• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN RISIKO

Dalam dokumen CFIN Prospektus Obligasi (Halaman 66-69)

Uraian 31 Desember 30 April 2008 ¨ % 2009 ¨ % 2010

E. MANAJEMEN RISIKO

Sejak awal berdiri, Perseroan telah menyadari bahwa penerapan manajemen risiko yang baik akan mendukung kinerja dari Perseroan sehingga manajemen risiko menjadi faktor yang penting bagi Perseroan dalam aktivitas kegiatan usahanya. Tujuan utama penerapan manajemen risiko adalah untuk menjaga dan melindungi Perseroan dari risiko-risiko yang mungkin terjadi sehingga kegiatan usaha Perseroan dapat berjalan sesuai yang ditetapkan Perseroan.

Dalam aktivitas sehari-hari sebagai Perusahaan Pembiayaan, Perseroan mewajibkan penerapan manajemen risiko yang menyeluruh sehingga bermanfaat bagi Perseroan dan seluruh pihak terkait yang berkepentingan terhadap Perseroan. Dalam penerapannya, Perseroan banyak mengadopsi pola yang diterapkan oleh sektor perbankan sebagai sektor usaha di Indonesia yang lebih dahulu menerapkan konsep manajemen risiko.

Sebagai salah satu anak perusahaan Bank Panin, Perseroan diwajibkan untuk memenuhi Peraturan Bank Indonesia No. 8/6/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 8/27/DPNP tanggal 27 November 2006 tentang Penerapan Manajemen Risiko Secara Konsolidasi Bagi Bank yang melakukan pengendalian terhadap anak

perusahaan, dimana sasaran dan tujuan utama diterapkannya praktik Manajemen risiko di Perseroan adalah untuk menjaga dan melindungi Perseroan melalui pengelolaan risiko kerugian yang mungkin timbul dari berbagai aktivitasnya serta menjaga tingkat risiko agar sesuai dengan arahan dan peraturan yang berlaku.

Dalam melaksanakan manajemen risiko di Perseroan, manajemen Perseroan memiliki komitmen yang kuat untuk menerapkan manajemen risiko secara komprehensif yang secara esensi mencakup kecukupan kebijakan, prosedur dan metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha Perseroan dapat terarah dan terkendali pada batasan risiko yang dapat diterima, serta tetap menguntungkan Perseroan. Pelaksanaan manajemen risiko di Perseroan mendapat pengawasan aktif dari direksi dan dewan Komisaris.

Penerapan manajemen risiko telah dilaksanakan dengan penyusunan dan pembentukan:

– Buku Pedoman dan Kebijakan Manajemen Risiko yang telah disetujui dan disahkan oleh Direksi dan Dewan Komisaris

– Komite Manajemen Risiko (KMR)

– Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) pada organisasi Perseroan yang bertanggung jawab kepada Presiden Direktur dan Komite Manajemen Risiko.

Implementasi manajemen risiko di Perseroan selama ini telah berjalan dengan baik sesuai dengan tujuannya dimana setiap potensi risiko yang mungkin timbul telah diidentifikasi dan dilakukan usaha-usaha mitigasi secara proposional. Sistem manajemen risiko Perusahaan dalam menangani risiko dibawah ini adalah sebagai berikut:

1. Risiko Kredit/Pembiayaan

Risiko Kredit adalah risiko yang sangat penting bagi Perseroan. Risiko ini disebabkan oleh kegagalan nasabah dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dimana konsumen tidak mampu untuk membayar kembali fasilitas pembiayaan yang diberikan, baik pokok pinjaman maupun bunganya tersebut, harus dipastikan tetap terkendali dengan adanya kontrol yang ketat terhadap implementasi kebijakan kredit yang mengacu pada prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit serta senantiasa menerapkan Pedoman Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.

