• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Manajemen Kolaboratif

Gagasan dasar pengelolaan kolaboratif adalah kemitraan antara lembaga pemerintah, komunitas lokal dan pengguna sumberdaya, lembaga non pemerintah dan kelompok kepentingan lainnya dalam bernegosiasi dan menentukan kerangka kerja yang tepat tentang kewenangan dan tanggung jawab untuk mengelola daerah spesifik atau sumberdaya. Hubungan kemitraan dalam pengelolaan disebut sebagai co-management (IUCN 1997 dalam Resolusi 142 Tahun 1996).

Manajemen kolaboratif merupakan terjemahan dari istilah collaborative management. (Marshall 1995, diacu dalam Tajudin 2000) menyatakan bahwa kolaborasi merupakan suatu bentuk resolusi konflik yang mengakomodasikan sikap kooperatif dan asertif yang tinggi (nilai positif). Kolaborasi merupakan suatu bentuk resolusi konflik yang menghasilkan situasi ”menang-menang” dan sama sekali tidak mempertimbangkan suatu keputusan atau kesepakatan yang bersifat zero-sum (kebijakan rendah sekali perhatiannya dalam mempertimbangkan alokasi

sumberdaya langka). Manajemen kolaboratif didefinisikan sebagai bentuk manajemen yang mengakomodasikan kepentingan-kepentingan seluruh

stakeholders secara adil, dan memandang harkat setiap stakeholders sebagai entitas yang sederajat sesuai dengan tata nilai yang berlaku, dalam rangka mencapai tujuan bersama (Tajudin 2000). Co-management adalah suatu kondisi dimana dua atau lebih stakeholders bernegosiasi, menetapkan dan memberikan garansi diantara mereka serta membagi secara adil mengenai fungsi pengelolaan, hak dan tanggung jawab dari suatu daerah teritori atau sumberdaya alam tertentu.

Stakeholders adalah mereka yang terlibat dan terpengaruh oleh kebijakan (Borrini-Feyerabend et al. 2000).

Claridge dan O’Callaghan (1995) mengemukakan bahwa pengelolaan kolaboratif adalah partisipasi aktif dalam pengelolaan sumberdaya oleh masyarakat baik secara individu maupun kelompok yang mempunyai keterkaitan atau kepentingan dengan sumberdaya tersebut, sehingga dapat mengatasi kerusakan yang menjadi penyebab konflik. Dikemukakan pula bahwa ada tiga elemen penting dari pengelolaan kolaboratif yaitu:

1. Pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam pengelolaan sumberdaya berdasarkan rencana yang dipahami dan disetujui oleh semua pihak.

2. Tujuan sosial, budaya, dan ekonomi merupakan bagian yang terintegrasi dari strategi pengelolaan.

3. Keberlanjutan pengelolaan sumberdaya merupakan tujuan utama.

Partisipasi penuh dari masyarakat akan menentukan keberhasilan co- management. Pemberian insentif, kepercayaan dan penguatan kelembagaan dan kepedulian masyarakat serta institusi akan mendukung keberlanjutan sumberdaya alam (Rodgers et al. 2002). Co-management dapat meningkatkan produktivitas sumber-sumber dan kreasi dari kondisi yang ada untuk memacu pengembangan masyarakat (Bowen 2005). Co-management merupakan pengembangan lapangan dalam pengelolaan kawasan yang dilindungi .

Pada dasarnya tujuan utama yang ingin dicapai dari setiap pelaku dalam pengelolaan sumberdaya melalui co-management adalah pengelolaan yang lebih tepat, lebih efisien, serta lebih adil dan merata. Tujuan utama tersebut menjadi

lebih konkrit dan lebih nyata ukuran keberhasilannya bila dikaitkan dengan beberapa tujuan sekunder sebagai berikut :

1) Co-management merupakan suatu cara untuk mewujudkan proses

pengambilan keputusan secara desentralisasi sehingga dapat memberikan hasil yang lebih efektif

2) Co-management adalah mekanisme atau cara untuk mengurangi konflik masyarakat melalui proses demokrasi partisipatif

3) Co-management mempunyai tugas-tugas dalam hal perumusan kebijakan, estimasi potensi sumberdaya, penentuan hak-hak pemanfaatan, pengendalian dan penegakan hukum

Co-management adalah suatu kesepakatan dimana tanggung jawab pengelolaan sumberdaya dibagi antara pemerintah di satu sisi dan stakeholders di sisi lain dengan tujuan untuk menjaga integritas ekologi sumberdaya alam (National Round Table on the Environment and the Economy / NRTEE 1999). Prinsip dasar

Co-management yaitu: 1) perberdayaan dan pembangunan kapasitas, 2) pengakuan terhadap kearifan dan pengelolaan tradisional, 3) perbaikan hak masyarakat lokal, 4) pembangunan berkelanjutan, 5) akuntabel dan transparans, 6) pelestarian lingkungan sumberdaya, 7) pengembangan mata pencaharian, 8) keadilan dan 9) keterpaduan (Knight & Tighe 2003).

