• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mandor I adalah seorang supervisi yang mengawasi dan

terdapat tujuh kemandoran yang terdiri atas tiga mandor panen, seorang mandor pemupukan, seorang mandor semprot dan BTP, seorang mandor alat berat (merangkap menjadi koordinator mandor pemeliharaan), dan seorang mandor aplikasi janjangan kosong. Setiap pagi mandor I mendampingi asisten dalam melakukan lingkaran pagi. Kegiatan yang dilakukan penulis ketika mendampingi Mandor I adalah ikut mengawasi kegiatan yang dilakukan dilapangan dan memastikan seluruh karyawan bekerja sesuai aturan perusahaan.

Mandor panen. Mandor panen menjadi mandor yang terpenting dalam

kegiatan kebun karena menjadi penentu keberhasilan produksi yang optimal. Jumlah kemandoran panen di Divisi III berjumlah tiga kelompok dengan seluruh anggota berjumlah 51 tenaga kerja tetap hingga bulan Mei 2012. Selain mengawasi anggotanya dalam proses pemanenan, mandor panen juga bertugas melakukan taksasi untuk panen berikutnya. Khusus mandor panen diberi kewajiban mengecek mutu hancak panen kemarin dari dua orang pemanennya dan dicatat pada buku structured block supervision (SBS). Buku tersebut untuk menilai hasil mutu yang diperoleh oleh pemanen setiap harinya. Selama menjadi pendamping mandor panen penulis ikut dalam pemeriksaan mutu hancak, taksasi harian, dan pengontrolan kinerja pemanen.

Mandor perawatan. Mandor perawatan terdiri atas pemupukan,

penyemprotan, bongkar tumbuhan pengganggu, perawatan jalan, dan aplikasi janjang kosong. Selain itu, terdapat mandor yang bertugas mengawasi pembuatan pasar pikul mekanis. Pengelolaan tenaga kerja kemandoran perawatan menjadi hal yang penting agar tenaga kerja yang ada dapat digunakan secara optimal. Setelah melakukan kegiatan, setiap mandor perawatan harus mengisi administrasi di buku kegiatan mandor (BKM perawatan). Seluruh kebutuhan alat dan bahan dalam kegiatan pemeliharaan menjadi tanggung jawab mandor tersebut. Khusus mandor pemupukan, pukul 06.00 WIB sudah harus mengambil pupuk di gudang sentral dan sudah didistribusikan pada pukul 07.00 WIB. Mandor pupuk juga bertanggung jawab untuk mengumpulkan kembali karung bekas pupuk dan dikembalikan ke gudang sebagai bukti pengaplikasian pupuk di lapangan. Selama menjadi pendamping mandor perawatan, penulis ikut membantu mengumpulkan

karung pupuk, mengisi tangki sprayer herbisida, mengawasi dan mencatat kerja excavator.

Pendamping krani cek sawit. Krani cek sawit bertugas memeriksan,

mencatat, dan bertanggung jawab mengangkut seluruh TBS yang telah dipanen di TPH. Seluruh buah masing-masing pemanen dicatat dalam notes potong buah. Krani cek sawit harus memastikan tidak ada buah mentah yang terangkut menuju pabrik. Tandan buah sawit yang terbukti mentah akan dilaporkan kepada mandor panen dan buahnya dibelah menjadi empat bagian. Penulis ikut melakukan pemeriksaan dan mengantarkan TBS menuju Teluk Siak Factory selama menjadi pendamping krani cek sawit.

Pendamping Asisten

Manajemen tingkat staf terdiri atas asisten divisi hingga tingkat estate manager. Seorang asisten divisi memiliki tugas dan tanggung jawab mengelola kegiatan operasional divisi hingga mengendalikan kehidupan sosial masyarakat di divisinya selama 24 jam. Artinya, seorang asisten harus selalu siap kapan pun bila dibutuhkan. Asisten divisi bertanggung jawab langsung kepada estate manager untuk mencapai target produksi, pembinaan sumber daya manusia yang ada di divisinya, dan pengaturan biaya yang telah disetujui estate manager.

