• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Program Kesetan dan Kesehatan Kerja di Bagian Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Gunung Bayu Tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Program Kesetan dan Kesehatan Kerja di Bagian Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Gunung Bayu Tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu menggambarkan atau mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif dan sistematis dengan menelaah dokumen-dokumen yang berisikan pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu Tahun 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan karena belum pernah dilakukan penelitian mengenai pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu. 3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari 2017 sampai dengan Mei 2017.

3.3 Objek Penelitian

(2)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis Data

a. Data Primer dalam penelitian ini diperoleh dari observasi secara langsung dengan objek penelitian yaitu tentang pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu dan wawancara dengan pihak manajemen K3 yaitu Masinis Kepala, Seketaris P2K3, dan Mantri..

b. Data Sekunder dalam penelitian ini diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan program-program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu, karya tulis ilmiah, buku atau referensi yang diperoleh dari perpustakaan, yang berhubungan dengan topik penelitian. 3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi lapangan, yaitu dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian yaitu pelaksanaan program K3 di perusahaan.

b. Wawancara yang dilakukan terhadap pihak manajemen.

(3)

3.5 Definisi Istilah

1. Program Keselamatan Kerja adalah program pencegahan kecelakaan kerja yang meliputi kegiatan inspeksi dan investigasi, simulasi keadaan darurat (kebakaran, huru-hara, dan gempa bumi), menajemen risiko, safety talk, pemeriksaan lingkungan kerja, pelatihan pekerja, dan alat pelindung diri (APD) pada pengolahan kelapa sawit.

2. Program Kesehatan Kerja adalah program pencegahan penyakit akibat hubungan kerja berupa pemeriksaan kesehatan.

3. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah gabungan dari program keselamatan kerja dan kesehatan kerja bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu.

3.6 Metode Analisa Data

(4)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografis PTPN IV Gunung Bayu

PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) IV Gunung Bayu terletak di Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara yang berada sekitar 48 meter di atas permukaan laut.

Perkiraan Jarak yaitu :

Kota Medan ke Gunung Bayu = 150 KM

Kota Pematang Siantar ke Gunung Bayu = 49 KM Kantor GUU I,II,III,IV,V, Bah Jambi ke Gunung Bayu = 36 KM

Topografi keadaan tanah secara umum datar, sedikit bergelombang dan berbukit. Jenis tanah Padsolik Coklat Kuning (PCK) dan Padsolik Coklat (PC). 4.1.2 Luas Areal PTPN IV Gunung Bayu

Kebun Gunung Bayu memiliki luas HGU No. 21/HGU/BPN/2003 tanggal 04 Maret 2003 (8470,83 Ha) terdiri daari IX Afdeling. Tanaman Kelapa Sawit, Pabrik, Kolam Limbah dan lain-lain.

PKS Gunung Bayu berdiri pada Tahun 1989 dengan Sertifikat sebagai berikut: Kapasitas Olah : 30 Ton TBS/JAM

(5)

4.1.3 Sejarah Singkat PTPN IV Gunung Bayu

Gambar 4.1 Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Gunung Bayu

(6)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1958 dan Undang-Undang No. 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi dan Perubahan yang diatur pada Peraturan Pemerintah No. 19 dalam lembaran Negara No. 31 Tahun 1959, NV. RCMA diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan pada Tahun 1960 beralih status menjadi PPN baru Cabang Sumut, Tahun 1961 berubah menjadi PPN SUMUT VI, Tahun 1963 menjadi PPN Aneka Tanaman IV, Tahun 1968 menjadi PNP-VII dan pada Tahun 1975 dilikwidasi menjadi PTP-VII.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1996 pada tanggal 11 Maret 1996 PTP-VII dialihkan menjadi PT. Perkebunan Nusantara IV yang merupakan penggabungan dari PTP-VI, PTP-VII, dan PTP-VIII. Pada mulanya Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Gunung Bayu merupakan satu bagian Unit Kerja, namun berdasarkan SK Direksi PTP-VII No. 07.01/Kpts/ORG/04/V/1993 tanggal 11 Mei 1993 pada Kebun Gunung Bayu diadakan pemekaran secara administratif efektif dimulai tanggal 21 Juni 1993. Kemudian SK Direksi PTPN IV No. 04.13/Kpts/53/VIII/2001 tanggal 31 Agustus 2001 pada Kebun Gunung Bayu diadakan penggabungan kembali antara Kebun Gunung Bayu dan PKS Gunung Bayu menjadi satu, pelaksanaan penggabungan secara administrative efektif dimulai tanggal 01 Oktober 2001.

4.1.4 Visi dan Misi Perusahaan

(7)

b. Misi PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Gunung Bayu.

1) Menjalankan usaha agribisnis perkebunan di bidang Perkebunan Kelapa Sawit (Komoditi Utama), menghasilkan minyak sawit, serta produk turunannya yang berkualitas tinggi untuk memberikan kepuasan bagi pelanggan.

2) Meningkatkan daya saing produk secara terus menerus yang didukung oleh sistem, cara kerja yang mendorong munculnya kreativitas dan inovasi untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi.

3) Menghasilkan laba yang berkesinambungan untuk menjamin pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan perusahaan serta memberikan manfaat dan nilai tambah yang optimal bagi pemegang Usaha, Karyawan dan Stakeholder lainnya.

4) Mengelola usaha secara profesioanl untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan berpegang teguh pada nilai-nilai etika bisnis dan senantiasa berpedoman pada tata kelola perusahaan secara sehat. 5) Memberikan perhatian dan peran yang sungguh-sungguh dalam

(8)

4.2 Struktur Organisasi

4.2.1 Struktur Organisasi PTPN IV Gunung Bayu

Struktur organisasi dan manajemen yang baik adalah struktur organisasi yang fleksibel dimana struktur organisasi tersebut harus berkembang, hidup dan bergerak sesuai dengan kondisi yang dialami perusahaan. Berdasarkan pembagian tugas dan tanggung jawab maka struktur organisasi pada PT. Perusahaan Nusantara IV Unit Gunung Bayu dapat dilihat pada gambar struktur organisasi.

(9)

Salah satu sarana agar organisasi dapat berjalan dengan baik, sehat dan efisiensi haruslah melaksanakan azas-azas organisasi yaitu seperti pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas. Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan yang terdapat di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Gunung Bayu adalah sebagai berikut:

1. Manager Unit

a. Bertanggung jawab kepada direksi dan manajer GUU atas efektivitas dan efisiensi tugas Unit Usaha.

b. Bertanggung jawab merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan unit usaha untuk mencapai kinerja (hasil usaha) ssecara efektif dan efisien.

c. Bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya di Unit Usaha. 2. Kepala Dinas Tanaman

a. Bertanggung jawab langsung kepada manajer unit atas efektifitas dan efisiensi tugas dinas tanaman.

b. Bertanggung jawab untuk mengkoordinir, membina, serta mengendalikan pengelolaan kegiatan operasional dan anggaran serta pengawasan dinas tanaman untuk mencapai kinerja masing-masing afdeling dalam kesatuan Unit Usaha secara efektif dan efisien.

c. Bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya dinas tanaman di Unit Usaha.