Perseroan senantiasa berupaya meminimalkan risiko kredit dengan cara menerapkan manajemen risiko yang baik, memperkuat dan meningkatkan intensitas kegiatan penagihan yang mengacu pada kebijakan dan strategi Perseroan mengenai pengelolaan kredit bermasalah yang dilakukan baik oleh pihak internal maupun eksternal collection, dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut:

(i) Pemberitahuan (reminding):

x Mengirimkan SMS (short message service) ke nasabah 2 hari sebelum jatuh tempo.

x Menghubungi nasabah untuk mengingatkan pembayaran dan menjelaskan akibat dari keterlambatan. x Mengirimkan surat peringatan 1 di hari ke-7 setelah tanggal jatuh tempo.

(ii)Penagihan (collecting) :

x Melakukan kunjungan ke alamat nasabah mulai hari ke-8 setelah tanggal jatuh tempo.

x Melakukan verifikasi kondisi nasabah untuk hal alamat, jaminan, kemampuan, dan penyebab keterlambatan. x Memberikan penjelasan kepada nasabah akibat yang ditimbulkan oleh keterlambatan pembayaran, dan

memberikan pengarahan agar selalu membayar tepat waktu.

x Mengirimkan surat peringatan Ke-2 pada hari ke-17 dan surat peringatan ke-3 pada hari ke-27. x Apabila diperlukan dapat mengusulkan penarikan barang jaminan.

(iii)Penarikan (reposses) :

x Melakukan proses penarikan barang jaminan apabila setelah batas waktu surat peringatan ke-3 berakhir nasabah belum melakukan pembayaran.

x Apabila nasabah dan atau barang jaminan tidak diketahui lagi keberadaannya, dilakukan pelacakan dan penarikan dengan bantuan tenaga eksternal.

Piutang macet tidak secara serta-merta dihapusbukukan. Hapus buku akan dilakukan apabila tunggakan sudah lebih dari 180 hari, dan nyata-nyata nasabah beserta unit sudah tidak diketahui keberadaannya. Namun secara database, piutang tetap ditindaklanjuti penyelesaiannya yang ditangani oleh bagian remedial. Bagian ini tetap akan melakukan upaya secara maksimal untuk penyelamatan aset perusahaan dan meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh tunggakan macet termasuk yang telah dihapusbukukan. Bagian remedial dalam pelaksanaannya dibekali dengan pemahaman mengenai etika dan hukum yang berlaku. Dalam aktivitasnya bagian remedial menggunakan jasa eksternal yaitu professional collector, lawyer, dan berkoordinasi dengan aparat serta pihak-pihak terkait.

2. Risiko Operasi

Secara umum risiko operasional merupakan risiko yang disebabkan karena kekurangan dan kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem ataupun permasalahan-permasalahan yang berdampak pada operasi Perseroan. Dan hal ini dapat mengakibatkan turunnya kinerja dan daya saing Perseroan. Untuk mengantisipasi risiko operasi ini, Perseroan secara terus-menerus dan secara berkala melakukan evaluasi & penyempurnaan atas jalannya sistem operasional di semua cabang, komputerisasi E-Loan di semua kantor cabang, business workflow, SOP, kebijakan perkreditan serta pemisahan tugas.

3. Risiko Pasar

Risiko kerugian yang disebabkan adanya pergerakan (adverse movement) variabel pasar yang terjadi apabila Perseroan memiliki instrumen keuangan, yang termasuk dalam variabel pasar adalah tingkat suku bunga, nilai tukar, saham dan harga komoditas yang berpengaruh pada turunnya daya beli konsumen sehingga berdampak pada menurunnya volume pembiayaan Perseroan. Untuk itu, Perseroan selalu melakukan evaluasi & perbaikan atas strategi bisnis yang dijalankan dengan mengacu kepada potensi risiko pasar yang akan dihadapi melalui perbaikan-perbaikan kebijakan bisnis dan peningkatan daya saing Perseroan dalam menjaga target pangsa pasar.

4. Risiko Likuiditas

Risiko terjadinya perubahan kondisi makro ekonomi yang menyebabkan tingkat suku bunga, kurs dan kebijakan moneter lainnya berubah yang mengakibatkan ketidakmampuan Perseroan dalam memenuhi kewajiban kepada nasabah atau pihak ketiga lainnya sebagaimana diperjanjikan atau mempengaruhi sumber pendanaan Perseroan. Untuk itu, Perseroan secara rutin melakukan evaluasi, pemantauan & peningkatan kemampuan likuiditas melalui penerapan pengelolaan treasury yang konservatif untuk memastikan Perseroan selalu dalam kondisi yang solid &

solvable dengan memperhatikan:

x Kecukupan kas dan setara kas untuk pembayaran kewajiban jangka pendek x Kecukupan sumber dana yang tersedia untuk dicairkan.

x Manajemen aktiva dan pasiva.

x Kebijakan keuangan yang terpusat dan konsisten.

x Penyelarasan waktu antara sumber pendanaan dan piutang pembiayaan.

Disamping memiliki modal yang cukup kuat, dan mendapat dukungan keuangan dari induk perusahaan Bank Panin, rasio perbandingan antara kewajiban terhadap ekuitas Perseroan juga relatif masih sangat rendah. Hal-hal tersebut diatas mencerminkan bahwa rasio likuiditas Perseroan tergolong sehat dan dapat dikelola dengan baik.

5. Risiko Hukum

Meliputi risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dari konsumen yang disebabkan karena kelemahan aspek hukum, aspek dokumentasi dan dan ketidakpatuhan terhadap peraturan. Untuk mengantisipasi risiko hukum, Perseroan melakukan pengikatan fidusia dan hak jaminan pembiayaan dengan melakukan evaluasi, pemantauan serta perbaikan- perbaikan atas pelaksanaan kepatuhan terhadap aspek-aspek hukum dalam setiap kegiatan bisnis Perseroan melalui

documents legal review dan legal compliance. 6. Risiko Reputasi

Antara lain disebabkan adanya publikasi negatif yang terkait dengan ketidakpuasan konsumen terhadap pelayanan yang diberikan oleh Perseroan. Untuk meminimalisir risiko reputasi, Perseroan memberikan edukasi kepada nasabah, menerangkan apa yang menjadi hak dan kewajiban nasabah dan dalam hal publikasi negatif oleh nasabah, Perseroan segera melakukan penanganan klarifikasi dan menyelesaikan permasalahan dengan nasabah yang menerbitkan publikasi negatif. Di sisi lain Perseroan selalu memastikan bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh karyawan Perseroan harus selalu mengikuti kebijakan Perseroan yang menjunjung tinggi kode etik bisnis.

7. Risiko Strategis

Risiko Strategis adalah risiko yang disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi Perseroan yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya Perseroan terhadap perubahan eksternal yang terjadi begitu cepat. Pengelolaan risiko strategis dilakukan terutama melalui proses pengambilan keputusan yang komprehensif didukung dengan pertimbangan atas kondisi internal dan eksternal serta data yang akurat dan up to date. Manajemen Perseroan secara rutin memantau perkembangan portofolio bisnis dari waktu ke waktu berikut potensi risiko yang mungkin terjadi serta mempersiapkan langkah-langkah antisipatif yang diperlukan sehingga pengelolaan risiko dapat dilakukan secara optimal.

8. Risiko Kepatuhan

Meliputi risiko yang timbul dari ketidakpatuhan kepada prosedur internal maupun peraturan eksternal. Untuk meminimalisasi risiko kepatuhan, Perseroan melakukan:

x Kepatuhan internal: dalam melakukan kegiatan bisnisnya, Perseroan memiliki suatu unit kerja yang berfungsi sebagai internal audit yang berperan aktif dalam mengawasi setiap aktifitas Perseroan sehingga risiko kepatuhan dapat dikelola dengan baik.

x Kepatuhan kepada peraturan regulator eksternal, Perseroan selalu mengikuti perkembangan regulasi, pemantauan pelaksanaan kepatuhan terhadap peraturan Departemen Keuangan, a.l. kepatuhan terhadap gearing ratio dan menyediakan kepada publik semua informasi yang diperlukan sesuai peraturan mengenai kondisi Perseroan.

Dalam dokumen CFIN Prospektus Obligasi (Halaman 66-69)