• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. GAMBARAN UMUM

4.3 Manajemen Usaha Sapi Perah

Salah satu faktor yang menentukan berhasilnya usaha sapi perah yaitu pemberian pakan. Pemberian pakan sangat mempengaruhi produksi dan kualitas susu. Pemberian pakan yang kurang mencukupi akan mengakibatkan produksi susu dan feces menurun. Peternak umumnya memberikan pakan ternaknya terdiri dari hijauan segar yang mengandung konsentrat tinggi dan pakan penguat (konsentrat) yang mengandung serat kasar rendah. Pada umumnya setiap peternak memberikan pakan yang dan tidak jauh berbeda. Kusminah (2003) yang melakukan pengamatan usaha tani pada peternakan sapi perah rakyat di Kecamatan Cilebut Kabupaten Bogor menyebutkan bahwa biaya terbesar pada usaha sapi perah adalah biaya pakan yang mencapai rata-rata 56%.

Jenis pakan yang diberikan di lokasi penelitian yaitu pakan hijauan, konsentrat dan ampas tahu. Jenis pakan hijauan terdiri dari rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja (Pennisetum purputhypoides) dan rumput lapang yang

diberikan kepada ternak secara subtitusi sesuai dengan ketersediaan rumput. Peternak mendapatkan rumput dari lahan yang berada di sekitar pemukiman dan jika kekurangan biasanya peternak membeli rumput dengan harga Rp 165,- per kg rumput kepada petani di sekitar wilayah. Pemberian rumput per ekor mencapai 22 kg per hari.

Konsentrat yang diberikan setiap harinya per ekor sapi sebanyak 5 kg dengan harga Rp 1.800,- per kg. Konsentrat yang diberikan bermerek Prima Feed, konsentrat ini diproduksi oleh salah satu perusahaan penghasil konsentrat di daerah Karawang. Komposisi utama yang terkandung didalam konsentrat adalah dedak. KUD Giri Tani menyediakan konsentrat dengan tiga kualitas sehingga peternak dapat memilih sesuai dengan kemmapuan secara ekonomis. Selain itu, untuk pembayaran, peternak dapat mengambil konsentrat awal bulan dan dibayar di akhir bulan ketika mereka mendapatkan penghasilan susu yang dijual kepada Cimory. Ampas tahu digunakan sebagai pakan ternak bertujuan untuk mengurangi jumlah pemberian konsentrat dengan alas an faktor ekonomis. Harga ampas tahu per kg Rp 250,- dengan pemberian per ekor setiap harinya sebanyak 5 kg. Ampas tahu umumnya didapatkan dari pabrik tahu yang berada dekat dengan lokasi peternakan. Pemesanan ampas tahu biasanya dilakukan secara berkelompok pada masing-masing kelompok ternak sesuai dengan kebutuhan per bulan.

Pemberian pakan konsentrat dan ampas tahu pada sapi dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore, sedangkan untuk rumput diberikan tiga kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore. Pemberian pakan konsentrat pada pagi hari dilakukan setelah pemerahan dan pada sore hari diberikan sebelum memerah sapi. Pemberian rumput pada pagi hari dilakukan setelah pemberian konsentrat dan ampas tahu, pada siang hari rumput diberikan antara pukul 12.00-13.00 WIB dan pada sore hari rumput diberikan setelah sapi diperah dengan jumlah lebih banyak dibandingkan pemberian pada pagi dan siang hari.

