• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008). Kelengkapan dan pemakaian dari Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu elemen yang patut diperhatikan oleh pihak perusahaan untuk memperkecil risiko terjadinya kecelakaan kerja dan atau penyakit akibat kerja. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bahwa salah satu tindakan pengendalian untuk menciptakan perlindungan bagi pekerja dan menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan bebas dari rasa khawatir adalah dengan menggunakan alat pelindung diri (APD).

Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai permintaan pembelian (PP) harus disediakan oleh pihak perusahaan bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu untuk mengantisipasi hal-hal yang dapat merugikan pihak perusahaan dan para pekerja antara lain :

b. Topi Helm warna Putih (Pabrik), Topi Helm warna Biru (Teknik), Topi Helm warna Orange (Pabrik/Teknik), dan Topi Helm Stealth Look warna Putih (P2K3).

c. Kacamata rieben untuk operator boiler (Pabrik) dan Kacamata las untuk elfiji (Teknik).

d. Sarung tangan kulit, karet, dan kaos (Pabrik), Sarung tangan asbes tahan panas (Pabrik).

e. Masker abu (type polisi satlantas) dan masker bahan kimia (Pabrik). f. Sumbat telinga / ear plug (Pabrik/Genset) dan Tutup Telinga / ear

muff (Pabrik/Genset).

g. Apron/Otto tahan api untuk stasiun Boiler/Ketel Uap.

Walaupun penyediaan untuk Alat Pelindung Diri (APD) yang disediakan oleh pihak perusahaan belum sesuai dengan standart yang telah ditentukan. Seperti topi helm yang digunakan para karyawan di bagian pengolahan masih ditemukan karyawan pelaksana menggunakan topi helm berwarna putih pada saat bekerja yang seharusnya topi helm untuk karyawan pelaksana menggunakan warna kuning ataupun orange. Namun, bukan hanya itu saja pihak perusahaan juga masih belum dapat menindak tegas para karyawan yang kedapatan tidak memakai alat pelindung diri di area produksi.

Padahal kewajiban penggunaan APD di tempat kerja yang mempunyai risiko terhadap timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja diatur dalam Undang-Undang No. 01 Tahun 1970 Tentang

Keselamatan Kerja. Pasal-pasal yang mengatur tentang penggunaan alat pelindung diri (APD) antara lain :

a. Pasal 3 huruf f menyebutkan bahwa ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk memberikan alat-alat pelindung diri pada pekerja.

b. Pasal 9 huruf c menyebutkan bahwa pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.

c. Pasal 12 huruf b menyebutkan bahwa kewajiban atau hak tenaga kerja untuk memakai alat pelindung diri diwajibkan.

d. Pasal 14 huruf c menyebutkan bahwa pengurus diwajibkan secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan tempat bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa untuk pelaksanaan keselamatan kerja berupa alat pelindung diri belum berjalan dengan baik dikarenakan pihak perusahaan masih sering terlambat dalam menyediakan APD bagi para karyawan-karyawan perusahaan yang seharusnya setiap 1 tahun sekali APD sudah terealisasi di bulan 2 sesuai dengan jadwal program K3 yang telah di tentukan oleh pihak P2K3 tetapi pada kenyataannya APD sering terlambat dalam penyediaannya sehingga

banyak dijumpai saat bekerja karyawan pengolahan tidak memakai APD dengan bebas. Kesalahan penyediaan APD bukan hanya terletak pada perusahaan saja, tetapi kesalahan-kesalahan yang masih sering terjadi diakibatkan karena kesalahan yang dilakukan oleh para karyawan itu sendiri seperti membuat alat pelindung diri tidak berfungsi atau lebih sering mengabaikannya, gagal atau lalai dalam menggunakan alat pelindung diri (APD), dan gagal mengikuti prosedur yang ada.

Padahal jelas dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.08/Men/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri Pasal 2 yaitu pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja. Alat Pelindung Diri yang dimaksud telah tercantum dalam pasal 3 yaitu berupa pelindung kepala, pelindung mata dan muka, pelindung telinga, pelindung pernapasan beserta perlengkapannya, pelindung tangan, dan/atau pelindung kaki dengan tempat kerja yang diatur dalam Pasal 4.

5.1.2 Pelaksanaan Program Kesehatan Kerja di Bagian Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Gunung Bayu

Program kesehatan kerja di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu berupa pemeriksaan kesehatan yang dapat menciptakan situasi kerja yang aman, tenteram, dan sehat sehingga dapat mendorong pekerja untuk bekerja lebih produktif. Melalui program ini, terjadinya kerugian dapat dihindarkan sehingga pihak perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan para karyawannya atau pekerjanya.

1. Pemeriksaan Kesehatan

Pemeriksaan kesehatan merupakan kegiatan yang berguna untuk melakukan pemeriksaan terhadap kondisi kesehatan pada karyawan atau tenaga kerja untuk mencegah perkembangan beberapa penyakit. Hasil penelitian menunjukkan untuk program pemeriksaan kesehatan di PTPN IV Gunung Bayu terdiri dari pemeriksaan kesehatan oleh Hiperkes, poliklinik perkebunan (Polibun), dan BPJS Ketenagakerjaan.

Program pemeriksaan kesehatan oleh Hiperkes di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu dilaksanakan setiap 1 tahun sekali oleh seorang Dokter dari Balai K3 Medan sebagai penanggung jawab dibantu dengan pihak perusahaan bagian SDM Umum dan Mantri. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan merupakan pemeriksaan secara berkala yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.02.PER.02/MEN/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.

Berdasarkan hasil telaah dokumen perusahaan untuk pemeriksaan kesehatan oleh Hiperkes di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu pemeriksaan yang dilakukan pada tanggal 23 Maret 2016 terdiri dari pemeriksaan audiometri dengan alat ukur Audiometer Merk Oscilla SM 950/950-1243 CON yang dilakukan terhadap 17 orang tenaga kerja bagian pengolahan pabrik kelapa sawit (PKS) yang diambil secara acak oleh pihak perusahaan dari tiap-tiap bagian pengolahan, didapatkkan 5 orang tenaga kerja mengalami penurunan daya dengar atau NIHL (Noise

Induced Hearing Loss) bekerja di bagian stasiun boiler 1 orang, bengkel 3 orang, dan kamar mesin 1 orang yang usia nya diatas 45 tahun. Untuk sisanya sebanyak 12 orang tenaga kerja dinyatakan normal sesuai dengan hasil analisis laboratorium. Sedangkan untuk pemeriksaan spirometri dengan alat ukur Spirometri BTL-08 yang dilakukan terhadap 23 orang tenaga kerja dari semua bagian/divisi, 1 dari 3 orang tenaga kerja yang mengalami restriksi ringan berasal dari bagian pengolahan mengalami restriksi ringan yaitu pada pekerja bagian gudang dengan usia 51 tahun.

Pemeriksaan Kesehatan Kerja yang dilakukan pada 01 s/d 04 November 2016 secara berkala berupa pemeriksaan laboratorium, urine rutin, foto/rontgen, dan tekanan darah pada tenaga kerja bagian pengolahan di dapatkan hasil kesimpulan dari pemeriksaan adalah tenaga kerja atau karyawan bagian pengolahan meliputi bagian ketel uap, teknik, dan pengolahan banyak mengalami hypertension berjumlah 6 orang dengan hasil pemeriksaan dari masing-masing karyawan yaitu 190/100 , 160/100, 170/100, 172/107, 245/143, 190/130 .

Program Polibun (Poliklinik Perkebunan) perusahaan selama 1 tahun terakhir diketahui bahwa dari hasil pemeriksaan karyawan di polibun untuk tenaga kerja bagian pengolahan banyak yang mengalami HT (Hypertension). Pelayanan kesehatan kerja di polibun PTPN IV Gunung Bayu meliputi pelayanan promotif yaitu konsultasi seperti KB dan masalah kesehatan lainnya, pelayanan preventif meliputi pemeriksaan kesehatan yang rutin dilakukan oleh setiap tahunnya oleh Balai K3, pelayanan kuratif

meliputi pertolongan pertama pada kasus emergency, deteksi dini dan pengobatan segera PAK dan KK, melakukan rujukan bila diperlukan, pelayanan rehabilitatif meliputi merekomendasikan penempatan kembali tenaga kerja yang cacat dan sudah perawatan yang lama secara selektif sesuai dengan kemampuannya, dan pelayanan rujukan yaitu rujukan pasien atau mengirim penderita ke sarana kesehatan yang lebih tinggi kemampuannya.

Untuk karyawan yang akan dirujuk untuk rawat inap ke Rumah Sakit (RS) Laras dan apabila pihak RS Laras tidak menyanggupinya akan dirujuk ke RS yang ada di Medan seperti RS Adam Malik, RS Pirngadi, dan RS lainnya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan karyawan tersebut.

Program BPJS Ketenagakerjaan di PTPN IV Gunung Bayu bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja, meminimalkan angka kecelakaan kerja, dan sebagai sumber profit bagi perusahaan yang sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan masih banyak karyawan yang mengeluh dalam menggunakan BPJS Ketenagakerjaan saat berobat ke polibun karena minimnya ketersedian obat-obatan di polibun. Hasil dari observasi lapangan menunjukkan bahwa untuk pelaksanaan program BPJS Ketenagakerjaan PTPN IV Gunung Bayu belum berjalan dengan baik dan maksimal.

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan tentang pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu Tahun 2017, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di PTPN IV Gunung Bayu sudah berjalan dengan baik terdiri dari program keselamatan kerja yaitu inspeksi dan investigasi, simulasi keadaan darurat, manajemen risiko, pemeriksaan lingkungan kerja, dan pelatihan pekerja, dan program kesehatan kerja yaitu pemeriksaan kesehatan berupa program pemeriksaan oleh Hiperkes dan poliklinik perkebunan.

2. Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di PTPN IV Gunung Bayu yang belum berjalan dengan baik dari program keselamatan kerja yaitusafety talk, Alat Pelindung Diri (APD), dan program kesehatan kerja yaitu pemeriksaan kesehatan berupa BPJS Ketenagakerjaan.

3. Program keselamatan kerja berupa alat pelindung diri (APD) yang tersedia di bagian pengolahan yaitu safety shoes ankle / sepatu anti timpa, topi helm, kacamata, dan masker, sedangkan untuk APD yang tidak tersedia yaitu sarung tangan yang tidak sepasang, ear plug dan ear muff, dan untuk program kesehatan kerja berupa pelayanan dari BPJS Ketenagakerjaan yang tidak memuaskan para karyawan salah satunya seperti minimnya persediaan obat-obatan di poliklinik perkebunan (polibun) .

6.2 Saran

1. Perusahaan diharapkan untuk lebih menetapkan sistem manajemen yang yang tepat sesuai dengan kepentingan perusahaan, seperti pergantian pimpinan perusahaan jangan sering berganti setiap waktu.

2. Perusahaan diharapkan memperbaiki sistem manajemen yang belum tepat pada program safety talk yang seharusya dipimpin oleh seorang ahli K3 di perusahaan dan lebih ditingkatkan dalam pelaksanaannya.

3. Perusahaan diharapkan untuk menyediakan APD yang belum tersedia seperti sarung tangan sepasang, ear muff, dan ear plug dibagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu

4. Perusahaan pusat diharapkan untuk lebih memperhatikan penyediaan anggaran biaya untuk program keselamatan kerja berupa program BPJS Ketenagakerjan salah satunya dengan melengkapi persediaan obat-obatan di poliklinik perkebunan.

Dokumen terkait