Yaitu:
◦ Segala sesuatu/sumber-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan
◦ Sekumpulan produk phisikal pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi
Meliputi:
◦ Persediaan bahan mentah ◦ Persediaan barang dalam proses ◦ Persediaan barang jadi/produk akhir
◦ Persediaan bahan-bahan pembantu/pelengkap
◦ Persediaan komponen-komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan
◦ Uang
◦ Ruangan fisik (bangunan) ◦ Peralatan
◦ Tenaga kerja
A. Pengertian Persediaan
Yaitu:
◦ Persediaan merupakan bagian utama dari modal kerja, sebab jumlahnya yang paling besar.
◦ Menurut Lukman (2000) persediaan merupakan investasi yang paling besar dalam aktiva lancar untuk sebagian besar perusahaan industri. ◦ Persediaan diperlukan untuk dapat melakukan proses produksi dan
penjualan secara lancar.
◦ Persediaan bahan mentah dan barang dalam proses diperlukan untuk menjamin kelancaran proses produksi.
Perusahaan Manufaktur persediaan meliputi:
◦ Persediaan bahan mentah (inventory of raw material)
◦ Persediaan barang dalam proses (inventory of work in process) ◦ Persediaan barang jadi (inventory of finished goods)
Perusahaan Dagang persediaan meliputi:
Riset Operasional, disusun oleh: M. Trihudiyatmanto 73
Fungsi pengendalian persediaan
1. Sebagai penyangga proses produksi sehingga proses operasi dapat berjalan terus 2. Menetapkan banyaknya barang yang harus disimpan sebagai sumber daya agar
tetap ada
3. Sebagai pengganggu inflasi
4. Menghindari kekurangan/kelebihan bahan
Begitu pentingnya manajemen persediaan, sehingga semua level manajer terlibat dalam pengelolaan persediaan untuk menjaga besarnya persediaan guna mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien.
Kebijakan Persediaan perlu dilakukan oleh Manajer agar supaya:
1. Dapat menjamin kelancaran proses produksi 2. Dapat dijangkau oleh dana yang tersedia 3. Dapat mencapai pembelian optimal
Pada Perusahaan Manufaktur faktor yang menentukan besarnya persediaan :
1. Lead time, yaitu lamanya yang masa tunggu bahan yang dipesan datang 2. Frekuensi penggunaan bahan selama satu periode
3. Jumlah dana yang tersedia 4. Daya tahan bahan persediaan
Pada dasarnya jika perusahaan bisa memprediksi dengan tepat pada waktunya sesuai dengan jumlah yang diperlukan, maka jumlah persediaan bisa kecil sekali atau bahkan nol dan teknik ini sering disebut sebagai teknik persediaan just in
time atau zero inventory.
Kebutuhan Persediaan (Inventory Need)
Jumlah kebutuhan pertahun simbolnya adalah R (Requirement)
Jumlah atau kuantitas bahan yang dipesan dengan simbol Q (Quantity).
Biaya-biaya Dalam Persediaan
Biaya penyimpanan/ pengangkutan (C) (holding cost/carrying costs)
Biaya pemesanan (O) (ordering costs)
Biaya persiapan (S)
(setup costs)
Biaya kehabisan/kekurangan bahan (Sh)
Riset Operasional, disusun oleh: M. Trihudiyatmanto 74
Biaya Penyimpanan ( C ) (holding cost/carrying costs)
Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan, mis: penerangan, pemanas, pendingin, dll) Biaya modal (opportunity cost of capital)
Biaya keusangan
Biaya penghitungan fisik dan konsiliasi laporan Biaya asuransi
Biaya pajak persediaan
Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan Biaya penanganan persediaan
dll
Biaya Pemesanan ( O ) (order costs)
Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi Upah
Biaya telpon
Pengeluaran surat menyurat
Biaya pengepakan dan penimbangan Biaya pemeriksaan penerimaan Biaya pengiriman ke gudang Biaya hutang lancar
dll
Biaya Persiapan ( S ) (setup costs)
Biaya mesin-mesin penganggur
Biaya persiapan tenaga kerja langsung Biaya scheduling (penjadwalan)
Biaya ekspedisi dll
Biaya Kehabisan/kekurangan Bahan (Sh) (shortage costs)
Kehilangan penjualan Kehilangan langganan Biaya pemesanan khusus Biaya ekspedisi
Selisih harga
Riset Operasional, disusun oleh: M. Trihudiyatmanto 75 Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial
dll
B. Biaya Persediaan Optimal
1. Biaya Pesan (ordering cost) Biaya Pesan = R x O atau R x S Q Q
Keterangan :
R = jumlah kebutuhan dalam 1 periode (per tahun) unit Q = jumlah setiap kali pembelian bahan (unit)
O = Biaya pemesanan (ordering cost) S = Biaya persiapan (set-up cost) 2. Biaya Simpan (carrying cost)
Biaya Simpan = Q x C 2
Keterangan :
Q = bahan yang dipesan setiap kali pesan (unit) Q/2 = rata-rata persediaan
C = Biaya penyimpanan
Contoh soal:
PT. “SABRINA” merencanakan untuk melakukan pembelian bahan selama satu tahun sebanyak 160.000 unit. Biaya pesan Rp. 10.000 setiap kali pesan. Biaya simpan Rp. 2,- per unit. Harga beli Rp. 1.000,- per unit. Dari data diketahui: R = 160.000 unit, O= Rp. 10.000,- dan C = Rp. 2,-
Perhitungan Biaya Persediaan Keterangan Frekuensi Pembelian 1x 2x 3x 4x 5x 6x Jumlah Pembelian (Q) Ordering Cost Carrying Cost Total Cost 160.000 10.000 160.000 170.000 80.000 20.000 80.000 100.000 53.333 30.000 53.333 83.333 40.000 40.000 40.000 80.000 32.000 50.000 32.000 82.000 26.666 60.000 26.666 86.666 Dari perhitungan biaya dengan metode coba-coba tersebut, dapat diketahui bahwa biaya persediaan paling minimal pada pembelian 40.000 unit setiap kali membeli yaitu dengan biaya Rp. 80.000,-. Jika diperhatikan pada saat biaya minimal tersebut ternyata biaya pesan sama dengan biaya simpan. Dengan dasar perhitungan tersebut, maka bisa dicari jumlah pembelian dengan biaya yang paling minimal.