Anak sapi yang baru lahir atau pedet hanya diberikan makan berupa susu dari induknya. Pada setiap penambahan usia pedet, susu yang diberikan pun semakin bertambah. Pakan anak sapi atau pedet dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10 Pemberian Susu/hari/pedet

Umur (Bulan) Banyaknya Pemberian (Liter) 0-1 5 liter/hari, diberikan dua kali/hari 1-2 4 liter/hari, diberikan dua kali/hari 2-3 3 liter/hari, diberikan dua kali/hari 3-4 1 liter/hari, diberikan dua kali/hari

Pedet yang sudah berumur empat bulan akan disapih yaitu siap dilepas dari induknya. Selain pemberian susu, pedet yang berumur empat bulan sedikit demi sedikit dibiasakan untuk mengkonsumsi konsentrat dan rumput. Rumput yang diberikan yaitu rumput muda yang tidak berembun. Pada awal memakan konsentrat dapat diajarkan dengan mengoles-oleskan makanan konsentrat pada mulut pedet atau menambahkan sedikit konsentrat pada ember yang digunakan untuk memberikan susu. Sesudah anak sapi berumur empat bulan anak sapi dapat menghabiskan konsentrat sebanyak 0,5 kg per hari dan pada saat itu juga pemberian susu dihentikan.

4.3.2 Produktivitas Sapi Perah

Produksi susu yang dihasilkan merupakan jumlah susu segar yang dijual. Hasil produksi susu secara rata-rata pada peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua adalah 9,24 kg/ekor/hari dengan rataan kepemilikan sapi induk laktasi 5 ekor. Sapi jenis Fries Holland pada awal bunting pertama umumnya menghasilkan produksi susu yang masih sedikit mencapai 5 hingga 10 liter/hari. Pada laktasi kedua dan seterusnya hingga umurnya optimal dapat mencapai 10 liter hingga 15 liter per hari, terkadang untuk sapi yang produksi susunya tinggi dapat menghasilkan susu hingga 25 liter per hari.

Pengusahaan sapi perah di lokasi penelitian, sapi perah yang digunakan adalah sapi perah yang berumur dua tahun sehingga pada tahun pertama produksi susu sudah optimal sesuai dengan produksi susu rata-rata 9,24 kg. Namun terkadang produksi susu dapat mencapai 11,784 kg/ekor/hari untuk produksi tertinggi dan 5,29 kg/ekor/hari untuk produksi terendah. Produksi susu tergantung dari tata laksana peternakan, bobot sapi, frekuensi birahi, lama masa kering kandang, frekuensi pemerahan, dan pemberian pakan.

4.3.2.1 Kegiatan Pemerahan

Kegiatan pemerahan susu di Kecamatan Cisarua dilakukan dua kali sehari yaitu pad pagi dan sore hari. Waktu pemerahan untuk untuk pagi hari dimulai dari pada pukul 06.00 WIB dan sore hari pada pukul 15.00 WIB. Untuk memerah satu ekor sapi membutuhkan waktu 5-10 menit. Waktu pemerahan pada setiap kegiatan memerah susu harus sesuai dengan waktu yang telah ditentukan karena setiap pukul 07.00 dan 16.00 WIB, susu-susu yang dihasilkan akan diangkut langsung oleh pihak KUD Giri Tani untuk dibawa ke Cimory.

Proses pemerahan dilakukan secara manual. Sebelum dilakukan pemerahan, terlebih dahulu dilakukan kegiatan membersihkan kandang, memandikan sapi dan ambing sapi dengan menggunakan lap dan air hangat. Tujuannya adalah untuk menjaga kebersihan kandang dan sapi sehingga susu yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik.

Saat proses pemerahan peternak menggunakan mentega untuk menjaga ambing agar tidak mudah lecet karena pemerahan yang terlalu kencang. Seharusnya yang digunakan untuk membantu proses pemerahan adalah Vaseline, namun karena harga Vaseline yang mahal dan ketersediaannya yang jarang maka peternak lebih memilih menggunakan mentega. Dalam satu bulan peternak menghabiskan satu bungkus mentega untuk memerah lima ekor sapi. Mentega yang digunakan adalah mentega ‘Simas’ dengan harga Rp 5.000,- per bungkus. Pada saat pemerahan, susu yang keluar dari puting ditempatkan pada ember plastik.