Selama menjadi pendamping asisten penulis didampingi dengan asisten on job training (OJT). Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping adalah pembagian tenaga kerja divisi, melakukan pengecekan mutu hancak karyawan panen bersama asisten plantation sustainable quality management (PSQM), dan mempelajari administrasi kantor divisi, mengikuti kegiatan sounding di Teluk Siak Factory, menjadi panitia persiapan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), mengikuti kegiatan rapat Strategic Operating Unit (SOU) 16, dan mengikuti kegiatan peat leveling.

PEMBAHASAN

Manajemen Panen Teluk Siak Estate

Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan modal dapat berfungsi sesuai dengan yang diinginkan. Unsur manajemen yang dimiliki oleh Teluk Siak Estate, meliputi staf dan karyawan lapangan dan administrasi, modal dan biaya produksi, peralatan dan inventaris perusahaan, prosedur kerja, jadwal kerja, sumberdaya alam, alur birokrasi dan informasi, material pertanian (pupuk, pestisida, herbisida, dan varietas unggul), dan pabrik untuk menampung TBS yang dihasilkan. Seluruh unsur tersebut dikendalikan pada sebuah sistem manajemen Teluk Siak Estate. Sesuai empat fungsi manajemen, maka dalam aspek panen diperlukan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang baik.

Perencanaan dalam pemanenan dilakukan ketika tanaman akan beralih dari tanaman belum menghasilkan (TBM) ke tanaman menghasilkan (TM). Kegiatan perencanaan tersebut diantaranya penentuan jumlah tenaga pemanen, prosedur pelaksanaan, persiapan hancak panen, persiapan akses jalan panen dan perlengkapan panen, sistem administrasi, dan waktu pelaksanaan.

Pengorganisasian kegiatan panen dikelola oleh asisten divisi yang bertanggung jawab kepada estate manager. Seorang asisten divisi berhak memilih seorang mandor I sebagai pengawas dan penanggung jawab kegiatan lapangan. Pembagian tugas dan hancak karyawan panen dilakukan oleh mandor panen selain bertugas melakukan pengawasan terhadap anggotanya masing-masing. Setiap individu yang terlibat dalam organisasi panen harus memiliki kemampuan kerjasama dalam tim selain kemampuan teknis di lapangan.

Pengarahan dalam menjelaskan strategi untuk mencapai tujuan bersama adalah tanggung jawab manager dan asisten divisi. Seorang pemimpin perlu memiliki integritas dan komunikasi yang baik dalam memberi pengarahan sehingga staf dan karyawan pun paham dan bersemangat dalam mencapai tujuan bersama. Biasanya manager akan memberikan pengarahan terlebih dahulu kepada asisten divisi terkait pencapaian target produksi. Asisten divisi langsung merespon

arahan tersebut dengan mengkoordinasikan kepada seluruh karyawan di divisi. Komunikasi yang tidak efektif kepada karyawan dapat menyebabkan pekerjaan tidak terarah sehingga terjadi pemborosan karena biaya yang dikeluarkan tidak mencapai target yang diinginkan. Dalam mempengaruhi karyawannya, seorang asisten dapat melakukan kekuasan ganjaran, yaitu menggunakan imbalan agar karyawan bekerja dengan baik, atau kekuasaan paksaan seperti memberikan sangsi apabila karyawan tidak bekerja dengan baik. Selain itu, karyawan pun dapat dipengaruhi oleh kekuasaan ahli berupa kemampuan teknis, pengalaman, dan kecerdasan teori yang dimiliki seorang pemimpin (Sumardjo, 2010).

Pengawasan menjadi fungsi terakhir dalam manajemen agar seluruh perencanaan dan kegiatan dalam mencapai tujuan bersama dapat berjalan secara optimal. Seluruh standar kerja dan prestasi kerja karyawan harus selalu dievaluasi oleh seorang pemimpin. Hal tersebut juga dapat menjadi motivasi karyawan untuk selalu bekerja dengan baik. Pengawasan ini dapat dilakukan dengan melihat laporan administrasi dan melihat langsung kondisi di lapangan. Selain kemampuan teknis dan teori, seorang pemimpin juga harus menguasai permasalahan yang terdapat di lapangan agar dapat segera diambil keputusan atau solusinya.

