Korintus 8:6 menjadi binggung. Karena bagi mereka, Allah adalah Tuhan yang berhak menerima penyembahan dari umat-Nya. Penyebutan Yesus secara langsung dengan sebutan ―Tuhan‖ tentu saja menimbulkan sandungan.
Jika kita membaca teks Aramaik dan Yunani 1 Korintus 8:6, maka dibedakan antara frasa Aramaik, ―khad hu Elaha‖ yang dalam bahasa Yunani ―eis Theos‖ dan frasa Aramaik ―wekhad Marya Yeshua‖ yang dalam bahasa Yunani ―eis Kurious Iesous‖. Perhatikan istilah Aramaik Elaha dan Marya serta istilah Yunani Theos dan Kurios. Sangat jelas bahwa sebutan Elaha atau Theos ditujukan pada Bapa yang Roh ada-Nya dan sebutan Marya atau Kurios ditujukan kepada wujud manusia Yesus sebagai penjelmaan Firman. Dan sebutan Marya maupun Kurios, seharusnya diterjemahkan ―Tuan‖, sekalipun sebutan itu dapat ditujukan pada Pencipta maupun ciptaan.
Ada usaha-usaha yang dilakukan oleh beberapa komunitas Kristen, untuk menghilangkan penggunaan nama Allah dalam terjemahan Kitab Suci, dengan sebutan Tuhan. Namun dikarenakan mereka telah memiliki pra paham mengenai sebutan ―Tuhan‖ bagi Yesus, maka ketika menerjemahkan 1 Korintus 8:6 mereka terjebak dalam kerancuan yang luar biasa kacau. Perhatikan terjemahan ―Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan‖ yang diterbitkan mengatasnamakan ―Jaringan Pengagung Nama Yahweh‖ sbb: ―namun bagi kita hanya ada satu Tuhan saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup‖
Di mana letak kerancuan yang luar biasa tersebut? Dengan adanya frasa, ―satu Tuhan‖ yang ditujukan untuk Bapa dan frasa ―satu Tuhan‖ yang ditujukan untuk Yesus, maka dapat menimbulkan persepsi bahwa ada ―dua Tuhan‖ yang setara dalam keyakinan Kekristenan. Kerancuan yang sama kita dapati ketika membaca Ibrani 7:14, ―Sebab telah diketahui semua orang, bahwa Tuhan kita berasal dari suku Yehuda dan mengenai suku itu Musa tidak pernah mengatakan suatu apa pun tentang imam- imam‖ Bagaimana mungkin Tuhan (Elohim/Theos) memiliki garis genealogis kesukuan dengan manusia? Terjemahan yang masuk akal dan wajar adalah, ―Tuan kita (Adonenu/Kurios) berasal dari suku Yahuda‖.
Paham Arianisme dan Nestorianisme muncul dikarenakan kegagalan memahami aspek Keelohiman Sang Firman yang menjadi manusia Yesus. Paham Cyrilisme muncul dikarenakan kegagalan memahami aspek kemanusiaan Yesus sebagai perwujudan Sang Firman YHWH. Paham Marcionisme muncul dikarenakan kegagalan memahami relasi Ontologis antara Yesus Sang Firman dengan YHWH Sang Bapa yang berkarya dalam sejarah Bangsa Israel, maka penyebutan Yesus dengan sebutan ―Tuhan‖ dan bukan ―Tuan‖, dikarenakan kegagalan memahami konteks istilah ―Adon‖, ―Kurios‖, ―Marya‖, ―Lord‖ yang ditujukan bagi Yesus Sang Mesias.
