• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Makna Simiotik

4.1.2 Makna Tujuan Hidup

Ritual Festival Tang Yuan juga memiliki makna tujuan hidup, seperti mempercayai bahwa merayakan Festival Tang Yuan dengan menyembah Dewa-Dewi dan leluhur akan diberikan kehidupan yang bahagia, penuh perlindungan, makmur, sejahtera di tahun-tahun yang akan datang serta akan diberikan panjang umur. Selain itu, ritual festival Tang Yuan juga memiliki makna tujuan hidup yang lain, seperti dalam proses pembuatan Tang Yuan tersebut, dimana Tang Yuan dibuat dari tepung ketan yang dicampur dengan air dan kemudian diuleni, kemudian dibentuk bulatan-bulatan kecil. Proses pembuatan Tang Yuan tersebut

memiliki makna bahwa sebuah keluarga memiliki sifat yang berbeda-beda, tetapi dapat menjadi suatu kesatuan.

Bentuk Tang Yuan yang bulat memiliki makna kehidupan yang tidak berujung, sehingga kehidupan akanterus berputar bersamaan dengan kebahagiaan yang terus menerus berputar. Tang Yuan yang kenyal melambangkan kelekatan hubungan keluarga serta harapan agar keluarga semakin harmonis. Kuah Tang Yuan yang manis memiliki makna hubungan erat keluarga yang manis. Selain itu, Tang Yuan biasanya disajikan minimal ada satu atau dua butir Tang Yuan dengan ukuran besar serta beberapa Tang Yuan berukuran kecil, ini memiliki makna bahwasanya dalam keluarga ada ayah, ibu, dan anak-anak.

Tang Yuan yang besar-kecil dapat terbentuk karena dalam proses pembuatannya masing-masing anggota keluarga memiliki bentuk tangan yang berbeda, sehingga Tang Yuan yang terbentuk menjadi berbeda ukuran pula.

Karena bentuk Tang yuan besar kecil tersebut, muncul sebuah pengibaratan dimana didalam Tang Yuan ada ayah, ibu dan anak-anak seperti halnya sebuah keluarga.

Pada jaman dahulu semangkok Tang Yuan berisi Tang Yuan sejumlah umur orang yang akan memakannya ditambah sebuah Tang Yuan lagi. Jika umur orang yang memakannya adalah 13 tahun, maka jumlah Tang Yuan yang harus dimakan adalah 14 Tang Yuan. Jumlah Tang Yuan yang harus dimakan tersebut memiliki makna bahwa orang yang memakan Tang Yuan tersebut sudah melalui hidup selama ini, dan penambahan sebuah Tang Yuan lagi memiliki makna harapan agar orang yang memakannya memiliki umur yang panjang dan bertambah tuanya usia diharapkan orang yang memakannya akan menjadi lebih

dewasa dan dapat menjalani kehidupan dimasa mendatang dengan baik. Namun, saat ini ritual jumlah Tang Yuan yang harus dimakan tersebut sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat Tionghoa. Hal ini disebabkan karena masyarakat Tionghoa yang masih muda mulai memprotes ritual tersebut, karena semakin bertambahnya usia, maka semakin banyak pula Tang Yuan yang harus dimakan.

Selain itu, pembagian Tang Yuan sesuai jumlah umur menyebabkan terjadinya kecemburuan antar saudara yang masih muda dengan saudara yang lebih tua.

Saudara yang masih muda akan memprotes orangtua karena mendapatkan Tang Yuan dengan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan saudaranya yang lebih tua. Tidak hanya itu, orang yang sudah sangat tua dan kemungkinan sudah tidak memilki gigi yang kuat harus memakan Tang Yuan dengan jumlah yang sangat banyak, sedangkan Tang Yuan memiliki tekstur yang kenyal.

4.2 Fungsi Semiotik 4.2.1 Fungsi sosial

Ketika membuat adonan Tang Yuan, masyarakat Tionghoa akan membuatnya bersama dengan anggota keluarga secara gotong-royong. Pertama, para ibu akan mengadoni adonan Tang Yuan, lalu anak-anaknya akan membantu memberi warna pada adonan Tang Yuan. Adonan Tang Yuan akan diberi banyak warna, seperti warna merah, putih, hijau, kuning, merah muda, biru, dan sebagainya. Semua anggota keluarga akan bersama-sama membentuk bulatan-bulatan kecil pada adonan Tang Yuan yang sudah diberi warna. Lalu ibu akan menyiapkan bahan-bahan untuk membuat kuah Tang Yuan untuk kemudian dimasak.

