• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.3 LandasanTeori

2.3.1 Teori Struktur Fungsional

Struktur Fungsional adalah sebuah teori yang pemahamannya tentang masyarakat didasarkan pada model sistem organik dalam ilmu biologi. Artinya, fungsionalisme melihat masyarakat sebagai sebuah sistem dari beberapa bagian yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Pengertian struktur sosial menurut kajian sosiologi:

1. Struktur adalah pola hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia (Menurut Coleman,1990).

2. Struktur sosial adalah pola hubungan-hubungan, kedudukan-kedudukan, dan jumlah orang yang memberikan keanggotaan bagi organisasi manusia dalam kelompok kecil dan keseluruhan manusia (Calhoun, 1997).

3. Struktur sosial sebagai pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat (William Kornblum,1988).

Dalam teori struktural fungsional Parsons ini, terdapat empat fungsi untuk semua sistem tindakan. Suatu fungsi adalah kumpulan hal yang ditujukan pada pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Parsons kemudian mengembangkan apa yang dikenal sebagai imperatif-imperatif fungsional agar sebuah sistem bisa bertahan, yaitu:

1. Adaptasi (Adaptation)

Sebuah sistem ibarat makhluk hidup, artinya agar dapat terus berlangsung hidup, sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan yang ada, harus mampu bertahan ketika situasi eksternal sedangtidak mendukung.

2. Pencapaian Tujuan (Goal Attaintment)

Sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan-tujuan utamanya.

Artinya, sistem diharuskan untuk mengerucutkan pemikiran individu agar dapat membentuk kepribadian individu dalam mencapai tujuan dari sistem itu sendiri.

3. Integrasi (Integration)

Sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Ia pun harus mengatur hubugan antar ketiga imperativefungsional, yakni adaptasi, pencapaian tujuan, dan pemelihara pola.

4. Pemeliharaan Pola (Latern Pattern Maintanace)

Sistem harus melengkapi, memelihara, dan memperbarui motivasi individu dan pola-pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian kualitatif merupakan metode yang menekankan analisis proses dari proses berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dan menggunakan logika ilmiah dalam penelitiannya (Gunawan, 2014:80). Penelitian kualitatif bukan berarti tanpa menggunakan dukungan dari data kuantitatif, tetapi lebih ditekankan pada kedalaman berpikir formal dari peneliti dalam menjawab permasalahan yang dihadapi, serta bagaimana peneliti menggambarkan hasil penelitiannya secara tertulis.

Menurut Djajasudarma (1993:3), metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksankan penelitian (dalam menggunakan data).

Metode memiliki peran yang sangat penting, metode merupakan syarat atau langkah-langkah yang dilakukan dalam sebuah penelitian. Penelitian adalah refleksi dari keinginan untuk mengetahui sesuatu berupa fakta-fakta atau fenomena alam. Perhatian atau fenomena merupakan awal dari kegiatan penelitian yang menimbulkan suatu pertanyaan atau masalah (Indriantoro & Supomo, 1999).

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih peneliti yaitu di kota Medan. Alasan peneliti memilih lokasi Penelitian ini sebagai berikut:

1. Kota merupakan salah satu kawasan dimana masih cukup banyak masyarakat Tionghoa yang menetap disana.

2. Lokasi jln.muctar basri dan jln. Besar deili tualebih mudah dijangkau oleh penulis.

3.3 Data dan Sumber Data

Data merupakan hal yang paling penting bagi setiap peneliti dalam sebuah penelitian. Data merupakan kumpulan kejadian yang aktual dan nyata serta dapat dijadikan bahan kajian atau analisis. Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data dari masyarakat Tionghoa di Kota Medan, internet, buku-buku dan jurnal-jurnal.

3.3.1 Data Primer

Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah teknik wawancara, yaitu mendapatkan informasi dengan bertanya secara langsung kepada subjek penelitian.

Sebagai modal awal penulis berpedoman pada pendapat Koentjaraningrat (1981:136) yang mengatakan, ”...kegiatan wawancara secara umum dapat dibagi tiga kelompok yaitu: persiapan wawancara, tehnik bertanya dan pencatat data hasil wawancara. ”Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini secara lisan langsung dengan subjek penelitian. Wawancara dilakukan penulis dengan beberapa masyarakat Tionghoa dan beberapa mahasiswa etnis Tionghoa yang dapat ditemui di Kota Medan kecamatan Medan Johor.