Tanggung jawab dan wewenang masing-masing pihak menentukan tipe atau bentuk kolaborasi yang dianut. Dalam hal ini, kerjasama merupakan inti dari

co-management. Dari beberapa praktek yang telah dilakukan, secara hirarki co- management dapat ditentukan sebagai berikut Sen dan Nielsen (1996), diacu dalam Nikijuluw (2002) :

1. Instruktif. Dalam bentuk ini tidak banyak informasi yang saling ditukarkan diantara pemerintah dan masyarakat. Hanya sedikit dialog antar kedua pihak namun proses dialog yang terjadi bisa dipandang sebagai suatu instruksi karena pemerintah lebih dominan peranannya, dimana pemerintah menginformasikan kepada masyarakat rumusan-rumusan pengelolaan sumberdaya alam yang pemerintah rencanakan untuk dilaksanakan.

2. Konsultatif. Menempatkan masyarakat pada posisi yang hampir sama dengan pemerintah. Masyarakat mendampingi pemerintah dalam co-management. Oleh karenanya ada mekanisme yang membuat pemerintah berkonsultasi dengan masyarakat, hanya saja sekalipun masyarakat bisa memberikan berbagai masukan k epada pemerintah, masukan tersebut digunakan tidaknya tergantung pada pemerintah atau dengan kata lain pemerintahlah yang berperan dalam merumuskan keputusan pengelolaan sumberdaya alam.

3. Kooperatif. Menempatkan pemerintah dan masyarakat pada posisi yang sama atau sederajat, dengan demikian semua tahapan manajemen sejak pengumpulan informasi, perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi dan pemantauan co-management menjadi tanggung jawab kedua belah pihak. Pada bentuk ini masyarakat dan pemerintah adalah mitra yang sama kedudukannya.

4. Advokasi atau pendampingan. Peran masyarakat cenderung lebih besar dari pemerintah. Masyarakat memberikan masukan pada pemerintah untuk merumuskan suatu kebijakan. Masyarakat juga dapat mengajukan usul rancangan keputusan yang hanya tinggal dilegalisir oleh pemerintah, kemudian pemerintah mengambil keputusan serta menentukan sikap resminya berdasarkan usulan atau inisiatif masyarakat. Peran pemerintah lebih bersifat mendampingi masyarakat atau memberikan advokasi kepada masyarakat tentang apa yang mereka kerjakan.

5. Informatif. Pada satu pihak pemerintah perannya makin berkurang dan pada pihak lain masyarakat memiliki peran yang lebih besar dibandingkan dengan empat bentuk kolaborasi lainnya. Pemerintah hanya memberikan informasi kepada masyarakat tentang apa yang sepatutnya dikerjakan oleh masyarakat. Dalam kontribusinya yang lebih nyata, pemerintah menetapkan representasinya/delegasinya untuk bekerjasama dengan masyarakat dalam seluruh tahapan pengelolaan sumberdaya, mulai dari pengumpulan data, perumusan kebijakan, implementasi, pemantauan dan evaluasi.

Tingkat, bentuk atau tipe pengelolaan kolaboratif (co-management) yang diacu berdasarkan hirarki yang digambarkan oleh Nikijuluw (2002), dalam gambar 4 berikut :

Gambar 4 Level hierarki co-management (Nikijuluw 2002)

Gambar 5 Arah kerja co-management (Borrini-Feyerabend 1996)

Gambar 5 mengilustrasikan wilayah pengelolaan kolaboratif yang berada diantara manajemen di bawah kontrol penuh pemerintah dan di bawah kendali penuh masyarakat, sehingga arah kerja co-management mencakup berbagai cara dengan menerapkan manajemen kerjasama yang adaptif, mulai dari konsultasi aktif, mencari konsensus, negosiasi, sharing otoritas dan tanggung jawab serta transfer otoritas dan tanggung jawab.

Kontrol Penuh Pemerintah Kontrol bersama Pemerintah Kontrol Penuh stakeholders

Tidak ada intervensi & konstribusi stakeholders Konsultasi secara aktif Mencari konsensus terbaik COLLABORATIVE MANAGEMENT Negosiasi (keterlibatan dlm pengamb kpts & kesepakatan Sharing otorirtas & tanggung jwb secara formal Transfer otoritas & Tanggung jawab Tidak ada intervensi & konstribusi pemerintah

Harapan stakeholkders meningkat

Kontribusi, komitmen & akuntabilitas stakeholkders meningkat Goverment based

User-group based management

Instruksif

Konsultatif

Kooperatif

Pendampingan

Dokumen terkait