Tang Yuan kemudian akan di masak oleh ibu. Setelah Tang Yuan dan kuah selesai di masak, keesokan harinya anggota keluarga akan saling bantu membantu untuk menyiapkan upacara ritual kepada Dewa-Dewi serta leluhur. Ibu akan membagi tugas kepada anggota keluarga untuk menyiapkan lilin, teh, kertas, Tang Yuan. Lalu anggota keluarga yang telah diberikan tugas akan mengerjakannya hingga selesai dengan rapi, dan jika ada anggota keluarga lain yang belum menyelesaikan tugasnya, maka dia akan membantu anggota keluarga yang lain.

Proses ritual Tang Yuan akan diikuti oleh seluruh anggota keluarga, dan ritual sembahyang harus dimulai dari ayah selaku kepala keluarga, lalu akan diikuti oleh anggota keluarga lainnya. Setelah proses persembahyangan selesai, maka seluruh anggota keluarga akan menikmati Tang Yuan bersama-sama.

Melalui proses pembuatan Tang Yuan secara bergotong royong, akan membuat anggota keluarga yang sibuk akan meluangkan waktu untuk membantu anggota keluarganya yang lain.

Gambar 4.1 Bergotong- royong membuat Tang Yuan

Sumber: jenyfer 2016

4.2.2 Fungsi Religius

Sewaktu Festival Tang Yuan dilaksanakan, masyarakat Tionghoa akan saling berkunjung ke rumah sanak saudara dan teman atau kenalan dengan marga yang sama. Kedatangan masyarakat Tionghoa tersebut bertujuan untuk saling memberikan Tang Yuan. Hal ini membuktikan bahwa Festival Tang Yuan memiliki fungsi menjaga keharmonisan antara masyarakat Tionghoa yang mungkin tidak dapat saling berkunjung pada hari-hari biasa disebabkan oleh kesibukan masing-masing individu.

Selain dalam hal saling mengunjungi sanak saudara ketika Festival Tang Yuan, keharmonisan pada saat Festival Tang Yuan juga dapat dilihat dari prosesi pembakaran uang kertas untuk leluhur ketika ritual upacara Tang Yuan. Hal ini membuktikan bahwa dalam tradisi Tionghoa ikatan darah dan kasih serta keharmonisan dalam keluarga antara yang telah meninggal dan yang masih hidup tidak terputus dan akan selalu terjalin dari generasi ke generasi.

Ketika ritual upacara Tang Yuan dilaksanakan, kepala keluarga akan memanjatkan doa serta pengharapan agar semua anggota keluarga mendapat kehidupan yang lebih baik, dijauhkan dari segala masalah dan mendapatkan umur yang panjang. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Tionghoa akan selalu mendoakan keluarganya yang lain, dan ini merupakan salah satu bentuk dari keharmonisan antara sebuah keluarga dengan keluarganya yang lain.

Keharmonisan juga dapat dilihat ketika seluruh keluarga sedang membuat Tang Yuan bersama-sama. Ketika membuat Tang Yuan, seluruh anggota keluarga akan membuat Tang Yuan bersama-sama sambil mengobrol dan bersenda gurau.

Seluruh anggota keluarga akan bercerita kejadian-kejadian yang mereka alami

sambil membuat Tang Yuan, hal yang sangat jarang terjadi karena kesibukan masing-masing individu. Anggota keluarga akan sulit meluangkan waktu untuk berkumpul dengan keluarganya yang lain pada hari-hari normal. Namun, pada hari pembuatan Tang Yuan mereka akan meluangkan waktunya untuk melaksanakan tradisi turun temurun dan untuk menjaga keharmonisan keluarga.

