• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Manajemen Laba

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Manajemen Laba (Earnings Management) 1. Pengertian Manajemen Laba

Scott (2006) mendefinisikan manajemen laba sebagai pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan nilai pasar perusahaan. Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri.

Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi.

Fischer dan Rosenzweig (1995) mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan seorang manajer dengan menyajikan laporan yang menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari unit usaha yang menjadi tanggungjawabnya, tanpa menimbulkan kenaikkan (penurunan) profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang.

Manajemen laba muncul sebagai konsekuensi langsung dari upaya-upaya manajer atau pembuat laporan keuangan untuk

melakukan manajemen informasi akuntansi, khususnya laba, demi kepentingan pribadi atau perusahaan (Gumanti, 2000). Hal yang menarik perhatian adalah apakah selanjutnya para manajer benar-benar melakukan tindakan manajemen laba dalam laporan keuangannya. Tujuan manajer tidak lain yaitu untuk mendapatkan posisi aman dan agar lebih menyenangkan pemilik perusahaan.

Jika laba suatu perusahaan mengalami kenaikkan dari periode satu ke periode berikutnya maka akan mengakibatkan risiko perusahaan mengalami penurunan lebih besar dibandingkan dengan kenaikkan labanya (Halim et al, 2005). Jika pihak manajemen tidak berhasil meningkatkan laba pada target yang telah ditentukan, maka pihak manajemen akan memodifikasi laba yang dilaporkan. Pihak manajemen selalu ingin menunjukkan kinerja yang baik dalam usahanya untuk mencapai laba yang diinginkan atau laba yang maksimal bagi perusahaan sehingga pihak manajemen dapat menerapkan metode akuntansi yang dapat memberikan laba yang baik.

Dalam proses penyusunan laporan keuangan, manajemen sering melakukan intervensi terhadap proses penyusunan laporan keuangan, hal ini dilakukan karena manajemen mempunyai beberapa motivasi untuk hal ini, diantaranya agar laba terlihat bagus atau stabil, dengan demikian akan meningkatkan nilai perusahan dan pada akhirnya akan menarik minat (calon) kreditor.

12

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam earnings management ini, yaitu dengan kebijakan akrual (discretionary accruals) atau dengan cara pengaturan laba, yaitu menggeser laba atau mengakui pendapatan periode yang akan datang menjadi pendapatan saat ini (Rangan, 1998). Cara tersebut dilakukan dengan maksud agar kinerja perusahaan terlihat bagus. Kebijakan akrual dilakukan dengan mengendalikan transaksi akrual sehingga laba terlihat tinggi, tetapi transaksi tersebut tidak mempengaruhi aliran kas, misalnya waktu dari pengakuan pendapatan, sehingga kebijakan akrual akan dapat mempengaruhi kualitas laba suatu perusahaan.

2. Motivasi Manajemen Laba

Menurut Scott (1997), dalam Ekawati (2006), ada beberapa faktor yang mendorong manajer melakukan manajemen laba, yaitu: a. Rencana bonus (bonus schemes): manajer akan berusaha

mengatur laba yang dilaporkan agar dapat memaksimalkan bonus yang akan diterimanya. Motivasi bonus tersebut mendorong manajer untuk memilih prosedur akuntansi yang dapat menggeser laba dari periode yang akan datang ke periode saat ini.

b. Motivasi kontrak (contractual motivations): semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran perjanjian hutang, maka manajer akan cenderung memilih metode akuntansi yang dapat

memindahkan laba periode mendatang ke periode sekarang. Sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak.

c. Motivasi politik (political motivations): aspek politis tidak dapat dilepaskan dari perusahaan, khususnya perusahaan besar dan strategis, karena aktivitasnya melibatkan hajat hidup orang banyak. Perusahaan yang berkecimpung dibidang penyediaan fasilitas bagi kepentingan orang banyak seperti listrik, air, telekomunikasi, dan sarana infrastruktur, secara politis akan mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat. Perusahaan seperti ini cenderung menurunkan laba untuk mengurangi visibilitasnya, khususnya selama periode kemakmuran tinggi. Tindakan ini dilakukan untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah misalnya subsidi.

