• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Piutang

Dalam dokumen Aplikasi Analisis Manajemen Keuangan (Halaman 94-97)

BAB VII. MANAJEMEN PIUTANG

A. Manajemen Piutang

Piutang menunjukkan perlunasan pemberian kredit oleh badan usaha kepada konsumennya. Bagi kebanyakan perusahaan manufaktur, perluasan kredit kepada konsumen adalah merupakan biaya dalam menjalankan bisnis. Karena dengan mengikatkan uang perusahaan dalam bentuk piutang, maka badan usaha akan kehilangan time value of money dan mendatangkan risiko bila hal tersebut tidak terbayar. Sebagai imbalan atas biaya yang diakibatkan dengan adanya piutang maka perusahaan memiliki kemampuan bersaing, mampu menarik dan mempertahankan pelanggan dan dapat meningkatkan nilai penjualan serta profit.

Secara umum, manajer keuangan mengkontrol piutang dengan cara menetapkan dan mengelola (1) credit policy, yang meliputi penentuan credit selection, credit standard dan credit terms, (2) collection policy.

Credit selection merupakan keputusan apakah diperlukan perluasan kredit kepada pelanggan dan berapa besarnya kredit yang diberikan. Dalam melakukan credit selection maka alat yang biasa dipergunakan adalah five C’s ofcredit.

Lima dimensi yang terdapat dalam five C’s credit adalah:

o Character, dimensi ini mempertimbangkan karakter

yang dimiliki seseorang dalam memenuhi kewajiban dimasa lalu.

o Capacity, merupakan dimensi yang melihat pada

kemampuan calon debitur untuk mengembalikan kredit yang telah diberikan.

o Capital, mencerminkan kekuatan keuangan dari calon

debitur yang dicerminkan dalam posisi kepemilikan.

o Collateral, merupakan aset calon debitur yang dapat

dijadikan sebagai jaminan dalam pemberian kredit.

Pada umumnya analis kredit akan mempertimbangkan 2 poin utama yaitu character dan capacity. Dalam memperoleh informasi kredit, maka sumber yang utama digunakan adalah:

1. Financial Statements, dengan memperhatikan likuiditas, aktivitas, posisi utang dan profitabilitas yang tersedia dalam laporan keuangan perusahaan selama beberapa tahun yang lalu.

2. Dun & Bradstreet, merupakan salah satu agen pemeringkat terbesar di Amerika Serikat.

3. Credit InterchangeBureaus

4. Direct Credit Information Axchanges 5. Bank Checking.

Setelah memperoleh informasi kredit, maka selanjutnya dilakukan analisis kredit. Hal yang patut diperhatikan selain kredibilitas dari calon debitur adalah mengestimasi jumlah maksimum pemberian kredit yang masih layak diberikan (line of credit). Dalam melakukan analisis kredit, maka harus melalui prosedur analisis, pertimbangan kondisi ekonomi dan masalah-masalah yang dihadapi oleh small business. Dengan melakukan analisis kredit, maka akan dihasilkan credit scoring, yaitu score yang menggambarkan secara keseluruhan kekuatan keuangan dari calon debitur.

Credit Standards merupakan kebutuhan minimum untuk dapat diberikannya kredit kepada calon debitur. Dalam melakukan perubahan kebijakan standar kredit (apakah memperlonggar atau memperketat kredit?) maka ada beberapa variabel yang harus dipertimbangkan, yaitu:

a. Sales volume, melakukan perubahan standard kredit akan mempengaruhi tingkat penjualan. Bila standar kredit diperlonggar, maka diharapkan penjualan akan meningkat. Sebaliknya, bila standar kredit diperketat, maka tingkat penjualan akan menurun.

b. Investment in Account Receivable

Dengan diberikannya kredit dalam bentuk piutang maka ini akan menimbulkan biaya bagi perusahaan. Semakin tinggi investasi dalam piutang, maka semakin besar carrying cost, begitu pula sebaliknya. Bila perusahaan memperlonggar standar kredit, maka piutang akan meningkat. Begitu pula carrying cost-nya. Hal ini sebabkan oleh meningkatnya penjualan dan semakin panjangnya periode pengumpulan piutang.