4.2.3 Fungsi Ritual Festival Tang Yuan

Tang Yuan terbuat dari tepung ketan, air, pewarna makanan, gula merah, daun pandan dan jahe. Proses pembuatan Tang Yuan dimulai dari mengadoni tepung ketan dan air hingga menjadi adonan. Kemudian adonan tersebut dibagi menjadi beberapa bagian dan masing-masing bagiannya diberi pewarna makanan yang berbeda-beda. Setelah itu adonan diuleni kembali hingga dapat dibentuk bulatan-bulatan kecil. Setelah Tang Yuan dibentuk menjadi bulatan-bulatan kecil, selanjutnya Tang Yuan disisihkan terlebih dahulu. Setelah itu, mulai mempersiapkan kuah Tang Yuan. Kuah Tang Yuan dibuat dengan cara mendidihkan air dengan gula merah dan jahe. Sebelum mendidih, kemudian ditambahkan daun pandan dan tunggu hingga mendidih lalu mulai masukkan Tang Yuan yang telah dibentuk sebelumnya. Setelah itu, tunggu hingga kuah tersebut mendidih dan Tang Yuan siap untuk disajikan.

Selain ritual pembuatan Tang Yuan yang telah dijelaskan sebelumnya, ada beberapa keunikan dalam proses pembuatan Tang Yuan yang dilakukan oleh beberapa keluarga Tionghoa. Keunikan tersebut adalah setelah selesai membentuk Tang Yuan, nampan berisi Tang Yuan yang telah dibentuk akan diputar searah jarum jam sambil mengatakan: “ 圆 哑 圆 , 一 家 年 年 都 团 年 ”

(yuán yǎ yuán , yī jiā nián nián dōu tuán niá) yang memiliki makna “Setiap tahun keluarga selalu berkumpul, sehingga hubungan keluarga menjadi selalu harmonis”.

Kuah Tang Yuan memiliki rasa manis yang berasal dari gula merah serta jahe yang memberikan rasa hangat pada tubuh. Jika Tang Yuan di Indonesia dibuat menggunakan gula merah dan jahe, lain halnya dengan Tang yuan di Tiongkok. Tang Yuan di Tiongkok dibuat dengan gula merah atau gula pasir serta arak untuk menghangatkan tubuh. Ini disebabkan karena perayaan Tang Yuan di Tiongkok jatuh pada musim dingin, sehingga mereka membutuhkan bahan yang dapat membuat tubuh menjadi hangat.

Dahulu, Tang Yuan tidak memiliki isi dan hanya memiliki satu varian rasa.

Saat ini Tang Yuan memiliki banyak varian rasa, seperti Tang Yuan yang berisi coklat, kacang merah, stoberi, kacang tanah, selai pandan, dan lain-lain. Selain Tang Yuan, saat ini kuah Tang Yuan juga memiliki banyak varian rasa seperti kuah asin dan kuah bening. Kuah Tang Yuan yang memiliki rasa asin disebabkan oleh penggunaan gula yang dikurangi dan penggunaan garam yang ditambahkan sesuai dengan selera masing-masing masyarakat Tionghoa. Sedangkan kuah Tang Yuan yang bening dikarenakan penggunaan gula merah yang digantikan menjadi gula pasir sehingga kuah yang dihasilkan akan menjadi bening, maka dinamakan menjadi kuah bening.

Perubahan varian Tang Yuan serta varian kuah Tang Yuan disebabkan oleh perkembangan jaman. Jaman yang semakin maju dan semakin inovatif menyebabkan masyarakat Tionghoa juga menjadi lebih inovatif terhadap variasi-variasi Tang Yuan. Tang Yuan asli yang hanya memiliki satu varian rasa kuah dan tidak memiliki isi membuat masyarakat Tionghoa mencapai titik jenuhnya karena