3.3.2 Data Sekunder

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), dimana dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dan informasi yang bersumber dari naskah, catatan, artikel, buku-buku kepustakaan yang berhubungan dengan judul penelitian.

3.4 Sumber Data

Di dalam setiap penelitian, sumber data yang menjadi patokan yang sangat penting bagi setiap penulis untuk mendapatkan informasi. Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara peneliti dalam menggunakan dan mengumpulkan bahan-bahan yang akan diteliti. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian ini terdiri dari teknik pengumpulan data sekunder dan teknik pengumpulan data primer.

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data Primer

1. Penulis akan melakukan observasi lapangan.

2. Penulisakan melihat dan memiliki masyarakat yang akan di jadikan sebagai informan.

3. Penulis akan melakukan wawancara terhadap informan.

4. Penulis akan mencatat dan merekam suara selagi wawancara berlangsung.

5. Penulis memgumpulkan semua informasi yang diberikan informan terhadap manfaat dan makna ritual Tang Yuan pada kepercayaan Taoisme.

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder

1. Penulis akan mecari buku-buku, jurnal-jurnal dan skripsi di perpustakaan yang berkaitan dengan ritual Tang Yuan.

2. Memeriksa daftar isi di dalam buku-buku dan skripsi yang didalamnya ada kaitan dengan penelitian penulis.

3. Membaca buku, jurnal dan skripsi yang memiliki informasi tentang penelitian penulis.

4. Mengumpulkan semua informasi yang di dapat dari buku, jurnal dan skripsi untuk diolah dalam penelitian penulis.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan (Moelong, dan Gunawan 2014). Penelitian ini memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian ini penulis berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.

Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teknik analisis data (Miles danHuberman 1992). Tahap–tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tahap reduksi data, penulis mengumpulkan data-data melalui buku-buku, wawancara serta buku dari penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan ritual Tang Yuan pada masyarakat Tionghoa, kemudian penulis menyeleksi data yang ada.

2. Tahap penyajian data, penulis mengelompokkan makna dan fungsi semiotik ritual Tang Yuan yang muncul dan dengan menggunakan teori sebagai kategori pengelompokan.

3. Tahap penarikan kesimpulan, penulis menganalisis makna dan fungsi semiotik ritual Tang Yuan pada masyarakat Tionghoa kemudian menyimpulkannya.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Makna Semiotik 4.1.1. Makna Religius

Ritual Festival Tang Yuan merupakan ritual yang dirayakan oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia pada tanggal 21 Desember jika jatuh pada tahun shio tikus, naga dan monyet dan jika diluar dari tahun tersebut, Festival Tang Yuan dirayakan pada tanggal 22 Desember. Jika masyarakat Tionghoa di Indonesia merayakan Ritual Festival Tang Yuan pada tanggal 21 atau 22 Desember, masyarakat Tiongkok merayakannya pada hari ke-15 setelah Imlek (Cap Go Meh). Di dalam perayaan tersebut masyarakat Tionghoa akan menyajikan Tang Yuan kepada Dewa-Dewi dan leluhur karena masyarakat Tionghoa yang memiliki kepercayaan Taoisme sangat menjunjung tinggi Dewa-Dewi dan leluhur mereka. Sedangkan masyarakat Tionghoa yang tidak menganut kepercayaan Taoisme akan tetap merayakan Festival Tang Yuan dengan cara menikmati Tang Yuan bersama keluarga dan hanya akan mempercayai makna yang ada didalam Perayaan Tang Yuan.

Ritual Festival Tang Yuan memiliki beberapa makna religius, seperti adanya waktu untuk berdoa kepada Dewa-Dewi dan leluhur untuk berterimakasih atas kehidupan yang telah diberikan. Tang Yuan memiliki makna religius yaitu kebahagian, kebersamaan dan bersatunya keluarga, sehingga jika terjadi kemalangan dalam keluarga maka tidak boleh merayakan festival Tang Yuan. Hal ini disebabkan karena dalam keluarga berkurang satu orang anggota keluarga dan

masih dalam suasana belasungkawa, maka dari itu festival Tang Yuan boleh di rayakan setelah 2 tahun berlalu dari kejadian belasungkawa tersebut.