(10)

3. Kepala Dinas Teknik dan Pengolahan

a. Bertanggung jawab langsung kepada manajer Unit atas efektifitas dan efisiensi tugas dinas teknik dan pengolahan.

b. Bertanggung jawab untuk mengkoordinir, membina, serta mengendalikan pengelolaan kegiatan operasional dan anggaran serta pengawasan dinas teknik dan pengolahan secara efektif dan efisien.

c. Bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya dinas teknik dan pengolahan di Unit Usaha.

d. Terpeliharanya kualitas pelayanan kepada pelanggan/klien di dinas teknik dan pengolahan.

4. Kepala Dinas Tata Usaha

a. Bertanggung jawab langsung kepada manajer Unit atas efektifitas dan efisiensi tugas dinas tata usaha.

b. Bertanggung jawab untuk mengkoordinir, membina, serta mengendalikan pengelolaan kegiatan operasional dan anggaran serta pengawasan dinas tata usaha secara efektif dan efisien.

c. Bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya dinas tata usaha di Unit Usaha.

d. Terpeliharanya kualitas pelayanan kepada pelanggan/klien di dinas tata usaha.

5. Asisten SDM dan Umum

(11)

b. Bertanggung jawab untuk mengendalikan perencanaan, pengelolaan kegiatan operasional dan anggaran serta pengawasan di bidang SDM dan umum untuk mencapai kinerja dalam kesatuan unit usaha secara efektif dan efisien.

c. Bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya di SDM dan Umum

d. Bertanggung jawab atas pembinaan SDM di Unit.

e. Terpeliharanya kualitas pelayanan kepada pelanggan/klien di Unit. 6. Perwira Pengaman (Pa-pam)

a. Mengkoordinir segala kegiatan penjagaan keamanan dan ketertiban pabrik dan perkebunan.

b. Menjaga keamanan informasi dan invertaris perusahaan.

c. Mengatur dan memberikan instruksi kepada satuan keamanan pabrik dan perkebunan.

d. Bertanggung Jawab kepada Manager Unit. 7. Asisten Transport

Mengkoordinir kegiatan di bidang tugas pengangkutan yang meliputi kendaraan truck terutama untuk pengangkutan produksi TBS. Kelapa Sawit dari Afdeling Tanaman ke Tempat Pengolahan secara tepat waktu .

8. Tugas Asisten

(12)

b. Mengawasi kelancaran tugas-tugas pembaruan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing yang terdiri dari :

1) Assisten Afdeling Tanaman 2) Asisten SDM

3) Asisten Hama

(13)

4.2.2 Struktur Organisasi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PTPN IV Gunung Bayu

(14)

4.3 Proses Pengolahan TBS PTPN IV Gunung Bayu

Bahan baku pengolahan kelapa sawit adalah tandan buah segar (TBS) dengan hasil produksi yaitu CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). Bahan baku dihasilkan dari perkebunan PTPN IV Kebun Gunung Bayu, dari kebun seinduk, dan pihak ketiga (kebun masyarakat) yang berada disekitar perkebunan PTPN IV Gunung Bayu. Kapasitas yang dihasilkan setiap harinya bisa mencapai 500 ton perharinya.

Proses pengolahan TBS yaitu : 1. Penerimaan Buah

a. Penimbangan TBS

Proses yang dilakukan berupa Penimbangan TBS. TBS yang datang dari kebun sendiri, dari kebun seinduk, dan dari pihak ketiga. Setelah tarra dan brutonya, kemudian melakukan pengecekan truck, pengecekan truck yang dimaksud yaitu isi truck 100% TBS dan pengecekan surat izin masuk apabila TBS berasal dari pihak ke III. Pada proses ini buah dipilih dengan kualitas terbaik sesuai spesifik dari PTPN IV Gunung Bayu.

b. Sortasi

(15)

Tabel 4.1 Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Yang Diterima di PTPN IV Peralatan yang digunakan untuk merebus TBS seperti stelizier, nanometer, termometer dan jam stopwatch dengan masa rebus 130 -135’C dengan tekanan 2.8-3 kg/cm.

3. Penebahan

Pada proses ini buah yang sudah direbus di banting untuk memisahkan antara tandan dan buah kelapa sawit. TBS dibanting dalam drum Thresher. Buah terpisah dari tandan. Buah lekat di tangkos 2.3 – 2.5 thd.

4. Kempa

Pada proses ini buah kelapa sawit ini dilakukan pelumatan buah dan pengepresan, di peras, dan di pisahkan antara biji (kernel) dengan serat kelapa sawit, yang di peras adalah serat kelapa sawit. Teknik pressing 40 – 60 BAR dengan temperatur Digaster 90−95℃ dengan tekanan uap

(16)

proses kempa akan di hasilkan kernel dengan inti pecah < 8% dengan minyak yang dihasilkan 43% dan kernel 13% dalam proses kempa juga dihasilkan serat fibre, serat fibre yang dihasilkan max 14%thdp dan supply air 20% thdp TBS.

5. Pemurnian Minyak

Proses ini dalah proses pemisahan minyak dari Sludge. Proses merupakan proses pemisahan minyak dari air dan kotoran. Dengan suhu kerja stasiun

90−95℃. ALB CPO yang telah di murnikan 2.5 – 3 %. Peralatan yang

digunakan berupa manometer, termometer dan peralatan Laboratorium. 6. Pengolahan Biji

Pada aktivitas pengolahan kernel, dimana kernel dihasilkan dari biji brondolan yang telah di olah dan dipisahkan dari sampah dan tandan dan kemudian terpisah dari inti dan cangkang.. Pemecahan biji di lakukan di Ripple Mill. Dari proses presan biji di olah ke dalam fiber, kemudian dilakukan proses pemisahan biji dengan fiber dalam drum. Nut kemudian di tampung di Ripple Mill untuk memecahkan dan memisahkan antara kernel dengan dengan cangkang.

(17)

Bunker untuk di turunkan dan di angkut ke PT yang menrima seperti PTPN IV Kebun Pabatu.

7. Penyimpanan CPO

Setelah dilakukan pemurnian minyak yang telah selesai di olah di masukkan ke dalam tangki timbun. Suhu penyimpanan berkisar 40− 45 C

8. Penyimpanan Kernel (Inti)

Penyimpanan kernel di simpan dalam Bunker sebelum di angkut ke PT yang mengolah kernel tersebut.

9. Transfer CPO

Setelah dilakukan pengolahan terhadap TBS dan menghasilkan CPO yang sudah di olah dan dimasukkan ke tangki yang akan dikirim.

10. Transfer Inti

Pengisian inti dari bunker ke truck. Dengan keadaan truck kosong dan bersih, dengan kadar air inti maks 8,5%, kadar kotoran inti maks 6 % ALB inti maks 2%.

11. Pengiriman CPO dan Kernel

(18)

4.4 Deskripsi Hasil Penelitian Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bagian Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Gunung Bayu

4.4.1 Pelaksanaan Program Keselamatan Kerja di Bagian Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Gunung Bayu

Berdasarkan observasi lapangan, wawancara dengan pihak manajemen yaitu Masinis Kepala dan Seketaris P2K3 juga berdasarkan data-data perusahaan, PTPN IV Gunung Bayu telah melaksanakan program keselamatan kerja yang dalam pelaksanaannya sudah berjalan dengan baik. Program keselamatan kerja di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu tahun 2017 meliputi inspeksi dan investigasi, simulasi keadaan darurat (kebakaran, huru-hara, dan gempa bumi), manajemen risiko, safety talk, pemeriksaan lingkungan kerja, pelatihan pekerja, dan alat pelindung diri.

1. Inspeksi dan Investigasi

(19)

dilakukan pada minggu pertama setiap per triwulannya oleh Penanggung Jawab TIM Inspeksi dan Investigasi serta anggota P2K3.

Tujuan dari program ini adalah untuk mengurangi risiko kerugian perusahaan yang disebabkan oleh terjadinya peristiwa kecelakaan, adanya kondisi maupun tindakan yang dapat membahayakan bagi keselamatan manusia, untuk mengetahui penyebab terjadinya peristiwa kecelakaan sehingga dapat ditentukan tindakan yang diperlukan agar dapat mencegah dan menanggulangi kejadian sejenis di masa yang akan datang.

Pelaksanaan program inspeksi dan investigasi berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan, yaitu :

a. Membentuk tim penyelidik kecelakaan yang meliputi petugas yang ahli dibidangnya dari divisi atau tenaga ahli dari luar perusahaan yang ditugaskan oleh pimpinan perusahaan untuk menganalisa dan menentukan sebab kecelakaan yang terjadi.

b. Pelaksanaan program ini dilakukan oleh tim inspeksi dan investigasi serta dibantu oleh tenaga ahli K3 diperusahaan yang telah memiliki sertifikat ahli K3 yang juga merupakan bagian dari anggota organisasi P2K3.

(20)

d. Hasil penyelidikan harus berdasarkan fakta yang ada seperti kerusakan barang, peralatan, mesin, luka-luka / cidera manusia. Informasi diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak-pihak yang bersangkutan seperti petugas, saksi, dan korban.

e. Penyelidikan harus dapat menentukan kesalahan secara ril dan tidak boleh mencari keselahan orang lain.

f. Penyelidik harus bisa membuat analisa sebab akibat dari kejadian tersebut.

Kegiatan inspeksi K3 di PTPN IV Gunung Bayu diantaranya meliputi, inspeksi hydrant kebakaran yang dilakukan setiap triwulan sekali oleh tim inspeksi, inspeksi tempat kerja yang meliputi material, pekerja dan cara kerja, mesin, dan lingkungan kerja menggunakan lembar check list setiap 1 bulan sekali oleh tim inspeksi, inspeksi APAR (Alat Pemadam Api Ringan) seperti pemeriksaan tabung APAR, identifikasi APAR, berat isi (perlu ditimbang), indikator tekanan, dan corong penyemprotan menggunakan lembar check list setiap 1 bulan sekali oleh Asisten Teknik, dan inspeksi rambu-rambu K3 yang dilakukan setiap akhir tahun oleh tim inspeksi. Inspeksi tersebut dilakukan secara rutin dibagian pengolahan kelapa sawit, dan untuk kegiatan inspeksi harian tempat kerja berupa pemeriksaan mesin dilakukan setiap hari oleh karyawan mandor sebelum memulai pekerjaan.

(21)

tahap 1 dan surat keterangan dokter) yang dilakukan oleh tim investigasi dan anggota P2K3.

2. Simulasi Keadaan Darurat

Berdasarkan hasil dari data-data perusahaan dan wawancara untuk program keselamatan kerja berupa simulasi keadaan darurat meliputi kegiatan simulasi kebakaran, simulasi huru-hara, dan simulasi gempa bumi yang dilakukan setiap 1 tahun sekali oleh penanggung jawab SDM Umum (Sumber Daya Manusia Umum) dan Pa-pam. Beberapa peralatan yang digunakan untuk mengatasi suatu kejadian darurat yang tidak diduga-duga di areal bagian pengolahan kelapa sawit seperti APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang berisi gas CO2dan Hydrant.

(22)

Prosedur dalam pelaksanaan program simulasi keadaan darurat ini meliputi :

a. Jika terjadi keadaan darurat di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu, pihak keamanan langsung membunyikan lonceng atau alarm agar karyawan yang berada dilokasi kejadian untuk berkumpul dititik evakuasi.

b. Hubungi pihak-pihak terkait.

c. Petugas yang bertanggung jawab untuk program ini merupakan petugas senior yang terdiri dari tim inti yang langsung mengambil sikap sigap mengambil segala macam peralatan yang digunakan untuk mengatasi keadaan darurat tersebut.

d. Setelah selesai melakukan evakuasi, penangung jawab wajib membuat laporan tentang kejadian keadaan darurat tersebut dalam waktu 1x24 jam kecuali ada hari libur, tetapi untuk laporan secara lisan harus dilaporkan pada saat itu juga.

Sarana yang digunakan bila terjadi keadaan darurat meliputi : a. Nomor Telepon Darurat Internal

- Bakortiba - Ambulance - P2K3

b. Nomor Telepon Darurat Eksternal - Koramil

(23)

- PLN

c. Secara manual dengan bunyi lonceng 3. Manajemen Risiko

Berdasarkan hasil dari data-data perusahaan dan wawancara untuk program keselamatan kerja berupa manajemen risiko dilakukan disetiap stasiun bagian pengolahan kelapa sawit dengan menggunakan formulir hirac (hazard identification, risk assasment, and control) setiap 1 tahun sekali pada Februari minggu ke 1 – 3 yang seharusnya di program kerja dilakukan pada minggu ke-3 dan ke-4 bulan Januari dan awal Februari oleh penanggung jawab Tim Manajemen Risiko.

Tujuan program manajemen risiko ini untuk melindungi perusahaan dari risiko-risiko yang dapat menghambat pencapaian perusahaan dan menanggulangi risiko yang ada. Laporan dari hasil manajemen risiko harus disetujui oleh Kepala Dinas Teknik / Pengolahan dan disahkan oleh Manager Unit.

(24)

pengendalian risiko yang ditemukan untuk mengurangi kerugian perusahaan yang akan ditimbulkan dari kegiatan tersebut, setelah itu lakukan pemantauan dan telaah ulang terhadap hasil yang didapat, dan mengkoordinasi dan mengkomunikasikan hasil dari manajemen risiko tersebut.

