• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

3.3. Brani Mandiri, Meski Modal Masih Min

3.3.1 Mandiri sebagai Identitas “cowo”?

Secara linguistic message yang terkandung dari sebuah tulisan “Brani mandiri, walau modal masih mini” menegaskan bahwa “cowo” U-mild memiliki konsep berdikari. Namun penegasan dalam kalimat ini ialah mengenai bagaimana modal mini yang dapat membuat sesuatu hal besar dengan usaha seperti apa sehingga modal mini tersebut akan berarti. Disini iklan telah mencoba untuk memberikan sebuah penggambaran mengenai dimensi-dimensi akal pikiran mengenai sebuah subliminal meaning untuk menstimuli khalayak ketika membaca teks tersebut. Dalam kaitannya lingkup linguistic messages maka secara denotasi dari kalimat tersebut terlihat bahwasannya sikap mandiri itu dapat muncul meski modal masih mini, sehingga ini adalah contoh bagaimana “cowo” bersikap dalam menjalani kehidupan, dengan modal alakadarnya kita tetap mampu mandiri. Secara konotasipun adanya tulisan mengenai home sweet home menunjukan bagaimana sikap “Cowo” yang berani untuk keluar dari rumah sebagai langkah awal hidup mandiri meski modal masih mini.

Berbicara mengenai dimensi maka setiap media memiliki dimensi dan keunikannya masing-masing misalnya televisi, radio, majalah, ataupun surat

kabar. Dalam buku psikologi media entertainment (2010) dijelaskan oleh (Bhatnagar, Aksoy and Malkoc 2010) “Beberapa orang percaya bahwa surat kabar merupakan media yang memiliki muatan yang kurang bias, sementara sebagian besar penonton film percaya bahwa film adalah penyedia hiburan atau karakteristik unik dimana dapat diasosiasikan dengan sarana-sarana spesifik di dalam med ium tertentu”

Menjadi menarik ketika iklan cetak ini menyematkan karakter orang tua untuk menekankan simbol kebanggaan akan perangai anaknya, sehingga efek subliminal yang dapat dikatakan memiliki efek bias rendah ini mampu diterima khalayak dengan baik, dari visualisasi tersebut tergambar jelas bahwa bapak dari “cowo” tersebut mengarahkan jempolnya kepada anaknya, disandingkan dengan muka ibu yang sumringah sembari memegang pipi dengan ekspresi bahagia, menegaskan bahwa anaknya telah berhasil lepas dari bayang-bayang orang tuanya untuk dapat hidup mandiri. Layaknya petuah dari daerah minang dimana meraka suka berpergian merantau ke berbagai daerah lain, meninggalkan kampung untuk memperluas cakrawala atau pandangan untuk mengenal daerah diluar Minangkabau, tercermin dalam pepatah orang Minang dibawah ini: (http://www.oocities.org , diakses 16 November 2014)

Karatau madang dihulu Babuah babungo balun

Marantau bujang dahulu Di rumah paguno balun

Dimana maksud dari petuah diatas ialah (Merantaulah Bujang terlebih dahulu, karena di kampung belum memberi guna, belum bermanfaat). Dari pepatah ini tersirat makna bahwa ada “dorongan” bagi laki-laki untuk merantau, sekaligus “panggilan” pada laki-laki Minangkabau bahwa suatu saat harus kembali ke kampung untuk memberi manfaat kepada kerabat dan kampung. Ada tanggungjawab besar yang terselip pada pepatah tersebut yang mendorong laki-laki untuk giat bekerja.

Berbicara mengenai giat bekerja maka erat kaitannya untuk memulai aktifitas dipagi hari, maka hal ini pun divisualisasikan melalui pakaian yang dikenakan oleh objek di dalam iklan tersebut terlihat ia masih mengenakan piyama atau baju tidur serta membawa gayung sebuah alat untuk mandi hal- hal ini menandakan sebuah aktivitas dipagi hari.

Sedangkan langit disini adalah penggambaran suatu angan-angan atau cita-cita yang ada dipikiran kita sejak kecil, langit diibaratkan sebuah tingkatan derajat yang dipercaya oleh agama islam. Terlihat warna dari langit yang divisualisasikan yakni dominan biru dan biru muda dimana warna biru dan biru muda memiliki arti berdasarkan rujukan buku program studi disain komunikasi visual FSR ISI Yogyakarta dalam (Hamzah 2008) adalah (1) Warna bisa mewakili usia; (2) warna bisa mewakili suasana hati; (3) warna bisa menunjukkan kepribadian; (4) warna untuk menunjukkan status sosial;

(5) warna menunjukkan orientasi seksual dan jenis kelamin; (6) warna sebagai penunjuk waktu.

Tabel 3.3 Arti Warna Sumber: Hamzah (2008)

WARNA ARTI

Merah Kemasyhuran, asmara, sukses, kemenangan, keberanian, kebahagiaan

Hijau Kesuburan, keremajaan, penghargaan, kesegaran

Ungu Kesedihan, kesendirian, kebangsawanan

Biru Kesetiaan, renungan, ketenangan, kebenaran, idealisme tinggi

Merah muda Cinta yang lembut, kasih anak(perempuan), kasih sayang

Biru muda Kasih anak (laki-laki)

Emas Keagungan

Hitam Kesucian, kejujuran, damai, kematian, ketidakbahagiaan

Putih Suci, jujur, kebahagiaan

Berdasarkan definisi tersebut terlihat bahwa warna biru langit yang digambarkan dalam iklan ini menunjukan bahwa “cowo” memiliki sifat-sifat idealisme tinggi, Kesetiaan, renungan, ketenangan, kebenaran serta dipadukan adanya warna biru muda sebagai pelengkap warna langit semakin mengokohkan bahwasannya sosok orang tua dengan memberikan jempol kepada anaknya merupakan bentuk kasih sayang mereka kepada anak tersebut untuk dapat memulai kemandiriannya. Tatapan mata keatas sambil menatap kearah langit berwana biru dan biru muda pun menambah aksentuasi mengenai optimisme yang tertanam kuat dari “cowo” untuk dapat mandiri.

Konsep inilah yang coba ditawarkan dalam iklan ini dimana budaya mandiri untuk memberikan manfaat kepada orang tua, kerabat dan kampung merupakan sebuah tanggung jawab moral yang tinggi terlebih bagi seorang laki-laki. Melihat ekspresi muka yang divisualisasikan dari iklan tersebut si “cowo” dengan bangga menggenggam sebuah wekker dimana hal tersebut merupakan petanda layaknya pribahasa yakni waktu adalah uang.

Hadirnya budaya rantau merupakan sebuah pengakuan atas eksistensi diri mengenai kemampuan untuk mapan atau mandiri di daerah tujuan kita merantau. Menurut (Wood 2005, 25) “since industrial revolution gave rise to factories and to paid labor outside the home as a primary way of making a living, this made a separation between of work and home, as men took jobs

outside the home, women increasingly assumed responsibility for family life”. Maka tak ayal mengapa alasan lelaki ingin merantau selain diperkuat dengan latar belakang sosial-kultural yang terbentuk, ia juga ingin membangun kehidupan mandiri atas dirinya sehingga dengan kemandiriannya tersebut ia mampu berguna untuk orang tua, kerabat, dan kampung halamannya. Sehingga gambaran inilah yang diartikulasikan U-mild dalam mendefinisikan sosok “cowo”.