• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pertanian

Dalam dokumen PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICE (Halaman 84-89)

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEGIATAN BUDIDAYA 1. Lokasi Lahan Pertanian

5. Manajemen Pertanian

Tabel 24. Kesesuaian Manajemen Pertanian PT. Saung Mirwan dengan GAP

No Komponen pengamatan Kesesuaian dengan GAP

Sesuai Belum Sesuai Tidak dilakukan 1 Kesehatan dan keamanan pekerja √

2 Sistem manajemen √

3 Catatan staf √

Sumber : Pengamatan

Tabel 24 menunjukkan bahwa 100% komponen manajemen pertanian belum sesuai dengan standar GAP. Hal ini terjai karena PT.Saung Mirwan tidak

memiliki jaminan khusus terhadap para karyawan. Jamsostek hanya dimiliki oleh beberapa karyawan tertentu dan untuk karyawan lainnya tidak memiliki jaminan apapun.

Sistem manajemen yang diterapkan oleh PT.Saung Mirwan juga baru diberlakukan 15 tahun terakhir. Sebelumnya, sistem manajemen hanya dipegang oleh Direktur sendiri baik mengenai penerimaan tenaga kerja maupun sistem penggajian. Sistem penggajian diberikan langsung oleh Direktur kepada karyawan dan tidak memiliki tanda bukti penerimaan gaji. Sistem yang seperti ini mengakibatkan catatan staf menjadi tidak lengkap dan karyawan yang bekerja juga tidak memiliki tanda bukti diterima bekerja sebagai karyawan, perekrutan hanya dilakukan oleh Direktur dan tidak ada syarat yang harus dipenuhi untuk mendaftar sebagai karyawan, khususnya karyawan harian.

Tabel 25. Kesesuaian Usaha Tani PT. Saung Mirwan dengan GAP

No Komponen pengamatan Kesesuaian dengan GAP

Sesuai Belum Sesuai Tidak dilakukan 1 Koordinator yang bertanggungjawab √

2 Catatan usahatani √

Sumber : Pengamatan

Tabel 25 menunjukkan bahwa poin untuk usaha tani ini 100% belum sesuai dengan GAP. PT. Saung Mirwan memiliki struktur organisasi yang cukup jelas, namun pada tahun ini karena kondisi perusahaan dalam masa yang kritis maka ada beberapa tanggung jawab yang dibebankan hanya kepada satu orang saja. Hal ini terjadi karena ada beberapa kepala bagian yang mengundurkan diri dan sebagian lainnya telah dilakukan pemutusan hubungan kerja, sehingga tidak memungkinkan untuk tetap mengikuti struktur yang lama.

Keadaan diatas juga mengakibatkan catatan usaha tani menjadi tidak dapat dikoordinir sepenuhnya sehingga banyak catatan yang tidak diketahui keberadaannya. Selain itu, pengumpulan semua catatan juga tidak pernah dilakukan, catatan tentang divisi dan kondisi lahan ataupun bagian lainnya hanya dipegang oleh masing-masing divisi. Hal ini megakibatkan pengetahuan secara umum mengenai usahatani perusahaan tidak merata. Setiap divisi hanya

menguasai bagian masing-masing dan sama sekali tidak mengetahui kondisi dan keadaan divisi lainnya.

Produksi tomat di Indonesia masih sangat kecil. Pada tahun 2009, di Indonesia rata-rata produksi tomat nasional dengan budidaya di lapang baru mencapai 15.51 ton/ha atau 21.93 ton/ha untuk pulau Jawa dan 11.80 ton/ha untuk luar Jawa (Sumber : ATAP 2009, Ditjen Hortikultura).

Produksi tomat cherry yang ada di Saung Mirwan belum mencapai standar produksi tomat yang ada di Indonesia. Beberapa varietas yang dikembangkan juga merupakan varietas ekspor, yaitu Gang, Sakura dan Guindo. Untuk varietas Guindo dan Sakura produksi per pohon hanya menghasilkan tomat cherry rata-rata sebanyak 4.83 kg sedangkan untuk varietas gang hanya menghasilkan 4.01 kg per pohon. Jika dikonversi dalam luas lahan per Ha dengan jarak tanam 25 x 100 cm, maka varietas Guindo dan sakura hanya sekitar 19.32 ton/ha sementara varietas gang sekitar 16.04 ton/ha. Angka ini masih berada di bawah rata-rata standar nasional sehingga dapat dikatakan bahwa produksi tomat cherry di PT.Saung Mirwan masih rendah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adanya penggunaan bibit yang berasal dari stek pucuk yang rentan terhadap virus dan penyakit layu sehingga tanaman harus dibongkar sebelum waktunya. Selain itu, kegiatan budidaya yang belum sesuai dengan GAP juga mempengaruhi rendahnya produksi tomat yang dihasilkan. Data panen selama 4 bulan terakhir dapat dilihat pada Lampiran 8.