Optimalisasi Produksi

Divisi III Teluk Siak Estate mempunyai dua jenis lahan, yaitu lahan mineral dan lahan gambut. Lahan mineral di Divisi III seluas 516.32 ha bertopografi datar hingga bergelombang, sedangkan lahan gambut di Divisi III seluas 418.25 ha. Kelemahan penanaman kelapa sawit dilahan gambut meliputi, bahan organik yang ada belum terhumifikasi lebih lanjut sehingga unsur haranya rendah (Risza, 2010). Selain itu, penanaman kelapa sawit di lahan gambut dapat menyebabkan pohon doyong dan mengganggu proses fotosintesis karena pelepah daun yang saling berimpitan. Kondisi lahan gambut Divisi III yang bergulma dan tergenang air sering menyulitkan para pemanen dalam melakukan kegiatan potong buah dan pengangkutan TBS ke tempat penampungan hasil. Pemeliharaan yang tidak maksimal dalam pengendalian gulma menjadi penyebab terjadinya lahan yang bergulma hingga menyulitkan dalam proses pemanenan. Dalam mengatasi hal

tersebut, perusahaan memberikan kebijakan membuat pasar pikul secara mekanis dengan menggunakan excavator. Hal tersebut akan menghasilkan hancak panen lebih bersih dan mudah dilalui oleh pemanen. Pembuatan pasar pikul harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terlalu merusak tanaman sawit. Kerusakan yang timbul berdasarkan pengamatan penulis berupa pelepah yang patah akibat pergerakan excvator. Akan tetapi hal tersebut tidak membuat tanaman mati.

Pasar Pikul (kiri) Silt Pit (kanan)

Gambar 10. Hasil Akhir Pembuatan Pasar Pikul Mekanis dan Silt Pit di Divisi III Teluk Siak Estate

Pembuatan pasar pikul mekanis dapat mengoptimalkan sistem pengawasan dan pemeriksaan hancak panen sehingga losses bisa ditekan. Lubang bekas galian di antara pohon sawit dapat menjadi silt pit sebagai konservasi air dan tanah. Pada Gambar 10 terlihat bahwa akan ada jalan untuk pemanen melakukan kegiatan pemanenan dan ada silt pit di antara dua pohon.

Produksi tandan buah segar kelapa sawit yang diperoleh di Divisi III Teluk Siak Estate selama November 2011 hingga Maret 2012 tidak mencapai budget yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor tenaga pemanen dan curah hujan yang mempengaruhi kondisi areal panen. Salah satu kendala dari kondisi areal adalah masih terdapat beberapa blok yang rawan terkena banjir. Dalam menjaga kebutuhan air dan mengatasi areal yang tergenang air, perusahaan juga membuat pintu pengatur air (watergate). Blok rawan banjir tersebut dapat dilihat pada Tabel 11. Pengaturan drainase memang harus dibuat secara baik terutama pada areal gambut yang berkarakter mudah tersubsiden. Berdasarkan Tabel 4, pada bulan November 2011-Maret 2012 hampir setiap bulan terjadi banjir di sebagian blok tanaman menghasilkan. Curah hujan yang relatif

tinggi pada bulan November, Desember, dan Maret menyebabkan sebagian areal panen tergenang air. Menurut Setyamidjaja (2006) curah hujan optimum kelapa sawit berkisar 167-250 mm/bulan. Dengan curah hujan yang cukup tinggi antara 100-290 mm/bulan seharusnya produksi bisa lebih optimal. Penurunan produksi akibat banjir juga dapat menyebabkan berkurangnya O2 yang tersedia di dalam tanah sehingga dapat mengganggu proses respirasi tanaman. Banjir yang terjadi bersifat temporer dan dapat terjadi selama 30 hari. Fungsi watergate dapat menjadi saluran pembuangan air ketika terjadi hujan sehingga tidak ada lagi areal yang tergenang. Hal tersebut sudah sesuai dengan pendapat Risza (2010) yang menyatakan jika frekuensi banjir termasuk kategori 3, yaitu daerah yang dalam satu tahun mengalami banjir lebih dari satu bulan secara teratur lebih dari 24 jam, maka perlu dibuat pintu air. Pintu air akan dibuka ketika tinggi permukaan air sungai di bawah permukaan areal kebun. Pembuatan benteng penahan pun sudah dilakukan agar luapan air tidak masuk ke areal tanaman sawit. Pihak perusahaan, pada masa yang akan datang akan mengajukan proyek pendalaman sungai sehingga air di dalam areal dapat dengan mudah dialirkan menuju Sungai Gasip. