• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen risiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia. Strategi yang dapat digunakan antara lain mentransfer risiko pada pihak lain, mengindari risiko, mengurangi efek buruk dari risiko, dan menerima sebagian maupun seluruh konsekuensi dari risiko tertentu.

Hasil penelitian untuk pelaksanaan manajemen risiko di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu dilakukan disetiap stasiun bagian pengolahan yang meliputi stasiun klarifikasi, stasiun penebah, stasiun vit-vut, stasiun kamar mesin, pabrik, stasiun timbangan/penerimaan buah, stasiun watertreatment, stasiun ketel uap, stasiun rebusan, stasiun loading ramp, stasiun kempa, dan stasiun pabrik

biji. Pelaksanaan manajemen risiko ini menggunakan formulir hirarc yang terdiri dari mengidentifikasi kejadian risiko, mengukur dampak dan frekuensinya, memitigasi (mencari solusi untuk mencegahnya atau mengantisipasinya), dan monitoring.

Sumber-sumber bahaya yang dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja yang terdapat di tempat kerja tersebut seharusnya dikendalikan atau dimanajemen dengan baik agar keberadaannya tidak sampai mengakibatkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja. Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai dan untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolak ukur dari kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.

Identifikasi sumber bahaya menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 dalam lampiran 1 harus mempertimbangkan : a. Kondisi kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.

b. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi. 4. Safety Talk

Safety Talk adalah suatu cara untuk mengingatkan karyawan atau pekerja bahwa K3 merupakan bagian yang sangat penting dalam pekerjaan. Safety Talk adalah pertemuan yang dilakukan rutin antara karyawan atau pekerja dan oleh karyawan yang merupakan ahli K3 ataupun paham akan K3 untuk membicarakan hal-hal mengenai K3 (OHSAS: 18001). Sementara berdasarkan hasil observasi di lapangan

ditemui bahwa untuk kegiatan safety talk yang dilakukan di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu belum sesuai dengan yang seharusnya. Kegiatan safety talk di bagian pengolahan kelapa sawit ini dihadiri sekitar 6 – 8 orang yang terdiri dari karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana dan lebih cenderung membahas mengenai hasil produksi yang di peroleh setiap sekali proses produksi dan jarang membahas mengenai masalah K3 di bagian pengolahan kelapa sawit tersebut. Pembahasan mengenai masalah K3 apabila ditemui kesalahan ataupun kejanggalan pada karyawan dalam proses kerja yang ditemui di stasiun pengolahan oleh pihak Asisten Pengolahan saat melakukan pengecekan secara rotasi yang kemudian disampaikan pada saat dilakukan safety talkdi pagi hari.

Safety talk merupakan salah satu sarana penunjang dalam upaya mencegah terjadinya bahaya di tempat kerja, serta berbagai masalah pekerjaan dapat didiskusikan, yang kemudian dapat diterapkan dan dipraktekkan di lapangan. Tujuan utama dari safety talk adalah untuk mengingatkan karyawan atau pekerja akan potensi-potensi bahaya di tempat kerja dan membantu karyawan atau pekerja untuk mengenali dan mengendalikan bahaya tersebut.

5. Pemeriksaan Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman dapat memberikan motivasi karyawan dalam bekerja. Untuk menciptakan lingkungan yang aman, sehat, dan nyaman juga diperlukan peran dari

semua pihak. Hasil penelitian untuk kegiatan yang dilakukan dari program keselamatan kerja berupa pengukuran lingkungan kerja di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu oleh Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Medan yang merupakan UPTP Kementerian Ketenagakerjaan yang beralamat di Jl. Medan Belawan Km. 11,5 No. 64 Medan.

Pengukuran lingkungan kerja ini terdiri dari pengukuran faktor fisik yaitu pengujian kebisingan, pengujian iklim kerja, pengujian penerangan, dan pengujian getaran seluruh tubuh, sedangkan untuk pengukuran faktor kimia yaitu pengujian debu total seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 13/MEN/X/2011.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 13/MEN/X/2011 Pasal 2 menyatakan bahwa “Pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan pengendalian faktor fisik dan faktor kimia di tempat kerja sehingga di bawah Nilai Ambang Batas (NAB). Jika faktor fisika dan faktor kimia pada suatu tempat kerja melampaui NAB, pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan upaya-upaya teknis teknologi untuk menurunkan sehingga memenuhi ketentuan yang berlaku”. Pada pasal 13 menyebutkan bahwa “pengukuran dan penilaian faktor fisik dan faktor kimia di tempat kerja dilaksanakan oleh Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja dan pihak lain yang ditunjuk Menteri.

Berdasarkan hasil dokumen perusahaan untuk pemeriksaan lingkungan tanggal 23 Maret 2016 diketahui hasil sebagai berikut :

a. Hasil pengukuran dari intensitas kebisingan dengan alat ukur Sound Level Meter Svantek Type SVAN 959 SN 23764 di 10 titik lokasi pengukuran bagian pengolahan dengan waktu kerja 12 jam setiap hari antara lain stasiun boiler Lt.2 (Ketel Uap) : 83,5 dBA, stasiun polishing drum : 87,8 dBA, stasiun pengolahan biji : 86,8 dBA, stasiun minyakan : 91,8 dBA, stasiun press : 83,1 dBA, stasiun thresser : 81,8 dBA, stasiun pembangkit tenaga listrik : 92,9 dBA, stasiun rebusan : 88,6 dBA, stasiun loading ramp : 78,0 dBA, dan stasiun bengkel : 72,1 dBA. Diketahui 5 lokasi pengukuran yaitu stasiun polishing drum, stasiun pengolahan biji, stasiun minyakan, stasiun pembangkit tenaga listrik, dan stasiun rebusan yang nilainya diatas NAB yaitu diatas 85 dBA dengan waktu kerja 12 jam, untuk hasil pengukuran diatas NAB tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 13/MEN/IX/2011 tentang NAB Faktor Fisika Kebisingan sebesar 85 dBA untuk 8 jam keja.

b. Hasil pengukuran iklim kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) dengan alat ukurHeat Shield Merk LSI Type ERL610-M SN 15105001 di 10 titik lokasi pengukuran bagian pengolahan hasil semuanya memiliki beban kerja dengan kategori ringan dengan waktu kerja 12 jam setiap hari antara lain stasiun boiler Lt.2 (Ketel Uap) : 29,9 0C, stasiun polishing drum : 30,8 0C, stasiun pengolahan biji : 30,6 0C,

stasiun minyakan : 33,1 0C, stasiun press : 32,8 0C, stasiun thresser : 32,1 0C, stasiun pembangkit tenaga listrik : 33,4 0C, stasiun rebusan : 35,5 0C, stasiun loading ramp : 33,2 0C, dan stasiun bengkel : 29,8 0C. Diketahui 6 lokasi pengukuran yaitu stasiun minyakan, stasiun press, stasiun thresser, stasiun pembangkit tenaga listrik, stasiun rebusan, dan stasiun loading ramp yang nilainya diatas NAB yaitu diatas 31 0C dengan waktu kerja 12 jam, untuk hasil pengukuran diatas NAB tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 13/MEN/IX/2011 tentang NAB Faktor Fisika ISBB sebesar 310C untuk 8 jam kerja. Untuk beban kerja ringan setiap tenaga kerja memerlukan kalori sampai dengan 200 kilo kalori/jam.

c. Hasil pengukuran intensitas penerangan dengan alat ukur Digital Lux Meter Merk Hagner ECI SN 53689 di 10 titik lokasi pengukuran bagian pengolahan antara lain stasiun boiler Lt.2 (Ketel Uap) : 111 Lux, stasiun polishing drum : 104 Lux, stasiun pengolahan biji : 101 Lux, stasiun minyakan : 834 Lux, stasiun press : 103 Lux, stasiun thresser : 101 Lux, stasiun pembangkit tenaga listrik : 214 Lux, stasiun rebusan : 412 Lux, stasiun loading ramp : 1277 Lux dengan standart penerangan 100 Lux, dan stasiun bengkel : 429 Lux dengan standart penerangan 300 Lux. Semua hasil pengukuran menunjukkan telah sesuai standart berdasarkan Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan, dan Penerangan di Tempat Kerja dimana untuk penerangan yang cukup

untuk pekerjaan-pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil secara spintas seperti di kamar mesin dan uap paling sedikit memerlukan penerangan sebesar 100 Lux, sedangkan untuk penerangan yang cukup untuk pekerjaan pembedaan yang teliti daripada barang-barang kecil dan halus seperti pekerjaan mesin yang teliti paling sedikit mempunyai kekuatan 300 Lux. .

d. Hasil pengukuran untuk getaran seluruh tubuh dengan alat ukur Human Vibration Meter Merk Svantek Type SVAN 106 SNdari 10 titik lokasi pengukuran bagian pengolahan dengan waktu kerja 12 jam antara lain stasiun boiler Lt.2 (Ketel Uap) : 0,0029 m/dt2, stasiun polishing drum : 0,0090 m/dt2, stasiun pengolahan biji : 0,0712 m/dt2, stasiun minyakan : 0,3730 m/dt2, stasiun press : 0,1430 m/dt2, stasiun thresser : 0,0562 m/dt2, stasiun pembangkit tenaga listrik : 0,0029 m/dt2, stasiun rebusan : 0,0019 m/dt2, stasiun loading ramp : 0,1320 m/dt2, dan stasiun bengkel : 0,0013 m/dt2. Hasil pengukuran getaran di 10 titik lokasi sesuai dengan NAB, dimana menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.13/MEN/IX/2011 Pasal 7 tentang NAB seluruh tubuh sebesar 0,5 m/dt2untuk 8 jam kerja. e. Hasil pengukuran yang terakhir untuk pengukuran kadar debu total

dengan alat ukur Filter Debu, lvs, dan timbangan analitik dari 2 stasiun pengolahan yaitu stasiun boiler : 0,6373 mg/m3 dan kernel bagian pengolahan : 0,9560 mg/m3 untuk waktu kerja 12 jam. Hasil pengukuran kadar debu dari 2 stasiun pengolahan dengan waktu kerja

12 jam tersebut masih sesuai NAB kadar debu total karena dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/Menkes/SK/XV/2002 tanggal 19 November 2002 tentang Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran untuk kandungan debu total konsentrasi maksimal 10 mg/m3 dalam waktu kerja 8 jam.

Dokumen terkait