memakan variasi Tang Yuan yang sama selama bertahun-tahun. Oleh sebab itu maka masyarakat Tionghoa mulai menciptakan varian-varian Tang Yuan yang sesuai dengan jaman dan sesuai dengan selera masing-masing keluarga. Namun tidak semua keluarga Tionghoa saat ini membuat Tang Yuan dengan inovasi baru tersebut. Masih banyak keluarga Tionghoa yang masih tetap membuat variasi Tang Yuan asli. Hal ini dikarenakan ada beberapa keluarga yang merasa bahwa pembuatan Tang Yuan dengan isi dinilai terlalu susah dan memakan waktu pembuatan yang lebih lama. Selain dinilai sulit dan memakan waktu yang lebih lama, pembuatan Tang Yuan dengan isi juga membutuhkan keterampilan khusus untuk membungkus adonan Tang Yuan dengan isi yang diinginkan, karena jika tidak terampil dalam membungkus Tang Yuan dengan isi, maka pada saat direbus, Tang Yuan akan terbuka dan isinya akan keluar sehingga akan merusak rasa kuah yang digunakan untuk merebus Tang Yuan.

Gambar 4.2

Adonan Tang Yuan yang telah dibentuk

Sumber: Jenyfer 2016

Gambar 4.3

Kuah Tang Yuan yang telah matang

Sumber: Jenyfer 2016 Gambar 4.4

Tang Yuan yang siap disajikan

Sumber: Jenyfer 2016

Ritual upacara Tang Yuan dimulai dengan menyiapkan Tang Yuan yang akan dipersembahkan untuk Dewa-Dewi dan leluhur. Jumlah mangkok berisi Tang Yuan untuk Dewa-Dewi berjumlah ganjil, sedangkan untuk para leluhur berjumlah genap. Setelah menyiapkan Tang Yuan, lalu dilanjutkan dengan memasang lilin di sebelah kanan dan kiri hiolo. Hiolo adalah tempat untuk meletakkan dupa. Hiolo, lilin dan gelas teh kemudian diletakkan diatas meja altar.

Setelah itu mulai dilakukan sembahyang kepada Dewa Langit, Dewa Tanah, dan

para leluhur. Dewa Langit dan Dewa Tanah merupakan Dewa-Dewa yang pasti selalu ada disetiap rumah masyarakat Tionghoa dengan kepercayaan Taoisme.

Dewa Langit memiliki nama lain Tian Kong / Dewa Tai Yi. Dewa Langit dipercayai memegang takdir manusia, dan yang mengatur kapan akan member wabah dan bencana kepada manusia. Maka setiap tahunnya setiap Kaisar Tiongkok selalu menyembah Dewa Langit melalui upacara-upacara kekaisaran demi memohon cuaca dan hasil panen yang baik serta mengaharapkan kesehatan bagi rakyatnya.

Selain menyembah Dewa Langit, pada saat ritual upacara Tang Yuan masyarakat Tionghoa juga menyembah Dewa Tanah. Dewa Tanah memiliki nama lain Te Zhu Kong. Dewa Tanah adalah penghuni setiap rumah. Dewa Tanah dapat membantu kehidupan sehari-hari seperti menjaga keharmonisan keluarga, memajukan bisnis keluarga dan sebagainya.

Dewa Langit dan Dewa Tanah selalu ada disetiap rumah masyarakat Tionghoa yang memiliki kepercayaan Taoisme. Selain kedua Dewa yang pasti ada disetiap rumah tersebut, biasanya ada Dewa lain yang hanya ada dibeberapa rumah masyarakat Tionghoa yang memiliki kepercayaan Taoisme. Hal ini bergantung pada keinginan masyarakat Tionghoa di masing-masing keluarga ingin membawa Dewa apa yang sesuai dengan saran Suhu masing-masing keluarga. Pemilihan Dewa tersebut dinilai dari kecocokan Dewa tersebut dengan masing-masing keluarga. Dewa-Dewa tersebut misalnya Dewa Tua Pek Kong, Dewi Kuan Im, Dewa Guan Gong, dan sebagainya.

