• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN RISIKO

Dalam dokumen AR 2014 Bank Dinar compress (Halaman 54-56)

RISIKO KREDIT

P

erseroan dalam pelaksanaan penerapan

manajemen risiko mengacu pada ketentuan Risiko kredit adalah risiko yang mungkin terjadi sebagai sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank akibat gagalnya pihak debitur untuk memenuhi Indonesia (PBI) No. 5/8/PBI/2003 yang telah diubah kewajibannya kepada bank. Untuk pengelolaan risiko dengan PBI No. 11/25/PBI/2009, dan Surat Edaran ini Perseroan menerapkan prinsip kehati-hatian mulai Bank Indonesia (SE-BI) No. 5/21/DPNP yang telah dari analisa kelayakan, pemanfaatan fasilitas sampai diubah dengan SE-BI No. 13/23/DPNP, yang dengan kredit lunas. Disisi lain juga melakukan pelaksanaannya telah disesuaikan dengan langkah-langkah penyelesaian secepatnya atas kredit kompleksitas usaha dan bisnis bank. Untuk bermasalah dan juga mengambil langkah-langkah yang mengendalikan berbagai risiko yang terkait dengan diperlukan atas kredit yang menunjukkan gejala aktivitas operasional Bank, maka Perseroan telah bermasalah. Untuk memitigasi risiko kredit, Perseroan menerapkan pengelolaan Manajemen Risiko yang membentuk cadangan kerugian penurunan nilai dalam disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas kegiatan jumlah yang cukup. Keputusan pemberian kredit usaha. Sedangkan, untuk memastikan pelaksanaan dilakukan apabila diyakini bahwa pinjaman yang penerapan manajemen risiko ini, Perseroan telah diberikan kepada Debitur dapat kembali sesuai dengan membentuk Komite Manajemen Risiko dan Satuan target waktu yang diberikan. Proses pengambilan Kerja Manajemen Risiko yang bertugas melakukan keputusan kredit dilakukan melalui Rapat Komite penilaian atas beberapa jenis risiko yang telah Kredit yang anggotanya terdiri dari Account Officer, ditetapkan dan menentukan sistem pengendaliannya. Pejabat Perkreditan, dan Direksi. Keputusan diambil Sementara itu, untuk menjamin efektivitas penerapan apabila seluruh peserta rapat Komite menyetujui atas manajemen risiko maka dalam setiap kegiatan usulan pemberian kredit.

operasional Perseroan telah ada: Selain itu, Perseroan mengelola dan mengkontrol risiko

Ÿ Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi; kredit dengan berbagai cara di antaranya diversifikasi Ÿ Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan produk kredit, menetapkan limit kredit, pengukuran

limit; dan pemantauan, serta pengendalian risiko kredit

termasuk penilaian Jaminan Kredit. Perseroan juga

Ÿ Kecukupan proses identifikasi, pengukuran,

menjalankan fungsi pengawasan (supervisory) kredit pemantauan dan pengendalian risiko serta sistem

dengan efektif yang mencakup pemantauan dan informasi manajemen risiko;

pemeriksaan yang ketat, berkala dan terus menerus

Ÿ Sistem pengendalian intern. Penerapan

pada kredit yang telah disalurkan. Mengambil tindakan manajemen risiko yang mencakup pengawasan secepatnya terhadap kredit bermasalah atau yang aktif Dewan Komisaris dan Direksi, kecukupan menunjukan potensi bermasalah.

kebijakan, prosedur dan penetapan limit,

Mengacu pada ketentuan PSAK 55/50, Perseroan kecukupan proses identifikasi, pengukuran,

mengelompokan kualitas kredit dalam dua kelompok pemantauan dan pengendalian risiko, serta sistem

yaitu tagihan kredit Non Impair dan tagihan Impair. informasi manajemen risiko dan sistem

Tagihan Non Impair adalah tagihan kredit dengan pengendalian intern yang menyeluruh, telah

tunggakan pokok dan bunga sampai dengan 90 hari, dituangkan dalam pedoman pelaksanan internal.

