V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.4 Simulasi Kebijakan
yaitu skenario pertama instalasi biogas dari hibah Pemerintah Pusat dan skenario kedua instalasi biogas dari kredit dana bergulir.
5.4.1 Arus Penerimaan (Inflow)
Penerimaan pada pengusahaan biogas limbah peternakan adalah dari penjualan biogas dan sludge. Satu ekor sapi yang diusahakan dalam satu hari menghasilkan feces sebanyak 30 kg, rata-rata peternak memiliki 2-5 satuan ternak, maka biogas yang dihasilkan untuk 5 satuan ternak yaitu 3,56 m3 atau setara dengan 1,640 kg gas elpiji setiap harinya. Penerimaan biogas optimal pada tahun kedua dikarenakan pada tahun pertama produksi biogas didapat pada bulan ke empat ketika pembangunan instalasi biogas selesai dilaksanakan. Produksi biogas yang dihasilkan pada tahun pertama adalah selama sembilan bulan waktu produksi sebesar Rp 2.214.000. Sludge yang dihasilkan sebanyak 70 persen dari keseluruhan kotoran ternak yang digunakan sebagai input yaitu sebanyak 126 kg setiap harinya. Sludge yang dihasilkan dijual dalam kondisi basah dihitung dari bulan kelima. Harga jual sludge per kg adalah Rp 150 sehingga penerimaan di tahun pertama selama delapan bulan adalah Rp 3.780.000.
Tabel 22 Penerimaan Hasil Biogas dan Sludge Tahun I Instalasi Biogas Kapasitas 5 Satuan Ternak
Penjualan Jumlah Satuan Harga/Satuan Nilai (Rp)
Biogas 442,8 Kg 5.000 2.214.000
Sludge 25.200 Kg 150 3.780.000
Total Penerimaan 5.994.000
5.4.2 Nilai sisa
Terdapat penerimaan lain yang berada pada akhir tahun proyek yaitu nilai sisa. Nilai sisa diperoleh dari nilai sisa barang-barang yang sifatnya investasi dan masih bernilai serta berada di akhir tahun proyek yaitu tanah. Nilai tanah diasumsikan dari harga belinya yaitu Rp 10.000.000.
5.4.3 Arus Biaya
Arus biaya pada pengusahaan biogas dari limbah peternakan merupakan komponen biaya yang terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya operasional tahun pertama dengan tahun berikutnya berbeda karena pengusahaan beroperasi pada bulan keempat di tahun pertama.
A.Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat memulai pengusahaan biogas yang meliputi pembelian tanah, pembangunan instalasi dan peralatan yang dibutuhkan. Biaya investasi pada tahun pertama dapat dilihat pada Tabel 23. Biaya
investasi dikeluarkan pada tahun pertama namun terjadi penyusutan setiap tahunnya dengan proporsi yang berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh umur teknis dari masing- masing barang yang diinvestasikan. Umur teknis suatu barang dihitung dari tingkat kemampuan suatu barang untuk dapat digunakan secara layak dan masih memiliki fungsi baik untuk mendukung jalannya pengusahaan biogas limbah peternakan. Nilai penyusutan dihitung berdasarkan metode garis lurus dan umur teknis dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 23 Rekapitulasi Biaya Investasi Tiap Digester Kapasitas 5 Satuan Ternak Pada Pengusahaan Biogas Limbah Peternakan
Uraian Jumlah Satuan
Digester Nilai (Rp)
Plastik Semen Fiber Glass Tanah 100 Meter 10.000.000 10.000.000 10.000.000 Instalasi biogas 1 Unit 2.500.000 4.000.000 15.000.000 Biaya Pemasangan 1 Unit 500.000 500.000 500.000 Peralatan
Kompor Biogas 1 Unit 300.000 300.000 300.000
Selang 12,5 Meter 125.000 125.000 125.000
Pipa Paralon 112 Meter 1.120.000 1.120.000 1.120.000
Cangkul 1 Unit 70.000 70.000 70.000
Sekop 1 Unit 70.000 70.000 70.000
Total Biaya Investasi 14.685.000 16.185.000 27.185.000
Untuk melakukan pergantian terhadap barang-barang investasi yang telah habis umur teknisnya para peternak mengeluarkan biaya yang disebut sebagai biaya reinvestasi. Biaya reinvestasi ini dikeluarkan tepat setelah secara teknis dari barang investasi sudah tidak optimal lagi untuk digunakan. Rekapitulasi biaya reinvestasi dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 24 Total Penyusutan dari Barang Investasi Tiap Digester Kapasitas 5 Satuan Ternak
Barang Investasi Penyusutan (Rp)
Plastik Semen Fiber Glass Instalasi biogas 500.000 400.000 1.000.000 Biaya Pemasangan 100.000 50.000 33.333 Peralatan Kompor Biogas 37.500 37.500 37.500 Selang 41.666 41.666 41.666 Pipa paralon 373.333 373.333 373.333 Cangkul 23.333 23.333 23.333 Sekop 23.333 23.333 23.333
Tabel 25 Rekapitulasi Reinvestasi
Barang Investasi Umur Teknis Nilai (Rp)