4. Safety Talk

Berdasarkan hasil dari observasi dan wawancara untuk program keselamatan kerja berupa safety talkdilakukan setiap hari di kantor bagian pengolahan kelapa sawit dengan penanggung jawab Maskep (Masinis Kepala) / Kepala Dinas Teknik / Pengolahan dengan para Asisten Pengolahan, dan Mandor Pengolahan. Kegiatan ini dimulai pada pukul 06.30 WIB sampai selesai sesuai dengan pembahasan masalah yang ditemukan selama satu hari pengolahan pada pergantian shift malam ke shift pagi.

Tujuan dari dilaksanakannya program ini adalah untuk mengetahui apa saja masalah yang di temui pada tenaga kerja, membahas hasil olahan yang kemarin oleh Asisten Pengolahan shift malam, memberikan informasi dan mengatasinya apabila ditemukan adanya kegagalan dalam proses pengolahan oleh Asisten Pengolahan, dan informasi lainnya mengenai K3.

(25)

hanya memfokuskan tentang hasil pengolahan kami yang harus sesuai dengan target yang telah direncanakan sebelum proses pengolahan dimulai itu pada tabel rencana olah, kalau tidak sesuai hasilnya akan diganti setelah brefing pagi selesai, tapi sebelum brefing selesai saya kasih kesempatan kepada para mandor sebagai wakil dari tenaga kerja untuk menyampaikan keluhan-keluhan dari para pekerja di bagian pengolahan sehingga dapat kami berikan solusinya secara bersama-sama secara tepat agar tidak ada lagi keluhan-keluhan”.

Prosedur kegiatan program safety talk yang dipimpin oleh seorang Maskep / Masinis Kepal dan kemudian kepada para Asisten Pengolahan untuk menyampaikan hasil produksi dan juga masalah yang ditemukan pada tenaga kerja saat bertugas melakukan pengecekan secara rotasi disetiap stasiun. Kegiatan ini tidak ada diikuti oleh karyawan-karyawan pelaksana bagian pengolahan dan hanya diwakilkan melalui karyawan mandor yang nantinya selesai brefing karyawan mandor menyampaikan kepada tiap-tiap kepala bagian stasiun dan kemudian kepala bagian stasiun menyampaikan kepada masing-masing tenaga kerja hasil dari kegiatan tersebut. Selesai brefing selalu dilakukan tanya jawab oleh anggota yang hadir.

5. Pemeriksaan Lingkungan Kerja

(26)

setiap 1 tahun sekali pada bulan Februari minggu ke 3 oleh penanggung jawab bagian SDM Umum dan tim dari Balai K3 Medan. Kegiatan dari pemeriksaan lingkungan ini meliputi pemeriksaan kebisingan, iklim kerja, penerangan, getaran seluruh tubuh, dan kadar debu total. Pelaksanaan dari program ini masih belum sesuai dengan jadwal program kerja yang telah dibuat oleh pihak P2K3 dan untuk hasil pemeriksaan lingkungan kerja ini tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

Tujuan dari dilakukannya program ini adalah untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada tenaga kerja dan kerugian perusahaan akibat dari kejadian tersebut. Kegiatan pemeriksaan lingkungan kerja ini dilakukan oleh perusahaan secara berkala setiap satu tahun sekali dari Balai K3 Medan dan didampingi oleh pihak perusahaan yaitu Seketaris P2K3 yang merupakan Asisten SDM perusahaan.

Kegiatan program ini dilakukan di sepuluh stasiun yang ada di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu. Setiap stasiun dilakukan pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan kebisingan, iklim kerja, penerangan, getaran seluruh tubuh, dan kadar debu total. Hasil pengukuran pemeriksaan lingkungan kerja dari setiap stasiun akan disajikan dalam bentuk laporan dari tiap-tiap hasil analisis pengukuran oleh pihak Balai K3 Medan dan diserahkan kepada bagian organisasi P2K3 untuk dievaluasi. 6. Pelatihan Pekerja

(27)

penanggung jawab adalah Seketaris P2K3. Tujuan dari pelaksanaan pelatihan pekerja yang diadakan di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu adalah suatu usaha perusahaan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh pekerja agar dapat meningkatkan kinerja karyawan dan selalu mengutamakan safety first dalam bekerja. Pemberian materi pelatihan pekerja ini pun berbeda-beda sesuai dengan jabatan dan kebutuhan pekerja, yaitu :

Asisten Pengolahan : Pelatihan KMPD (Kursus Manajemen Perkebunan Dasar)

Op. Hosting Crane : Operator Hosting Crane Op. Rebusan : Operator Rebusan

Op. Kamar Mesin : Operator Turbin Uap / Genset Op. Lab : Operator Analisa Air Ketel

Mandor I : Mandor Pengolahan, Pengoperasian, dan Perawatan Boiler

Petugas Bengkel Listrik dan Umum : Instalasi Panel Induk dan Otomatis, Juru Las / Potong, Membubut, dan Pelumas.

(28)

sebagai mandor untuk mengikuti pelatihan tersebut dikarenakan mandor sebagai penanggung jawab disetiap stasiun dan nanti mandorlah yang akan menyampaikan kepada karyawan lainnya di setiap stasiun yang dipimpin untuk menyampaikan hasil pelatihan yang didapatkan. Tetapi untuk pelatihan internalnya semua karyawan mendapatkannya melalui mandor pengolahan yang memberikan informasi kepada karyawan lainnya.

7. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri adalah upaya perlindungan terakhir yang digunakan oleh karyawan untuk melindungi seluruh karyawan bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu dari seluruh potensi bahaya yang ada di tempat kerja agar karyawan dapat bekerja dengan aman, nyaman sesuai dengan komitmen perusahaan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Berdasarkan data dokumen dan observasi APD yang digunakan di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu masih ada yang belum sesuai dengan standart yang telah ditetapkan oleh pemerintah baik nasional maupun daerah dan atau lembaga internasional. Walaupun ada juga APD yang disediakan telah disesuaikan dengan potensi bahaya tugas dan tempat kerja.

(29)

berdasarkan permintaan pembeliaan (PP) untuk barang-barang pada perusahaan”.

Beberapa jenis APD sesuai permintaan pembelian bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu, antara lain :

1) Safety Boot 2) Topi Helm

3) Kacamata Pengaman

4) Sarung Tangan Kulit dan Kimia 5) Masker Abu dan Masker Bahan Kimia 6) Sumbat Telinga

7) Ikat Pinggang

4.4.2 Pelaksanaan Program Kesehatan Kerja di Bagian Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Gunung Bayu

Berdasarkan observasi lapangan, wawancara dengan Mantri, dan berdasarkan data-data perusahaan, PTPN IV Gunung Bayu telah melaksanakan program kesehatan kerja yang dalam pelaksanaannya sudah berjalan dengan baik sesuai dengan peraturan. Program kesehatan kerja di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu tahun 2017 berupa pemeriksaan kesehatan.