Gambar 4.5

Persembahan Tang Yuan untuk Leluhur

Sumber: jenyfer 2016 Gambar 4.6

Persembahan Tang Yuan untuk Dewa langit

Sumber: Jenyfer 2016 Gambar 4.7

Persembahan Tang Yuan untuk Tua Pe Kong

Sumber: Jenyfer 2016

Gambar 4.8

Persembahan Tang Yuan untuk Dewa Tanah

Sumber: Jenyfer 2016 Gambar 4.9

Pembersihan Altar Sembayang

Sumber: Jenyfer 2016

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil Penelitian dan tinjauan pustaka yang menjadi acuan dalam meneliti analisis makna dan fungsi simiotik ritual Tang Yuan dalam kepercayaan Taoisme pada masyarakat Tionghoa di kota Medan, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

Ada beberapa makna simiotik ritual Tang Yuan dalam kepercayaan Taoismepada masyarakat Tionghoa di kota Medan. Makna-makna semiotik ritual Tang Yuan bagi masyarakat Tionghoa adalah makna religius dan makna tujuan hidup. Makna religiusTang Yuan bagi masyarakat Tionghoa yaitu adanya waktu untuk berdoa kepada Dewa-Dewi dan leluhur untuk berterimakasih atas kehidupan yang telah diberikan. Makna tujuan hidup ritual Tang Yuan bagi masyarakat Tionghoa yaitu memiliki makna tersendiri yang terdapat dari proses pembuatan Tang Yuansampai saat dinikmati memiliki makna kehidupan tersendiri.

Fungsi semiotik ritual Tang Yuan dalam kepercayaan Taoisme pada masyarakat Tionghoa di kota Medan adalahfungsi social, fungsi religius, fungsi ritual. Fungsi semiotik religius rritual Tang Yuan dapat dilihat dari proses pembuatannya sampai saat di sembayangkan kepada dewa-dewi dilakukan oleh seluruh anggota keluarga secara bersama-sama. Fungsi semiotik sosial dapat dilihat dari kegiatan Tang Yuankarena pembuatan yang bergotong-royong keluarga memiliki waktu luang berkumpul bersama serta adanya perbincangan antara keluarga sehingga keharmonisan antar anggota keluarga dapat terus terjaga.

Fungsi Ritual Tang Yuan sangat memiliki arti bagi masyarakat Tionghoa dalam kepercayaan Taoisme di kota Medan. Saat ini masyarakat Tionghoa dikota Medan ada beberapa yang sudah tidak melakukan Ritual Tang Yuan karena sudah tidak memiliki kepercayan terhadap Taoisme. Bentuk Tang Yuan dikota Medan mengalami banyak inovasi isi dari Tang Yuan sampai rasa kuah Tang Yuan,tetapi umumnya masyarakat Tionghoa kota medan lebih sering menyajikan Tang Yuan yang masih sama seperti dulu atau tanpa inovasi baru yaitu tidak memiliki isi dan kuah dari gula merah.

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian serta pembahasan, maka penulis menyarankan pada seluruh masyarakat khususnya masyarakat Tionghoa dalam kepercayaan Taoisme di kota Medan agar tidak terbawa dengan masyarakat Tionghoa lainnya yang tidak menganut Taoisme sehingga meninggalkan kebudayan Ritual Tang Yuan, tetaplah mempertahankan kebudayan Ritual Tang Yuan. Selain itu, penulis juga ingin mengajak masyarakat untuk lebih mengenal asal mula atau sejarah Taoisme dan Tang Yuan dalam kebudayan masyarakat Tionghoa. Dalam penelitian ini masih banyak hal yang perlu diteliti dalam proses masuknya kebudayan-kebudayan masyarakat Tionghoa.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H.2003. KamusBesarBahasa Indonesia, Jakarta: BalaiPustaka.

A.S, Marcus.2009. Hari-Hari Raya Tionghoa.Jakarta: SuaraHarapanBangsa.

Dendy, S.2008. KamusBesarBahasa Indonesia, Jakarta: GramediaPustakaUtama.

Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung : PT Eresco

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologipenelitiansastra. Yogyakarta:

UniversitasNegeri Yogyakarta.

Gunawan, Imam.2014. MetodePenelitian. Jakarta: Jelajah Nusa.

Indriantoro dan Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan.

Manajemen. Edisi Pertama. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.

Koentjaraningrat. 1994.Kebudayaan Mentalitas Dan Pembangunan. Jakarta:

Gramedia PustakaUtama.

Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: UI-Press.

Koentjaraningrat. 1985.Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia

Koentjaraningrat. 1981. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. 1973. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:

Gramedia

Maunah, Binti.2016.Sosiologi Pendidikan, Yogyakarta: KALIMEDIA.