Tahun 4 7 8 10 13 Kompor Biogas 8 300.000 Selang 3 125.000 125.000 125.000 125.000 Pipa paralon 3 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 Cangkul 3 70.000 70.000 70.000 70.000 Sekop 3 70.000 70.000 35.000 35.000 Total Reinvestasi 1.350.000 1.350.000 300.000 1.350.000 1.350.000 B. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya keseluruhan yang berhubungan dengan kegiatan operasional dari pengusahaan biogas limbah peternakan. Biaya operasional tahun pertama dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26 Biaya Operasional Tahun I pada Pengusahaan Biogas Limbah Peternakan
Uraian Jumlah Satuan Harga/Satuan (Rp)
Nilai (Rp) Upah Tenaga Kerja 1 Orang 300.000 2.700.000
Biaya PBB 100 Meter 50.000
Peralatan Kebersihan
Ember Plastik 3 Unit 3.500 10.500
Sapu Lidi 2 Unit 5.000 10.000
Gayung 2 Unit 5.000 10.000
Total Biaya Operasional 2.780.500
5.4.4 Analisa Rugi Laba
Komponen analisa rugi laba terdiri dari penerimaan, biaya operasional, biaya penyusutan, pajak penghasilan dan biaya lain diluar usaha. Penerimaan tertinggi diperoleh dari penjualan sludge, pada tahun pertama usaha ini sudah mendapatkan keuntungan sehingga sudah dikenakan pajak penghasilan usaha, meskipun pada tahun pertama investasi yang dikeluarkan lebih besar daripada tahun berikutnya. Keuntungan tertinggi yang diperoleh pada tahun pertama dari tiga bahan baku digester yang digunakan adalah digester yang terbuat dari semen yaitu sebesar Rp 2.264.333, sedangkan digester yang terbuat dari plastik hanya Rp 2.114.333, dan digester terbuat dari fiber glass Rp 1.681.000.
5.4.5 Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan pengusahaan biogas limbah peternakan dapat dilihat dari tiga kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, dan Net B/C. Apabila NPV > 0, IRR >
limbah peternakan layak untuk dijalankan. NPV > 1 berarti kegiatan pengusahaan biogas limbah peternakan dengan umur usaha 15 tahun dan menggunakan tingkat discount factor
12 persen dapat memberikan keuntungan, atau dengan kata lain nilai NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima oleh peternak dengan umur usaha 15 tahun dan menggunakan tingkat discount factor 12 persen. IRR > discount rate (12 persen) menunjukkan tingkat pengembalian internal kegiatan pengusahaan biogas limbah peternakan, jika tingkat pengembalian internal lebih kecil dari tingkat discount factor
maka dikatakan kegiatan pengusahaan biogas limbah peternakan tidak layak untuk dijalankan. Net B/C > 1 menunjukkan nilai manfaat yang diperoleh peternak dari setiap biaya yang dikeluarkan pada pengusahaan biogas limbah peternakan. Hasil kriteria investasi pengusahaan biogas limbah peternakan pada tiga digester dapat dilihat pada Tabel 27 dan Tabel 28.
Tabel 27 Hasil Kriteria Investasi Pengusahaan Biogas Limbah Peternakan pada Tiga Digester Kapasitas 5 Satuan Ternak (Skenario 1)
Digester Kriteria Investasi
NPV IRR Net B/C
Plastik Rp 12.504.742 37% 2,57
Semen Rp 13.468.084 40% 2,58
Fiber glass Rp 15.910.786 44% 3,06
Pada skenario pertama yaitu instalasi biogas merupakan hibah Pemerintah Pusat, hasilnya menunjukkan bahwa kegiatan pengusahaan biogas limbah peternakan sangat layak untuk dijalankan. Dilihat dari tiga bahan digester, untuk instalasi biogas dengan digester terbuat dari bahan fiber glass sangat layak untuk dijalankan karena memiliki nilai NPV, IRR dan Net B/C paling tinggi diantara digester bahan plastik dan semen. Mulyani (2008) menyatakan bahwa reaktor model fixed yang terbuat dari bahan fiber glass
memiliki keuntungan lebih dibandingkan yang lain yaitu desain yang sederhana, mudah perawatan dan konstruksi operasional, lebih ringan, tahan bocor, mudah diperbaiki, hasil biogas optimal, mudah dipindahkan dan aman.
Tabel 28 Hasil Kriteria Investasi Pengusahaan Biogas Limbah Peternakan pada Tiga Digester Kapasitas 5 Satuan Ternak (Skenario 2)
Digester Kriteria Investasi
NPV IRR Net B/C
Pada skenario kedua yaitu instalasi biogas dibeli oleh peternak dengan menggunakan uang pinjaman dari dana bergulir, hasilnya menunjukkan bahwa kegiatan pengusahaan biogas limbah peternakan layak untuk dijalankan. Dilihat dari tiga bahan digester, untuk instalasi biogas dengan digester terbuat dari bahan plastik sangat layak untuk dijalankan karena memiliki nilai NPV, IRR dan Net B/C paling tinggi diantara digester bahan semen dan fiber glass. Wilkie (2005) menyatakan bahwa model digester teknologi instalasi biogas harus disesuaikan dengan kondisi daerah dan skala usaha peternakannya.