1. Pemeriksaan Kesehatan

(30)

Program pemeriksaan kesehatan oleh HIPERKES (Higiene Perusahaan dan Kesehatan) dilakukan setiap 1 tahun sekali pada bulan Februari minggu ke 3 oleh penanggung jawab bagian SDM Umum, Mantri, dan tim dari Balai K3 Medan. Kegiatan dari pemeriksaan kesehatan ini meliputi pemeriksaan audiometri dan pemeriksaan spirometri yang dilakukan oleh dokter Balai K3 Medan.

Tujuan dari dilakukannya program ini adalah untuk mencegah terjadinya penyakit akibat hubungan kerja yang dapat terjadi pada tenaga kerja dan kerugian perusahaan akibat dari kejadian tersebut. Kegiatan pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh perusahaan secara berkala setiap satu tahun sekali oleh pihak perusahaan. Dalam pelaksanaannya kegiataan ini dilakukan oleh seorang dokter dan tim dari Balai K3 Medan dan didampingi oleh pihak perusahaan yaitu Seketaris P2K3 yang merupakan Asisten SDM perusahaan dan juga Mantri dari poliklinik perusahaan.

(31)

Program poliklinik perkebunan (Polibun) untuk membantu memberikan pelayanan kesehatan terutama bidang pelayanan kesehatan kerja minimal (peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan) kepada para karyawan / tenaga kerja dan tanggungannya (suami/istri dan 3 orang anak). Poliklinik perkebunan (polibun) buka Senin – Sabtu dari pukul 07.00 – 15.00 WIB dan ditanggung jawabi oleh karyawan perusahaan yaitu seorang mantri kesehatan dan seorang bidan sebagai tenaga honorer pembantu. Apabila karyawan yang sakit tidak dapat ditangani di polibun dapat dirujuk ke RS Laras yang merupakan rumah sakit perusahaan untuk wilayah PTPN IV Gunung Bayu.

Hasil data polibun dari pemeriksaan yang dilakukan oleh karyawan bagian pengolahan kelapa sawit pada tahun 2016 sampai dengan awal tahun 2017 diketahui rata-rata karyawan bagian pengolahan banyak yang mengalami hipertensi. Menurut Mantri Polibun mengatakan “hipertensi diakibatkan karena lingkungan kerja bagian pengolahan itu kan dek sangat bising, panas, gelap, kotor, bau, jadi gak heranlah kalau lingkungan kerja yang kayak gitu bisa buat karyawan cepat naik darah, emosian ditambah lagi beban kerjanya yang berat”.

(32)

jaminan hari tua (JHT), program jaminan pensiun (JP), program jaminan kematian (JKM), dan program jaminan kecelakaan kerja (JKK).

Tujuan dari dilakukannya program ini adalah untuk melindungi semua karyawan perusahaan dalam sistem asuransi, sehingga kebutuhan dasar kesehatan para karyawan dapat terpenuhi dan layak, seperti :

a. Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada karyawan perusahaan dan tanggungannya (suami/istri dan 3 orang anak).

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan kepada karyawan perusahaan secara menyeluruh dan dengan sistem pengelolaan yang terkendali mutu dan biaya.

(33)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bagian Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Gunung Bayu

Hasil dari data-data perusahaan, observasi, dan wawancara diketahui bahwa pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu program yang dimiliki perusahaan untuk meminimalkan angka kecelakaan kerja yang dapat terjadi di perusahaan dari suatu proses produksi pengolahan kelapa sawit di PTPN IV Gunung Bayu.

Program keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya bersifat spesifik yang artinya program keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau dikembangkan semuanya. Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja dibuat berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan potensi bahaya, sifat kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya. Program keselamatan dan kesehatan kerja harus dirancang spesifik untuk masing-masing perusahaan sehingga tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan pedoman dari pihak lain.

Pelaksanaan Program K3 di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu terdiri dari pelaksanaan program keselamatan kerja yaitu program inspeksi dan investigasi, simulasi keadaan darurat, manajemen risiko, safety talk, pemeriksaan lingkungan kerja, pelatihan pekerja, dan alat pelindung diri (APD), sedangkan untuk program kesehatan kerjanya merupakan program pemeriksaan

(34)

tujuan untuk dapat meminimalkan angka kecelakaan kerja, melindungi karyawan, aset perusahaan, mesin, gedung, dan lain-lain. Selain itu program juga dilakukan untuk memperbaiki perilaku karyawan. Sasaran program K3 meliputi dari manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja. Dimana penerapan program K3 ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang kebijakan K3, perlindungan tenaga kerja, keselamatan tenaga kerja, dan kesehatan tenaga kerja.

5.1.1 Pelaksanaan Program Keselamatan Kerja di Bagian Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Gunung Bayu

1. Inspeksi dan Investigasi

Menurut Syukri Sahab dalam Indria (2009) salah satu sasaran dari manajemen K3 adalah untuk mengurangi dan menghilangkan faktor-faktor yang berperan dalam kejadian kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja yang aman, nyaman, dan sehat yang dapat mendukung proses produksi yang efisien dan produktif.

(35)

Undang-Undang No. 01 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara, dan getaran”.

Berdasarkan hasil laporan triwulan I Tahun 2017 untuk kegiatan inspeksi rekapitulasi laporan kebakaran triwulan bagian pabrik/pengolahan berupa nihil kejadian, untuk kegiatan check list umum tempat kerja dan check list APAR untuk kegiatan Disnaker adalah nihil

(36)

Pelaksanaan inspeksi dan investigasi telah dilakukan baik dari dalam perusahaan sendiri oleh pihak P2K3 dan dari pihak luar perusahaan oleh Disnakertrans Pemerintah Kota Medan. Pelaksanaan inspeksi dan investigasi di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu sudah berjalan dengan baik sesuai dengan peraturan yang ada tetapi untuk jadwal pelaksanaannya masih sering terlambat dengan jadwal yang telah ditentukan oleh bagian P2K3. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER 50/MEN/2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu “Inspeksi Tempat Kerja dan Cara Kerja Dilakukan Secara Teratur” dan “Perusahaan Harus Menetapkan dan Memelihara Prosedur Inspeksi, Pengujian dan Pemantauan yang Berkaitan dengan Tujuan dan Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja”.

2. Simulasi Keadaan Darurat

Tujuan dari kegiatan simulasi keadaan darurat adalah untuk menyediakan perlindungan langsung untuk personil, lingkungan dan properti di tempat kerja dalam situasi darurat. Sasaran dari kegiatan ini adalah untuk menyediakan suatu sistem yang melibatkan semua pekerja, menugaskan tim darurat, dan fasilitas pendukung guna mengantisipasi dan menangani segala jenis situasi darurat.