sedangkan tagihan Impair adalah tagihan kredit Adapun lingkup penerapan manajemen risiko meliputi

dengan tunggakan pokok dan/bunga lebih dari 90 hari. 8 (delapan) jenis risiko, yakni Risiko Kredit, Risiko Pasar, Atas tagihan kredit tersebut, Perseroan membentuk Risiko Operasional, Risiko Likuiditas, Risiko Hukum, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) atas Risiko Kepatuhan, Risiko Strategis dan Risiko Reputasi. portofolio kredit yang telah diberikan kepada debitur. Pada pelaksanaan proses identifikasi, pengukuran dan CKPN dibedakan antara CKPN individual dan CKPN monitoring risiko dilakukan oleh Unit Kerja Risk kolektif. CKPN individual untuk portofolio kredit Management yang independen terhadap Unit Kerja diperhitungkan berdasarkan cashflow debitur. Operasional maupun Unit Kerja Audit Intern. Sedangkan CKPN kolektif didasari oleh data historis Sedangkan, setiap Unit Kerja bertanggung jawab atas Perseroan selama 3 tahun terakhir dengan pengelolaan risiko-risiko yang melekat dalam aktivitas menggunakan system migration.

yang dilakukannya.

Sementara itu, terkait Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), Perseroan telah memperhitungkan ATMR

Penerapan dan Implementasi untuk risiko kredit sesuai dengan ketentuan yang

Dalam rangka mengetahui tingkat risiko yang dihadapi berlaku. Mengingat debitur korporasi bank sampai saat Perseroan, maka secara berkala Perseroan melakukan ini belum berperingkat maka seluruh perhitungan pengukuran risiko. Untuk tujuan pengukuran ini, menggunakan klasifikasi tanpa peringkat. Sebagai Perseroan melakukan penilaian terhadap beberapa salah satu proses mitigasi risiko, Perseroan indikator penilaian yang dikelompokkan dalam mewajibkan adanya agunan sebagai second-way-out. delapan jenis risiko, yaitu Risiko Kredit, Risiko Agunan yang dapat diterima oleh Perseroan harus Operasional, Risiko Likuiditas, Risiko Pasar, Risiko memenuhi kriteria memiliki dokumentasi kepemilikan Kepatuhan, Risiko Hukum, Risiko Reputasi dan Risiko yang jelas dan sah, memiliki nilai pasar yang baik Strategis. Pada sisi lain juga dilakukan penilaian (marketability value), dapat diikat secara hukum terhadap Sistem Pengendalian Risiko dari masing- (legalitas), dan memiliki nilai yang relatif stabil dan masing jenis risiko dimaksud. cenderung naik baik untuk agunan yang bergerak, agunan tidak bergerak, agunan tunai, maupun emas. Penyerahan agunan diawali dengan proses penilaian

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

agunan dan diikat sesuai dengan ketentuan legalitas Direksi dan dilaporkan kepada Dewan Komisaris, yang berlaku. Atas agunan tersebut di-cover dengan dimana dalam pelaksanaannya ditentukan dalam rapat asuransi yang dipasangkan Banker's Clause Bank. Asset and Liability Management Committee (ALCO). Perseroan memiliki Money Market Line dengan beberapa Bank yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan dalam likuiditas baik ketika Perseroan Risiko operasional adalah risiko yang terjadi karena mengalami kelebihan dana maupun ketika kekurangan ketidak cukupan dan/atau tidak berfungsinya proses dana.

internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem atau Perseroan memiliki kebijakan dan prosedur mengenai adanya problem external yang mempengaruhi pengelolaan risiko likuiditas yang tertuang dalam Buku operasional bank. Untuk pengelolaan risiko Pedoman Manajemen Risiko dan ketentuan yang operasional maka Bank menyiapkan sistem dan diatur dalam surat Keputusan dan Surat Edaran Direksi. prosedur yang memadai termasuk implementasi Kebijakan pengelolaan risiko likuiditas bertujuan untuk prinsip Dual Control. menghindari kerugian akibat kekurangan likuiditas,

Perseroan telah memiliki kebijakan dan prosedur konsentrasi gap dan kertergantungan kepada mengenai pengelolaan risiko operasional yang counterparty tertentu, serta instrumen atau market dituangkan dalam berbagai pedoman seperti Pedoman segmen tertentu.

Penggunaan Teknologi Sistem Informasi, Pedoman Perseroan menetapkan sistem manajemen likuiditas Pelaksanaan Program Anti Pencucian Uang dan yang bertujuan untuk menjaga Cadangan Wajib Formal Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT) dan (Legal Reserve Requirement) sesuai dengan ketentuan Pedoman Penerapan Manajemen Risiko serta yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Beberapa pedoman-pedoman lainnya. Disisi lain juga adanya

cara untuk menetapkan sistem manajemen likuiditas penetapan limit seperti limit transaksi, limit tersebut adalah dengan mengurangi idle fund persetujuan transaksi yang dievaluasi secara berkala. seminimum mungkin dan menjaga alat-alat likuid yang Selain itu Perseroan juga memberikan pendidikan dan ada agar dapat memenuhi kebutuhan cash flow sehari- p e l a t i h a n s u m b e r d a y a m a n u s i a y a n g hari maupun dari hal-hal yang tidak terduga.

berkesinambungan agar dapat memberikan pelayanan

yang baik dan terhindar dari human error. Perseroan menetapkan beberapa indikator peringatan dini untuk mengetahui dan mengatasi risiko likuiditas Kebijakan pengolaan risiko operasional bertujuan yang mungkin timbul, antara lain indikator internal untuk menghindari kerugian akibat kegagalan atau yang berupa kualitas aset yang memburuk, tidak memadainya proses internal, manusia, sistem peningkatan konsentrasi pada beberapa aset dan atau akibat adanya kejadian eksternal. Untuk hal itu, sumber pendanaan tertentu, dan posisi arus kas yang Perseroan melakukan identifikasi data kejadian semakin memburuk, serta indikator eksternal yang operasional yang berisi kejadian-kejadian yang terjadi berupa informasi publik yang negatif terhadap bank, di bank baik yang berpotensi menimbulkan kerugian peningkatan penarikan deposito sebelum jatuh tempo, maupun yang sudah menimbulkan kerugian serta dan keterbatasan akses untuk memperoleh pelampauan limit, rasio-rasio operasional, kepatuhan pendanaan jangka panjang.

bank terhadap program APU dan PPT dan penerapan

prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan Pengelolaan dan pemantauan tingkat likuiditas

biaya. Perseroan dilakukan secara harian, mingguan dan

bulanan di Kantor Pusat, Kantor Cabang maupun Selain itu, Perseroan melakukan penyempurnaan Kantor Cabang Pembantu. Pengendalian risiko sistem informasi yang dapat menghasilkan informasi likuiditas dilakukan dengan menetapkan struktur yang akurat dan tepat waktu dengan menperhatikan organisasi yang jelas menggambarkan batas pengkinian data dan distribusi informasi terkini wewenang dan tanggung jawab masing-masing unit keseluruh aktivitas fungsional bank. Pengendalian kerja serta adanya pemeriksaan internal audit secara risiko operasional dilakukan dengan menetapkan berkala.

struktur organisasi yang jelas menggambarkan batas wewenang dan tanggung jawab masing-masing unit kerja serta adanya pemeriksaan internal audit secara berkala.

Risiko pasar dapat terjadi karena pergerakan suku bunga dan perubahan nilai tukar. Mengingat Perseroan bukan merupakan Bank Devisa dan valuta asing yang dimiliki hanya untuk kegiatan Money Changer yang Risiko likuiditas adalah risiko yang terjadi karena

tidak aktif maka risiko pasar yang dihadapi Perseroan Perseroan tidak mampu memenuhi kewajiban pokok

hanya risiko suku bunga. Risiko pasar melekat pada dan/atau bunga yang telah jatuh waktu. Berdasarkan

aktivitas fungsional perkreditan, aktivitas fungsional pada definisi tersebut maka risiko ini hanya terjadi jika

treasury, dan aktivitas fungsional pendanaan. Perseroan menghadapi kesulitan dalam penyediaan

aset-aset likuidnya. Untuk pengelolaan risiko ini Kebijakan risiko pasar ditetapkan dan disetujui oleh Perseroan telah membentuk Assets and Liabilities Direksi dan dilaporkan kepada Dewan Komisaris, di Committee (ALCO) dengan tugas untuk memantau dan mana dalam pelaksanaannya ditentukan dalam rapat pengelolaan kondisi likuiditas Perseroan melalui rapat Asset and Liability Management Committee (ALCO). yang diadakan paling sedikit sekali sebulan. Perseroan memiliki kebijakan dan prosedur pengendalian risiko pasar seperti Buku Pedoman Kebijakan risiko likuiditas ditetapkan dan disetujui oleh

RISIKO OPERASIONAL

RISIKO PASAR RISIKO LIKUIDITAS

VISI

Dalam dokumen AR 2014 Bank Dinar compress (Halaman 54-56)