Saran Peningkatan Produksi Tomat Cherry di PT. Saung Mirwan Jumlah tanaman yang ditanam untuk memproduksi tomat cherry di PT. Saung Mirwan selama 4 bulan (Februari-Juni) dengan produksi rata-rata setiap kali panen 222 gr/pohon hanya sekitar 2174 tanaman dengan luasan 1280 m2 (dapat dilihat pada Lampiran 8) sementara berdasarkan perhitungan, untuk memenuhi kebutuhan pasar yang diasumsikan sebanyak 50 kg/hari dibutuhkan produksi 1577 tanaman dengan luasan 1200 m2 yang siap panen setiap minggu, dengan perhitungan sebagai berikut :

Daya serap pasar yang dapat dimasuki untuk tomat cherry setiap hari : 50 kg/hari Rata-rata bobot buah tomat cherry sekali panen per tanaman : 222 gr/tanaman Jumlah tanaman yang diperlukan = 50.000/222

= 225 tanaman/hari

= 1577 tanaman/minggu    Asumsi Keadaan Produksi

- Kehilangan saat tanam : 20% - Kehilangan saat panen : 20%

- Jarak polibag tomat cherry : 100 x 25 cm (@2 tanaman Jumlah tanaman yang harus ditanam = 100/80 x 100/80 x 1577

= 2464, 0625 tanaman/minggu = 2464 tanaman/minggu Luas areal efektif = (1 x 0.25) x (2464/2)

= 308 m2

Luas areal total = jumlah minggu penanaman/siklus x (luas efektif + 30% luas efektif) = 3 x (308 + 92.4 m2)

= 1200 m2

Keadaan diatas menunjukkan bahwa dengan benih/bibit serta teknik budidaya yang digunakan sekarang, PT. Saung Mirwan tidak akan mampu untuk memenuhi permintaan pasar yang ada. Hal ini merupakan suatu kendala yang sangat menghambat peningkatan produksi dan pendapatan untuk perusahaan. Hal ini tentu membutuhkan suatu solusi agar PT. Saung mirwan dapat meningkatkan produksi dan pendapatannya. Usaha untuk meningkatkan produksi ini salah satunya dapat dilakukan dengan penerapan program GAP (Good Agriculture Practice) yang dilaksanakan dengan pemenuhan beberapa komponen GAP yang belum sesuai dengan teknik budidaya yang dilakukan, yaitu :

1. Lokasi Lahan Pertanian

Pemenuhan standar ini dapat dilakukan dengan melakukan penelusuran dan memperhatikan sejarah penggunaan lahan.

2. Lingkungan Pertanian

Pemenuhan standar ini dapat dilakukan dengan memperhatikan pengolahan limbah, kebersihan dan penggunaan air kolam.

3. Pemeliharaan Tanaman Pertanian

Pemenuhan standar ini dapat dilakukan dengan melakukan pemeliharaan dan pembersihan ruangan penyimpanan dan gudang serta penyediaan toilet dan westafel.

4. Budidaya Tanaman

Pemenuhan standar ini dapat dilakukan dengan penggunaan bahan tanam dari sumber yang jelas, memperhatikan penggunaan dan penyimpanan pestisida dan pupuk, pemeliharaan peralatan budidaya, melaksanakan pengendalian hama terpadu, dan melakukan analisis gizi terhadap tanaman yang dibudidayakan. Selain itu, perlu juga dilakukan pencucian komoditas sebelum pengemasan, penggunaan pakaian khusus dalam pengemasan dan pemenuhan fasilitas untuk penyimpanan dingin.

5. Manajemen Pertanian

Pemenuhan standar ini dapat dilakukan dengan memperhatikan kesehatan dan keamanan pekerja, melakukan pencatatan lengkap terhadap produksi tanaman dan menetapkan seorang koordinator yang bertanggung jawab terhadap hal tersebut.

Dalam dokumen PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICE (Halaman 84-89)

Dokumen terkait