(37)

tenaga kesehatan (mantri). Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu bagian SDM Umum yang merupakan Seketaris dari organisasi P2K3 bahwa tujuan dilaksanakannya kegiatan ini yaitu untuk memberikan pemahaman dan tindakan apabila terjadi keadaan darurat di lokasi tempat kerja kepada para karyawan agar dapat dengan sigap mencegah keadaan darurat tersebut dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Pernyataan ini sesuai dengan PP No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Pasal 2 yaitu “ penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, risiko, dan dampak bencana”.

(38)

pelaksanaannya agar semua anggota dari tim tanggap darurat menjadi familiar dengan tugas dan tanggung jawab, serta semua sistem/sarana/peralatan darurat selalu siap pakai jika dibutuhkan.

Simulasi keadaan darurat di PTPN IV Gunung Bayu meliputi kegiatan simulasi kebakaran yang dilakukan di areal sekitar pabrik dengan menggunakan alat bantu pemadam seperti APAR dan hydrant. Kegiatan simulasi gempa bumi juga dilakukan oleh para karyawan kantor dan juga karyawan areal pabrik dengan membunyikan lonceng sebagai tanda untuk berkumpul dititik evakuasi, dan untuk kegiatan simulasi huru-hara atau demonstrasi biasanya para pendemonstrasi melakukannya ke kantor bagian administrasi yang berada diluar area pabrik.

3. Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia. Strategi yang dapat digunakan antara lain mentransfer risiko pada pihak lain, mengindari risiko, mengurangi efek buruk dari risiko, dan menerima sebagian maupun seluruh konsekuensi dari risiko tertentu.

(39)

biji. Pelaksanaan manajemen risiko ini menggunakan formulir hirarc yang terdiri dari mengidentifikasi kejadian risiko, mengukur dampak dan frekuensinya, memitigasi (mencari solusi untuk mencegahnya atau mengantisipasinya), dan monitoring.

Sumber-sumber bahaya yang dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja yang terdapat di tempat kerja tersebut seharusnya dikendalikan atau dimanajemen dengan baik agar keberadaannya tidak sampai mengakibatkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja. Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai dan untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolak ukur dari kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.

Identifikasi sumber bahaya menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 dalam lampiran 1 harus mempertimbangkan : a. Kondisi kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.

b. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi. 4. Safety Talk

(40)

ditemui bahwa untuk kegiatan safety talk yang dilakukan di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu belum sesuai dengan yang seharusnya. Kegiatan safety talk di bagian pengolahan kelapa sawit ini dihadiri sekitar 6 – 8 orang yang terdiri dari karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana dan lebih cenderung membahas mengenai hasil produksi yang di peroleh setiap sekali proses produksi dan jarang membahas mengenai masalah K3 di bagian pengolahan kelapa sawit tersebut. Pembahasan mengenai masalah K3 apabila ditemui kesalahan ataupun kejanggalan pada karyawan dalam proses kerja yang ditemui di stasiun pengolahan oleh pihak Asisten Pengolahan saat melakukan pengecekan secara rotasi yang kemudian disampaikan pada saat dilakukan safety talkdi pagi hari.

Safety talk merupakan salah satu sarana penunjang dalam upaya mencegah terjadinya bahaya di tempat kerja, serta berbagai masalah pekerjaan dapat didiskusikan, yang kemudian dapat diterapkan dan dipraktekkan di lapangan. Tujuan utama dari safety talk adalah untuk mengingatkan karyawan atau pekerja akan potensi-potensi bahaya di tempat kerja dan membantu karyawan atau pekerja untuk mengenali dan mengendalikan bahaya tersebut.

5. Pemeriksaan Lingkungan Kerja

(41)

semua pihak. Hasil penelitian untuk kegiatan yang dilakukan dari program keselamatan kerja berupa pengukuran lingkungan kerja di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu oleh Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Medan yang merupakan UPTP Kementerian Ketenagakerjaan yang beralamat di Jl. Medan Belawan Km. 11,5 No. 64 Medan.

Pengukuran lingkungan kerja ini terdiri dari pengukuran faktor fisik yaitu pengujian kebisingan, pengujian iklim kerja, pengujian penerangan, dan pengujian getaran seluruh tubuh, sedangkan untuk pengukuran faktor kimia yaitu pengujian debu total seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 13/MEN/X/2011.

(42)

Berdasarkan hasil dokumen perusahaan untuk pemeriksaan lingkungan tanggal 23 Maret 2016 diketahui hasil sebagai berikut :

a. Hasil pengukuran dari intensitas kebisingan dengan alat ukur Sound Level Meter Svantek Type SVAN 959 SN 23764 di 10 titik lokasi pengukuran bagian pengolahan dengan waktu kerja 12 jam setiap hari antara lain stasiun boiler Lt.2 (Ketel Uap) : 83,5 dBA, stasiun polishing drum : 87,8 dBA, stasiun pengolahan biji : 86,8 dBA, stasiun minyakan : 91,8 dBA, stasiun press : 83,1 dBA, stasiun thresser : 81,8 dBA, stasiun pembangkit tenaga listrik : 92,9 dBA, stasiun rebusan : 88,6 dBA, stasiun loading ramp : 78,0 dBA, dan stasiun bengkel : 72,1 dBA. Diketahui 5 lokasi pengukuran yaitu stasiun polishing drum, stasiun pengolahan biji, stasiun minyakan, stasiun pembangkit tenaga listrik, dan stasiun rebusan yang nilainya diatas NAB yaitu diatas 85 dBA dengan waktu kerja 12 jam, untuk hasil pengukuran diatas NAB tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 13/MEN/IX/2011 tentang NAB Faktor Fisika Kebisingan sebesar 85 dBA untuk 8 jam keja.

(43)

stasiun minyakan : 33,1 0C, stasiun press : 32,8 0C, stasiun thresser : 32,1 0C, stasiun pembangkit tenaga listrik : 33,4 0C, stasiun rebusan : 35,5 0C, stasiun loading ramp : 33,2 0C, dan stasiun bengkel : 29,8 0C. Diketahui 6 lokasi pengukuran yaitu stasiun minyakan, stasiun press, stasiun thresser, stasiun pembangkit tenaga listrik, stasiun rebusan, dan stasiun loading ramp yang nilainya diatas NAB yaitu diatas 31 0C dengan waktu kerja 12 jam, untuk hasil pengukuran diatas NAB tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 13/MEN/IX/2011 tentang NAB Faktor Fisika ISBB sebesar 310C untuk 8 jam kerja. Untuk beban kerja ringan setiap tenaga kerja memerlukan kalori sampai dengan 200 kilo kalori/jam.

(44)

untuk pekerjaan-pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil secara spintas seperti di kamar mesin dan uap paling sedikit memerlukan penerangan sebesar 100 Lux, sedangkan untuk penerangan yang cukup untuk pekerjaan pembedaan yang teliti daripada barang-barang kecil dan halus seperti pekerjaan mesin yang teliti paling sedikit mempunyai kekuatan 300 Lux. .

d. Hasil pengukuran untuk getaran seluruh tubuh dengan alat ukur Human Vibration Meter Merk Svantek Type SVAN 106 SNdari 10 titik lokasi pengukuran bagian pengolahan dengan waktu kerja 12 jam antara lain stasiun boiler Lt.2 (Ketel Uap) : 0,0029 m/dt2, stasiun polishing drum : 0,0090 m/dt2, stasiun pengolahan biji : 0,0712 m/dt2, stasiun minyakan : 0,3730 m/dt2, stasiun press : 0,1430 m/dt2, stasiun thresser : 0,0562 m/dt2, stasiun pembangkit tenaga listrik : 0,0029 m/dt2, stasiun rebusan : 0,0019 m/dt2, stasiun loading ramp : 0,1320 m/dt2, dan stasiun bengkel : 0,0013 m/dt2. Hasil pengukuran getaran di 10 titik lokasi sesuai dengan NAB, dimana menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.13/MEN/IX/2011 Pasal 7 tentang NAB seluruh tubuh sebesar 0,5 m/dt2untuk 8 jam kerja. e. Hasil pengukuran yang terakhir untuk pengukuran kadar debu total

(45)

12 jam tersebut masih sesuai NAB kadar debu total karena dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/Menkes/SK/XV/2002 tanggal 19 November 2002 tentang Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran untuk kandungan debu total konsentrasi maksimal 10 mg/m3 dalam waktu kerja 8 jam.

6. Pelatihan Pekerja

Pelatihan merupakan proses membantu tenaga kerja untuk memperoleh efektifitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan, kecakapan, pengetahuan dan sikap yang layak. Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan pelatihan yang diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan tenaga kerja. Kebutuhan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja antara satu perusahaan dengan perusahaan lain berbeda sesuai sifat bahaya, skala kegiatan, dan kondisi pekerja.

(46)

para karyawan yang bertugas dibagian bengkel listrik, bengkel umum, operator crane, operator rebusan / sterilizer, operator kamar mesin, dan operator laboratorium dengan jumlah karyawan 27 orang dan khusus karyawan pimpinan berjumlah 3 orang dengan jabatan Asisten Pengolahan dengan pelatihan KMPD (Khusus Manajemen Perkebunan Dasar). Sementara untuk pelatihan internal yang menjadi partisipan dalam pelatihan terdiri dari Mandor I berjumlah 4 orang dan Kepala Kerja Ketel Uap berjumlah 2 orang dengan jenis pelatihan mengenai pengoperasian dan perawatan boiler yang tujuannya agar para karyawan lebih mengetahui instruksi kerja tentang boiler. Sehingga untuk semua karyawan bagian pengolahan yang tidak mendapat pelatihan eksternal akan mendapatkannya dari masing-masing mandor disetiap stasiun. Pelatihan ini dilakukan untuk meningkatkan perlindungan akan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terstruktur, dan terintegrasi melalui pelatihan guna menjamin terciptanya suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang baik di lingkungan kerja seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.

(47)

kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan bagi tenaga kerja.

Pelatihan kerja bagian pengolahan kelapa sawit menggunakan form isian Analisa Kebutuhan Pelatihan, kemudian dilakukan identifikasi kebutuhan pelatihan, rencana pelatihan, dan evaluasi kegiatan pelatihan bagi para peserta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2006 Tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional menyebutkan bahwa tujuan dari pelatihan kerja adalah untuk mewujudkan pelatihan kerja nasional yang efektif dan efisiensi dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga kerja, memberikan arah dan pedoman dalam penyelenggaraan, pembinaan, dan pengendalian pelatihan kerja, mengoptimalkan pendayagunaan dan pemberdayaan seluruh sumber daya pelatihan kerja.

(48)

bahaya atau cara mencegahnya meskipun tahu tentang adanya suatu risiko yang dapat terjadi.

7. Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008). Kelengkapan dan pemakaian dari Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu elemen yang patut diperhatikan oleh pihak perusahaan untuk memperkecil risiko terjadinya kecelakaan kerja dan atau penyakit akibat kerja. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bahwa salah satu tindakan pengendalian untuk menciptakan perlindungan bagi pekerja dan menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan bebas dari rasa khawatir adalah dengan menggunakan alat pelindung diri (APD).

Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai permintaan pembelian (PP) harus disediakan oleh pihak perusahaan bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu untuk mengantisipasi hal-hal yang dapat merugikan pihak perusahaan dan para pekerja antara lain :

(49)

b. Topi Helm warna Putih (Pabrik), Topi Helm warna Biru (Teknik), Topi Helm warna Orange (Pabrik/Teknik), dan Topi Helm Stealth Look warna Putih (P2K3).

c. Kacamata rieben untuk operator boiler (Pabrik) dan Kacamata las untuk elfiji (Teknik).

d. Sarung tangan kulit, karet, dan kaos (Pabrik), Sarung tangan asbes tahan panas (Pabrik).

e. Masker abu (type polisi satlantas) dan masker bahan kimia (Pabrik). f. Sumbat telinga / ear plug (Pabrik/Genset) dan Tutup Telinga / ear

muff (Pabrik/Genset).

g. Apron/Otto tahan api untuk stasiun Boiler/Ketel Uap.

Walaupun penyediaan untuk Alat Pelindung Diri (APD) yang disediakan oleh pihak perusahaan belum sesuai dengan standart yang telah ditentukan. Seperti topi helm yang digunakan para karyawan di bagian pengolahan masih ditemukan karyawan pelaksana menggunakan topi helm berwarna putih pada saat bekerja yang seharusnya topi helm untuk karyawan pelaksana menggunakan warna kuning ataupun orange. Namun, bukan hanya itu saja pihak perusahaan juga masih belum dapat menindak tegas para karyawan yang kedapatan tidak memakai alat pelindung diri di area produksi.

(50)

Keselamatan Kerja. Pasal-pasal yang mengatur tentang penggunaan alat pelindung diri (APD) antara lain :

a. Pasal 3 huruf f menyebutkan bahwa ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk memberikan alat-alat pelindung diri pada pekerja.

b. Pasal 9 huruf c menyebutkan bahwa pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.

c. Pasal 12 huruf b menyebutkan bahwa kewajiban atau hak tenaga kerja untuk memakai alat pelindung diri diwajibkan.

d. Pasal 14 huruf c menyebutkan bahwa pengurus diwajibkan secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan tempat bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja.

(51)

banyak dijumpai saat bekerja karyawan pengolahan tidak memakai APD dengan bebas. Kesalahan penyediaan APD bukan hanya terletak pada perusahaan saja, tetapi kesalahan-kesalahan yang masih sering terjadi diakibatkan karena kesalahan yang dilakukan oleh para karyawan itu sendiri seperti membuat alat pelindung diri tidak berfungsi atau lebih sering mengabaikannya, gagal atau lalai dalam menggunakan alat pelindung diri (APD), dan gagal mengikuti prosedur yang ada.

Padahal jelas dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.08/Men/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri Pasal 2 yaitu pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja. Alat Pelindung Diri yang dimaksud telah tercantum dalam pasal 3 yaitu berupa pelindung kepala, pelindung mata dan muka, pelindung telinga, pelindung pernapasan beserta perlengkapannya, pelindung tangan, dan/atau pelindung kaki dengan tempat kerja yang diatur dalam Pasal 4.

5.1.2 Pelaksanaan Program Kesehatan Kerja di Bagian Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Gunung Bayu

(52)

1. Pemeriksaan Kesehatan

Pemeriksaan kesehatan merupakan kegiatan yang berguna untuk melakukan pemeriksaan terhadap kondisi kesehatan pada karyawan atau tenaga kerja untuk mencegah perkembangan beberapa penyakit. Hasil penelitian menunjukkan untuk program pemeriksaan kesehatan di PTPN IV Gunung Bayu terdiri dari pemeriksaan kesehatan oleh Hiperkes, poliklinik perkebunan (Polibun), dan BPJS Ketenagakerjaan.

Program pemeriksaan kesehatan oleh Hiperkes di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu dilaksanakan setiap 1 tahun sekali oleh seorang Dokter dari Balai K3 Medan sebagai penanggung jawab dibantu dengan pihak perusahaan bagian SDM Umum dan Mantri. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan merupakan pemeriksaan secara berkala yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.02.PER.02/MEN/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.

(53)

Induced Hearing Loss) bekerja di bagian stasiun boiler 1 orang, bengkel 3 orang, dan kamar mesin 1 orang yang usia nya diatas 45 tahun. Untuk sisanya sebanyak 12 orang tenaga kerja dinyatakan normal sesuai dengan hasil analisis laboratorium. Sedangkan untuk pemeriksaan spirometri dengan alat ukur Spirometri BTL-08 yang dilakukan terhadap 23 orang tenaga kerja dari semua bagian/divisi, 1 dari 3 orang tenaga kerja yang mengalami restriksi ringan berasal dari bagian pengolahan mengalami restriksi ringan yaitu pada pekerja bagian gudang dengan usia 51 tahun.

Pemeriksaan Kesehatan Kerja yang dilakukan pada 01 s/d 04 November 2016 secara berkala berupa pemeriksaan laboratorium, urine rutin, foto/rontgen, dan tekanan darah pada tenaga kerja bagian pengolahan di dapatkan hasil kesimpulan dari pemeriksaan adalah tenaga kerja atau karyawan bagian pengolahan meliputi bagian ketel uap, teknik, dan pengolahan banyak mengalami hypertension berjumlah 6 orang dengan hasil pemeriksaan dari masing-masing karyawan yaitu 190/100 , 160/100, 170/100, 172/107, 245/143, 190/130 .

(54)

meliputi pertolongan pertama pada kasus emergency, deteksi dini dan pengobatan segera PAK dan KK, melakukan rujukan bila diperlukan, pelayanan rehabilitatif meliputi merekomendasikan penempatan kembali tenaga kerja yang cacat dan sudah perawatan yang lama secara selektif sesuai dengan kemampuannya, dan pelayanan rujukan yaitu rujukan pasien atau mengirim penderita ke sarana kesehatan yang lebih tinggi kemampuannya.

Untuk karyawan yang akan dirujuk untuk rawat inap ke Rumah Sakit (RS) Laras dan apabila pihak RS Laras tidak menyanggupinya akan dirujuk ke RS yang ada di Medan seperti RS Adam Malik, RS Pirngadi, dan RS lainnya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan karyawan tersebut.

Program BPJS Ketenagakerjaan di PTPN IV Gunung Bayu bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja, meminimalkan angka kecelakaan kerja, dan sebagai sumber profit bagi perusahaan yang sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial.

(55)

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan tentang pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu Tahun 2017, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di PTPN IV Gunung Bayu sudah berjalan dengan baik terdiri dari program keselamatan kerja yaitu inspeksi dan investigasi, simulasi keadaan darurat, manajemen risiko, pemeriksaan lingkungan kerja, dan pelatihan pekerja, dan program kesehatan kerja yaitu pemeriksaan kesehatan berupa program pemeriksaan oleh Hiperkes dan poliklinik perkebunan.

2. Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di PTPN IV Gunung Bayu yang belum berjalan dengan baik dari program keselamatan kerja yaitusafety talk, Alat Pelindung Diri (APD), dan program kesehatan kerja yaitu pemeriksaan kesehatan berupa BPJS Ketenagakerjaan.

(56)

6.2 Saran

1. Perusahaan diharapkan untuk lebih menetapkan sistem manajemen yang yang tepat sesuai dengan kepentingan perusahaan, seperti pergantian pimpinan perusahaan jangan sering berganti setiap waktu.

2. Perusahaan diharapkan memperbaiki sistem manajemen yang belum tepat pada program safety talk yang seharusya dipimpin oleh seorang ahli K3 di perusahaan dan lebih ditingkatkan dalam pelaksanaannya.

3. Perusahaan diharapkan untuk menyediakan APD yang belum tersedia seperti sarung tangan sepasang, ear muff, dan ear plug dibagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu

Gambar

Gambar 4.2 Struktur Organisasi PTPN IV Gunung Bayu
Gambar 4.3 Struktur Organisasi P2K3 PTPN IV Gunung Bayu
Tabel 4.1 Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Yang Diterima di PTPN IV

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil sidik ragam, diketahui bahwa perlakuan lama waktu perendaman kolkisin, konsentrasi kolkisin dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap

Teknologi sangat penting bagi Mahasiswa PENS- ITS khususnya mengenai teknologi sistem pada dunia industri, maka dengan adanya kerja praktek ini Mahasiswa diharapkan bisa

Untuk mengembangkan perkembangan teknologi yang semakin pesat pada saat ini, maka pada penelitian ini akan dipelajari Efek Waktu Milling Terhadap Sifat Fisis dan

• Jalankan menu Run | Build Main Project atau klik kanan Project “HelloWorld” pada menu popup pilih Build. • Pesan “BUILD SUCCESSFUL” menandakan proses build berhasil, jika

Diit Rendah Garam Dan Keteraturan Kontrol Tekanan Darah. Pada Penderita Hipertensi Di Poliklinik RSUD

Analisis struktur kristal dan fasa pada serbuk NdFeB Flakes, MQP-B + dan MQA dengan efek variasi waktu milling dengan menggunakan XRD ( X-Ray Diffraction )

• Untuk tipe data float dan double pembagian dengan nol tidak membangkitkan error tapi menghasilkan infinity.. tidak membangkitkan error tapi menghasilkan infinity

selama ini tidak ada yang penting kita tadi itu tadi di ajukan sesuai dengan ketentuan ee peraturan yang akan di bayarkan tapi ada kalau ada tertunda pasien rawat inap dan rawat