Sekalipun saya menerjemahkan dengan ―Tuan‖ (untuk semua Injil, Matius,Markus, Lukas, Yohanes, Yoh 4:11, Yoh 13;13) dan ―Tuan Yang Ilahi‖ atau ―Junjungan Agung Yang Ilahi‖ (untuk formula doksologis, 1 Kor 8:6, Fil 2;11), bukan bermakna saya menolak keilahian Yesus sebagai Sang Firman yang menjadi manusia. Namun saya berusaha memisahkan penerjemahan Kurios dari aspek Keilahian, sebagaimana para murid dan orang-orang memahami kata Kurios bagi Yesus pada zaman itu sebagaimana dikatakan: ―Bagi orang-orang Kristen Yahudi yang tinggal di Palestina, yang sangat giat mempertahankan monotheisme, 'ADONÂY, κσριος - kurios, dapat mengungkapkan imannya kepada Kristus tanpa merusak keyakinan monotheismenya. Apabila murid-murid yang baru terpilih menyebut Yesus dengan κσριος - kurios, maka sangat mungkin
artinya yang paling dekat ialah tuan -- yang bagaimanapun juga -- lebih daripada manusia‖153
Saya akui bahwa ada pergeseran pemahaman terhadap penggunaan kata ―Kurios‖ bagi Yesus paska kebangkitan Yesus dari kematian. Kata ―Kurios‖ lebih dipahami sebagai pembuktian aspek keilahian Yesus sebagai Sang Firman yang menjadi manusia, sehingga ―Kurios‖ bagi Yesus bermakna ―Tuan di atas segala tuan‖ sebagaimana dikatakan:―Sesudah kebangkitan Yesus Kristus, murid-murid menyebut- Nya κσριος - kurios dalam arti yang penuh secara Kristen. Kemudian sesudah turunnya Roh Kudus, murid-murid yang telah dihidupi dan diajar oleh Roh itu, memandang Yesus Kristus sebagai κσριος - kurios dengan pengertian: bahwa tidaklah menghujat menyebut Dia YHVH. Seperti umum diketahui, pada abad kedua dan ketiga, kaisar-kaisar Romawi menuntut untuk disebut κσριος - kurios. Tuntutan ini ditentang mati-matian oleh Gereja Kristen, yang percaya bahwa Yesus Kristus adalah satu- satunya κσριος κσριων, kurios kuriôn, Tuan di atas segala tuan‖154
Dalam hal ini pun saya tidak menolak pergeseran pemahaman para murid dan umat Gereja Perdana terkait istilah ―Kurios‖ bagi Yesus, dari Tuan yang bermakna seseorang yang terhormat menjadi Tuan di atas segala tuan sebagaimana dikatakan, ―Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan (Kurios Kurioon) dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia‖(Why 17:14).
153 Terjemahan kata Yunani ΚΥΡΙΟΣ - κσριος - KURIOS ; Tuhan/ Tuanku
Rajawali Cineplex‖
tp://www.sarapanpagi.org/terjemahan-kata-yunani-kurios-tuhan-tuan-vt1825.html 154Terjemahan kata Yunani ΚΥΡΙΟΣ - κσριος - KURIOS ; Tuhan/ Tuan
http://www.sarapanpagi.org/terjemahan-kata-yunani-kurios-tuhan-tuan- vt1825.html
Bedanya adalah, saya tetap menerjemahkan kata ―Kurios‖ bagi Yesus dengan berusaha mempertahankan kelurusan bahasa ditambah pergeseran pemahaman tentang makna ―Kurios‖ bagi Yesus sehingga menghasilkan rumusan ―Tuan Yesus‖ (untuk seluruh Kitab Injil dan juga Kisah Rasul sampai Wahyu) dan ―Tuan Yang Ilahi/Junjungan Agung Yang Ilahi‖ (untuk Kisah Rasul sampai Wahyu, jika bersifat doksologis, Fil 2:11, 1 Kor 8:6, Rm 10:9-10). Sementara LAI dan masyarakat Kristen Indonesia tetap mempertahankan dengan penyebutan Tuhan.
Penyebutan Tuhan ini saya persoalkan karena istilah ini lebih tepat sebagai bentuk penerjemahan dari kata Ibrani Elohim dan kata Yunani Theos serta kata Inggris God, mengingat kata Tuhan dalam KBBI diterjemahkan sebagai ―Yang Maha Kuasa‖. Dalam perkembangan selanjutnya, Rasul Paul sangat dominan menggunakan sapaan Kurios (Junjungan Agung) dan Christos (Mesias/Yang Diurapi) bagi Yesus dalam setiap surat-suratnya (Kisah Rasul 16:31, Roma 10:9, 1 Korintus 8:6, 1 Korintus 12:9, dll). Istilah Kurios yang dinisbatkan pada diri Yesus tidak hanya dihubungkan penggenapan dalam Mazmur 110:1. namun dapat dikaji dari arti kata ‖Kurios‖ itu sendiri. Kata ‖Kurios‖ berkaitan dengan kata ―Kuriotes‖ yang artinya ―kekuasaan‖155. Kata ―kuriotes‖ muncul beberapa kali dalam Yudas 1:9, ―Namun demikian orang-orang yang bermimpi-mimpian ini juga mencemarkan tubuh mereka dan menghina kekuasaan (Tuhan) serta menghujat semua yang mulia di sorga‖.