Hal yang berlawanan akan terjadi bila standar kredit diperketat. Jadi, pelonggaran standar kredit akan berpengaruh negatif terhadap laba disebabkan oleh biaya

penyimpanan lebih tinggi, sedangkan pengetatan standar kredit akan mempengaruhi laba secara positif sebagai akibat dari biaya penyimpanan yang lebih rendah.

c. Bad Debt Expense

Dengan diperlonggarnya kebijakan kredit, maka kemungkinan terjadinya kredit macet (had debt) akan meningkat dan hal ini akan mempengaruhi profit yang diterima.

Untuk memutuskan apakah perusahaan akan memperlonggar atau memperketat kebijakan kredit maka manajer keuangan harus membandingkan apakah tanbahan profit dari adanya perubahan kebijakan piutang lebih besar dari tambahan biaya dalam investasi piutang dan biaya kredit macet. Bila tambahan kontribusi laba lebih besar daripada biaya marginal, standar kredit seharusnya dilonggarkan namun bila sebaliknya, standar yang berlaku seharusnya tetap tidak diubah.

Credit terms atau syarat kredit merupakan syarat pembayaran kembali semua kredit yang telah diberikan kepada konsumen. Biasanya, syarat kredit dinyatakan dalam notasi 2/10 net 30;yang artinya konsumen akan mendapatkan diskon sebesar 2% bila ia membayar utangnya dalam waktu 10 hari setelah dimulainya periode kredit – bila konsumen tidak mengambil diskon tersebut maka ia harus membayar sepenuhnya dalam jangka waktu 30 hari sejak dimulainya periode kredit.Credit terms diatas mengandung 3 unsur, yaitu: (1) the cash discount – potongan tunai (bila ada), (2) the cash discount period – periode tunai dan 3) the credit period - periode kredit. Perubahan dalam setiap aspek dari syarat kredit badan usaha dapat berpengaruh pada profitabilitas secara keseluruhan. Berikut ini akan didiskusikan faktor – faktor positif dan negatif yang berhubungan dengan perubahan - perubahan dan prosedur - prosedur kuantitatif untuk evaluasinya. Kenaikan jangka waktu periode kredit seharusnya meningkatkan penjualan, tetapi baik piutang dan biaya piutang tak tertagih juga meningkat jadi, penjualan meningkat akan mempunyai pengaruh bersih positif terhadap laba, sedangkan peningkatan investasi pada piutang dan biaya piutang tak tertagi akan mempengaruhi laba secara negative, demikian pula sebaliknya.

Collection policy adalah prosedur untuk mengelompokkan piutang sesuai dengan tanggal jatuh temponya. Efektifitas dari kebijakan ini dapat dievaluasi dengan melihat pada tingkat bad debt expense.

collection expenditures (biaya dalam rangka pengumpulan piutang) dapat diharapkan mengurangi bad debt expense . Hal ini seperti tampak pada Gambar 10.1. Bila piutang tak konstan, maka peningkatan biaya penagihan diharapkan dapat menurunkan piutang tak tertagih.

Pendekatan yang biasa dipergunakan untuk mengevaluasi credit and collection policies meliputi average collection period ratio dan aging account receivable. Aging merupakan teknik yang mengelompokan proporsi piutang berdasarkan periode waktu tertentu.

Peningkatan upaya - upaya penagihan seharusnya menurunkan piutang dan biaya piutang tak tertagih serta meningkatkan laba. Tetapi, bila upaya - upaya penagihan tersebut terlalu intensif, strategi ini dapat menyebabkan hilangnya penjualan sebagai tambahan terhadap biaya penagihan yang meningkat. Dengan kata lain, bila usaha –usaha yang dilakukan badan usaha untuk mendorong para pelanggannya untuk membayar terlalu keras, mereka dapat beralih ke bisnis lainnya. Oleh karena itu, badan usaha seharusnya berhati-hati dan tidak terlalu agresif dalam menjalankan strategi ini.

B. MANAJEMEN PIUTANG DENGAN MENGGUNAKAN

Dalam dokumen Aplikasi Analisis Manajemen Keuangan (Halaman 94-97)

Dokumen terkait