Pemerahan harus dilakukan sampai air susu yang didalam ambing keluar. Setelah susu terkumpul dalam ember kemudian susu dituang ke dalam milk can. Pada proses penuangan peternak menggunakan saringan untuk menyaring feces- feces yang mungkin terdapat dalam ember sehingga ketika dimasukkan ke dalam

milk can susu sudah bersih dari feces. 4.3.2.2 Pencegahan Penyakit

Pencegahan penyakit dilakukan dengan cara pemandian sapi secara rutin dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari bersamaan dengan membersihkan kandang agar sapi dan kandang tetap bersih serta sapi terhindar dari bakteri dan penyakit.

pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh Unit Pelayanan Kesehatan dari KUD Giri Tani. Penyakit yang umum menyerang ternak sapi perah di lokasi penelitian adalah diare, pilek, dan manihitis. Adapun obat yang sering diberikan oleh pihak Keswan KUD Giri Tani diantaranya antibiotik, analgetik, antihistamin, obat cacing dan obat kering kandang. Meskipun KUD sudah mempunyai dokter hewan sendiri, tidak jarang para peternak memberikan obat-obatan tradisional kepada sapi yang sedang sakit.

4.3.2.3 Perkawinan

Perkawinan merupakan faktor yang sangat penting dalam tatalaksana pengusahaan sapi perah. Pada peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua perkawinan dilakukan secara alami dan dengan bantuan inseminasi buatan (IB). IB dilakukan karena sapi jantan yang dimiliki oleh peternak masih berumur dua tahun. Sapi jantan yang berumur dua tahun hanya mampu mengawini 2-3 ekor betina dalam satu minggu dan jumlah jantan yang ada di peternakan hanya satu ekor. Pada waktu berumur 3-4 tahun pejantan dapat mengawini 3-4 ekor betina dalam satu minggu tetapi perkawinan seperti ini jarng terjadi dalam waktu seminggu berturut-turut. Sebaiknya pejantan kawin dua kali seminggu karena semakin sering pejantan dipakai akan menurunkan fertilitasnya.

Bantuan perkawinan dengan Inseminasi Buatan (IB) merupakan solusi terbaik untuk produktifitas kehamilan sapi. IB yang dilakukan pada peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua dibantu oleh Keswan dari KUD Giri Tani. Setiap tahunnya seekor sapi melakukan IB satu kali dengan biaya Rp 45.000,- per IB.

4.3.3 Teknik Pembuatan kandang

Kandang sangat menunjang tatalaksana peternakan sapi perah. Hal ini menyangkut pengawasan dan kesehatan ternak. Tanpa adanya kandang sangat sulit untuk melakukan control, pemberian pakan, pengawasan, pemerahan, pemandian sapi, pengumpulan fecesm usaha higienisasi dan sebagainya. Sapi perah harus selalu diawasi dan dilindungi dari kondisi lingkungan yang dapat merugikan seperti angin kencang, terik matahari, suhu udara malam hari yang dingin, dan pencurian sapi. Kandang sapi perah yang memiliki instalasi biogas harus memperhatikan saluran pembuangna feces ke dalam reaktor.

Peternakan pada lokasi penelitian dibangun bersebelahan dengan rumah peternak, ini dilakukan agar pemantauan terhadap sapi dapat dengan mudah dilakukan. Sistem perkandangan yang digunakan adalah tai to tail artinya sapi yang dikandangkan saling membelakangi atau ekor dengan ekor sehingga dapat mempermudah dalam proses pemberian pakan dan pemerahan susu. Keunggulan lain dari sistem perkandangan ini adalah mempermudah pengaliran feces dimana aliran feces dibuat ditengah-tengah kandang yang kemudian bermuara pada saluran pemasukan yang akan masuk ke dalam instalasi biogas. Sebagian besar kandang digunakan utnuk sapi perah berbentuk kandang permanen yang beratapkan genteng atau asbes dan berlantaikan semen. Dinding kandang pada lokasi penelitian beragam ada yang tertutup dan ada yang semi terbuka. Biasanya untuk kandang yang semi terbuka berjarak beberapa meter dengan pemukiman.

Gambar 6. Kandang Sapi

Dokumen terkait