Frasa ―kekuasaan Tuhan‖ diterjemahkan dari bahasa Yunani ―kurioteta‖. Demikian pula dalam Kolose 1:6 sbb: ―Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia‖. Kalimat, ―penguasa‖ dipergunakan bahasa Yunani ―Kuriotetes‖. Dan akhirnya dalam Efesus 1:21 sbb: ―Jauh lebih
155
Teguh Hindarto, Pemahaman Mengenai Sebutan Kurios Bagi Yesus Sang
Mesias
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/pemahaman-mengenai-sebutan- kurios-bagi.html
tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang‖.
Kata ―penguasa‖ di ayat ini dipergunakan kata Kuriotetos. Dari kajian ayat di atas, Yesus disapa dengan Kurios (Tuan/Junjungan Agung Yang Ilahi) bermakna bahwa Dia memiliki pengaruh dan kuasa yang dinyatakan dalam ajaran dan tindakan penyembuhan dalam karya Mesianis-Nya.
Opsi Terjemahan Kurios Dalam Kitab Perjanjian Baru
Kembali kepada opsi penyebutan ―Tuan‖ dan ―Junjungan Agung‖ bagi Yesus sebagaimana hasil telaah kritis saya terhadap kata Yunani ―Kurios‖. sebutan ―Tuan‖ dan ―Junjungan Agung‖ serta ―Junjungan Agung Yang Ilahi‖, tidak bisa dipergunakan secara konsisten diseluruh penerjemahan teks Kitab Perjanjian Baru. Harus ada pengelompokkan dan kategori penyebutan yang tepat.
Saya memberikan kategorisasi demikian: Pertama, untuk penyebutan Yesus sebagai ―Tuan‖, selayaknya dituliskan dalam seluruh terjemahan atau saat membaca Kitab Injil Sinoptik yang mencerminkan sifat antropologis. Mengapa? Karena semua orang yang bercakap-cakap dengan Yesus, baik para murid maupun orang-orang yang simpati atas pengajaran-Nya, memahami sebutan dalam bahasa Ibrani Adon atau dalam bahasa Yunani Kurios, tiada lain bermakna ―Tuan‖ atau ―Seseorang yang memiliki kedudukan terhormat baik secara sosial maupun religius‖. Contoh penerapan kata ―Tuan‖ adalah percakapan Yesus dengan wanita Samaria yang hendak mengambil air sumur, sbb: ―Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?‖ (Yoh 4:11). Kedua, untuk penyebutan Yesus sebagai ―Junjungan Agung‖, selayaknya dituliskan pada tulisan-tulisan rasuli yang bersifat soteriologis (penekanan pada fungsi penyelamatan). Rasul Paul berkata, ―Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa (Yesus) adalah Junjungan Agung, dan percaya dalam hatimu, bahwa (Tuhan) telah membangkitkan Dia dari
antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan‖ (Rm 10:9). Demikian pula dalam Kisah Rasul 16:29-31 diceritakan, ―Kepala penjara itu menyuruh membawa suluh, lalu berlari masuk dan dengan gemetar tersungkurlah ia di depan Paulus dan Silas. Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" Jawab mereka: "Percayalah kepada Junjungan Agung (Yesus Sang Mesias) dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu‖. Jika Anda mengerti bahasa Yunani, kata ―Tuan-tuan‖ dalam Kisah Rasul 16:30 dipergunakan kata ganti jamak Kurioi dari kata Kurios, sementara kata ―Tuhan Yesus Kristus‖ dalam terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia, dipergunakan kata ganti tunggal Kurion dari kata yang sama yaitu Kurios. Namun mengapa LAI menerjemahkan kata Kurios yang satu dengan ―Tuan‖ sementara yang satu dengan ―Tuhan?‖ Ini suatu inkonsistensi. Maka seharusnya secara literal (harafiah) kata Kurios dalam Kisah Rasul 16:30-31 sama-sama diterjemahkan ―Tuan‖. Namun karena kita sebagai orang yang mempercayai Yesus sebagai Mesias Putra Tuhan, memahami hakikat Yesus sepenuhnya, maka formula soteriologis ini sebaiknya diterjemahkan dengan ―Junjungan Agung‖. Ketiga, untuk penyebutan Yesus sebagai ―Junjungan Agung Yang Ilahi‖, selayaknya dituliskan tulisan-tulisan Rasuli yang bersifat doksologis (pemuliaan, pengagungan). Rasul Paul berkata, ―namun bagi kita hanya ada satu Tuhan saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Junjungan Agung Yang Ilahi saja, yaitu Yesus Sang Mesias, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena