• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSPEK USAHA PERSEROAN

Dalam dokumen CFIN Prospektus Obligasi (Halaman 139-143)

PTBank Panin Tbk.

KANTOR PEMASARAN

5. PROSPEK USAHA PERSEROAN

Sesuai dengan karakternya, bisnis perusahaan pembiayaan sangat sensitif terhadap gejolak nilai tukar Rupiah, pergerakan suku bunga dan daya beli masyarakat. Harga barang-barang yang dibiayai perusahaan pembiayaan, seperti kendaraan dan alat-alat berat masih terkait dengan mata uang asing karena banyaknya suku cadang yang masih harus diimpor. Selama setahun ini Bank Indonesia cukup berhasil mengendalikan kondisi moneter dimana gejolak Rupiah terhadap mata uang asing dapat diredam dan suku bunga SBI dapat ditekan. Keberhasilan tersebut juga ditandai dengan terjaganya tingkat inflasi dan membaiknya likuiditas perbankan untuk menyalurkan kredit dengan tingkat suku bunga yang rendah yang mendorong meningkatnya daya beli masyarakat yang menyebabkan diantaranya, permintaan akan pembiayaan kendaraan bermotor meningkat yang pada gilirannya bukan saja meningkatkan penjualan kendaraan bermotor tetapi juga mendorong tumbuhnya industri kendaraan bermotor.

Prospek usaha yang cerah pada penjualan kendaraan bermotor dimana kebutuhan untuk memiliki kendaraan pribadi sebagai alat transporatasi cukup tinggi, telah membuka peluang yang besar bagi banyak perusahaan pembiayaan untuk membiayai kepemilikan kendaraan bermotor yang pada akhirnya membuat persaingan diantara perusahaan pembiayaan menjadi semakin ketat. Ketatnya persaingan di industri pembiayaan, mendorong perusahaan pembiayaan mengembangkan produk-produk baru yang inovatif yang dapat diterima oleh pasar sehingga dapat membantu pelanggan mendapatkan solusi keuangan yang terbaik.

Optimisme terhadap kondisi perekonomian yang semakin membaik, turut mendorong naiknya permintaan alat berat. Faktor utama peningkatan penjualan alat berat adalah membaiknya harga komoditas, yang memicu banyak perusahaan komoditas untuk mulai membuka lahan baru, seperti perkebunan dan pertambangan yang menyebabkan permintaan akan alat berat meningkat. Tingginya harga alat berat membuat hampir semua perusahaan komoditas membeli alat berat melalui fasilitas pembiayaan. Hal tersebut membuat permintaan akan pembiayaan alat berat kembali mengalami pertumbuhan yang baik dan diharapkan kedepannya akan terus mengalami pertumbuhan yang baik.

Perkembangan dunia usaha yang semakin modern menimbulkan persaingan sengit antar pelaku bisnis, segala cara akan ditempuh oleh pelaku bisnis untuk dapat menjual barang dagangannya, salah satunya adalah dengan memberikan fasilitas pembayaran secara berjangka kepada pembeli. Pembayaran secara berjangka yang diberikan kepada pembeli, sedikit banyak akan mengganggu cashflow pelaku bisnis. Untuk menjembatani pembayaran berjangka yang dilakukan oleh para pelaku bisnis, pembiayaan melalui fasilitas anjak piutang mulai banyak dijadikan alternatif pembiayaan baru selain kredit bank untuk mendapatkan uang tunai secepatnya atau mendapatkan sumber pembiayaan baru dalam bentuk kas tunai yang dapat membantu terjaganya likuiditas perusahaan pelaku bisnis dan modal kerja akan terus bergulir.

Perkembangan Industri Otomotif di Indonesia

Seperti tahun-tahun sebelumnya, penjualan mobil baru maupun bekas di seluruh Indonesia masih didominasi oleh mobil mobil buatan Jepang dimana merek Toyota masih mendominasi pasar, yang kemudian diikuti oleh Daihatsu di peringkat ke dua dan Mitsubishi di peringkat ketiga. Adapun jenis mobil serba guna (multi purpose vehicle/MPV) masih mendominasi penjualan yang kemudian diikuti oleh jenis mobil hatcback dan Sport Utility Vehicle /SUV. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebutkan bahwa penjualan mobil selama tahun 2010 berhasil menembus angka 764.710 unit, meningkat jauh diatas penjualan mobil tahun-tahun sebelumnya dan merupakan rekor penjualan tertinggi sepanjang sejarah otomotif nasional yang dapat dilihat dalam grafik dibawah ini:

Perkembangan Penjualan Mobil Domestik (dalam unit) tahun 2003-2010 dari GAIKINDO

3 5 4 .3 5 5 4 8 3 .1 6 8 5 3 3 .9 1 3 1 8 .9 0 4 4 3 4 .4 7 3 6 0 7 .8 0 5 4 8 6 .0 8 1 7 6 7 .7 1 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 P e n ju a la n ( u n it) P e n ju a la n ( u n it)

Seiring dengan penjualan kendaraan bermotor yang terus melaju pesat melalui skema kredit, telah membuka peluang yang besar bagi Perseroan untuk terus fokus membiayai kendaraan bermotor khususnya kendaraan bekas baik kendaraan niaga maupun non niaga dengan merek dan jenis kendaraan yang memiliki nilai jual kembali yang tinggi serta masih mempunyai pangsa pasar yang luas dan marjin bunga bersih yang cukup tinggi. Perseroan meyakini bahwa pasar pembiayaan kendaraan bekas akan selalu tumbuh dan mempunyai peminat terbesar.

Down Payment senantiasa disesuaikan dengan jenis dan merek kendaraan yang dibiayai yaitu kendaraan bekas rata-rata 20%-25%, kendaraan baru rata-rata 10%-15% dan marjin bunga bersih yang menguntungkan dimana rata-rata suku bunga pelepasan pembiayaan kendaraan baik baru dan bekas adalah 13,5% sampai dengan 16,5% dengan memperhitungkan tingkat risiko dan jangka waktu kredit yg disesuaikan dengan segmen konsumen dan jenis mobil.

Ditengah keraguan akan efektifitas kebijakan pembatasan subsidi BBM apabila diberlakukan, ditambah diterapkannya kebijakan pajak progresif serta pajak barang mewah (PPN BM) oleh pemerintah, Perseroan tetap optimis dimasa mendatang bahwa ruang pertumbuhan bagi industri kendaraan bermotor masih akan tinggi. Jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar dengan tingkat kebutuhan akan alat transportasi yang masih tinggi dimana fasilitas transportasi publik yang belum memadai dan meningkatnya pendapatan masyarakat khususnya kelas menengah yang mulai menggeser alat transportasi sehari-hari dari motor ke mobil atau menukar mobilnya ke umur yang lebih muda, telah membuka peluang yang luas bagi tumbuhnya industri kendaraan bermotor.

Perseroan berharap dengan meningkatnya permintaan pembiayaan kendaraan bermotor melalui skema kredit, peluang untuk bertumbuhnya penyaluran pembiayaan yang telah ditetapkan oleh Perseroan akan tercapai.

Perkembangan industri non otomotif - Alat-alat Berat

Setelah mengalami penurunan akibat krisis finansial global, permintaan pembiayaan alat berat kembali meningkat didorong oleh pulih atau semakin membaiknya harga komoditas. Perusahaan penjual alat berat, khususnya perusahaan distributor alat berat berhasil mencatatkan pertumbuhan penjualan alat berat yang sangat signifikan sepanjang tahun 2010, terutama di sektor pertambangan yang mendominasi lebih dari 50% total penjualan, selanjutnya berturut-turut di sektor perkebunan, konstruksi, dan kehutanan. Faktor utama peningkatan penjualan alat berat adalah pembukaan lahan baru, seperti perkebunan dan pertambangan yang menyebabkan permintaan alat berat meningkat khususnya alat berat berupa excavator bermesin kecil dan menengah yang mendominasi sekitar 80% dari total penjualan excavator, sisanya bermesin besar.

Hampir seluruh total penjualan alat berat dilakukan melalui fasilitas pembiayaan, oleh karenanya pembiayaan alat berat diproyeksikan masih akan terus meningkat terutama disebabkan oleh beberapa faktor terkait yang menguntungkan seperti: Kenaikan harga komoditas yang membuat sektor perkebunan dan pertambangan terutama di daerah daerah luar pulau Jawa seperti Kalimantan dan Sumatera kembali menggeliat. Hal itu ditandai dengan besarnya ekspansi yang dilakukan baik di sektor perkebunan, seperti pembukaan lahan baru khususnya kelapa sawit, maupun di sektor pertambangan yang juga menunjukkan potensi peningkatan yang bagus, sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan batu bara sebagai bahan bakar pengganti minyak. Kembali menggeliatnya aktivitas khususnya di sektor perkebunan dan pertambangan, selain berdampak pada meningkatnya permintaan untuk membiayai alat berat seperti excavator, permintaan pembiayaan sarana transportasi terutama transportasi darat berupa kendaraan niaga dengan BPKB dan kendaraan niaga Non BPKB serta sarana transportasi laut maupun sungai seperti tongkang dan tug boat turut mengalami peningkatan.

Perusahaan menargetkan pembiayaan non otomotif terutama pada pembiayaan alat berat (baru) seperti excavator dan buldozer yang digunakan khusus di perkebunan dan pertambangan dan mempunyai nilai jual kembali yang baik dan risiko yang rendah. Untuk mengantisipasi risiko, khusus untuk pembiayaan alat berat, Perseroan membatasi pembiayaan hanya dengan authorized supplier yang sudah mempunyai reputasi yang baik dan bermitra dengan Perseroan serta memiliki after sales maintenance yang terpercaya, diantaranya: PT United Tractors Tbk, PT Trakindo Utama, PT Hexindo Adiperkasa Tbk dan PT Daya Kobelco Construction Machinery Park.

Perseroan berharap dengan meningkatnya permintaan pembiayaan akan alat-alat berat, target penyaluran pembiayaan yang telah ditetapkan akan tercapai.

Perkembangan industri non otomotif – Anjak Piutang.

Seiring dengan perkembangan dunia usaha dan meningkatnya taraf hidup masyarakat, pola masyarakat dalam membelanjakan uang juga terpengaruh. Di sisi lain, perkembangan dunia usaha yang semakin modern menimbulkan persaingan sengit antar pelaku bisnis. Para pelaku bisnis dituntut untuk menjual barang dan jasa dengan kualitas tinggi, pelayanan yang baik, kemasan dan pengiriman yang tepat waktu. Namun, pembeli menginginkan pembayaran yang menarik, murah dan berjangka waktu. Ditengah persaingan yang sengit, segala cara akan ditempuh oleh pelaku bisnis untuk dapat menjual barang dagangannya, salah satu nya adalah dengan memberikan fasilitas pembayaran secara

berjangka kepada pembeli. Pembayaran secara berjangka yang diberikan kepada pembeli sudah pasti akan mengganggu cashflow pelaku bisnis. Untuk menjembatani pembayaran berjangka yang dilakukan oleh para pelaku bisnis, pembiayaan melalui fasilitas anjak piutang mulai banyak dijadikan alternatif pembiayaan baru selain kredit bank untuk mendapatkan uang tunai secepatnya, sebab melalui jasa anjak piutang, dunia usaha dimungkinkan untuk memperoleh sumber pembiayaan baru dalam bentuk kas langsung dengan cara menjual dan/atau mengalihkan piutang/tagihan dagang jangka pendeknya kepada perusahaan anjak piutang yang besarnya lebih kurang 80% dari nilai tagihan yang dikaitkan dengan jumlah penjualan kredit, sehingga tidak perlu menunggu waktu sampai jatuh tempo pembayaran dari pembeli. Dengan demikian, likuiditas perusahaan pelaku bisnis akan lebih terjaga dan modal kerja akan terus bergulir dimana cashflow yang diterima pelaku bisnis dapat digunakan untuk membiayai modal kerja demi kesinambungan produksi walaupun pelaku bisnis harus membayar biaya dana. Namun, biaya dana yang dikenakan oleh perusahaan anjak piutang biasanya dapat dikompensasikan dengan sales discount yang didapatkan dari pemasok apabila pelaku bisnis membeli bahan baku secara tunai yang dananya berasal dari hasil pengalihan piutang kepada perusahaan anjak piutang.

Selain itu jasa anjak piutang juga dapat membantu kesulitan pelaku bisnis di bidang administrasi kredit sehingga dengan demikian, dunia usaha dapat lebih mengkonsentrasikan kegiatannya pada peningkatan produksi dan penjualan.

Perseroan berharap dengan dijadikannya fasilitas anjak piutang sebagai alternatif pembiayaan baru selain kredit bank untuk mendapatkan uang tunai secepatnya atau mendapatkan sumber pembiayaan baru dalam bentuk kas tunai, maka target penyaluran pembiayaan jasa piutang yang telah ditetapkan akan tercapai.

Perkembangan Industri Jasa Pembiayaan

Dengan didukung oleh kondisi ekonomi nasional yang membaik, pelaku usaha pembiayaan memperkirakan bahwa bisnis pembiayaan akan terus berkembang dimana dalam lima tahun ke depan total aset perusahaan pembiayaan diproyeksikan bisa mencapai Rp 400 triliun dengan asumsi aset industri pembiayaan tumbuh sebesar 20% per tahun.

Membaiknya perekonomian nasional yang ditandai dengan membaiknya likuiditas perbankan, menurunnya tingkat suku bunga pinjaman, terkendalinya gejolak nilai tukar Rupiah, terjaganya tingkat inflasi dan pulihnya daya beli masyarakat ikut memacu meningkatkan kegiatan di industri jasa pembiayaan.

Peningkatan tertinggi terjadi di sektor industri otomotif dimana pembiayaan yang disalurkan oleh banyak perusahaan pembiayaan melalui fasilitas pembiayaan konsumen masih didominasi oleh pembiayaan kendaraan bermotor karena sebagian besar pembelian kendaraan bermotor dibiayai oleh perusahaan pembiayaan. Bila perusahaan pembiayaan memiliki andil dalam mendorong peningkatan penjualan otomotif, sebaliknya bisnis otomotif juga memiliki peran besar dalam menghidupkan kegiatan perusahaan pembiayaan.

Kegiatan usaha pembiayaan sewa guna usaha khususnya pembiayaan alat berat juga mengalami peningkatan seiring dengan optimisme terhadap kondisi perekonomian yang semakin membaik dan harga komoditas yang meningkat, yang turut mendorong naiknya permintaan alat berat dimana hampir seluruh total penjualan alat berat dilakukan melalui fasilitas pembiayaan mengingat tingginya harga alat berat.

Kegiatan usaha pembiayaan anjak piutang juga ikut mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin modern yang menimbulkan persaingan sengit antar pelaku bisnis dimana transaksi dagang (jual beli) banyak dilakukan secara kredit (pembayaran secara berjangka) yang mengakibatkan terganggunya cash flow banyak pelaku bisnis. Masalah cash flow, yang dihadapi oleh dunia usaha sebagai akibat dari transaksi dagang (jual beli) secara kredit, telah membuat jasa anjak piutang sebagai alternatif pembiayaan meningkat, sebab melalui jasa anjak piutang, dunia usaha dimungkinkan untuk memperoleh sumber pembiayaan baru dalam bentuk kas tunai dengan cara menjual dan/atau mengalihkan piutang/tagihan dagang jangka pendeknya kepada perusahaan anjak piutang, sehingga tidak perlu menunggu waktu sampai pembayaran dari pembeli jatuh tempo. Dengan demikian, likuiditas perusahaan pelaku bisnis akan lebih terjaga dan modal kerja akan terus bergulir. Kehadiran industri anjak piutang yang sangat membantu kegiatan pelaku bisnis, telah memberikan prospek yang cerah bagi industri pembiayaan.

Sumber pendanaan perusahaan pembiayaan pada umumnya selain berasal dari modal sendiri, juga diperoleh dari pinjaman bank dan non bank (baik dalam negeri maupun luar negeri), serta obligasi dan pinjaman subordinasi (baik dalam negeri maupun luar negeri). Dari keseluruhan sumber pendanaan perusahaan pembiayaan, total pinjaman bank dalam negeri masih menduduki peringkat teratas dimana sebagian besar pinjaman yang diperoleh berbentuk pinjaman tetap dengan jangka waktu pinjaman yang telah diselaraskan dengan tenor pembiayaan dan suku bunga yang fixed sepanjang tenor pinjaman.

Pertumbuhan penjualan mobil nasional untuk tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 dan periode empat bulan yang berakhir pada 30 April 2011 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Penjualan Mobil Nasional

2006

2007

2008

2009

2010

30 April 2011

Unit

318,904 434,473 607,805 486,061 764,635 286,426

Pertumbuhan (%)

n/a

36%

40%

-20%

57%

n/a

* n/a, tidak dapat diperbandingkan Sumber: Gaikindo (April 2011)

Seperti tahun-tahun sebelumnya, penjualan mobil baru maupun bekas di seluruh Indonesia masih didominasi oleh mobil mobil buatan Jepang dimana merek Toyota masih mendominasi pasar, yang kemudian diikuti oleh Daihatsu di peringkat ke dua dan Mitsubishi di peringkat ketiga. Adapun jenis mobil serba guna (multi purpose vehicle/MPV) masih mendominasi penjualan yang kemudian diikuti oleh jenis mobil hatcback dan Sport Utility Vehicle /SUV.

Seiring dengan penjualan kendaraan bermotor yang terus melaju pesat melalui skema kredit, telah membuka peluang yang besar bagi Perseroan untuk terus fokus membiayai kendaraan bermotor khususnya kendaraan bekas baik kendaraan niaga maupun non niaga dengan merek dan jenis kendaraan yang memiliki nilai jual kembali yang tinggi serta masih mempunyai pangsa pasar yang luas dan marjin bunga bersih yang cukup tinggi. Perseroan meyakini bahwa pasar pembiayaan kendaraan bekas akan selalu tumbuh dan mempunyai peminat terbesar. Pembiayaan kendaraan baru tidak menjadi fokus Perseroan karena pasar pembiayaan kendaraan baru saat ini masih didominasi oleh bank-bank dan perusahaan pembiayaan yang terafiliasi dengan perusahaan manufaktur mobil yang membiayai kendaraan baru dengan suku bunga yang sangat rendah.

Ditengah keraguan akan efektifitas kebijakan pembatasan subsidi BBM apabila diberlakukan, ditambah diterapkannya kebijakan pajak progresif serta pajak barang mewah (PPN BM) oleh pemerintah, Perseroan tetap optimis dimasa mendatang bahwa ruang pertumbuhan bagi industri kendaraan bermotor masih akan tinggi. Jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar dengan tingkat kebutuhan akan alat transportasi yang masih tinggi dimana fasilitas transportasi publik yang belum memadai dan meningkatnya pendapatan masyarakat khususnya kelas menengah yang mulai menggeser alat transportasi sehari-hari dari motor ke mobil atau menukar mobilnya ke umur yang lebih muda, telah membuka peluang yang luas bagi tumbuhnya industri kendaraan bermotor.

Perseroan berharap dengan meningkatnya permintaan pembiayaan kendaraan bermotor melalui skema kredit, peluang untuk bertumbuhnya penyaluran pembiayaan yang telah ditetapkan oleh Perseroan akan tercapai.

Secara umum, pembiayaan kendaraan bermotor masih cukup menjanjikan disebabkan karena kebutuhan dan keinginan untuk mempunyai kendaraan bermotor tidak sebanding dengan daya beli masyarakat sehingga pembiayaan secara kredit merupakan alternatif yang menarik. Selain itu Perseroan juga melihat pasar baru di bidang pembiayaan alat berat yang ditopang oleh meningkatnya industri pertambangan dan perkebunan di Indonesia.

Dengan pertimbangan pertumbuhan aset sebesar 19% CAGR selama periode 2005–2010, potensi per kapita kendaraan yang posisinya masih di bawah negara-negara ASEAN, serta fundamental yang tidak terlalu berubah, maka pertumbuhan sebesar 10–15% CAGR untuk lima tahun kedepan merupakan hal yang cukup mungkin untuk dicapai.

Data Perusahaan Pembiayaan

(dalam triliun, kecuali %)

2005 2006 2007 2008 2009 2010 CAGR 2005 -2010

Jumlah Perusahaan Pembiayaan 236 214 217 212 198 192

Aset 96.5 108.9 127.3 168.5 174.4 230.3 19%

Piutang Pembiayaan 67.7 93.1 110.6 137.2 142.5 186.4 22% Piutang Kredit Konsumsi 45.4 57.7 69.0 83.2 93.1 130.0 23% Piutang Sewa Pembiayaan 19.1 32.6 36.5 50.7 46.5 53.2 23%

Anjak Piutang 1.4 1.3 2.2 2.2 2.0 2.3 10%

Piutang Kartu Kredit 1.8 1.5 2.9 1.1 0.9 0.9 -13%

Laba Bersih 3.5 3.1 4.4 6.4 7.8 8.9 21%

Dalam dokumen CFIN Prospektus Obligasi (Halaman 139-143)