Riset Operasional, disusun oleh: M. Trihudiyatmanto 76
3. EOQ (economic order quantity)
Q = 2.R.O EOQ = 2.R.O C C
Keterangan :
Q = Jumlah kuantitas pesanan yang paling ekonomis (EOQ) R = Jumlah kebutuhan barang yang dibeli selama setahun
O = Biaya pesanan setiap kali pesan, kadang-kadang diberi simbol S (order) C = Biaya simpan (barang) per unit atau dihitung dari presentase rata-rata persediaan dikalikan dengan harga barang
Contoh 2 (diambil dari contoh 1)
PT. “SABRINA” merencanakan untuk melakukan pembelian bahan selama satu tahun sebanyak 160.000 unit. Biaya pesan Rp. 10.000 setiap kali pesan. Biaya simpan Rp. 2,- per unit. Harga beli Rp. 1.000,- per unit. Dari data diketahui: R = 160.000 unit, O= Rp. 10.000,- dan C = Rp. 2,-
EOQ = 2 x 160.000 x 10.000 = 1.600.000.000 = 40.000 unit 2
Untuk membuktikan apakah benar bahwa 40.000 unit merupakan jumlah pesanan yang optimal, maka dapat dijelaskan dengan membuat tabel berikut :
Jumlah pembelian paling ekonomis Keterangan Frekuensi Pembelian 1x 2x 3x 4x 5x 6x Inventory (unit) Average inventory Ordering Cost Carrying Cost Total Cost 160.000 80.000 10.000 160.000 170.000 80.000 40.000 20.000 80.000 100.000 53.333 26.667 30.000 53.333 83.333 40.000 20.000 40.000 40.000 80.000 32.000 16.000 50.000 32.000 82.000 26.666 13.333 60.000 26.666 86.666 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Total Cost terendah sebesar Rp. 80.000 tercapai pada frekuensi pembelian ke 4. Pada saat itu besarnya biaya pesan sama dengan biaya simpan (Ordering Cost = Carrying Cost). Frekuensi pembelian yang kurang dari atau lebih dari 4 kali tersebut akan menanggung biaya yang lebih besar.
Analisis EOQ ini sebenarnya analisis yang cukup lemah dalam analisis keuangan. Hal ini karena ada beberapa asumsi yang mendasari berlakunya analisis EOQ ini yang mungkin sulit untuk ditepati. Asumsi berlakunya EOQ yaitu:
1. Bahan atau barang yang dibutuhkan harus tersedia di pasar ketika dibutuhkan. 2. Harga barang selalu tetap (stabil) selama periode analisis
Riset Operasional, disusun oleh: M. Trihudiyatmanto 77 3. Biaya simpan selalu stabil selama periode analisis
4. Biaya-biaya yang berhubungan dengan pemesanan relatif tetap
Dari keterangan diatas, biaya pesan memiliki sifat yang positif-linier dengan frekuensi pesanan. Artinya semakin sering memesan, maka biaya pemesanan semakin tinggi. Sebaliknya, biaya simpan memiliki hubungan yang negatif-tidak linier dengan frekuensi pesanan, yaitu semakin sering pesanan barang dilakukan, maka semakin kecil biaya simpannya. Hubungan biaya pesan, biaya simpan dan jumlah biaya pada keadaan EOQ dapat digambarkan sebagai berikut :
4. REORDER POINT (ROP)
Reorder point adalah titik pemesanan kembali, biasa disingkat ROP
ROP adalan titik dimana perusahaan harus memesan kembali agar kedatangan bahan yang dipesan tepat pada saat persediaan bahan diatas safety stock sama dengan nol.
Pada saat tersebut perusahaan harus memesan kembali agar kedatangan bahan yang dipesan tidak sampai melanggar persediaan pengamanan (safety stock).