Didalam ritual Tang Yuan terdapat beberapa aturan dalam hal jumlah mangkok berisi Tang Yuan yang akan dipersembahkan kepada Dewa-Dewi dan para leluhur. Jumlah mangkok berisi Tang Yuan yang akan dipersembahkan kepada Dewa-Dewi harus berjumlah ganjil, sedangkan jumlah mangkok berisi Tang Yuan yang akan dipersembahkan kepada para leluhur harus berjumlah genap.

Jumlah mangkok berisi Tang Yuan yang akan dipersembahkan kepada Dewa-Dewi harus berjumlah ganjil karena kehidupan Dewa-Dewa-Dewi yang tidak memiliki pasangan serta tidak menikmati kehidupan duniawi. Oleh karena itu jumlah mangkok yang diberikan kepada Dewa-Dewi tidak akan berjumlah genap. Lain halnya dengan jumlah mangkok berisi Tang Yuan yang akan diberikan kepada para leluhur akan selalu berjumlah genap. Hal ini disebabkan karena para leluhur yang selama hidupnya masih menikmat kehidupan duniawi serta memiliki pasangan hidup.

4.1.2 Makna tujuan hidup

Ritual Festival Tang Yuan juga memiliki makna tujuan hidup, seperti mempercayai bahwa merayakan Festival Tang Yuan dengan menyembah Dewa-Dewi dan leluhur akan diberikan kehidupan yang bahagia, penuh perlindungan, makmur, sejahtera di tahun-tahun yang akan datang serta akan diberikan panjang umur. Selain itu, ritual festival Tang Yuan juga memiliki makna tujuan hidup yang lain, seperti dalam proses pembuatan Tang Yuan tersebut, dimana Tang Yuan dibuat dari tepung ketan yang dicampur dengan air dan kemudian diuleni, kemudian dibentuk bulatan-bulatan kecil. Proses pembuatan Tang Yuan tersebut

memiliki makna bahwa sebuah keluarga memiliki sifat yang berbeda-beda, tetapi dapat menjadi suatu kesatuan.

Bentuk Tang Yuan yang bulat memiliki makna kehidupan yang tidak berujung, sehingga kehidupan akanterus berputar bersamaan dengan kebahagiaan yang terus menerus berputar. Tang Yuan yang kenyal melambangkan kelekatan hubungan keluarga serta harapan agar keluarga semakin harmonis. Kuah Tang Yuan yang manis memiliki makna hubungan erat keluarga yang manis. Selain itu, Tang Yuan biasanya disajikan minimal ada satu atau dua butir Tang Yuan dengan ukuran besar serta beberapa Tang Yuan berukuran kecil, ini memiliki makna bahwasanya dalam keluarga ada ayah, ibu, dan anak-anak.

Tang Yuan yang besar-kecil dapat terbentuk karena dalam proses pembuatannya masing-masing anggota keluarga memiliki bentuk tangan yang berbeda, sehingga Tang Yuan yang terbentuk menjadi berbeda ukuran pula.

Karena bentuk Tang yuan besar kecil tersebut, muncul sebuah pengibaratan dimana didalam Tang Yuan ada ayah, ibu dan anak-anak seperti halnya sebuah keluarga.

Pada jaman dahulu semangkok Tang Yuan berisi Tang Yuan sejumlah umur orang yang akan memakannya ditambah sebuah Tang Yuan lagi. Jika umur orang yang memakannya adalah 13 tahun, maka jumlah Tang Yuan yang harus dimakan adalah 14 Tang Yuan. Jumlah Tang Yuan yang harus dimakan tersebut memiliki makna bahwa orang yang memakan Tang Yuan tersebut sudah melalui hidup selama ini, dan penambahan sebuah Tang Yuan lagi memiliki makna harapan agar orang yang memakannya memiliki umur yang panjang dan bertambah tuanya usia diharapkan orang yang memakannya akan menjadi lebih

dewasa dan dapat menjalani kehidupan dimasa mendatang dengan baik. Namun, saat ini ritual jumlah Tang Yuan yang harus dimakan tersebut sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat Tionghoa. Hal ini disebabkan karena masyarakat Tionghoa yang masih muda mulai memprotes ritual tersebut, karena semakin bertambahnya usia, maka semakin banyak pula Tang Yuan yang harus dimakan.

Selain itu, pembagian Tang Yuan sesuai jumlah umur menyebabkan terjadinya kecemburuan antar saudara yang masih muda dengan saudara yang lebih tua.

Saudara yang masih muda akan memprotes orangtua karena mendapatkan Tang Yuan dengan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan saudaranya yang lebih tua. Tidak hanya itu, orang yang sudah sangat tua dan kemungkinan sudah tidak memilki gigi yang kuat harus memakan Tang Yuan dengan jumlah yang sangat banyak, sedangkan Tang Yuan memiliki tekstur yang kenyal.

4.2 Fungsi Semiotik 4.2.1 Fungsi sosial

Ketika membuat adonan Tang Yuan, masyarakat Tionghoa akan membuatnya bersama dengan anggota keluarga secara gotong-royong. Pertama, para ibu akan mengadoni adonan Tang Yuan, lalu anak-anaknya akan membantu memberi warna pada adonan Tang Yuan. Adonan Tang Yuan akan diberi banyak warna, seperti warna merah, putih, hijau, kuning, merah muda, biru, dan sebagainya. Semua anggota keluarga akan bersama-sama membentuk bulatan-bulatan kecil pada adonan Tang Yuan yang sudah diberi warna. Lalu ibu akan menyiapkan bahan-bahan untuk membuat kuah Tang Yuan untuk kemudian dimasak.

Tang Yuan kemudian akan di masak oleh ibu. Setelah Tang Yuan dan kuah selesai di masak, keesokan harinya anggota keluarga akan saling bantu membantu untuk menyiapkan upacara ritual kepada Dewa-Dewi serta leluhur. Ibu akan membagi tugas kepada anggota keluarga untuk menyiapkan lilin, teh, kertas, Tang Yuan. Lalu anggota keluarga yang telah diberikan tugas akan mengerjakannya hingga selesai dengan rapi, dan jika ada anggota keluarga lain yang belum menyelesaikan tugasnya, maka dia akan membantu anggota keluarga yang lain.

Proses ritual Tang Yuan akan diikuti oleh seluruh anggota keluarga, dan ritual sembahyang harus dimulai dari ayah selaku kepala keluarga, lalu akan diikuti oleh anggota keluarga lainnya. Setelah proses persembahyangan selesai, maka seluruh anggota keluarga akan menikmati Tang Yuan bersama-sama.

Melalui proses pembuatan Tang Yuan secara bergotong royong, akan membuat anggota keluarga yang sibuk akan meluangkan waktu untuk membantu anggota keluarganya yang lain.

Gambar 4.1 Bergotong- royong membuat Tang Yuan

Sumber: jenyfer 2016

4.2.2 Fungsi Religius

Sewaktu Festival Tang Yuan dilaksanakan, masyarakat Tionghoa akan saling berkunjung ke rumah sanak saudara dan teman atau kenalan dengan marga yang sama. Kedatangan masyarakat Tionghoa tersebut bertujuan untuk saling memberikan Tang Yuan. Hal ini membuktikan bahwa Festival Tang Yuan memiliki fungsi menjaga keharmonisan antara masyarakat Tionghoa yang mungkin tidak dapat saling berkunjung pada hari-hari biasa disebabkan oleh kesibukan masing-masing individu.

Selain dalam hal saling mengunjungi sanak saudara ketika Festival Tang Yuan, keharmonisan pada saat Festival Tang Yuan juga dapat dilihat dari prosesi pembakaran uang kertas untuk leluhur ketika ritual upacara Tang Yuan. Hal ini membuktikan bahwa dalam tradisi Tionghoa ikatan darah dan kasih serta keharmonisan dalam keluarga antara yang telah meninggal dan yang masih hidup tidak terputus dan akan selalu terjalin dari generasi ke generasi.

Ketika ritual upacara Tang Yuan dilaksanakan, kepala keluarga akan memanjatkan doa serta pengharapan agar semua anggota keluarga mendapat kehidupan yang lebih baik, dijauhkan dari segala masalah dan mendapatkan umur yang panjang. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Tionghoa akan selalu mendoakan keluarganya yang lain, dan ini merupakan salah satu bentuk dari keharmonisan antara sebuah keluarga dengan keluarganya yang lain.

Keharmonisan juga dapat dilihat ketika seluruh keluarga sedang membuat Tang Yuan bersama-sama. Ketika membuat Tang Yuan, seluruh anggota keluarga akan membuat Tang Yuan bersama-sama sambil mengobrol dan bersenda gurau.

Seluruh anggota keluarga akan bercerita kejadian-kejadian yang mereka alami

sambil membuat Tang Yuan, hal yang sangat jarang terjadi karena kesibukan masing-masing individu. Anggota keluarga akan sulit meluangkan waktu untuk berkumpul dengan keluarganya yang lain pada hari-hari normal. Namun, pada hari pembuatan Tang Yuan mereka akan meluangkan waktunya untuk melaksanakan tradisi turun temurun dan untuk menjaga keharmonisan keluarga.

4.2.3 Fungsi Ritual Festival Tang Yuan

Tang Yuan terbuat dari tepung ketan, air, pewarna makanan, gula merah, daun pandan dan jahe. Proses pembuatan Tang Yuan dimulai dari mengadoni tepung ketan dan air hingga menjadi adonan. Kemudian adonan tersebut dibagi menjadi beberapa bagian dan masing-masing bagiannya diberi pewarna makanan yang berbeda-beda. Setelah itu adonan diuleni kembali hingga dapat dibentuk bulatan-bulatan kecil. Setelah Tang Yuan dibentuk menjadi bulatan-bulatan kecil, selanjutnya Tang Yuan disisihkan terlebih dahulu. Setelah itu, mulai mempersiapkan kuah Tang Yuan. Kuah Tang Yuan dibuat dengan cara mendidihkan air dengan gula merah dan jahe. Sebelum mendidih, kemudian ditambahkan daun pandan dan tunggu hingga mendidih lalu mulai masukkan Tang Yuan yang telah dibentuk sebelumnya. Setelah itu, tunggu hingga kuah tersebut mendidih dan Tang Yuan siap untuk disajikan.

Selain ritual pembuatan Tang Yuan yang telah dijelaskan sebelumnya, ada beberapa keunikan dalam proses pembuatan Tang Yuan yang dilakukan oleh beberapa keluarga Tionghoa. Keunikan tersebut adalah setelah selesai membentuk Tang Yuan, nampan berisi Tang Yuan yang telah dibentuk akan diputar searah jarum jam sambil mengatakan: “ 圆 哑 圆 , 一 家 年 年 都 团 年 ”

(yuán yǎ yuán , yī jiā nián nián dōu tuán niá) yang memiliki makna “Setiap tahun keluarga selalu berkumpul, sehingga hubungan keluarga menjadi selalu harmonis”.

Kuah Tang Yuan memiliki rasa manis yang berasal dari gula merah serta jahe yang memberikan rasa hangat pada tubuh. Jika Tang Yuan di Indonesia dibuat menggunakan gula merah dan jahe, lain halnya dengan Tang yuan di Tiongkok. Tang Yuan di Tiongkok dibuat dengan gula merah atau gula pasir serta arak untuk menghangatkan tubuh. Ini disebabkan karena perayaan Tang Yuan di Tiongkok jatuh pada musim dingin, sehingga mereka membutuhkan bahan yang dapat membuat tubuh menjadi hangat.

Dahulu, Tang Yuan tidak memiliki isi dan hanya memiliki satu varian rasa.

Saat ini Tang Yuan memiliki banyak varian rasa, seperti Tang Yuan yang berisi coklat, kacang merah, stoberi, kacang tanah, selai pandan, dan lain-lain. Selain Tang Yuan, saat ini kuah Tang Yuan juga memiliki banyak varian rasa seperti kuah asin dan kuah bening. Kuah Tang Yuan yang memiliki rasa asin disebabkan oleh penggunaan gula yang dikurangi dan penggunaan garam yang ditambahkan sesuai dengan selera masing-masing masyarakat Tionghoa. Sedangkan kuah Tang Yuan yang bening dikarenakan penggunaan gula merah yang digantikan menjadi gula pasir sehingga kuah yang dihasilkan akan menjadi bening, maka dinamakan menjadi kuah bening.

Perubahan varian Tang Yuan serta varian kuah Tang Yuan disebabkan oleh perkembangan jaman. Jaman yang semakin maju dan semakin inovatif menyebabkan masyarakat Tionghoa juga menjadi lebih inovatif terhadap variasi-variasi Tang Yuan. Tang Yuan asli yang hanya memiliki satu varian rasa kuah dan tidak memiliki isi membuat masyarakat Tionghoa mencapai titik jenuhnya karena

memakan variasi Tang Yuan yang sama selama bertahun-tahun. Oleh sebab itu maka masyarakat Tionghoa mulai menciptakan varian-varian Tang Yuan yang sesuai dengan jaman dan sesuai dengan selera masing-masing keluarga. Namun tidak semua keluarga Tionghoa saat ini membuat Tang Yuan dengan inovasi baru tersebut. Masih banyak keluarga Tionghoa yang masih tetap membuat variasi Tang Yuan asli. Hal ini dikarenakan ada beberapa keluarga yang merasa bahwa pembuatan Tang Yuan dengan isi dinilai terlalu susah dan memakan waktu pembuatan yang lebih lama. Selain dinilai sulit dan memakan waktu yang lebih lama, pembuatan Tang Yuan dengan isi juga membutuhkan keterampilan khusus untuk membungkus adonan Tang Yuan dengan isi yang diinginkan, karena jika tidak terampil dalam membungkus Tang Yuan dengan isi, maka pada saat direbus, Tang Yuan akan terbuka dan isinya akan keluar sehingga akan merusak rasa kuah yang digunakan untuk merebus Tang Yuan.

Gambar 4.2

Adonan Tang Yuan yang telah dibentuk

Sumber: Jenyfer 2016

Gambar 4.3

Kuah Tang Yuan yang telah matang

Sumber: Jenyfer 2016 Gambar 4.4

Tang Yuan yang siap disajikan

Sumber: Jenyfer 2016

Ritual upacara Tang Yuan dimulai dengan menyiapkan Tang Yuan yang akan dipersembahkan untuk Dewa-Dewi dan leluhur. Jumlah mangkok berisi Tang Yuan untuk Dewa-Dewi berjumlah ganjil, sedangkan untuk para leluhur berjumlah genap. Setelah menyiapkan Tang Yuan, lalu dilanjutkan dengan memasang lilin di sebelah kanan dan kiri hiolo. Hiolo adalah tempat untuk meletakkan dupa. Hiolo, lilin dan gelas teh kemudian diletakkan diatas meja altar.

Setelah itu mulai dilakukan sembahyang kepada Dewa Langit, Dewa Tanah, dan

para leluhur. Dewa Langit dan Dewa Tanah merupakan Dewa-Dewa yang pasti selalu ada disetiap rumah masyarakat Tionghoa dengan kepercayaan Taoisme.

Dewa Langit memiliki nama lain Tian Kong / Dewa Tai Yi. Dewa Langit dipercayai memegang takdir manusia, dan yang mengatur kapan akan member wabah dan bencana kepada manusia. Maka setiap tahunnya setiap Kaisar Tiongkok selalu menyembah Dewa Langit melalui upacara-upacara kekaisaran demi memohon cuaca dan hasil panen yang baik serta mengaharapkan kesehatan bagi rakyatnya.

Selain menyembah Dewa Langit, pada saat ritual upacara Tang Yuan masyarakat Tionghoa juga menyembah Dewa Tanah. Dewa Tanah memiliki nama lain Te Zhu Kong. Dewa Tanah adalah penghuni setiap rumah. Dewa Tanah dapat

Selain menyembah Dewa Langit, pada saat ritual upacara Tang Yuan masyarakat Tionghoa juga menyembah Dewa Tanah. Dewa Tanah memiliki nama lain Te Zhu Kong. Dewa Tanah adalah penghuni setiap rumah. Dewa Tanah dapat

Dokumen terkait