d. Motivasi perpajakan (taxation motivations): perpajakan merupakan salah satu alasan utama mengapa perusahaan mengurangi laba bersih yang dilaporkan. Manajer akan berusaha untuk membayar pajak yang serendah mungkin dengan cara mengurangi labanya, sehingga perusahaan dapat meminimalkan besar pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah.

e. Pergantian CEO (Changes of Chief Executive Officer): manajer perusahaan (CEO) akan berusaha meningkatkan kinerjanya untuk menghindari pergantian CEO. CEO yang kinerjanya baik

14

akan diberikan bonus (reward), sedangkan yang kinerjanya jelek akan segera diganti oleh pemilik perusahaan.

f. IPO (Initial Public Offering): manajemen perusahaan akan melakukan manajemen laba agar harga sahamnya saat penawaran perdana lebih tinggi. Untuk mempengaruhi keputusan (calon) kreditor, maka manajer berusaha menaikkan laba yang dilaporkan. Ketika perusahaan dinyatakan telah go public, informasi keuangan yang ada didalam prospektus merupakan sumber informasi penting. Informasi ini dapat digunakan sebagai sinyal kepada (calon) kreditor tentang nilai perusahaan. Untuk mempengaruhi keputusan (calon) kreditor, maka manajer berusaha menaikkan laba yang dilaporkan. Selain itu, motivasi pasar modal juga mempengaruhi dalam tindakan manajemen laba. Penggunaan informasi secara luas oleh (calon) kreditor dan analisis keuangan untuk melindungi nilai sekuritasnya, dapat menciptakan dorongan manajer untuk memanipulasi laba dalam usahanya untuk mempengaruhi kinerja sekuritas jangka pendek.

3. Cara Manajemen Laba

Menurut Ayres (1994), manajemen laba dapat dilakukan oleh manajer dengan cara sebagai berikut:

a. Manajer dapat menentukan kapan waktu akan melakukan manajemen laba melalui kebijakannya. Hal ini biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer.

b. Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan lebih awal atau menunda sampai saat berlakunya kebijakan tersebut.

c. Upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntansi tertentu dari sekian banyak metode yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada (GAAP).

4. Teknik Manajemen Laba

Teknik manjemen laba menurut Setiawati dan Na’Im (2000), dalam Rahmawati (2006) dapat dilakukan dengan tiga teknik, yaitu: a. Mengubah metode akuntansi: Manajemen mengubah metode

akuntansi yang berbeda dengan metode sebelumnya sehingga dapat menaikkan atau menurunkan laba, memberikan peluang bagi manajemen untuk mencatat suatu fakta tertentu dengan cara yang berbeda. Contohnya mengubah metode depresiasi aktiva tetap dari metode jumlah angka tahun ke metode depresiasi garis lurus dan mengubah periode depresiasi.

16

b. Memainkan kebijakan perkiraan akuntansi: manajemen mempengaruhi laporan keuangan dengan cara memainkan kebijakan perkiraan akuntansi, seperti kebijakan mengenai perkiraan jumlah piutang tak tertagih, dan kebijakan mengenai perkiraan biaya garansi.

c. Menggeser periode biaya atau pendapatan: sering disebut manipulasi keputusan operasioanal, misalnya menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak terpakai, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya. Kerjasama dengan vendor untuk mempercepat/menunda pengiriman tagihan sampai periode akuntansi berikutnya. Mempercepat/menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai periode akuntansi berikutnya.

5. Bentuk Manajemen Laba

Bentuk – bentuk manajemen laba yang dilakukan oleh manajer menurut Scott (1997), dalam Ekawati (2006), yaitu:

a. Taking a bath. Bila perusahaan harus melaporkan laba yang tinggi, manajer merasa dipaksa untuk melaporkan laba yang tinggi. Konsekuensinya manajer akan menghapus aktiva dengan harapan laba yang akan datang dapat meningkat. Bisa terjadi selama periode dimana terjadi tekanan dalam organisasi atau terjadi

reorganisasi, misalnya penggantian direksi. Jika teknik ini digunakan maka biaya-biaya yang ada pada periode yang akan datang diakui pada periode berjalan. Akibatnya, laba pada periode yang akan datang menjadi tinggi meskipun kondisi tidak menguntungkan.

b. Income minimization (menurunkan laba). Dalam bentuk ini manajer akan menurunkan laba untuk tujuan tertentu, misalnya untuk tujuan penghematan kewajiban pajak yang harus dibayar perusahaan kepada pemerintah. Karena semakin rendah laba yang dilaporkan perusahaan, semakin rendah pula pajak yang dibayarkan. Cara ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi, sehingga jika periode yang akan datang diperkirakan laba turun dapat ditutup dengan mengambil laba dari periode sebelumnya.

c. Income maximization (meningkatkan laba). Dalam hal ini manajer akan berusaha menaikkan laba untuk tujuan tertentu, misalnya menjelang IPO manajer akan meningkatkan laba dengan harapan mendapatkan reaksi yang positif dari pasar. Bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar.

d. Income smoothing (perataan laba). Dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan, dengan tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi (calon) kreditor. Karena umumnya (calon) kreditor menyukai

18

laba yang relatif stabil. Menaikkan atau menurunkan laba untuk mengurangi fluktuasi dalam melaporkan laba, sehingga perusahaan terlihat stabil dan tidak berisiko tinggi.

6. Alasan Dilakukan Manajemen Laba

Alasan dilakukan manajemen laba menurut Scott (1997), dalam Ekawati (2006), yaitu:

a. Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap manajer. Manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba atau prestasi usaha suatu organisasi, hal ini karena tingkat keuntungan atau laba dikaitkan dengan prestasi manajemen dan juga besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer.

b. Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor. Perusahaan yang terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada waktunya, perusahaan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba. Dengan demikian akan memberi posisi bargaining yang relatif baik dalam negoisasi atau penjadwalan ulang hutang antara pihak kreditor dengan perusahaan.

c. Manajemen laba dapat menarik (calon) kreditor untuk menanamkan modalnya terutama pada perusahaan go public pada saat IPO.

7. Mendeteksi Manajemen Laba

Menurut Aminul (2007), manajemen melakukan manipulasi dengan menggunakan discretionary accruals, yaitu kebijakan akuntansi yang memberikan keleluasaan pada manajemen untuk menentukan jumlah transaksi akrual secara fleksibel, sehingga terjadi peningkatan laba (income increasing) menjelang penawaran atau penerbitan obligasi, memuncak pada saat penawaran dan menurun setelah penawaran dan dalam jangka panjang akan berdampak kepada penurunan kinerja perusahan.

Total akrual sebuah perusahaan dipisahkan menjadi non discretionary accruals (tingkat akrual yang wajar) dan discretionary accruals (tingkat akrual yang abnormal). Untuk menghitung discretionary accruals digunakan Model Jones Modifikasi menurut Dechow et al, (1995), dalam Sulistiawan (2011), yaitu sebagai berikut: a. Menghitung Total Accruals (TA)

Total Accruals perusahaan dihitung dengan rumus sebagai berikut: TAit = NIit– CFOit

Keterangan:

20

NIit : Laba perusahaan pada periode t

CFOit : Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode t

b. Menghitung Non Discretionary Accruals (NDA)

Non Discretionary Accruals dihitung dengan rumus sebagai berikut:

NDAit = α1(1/Ait-1)+α2(∆REV/Ait-1-∆REC/Ait-1)+α3 (PPEit/Ait-1) Keterangan:

NDAit :Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode t At-1 : Total Aktiva Perusahaan i pada periode t

∆REVit : Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode t ∆RECit : Perubahan puitang perusahaan i pada periode t PPEit : Aktiva tetap perusahaan pada periode t

α1α2α3 : Koefisien regresi

c. Menghitung Discretionary Accruals (DA)

Discretionary Accruals dihitung dengan rumus sebagai berikut: DAit = (TAit / At-1) – NDAit-1

Keterangan:

DAit : Discretionary Accruals perusahaan i pada periode t TAit : Total Accruals perusahaan i pada periode t

At-1 : Total aktiva perusahaan i pada periode ke t

Sanjaya (2008), dalam Liani (2010), mengatakan discretionary accruals yang positif atau negatif hanya mengindikasikan bahwa perusahaan sampel melakukan praktik manajemen laba.

Dokumen terkait