Miles, Matthew dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tantang Metode-Metode Baru. Jakarta:UI Press.

Moelong, L.J.2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung.

Sibarani, Robert.2014. Kearifan Lokal.Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.

Soemardjan, S.1986. Perubahan Sosial di Jogjakarta. GMU Press.

Wang, Z.Y.2015. Yuanxiao Yu Tangyuan. PengdiaoZhishi.

Zhen, G. 2013. Zhongguo Chuantong Jieri Jiaoan Sheji. Shanxi: Shanxi Daxue.

Internet

Ardian,C.(2010).Dalamhttp://tridharma.or.id/perkembangan-agama-tao-di-indonesia.

Diaksespada 12 September 2016

Simanullang,erik.(2014).Dalamhttp://erpandsima.blogspot.co.id/2014/10/teori struktur-fungsional-talcott.html?m=1. Diaksespada 20 Oktober 2016

https://smystery.wordpress.com/2012/12/20/makna-di-balik-tradisi-makan-onde di-bulan-desember/

Lampiran I

DAFTAR INFORMAN

NAMA : Kadir UMUR : 70 tahun

ALAMAT : jln.brigjeng Hamid gg persatu no.1 PROFESI :sirkulasi harian Xun Bao

NAMA :Pan Yue

UMUR : 30 tahun

ALAMAT : jln.muctar basri no.41 (Xun Bao) PROFESI : Redaksi harian Xun Bao

NAMA : Evi UMUR : 28 tahun

ALAMAT : jln. Muctar basri no.42 (Xun Bao) PROFESI : Redaksi harian Xun Bao

NAMA :Rita

UMUR :48tahun

ALAMAT :jln.besar Deli Tua gg.aman no.4 PROFESI :Ibu rumah tangga

NAMA :Yanto

UMUR :60 tahun

ALAMAT : jln.HM.said no.21

PROFESI :Pengurus kelenteng Candi Buddha

Lampiran II

DAFTAR PERTANYAAN

1. Apakah anda mengetahui Ritual Tang Yuan ? 2. Apakah anda juga ikut dalam ritual Tang yuan?

3. Apa saja yang diperlukan dalam ritual Tang Yuan?

4. Bagaimanakah ritual tersebut dilakukan?

5. Berapa warna dari Tang yuan tersebut?

6. Makna warna dari Tang Yuan itu sendiri?

7. Apakah anda mengetahui kepercayaan Taoisme?

8. Bagaiman ajaran kepercayan Taoisme?

9. Mengapa kepercayaan Taoisme saja yang melakukan ritual Tang Yuan?

10. Adakah makna-makan religius pada ritual Tang Yuan dalam kepercayaan Taoisme?

11. Apakah anda mengetahui legenda terjadinya perayaan Tang Yuan?

12. Mengapa Tang Yuan berbentuk bulat?

13. Mengapa kuah Tang Yuan memiliki rasa manis tetapi hangat?

14. Dalam ritual ada menyembah dewa-dewi dan leluhur, apa maksud dari menyembah dewa-dewi ?

15. Pada tanggal berapa ritual Tang Yuan di adakan?

16. Berapa tahun sekali perayaan Tang Yuan di lakukan dalam kalender china?

17. Mengapa dalam menyembayangkan dewa-dewa dan leluhur terdapat persembahan ganjil dan genap?

18. Mengapa ada pernyatan bahwa bentuk Tang Yuan ada 1-2 butir berukuran lebih besar dari yang lain?

19. Adakah ritual lain yang dilakukan dalam peryaan Tang Yuan,selain dari menyembah kepada Dewa-Dewi dan leluhur?

20. Mengapa jika ada keluarga yang meninggal maka keluarga tersebut tidak boleh merayakan perayaan Tang Yuan?

21. Dewa-dewi apa saja yang di sembayangkan pada perayaan Tang Yuan?

22. Apa saja bahan-bahan dalam pembuatan Tang Yuan?

23. Bagaimana proses dalam pembuatan Tang yuan?

24. Adakah perubahan dalam bentuk ataupun rasa Tang Yuan dari zaman dulu dan sekarang?

Lampiran 3

HASIL DOKUMENTASI

Dokumen terkait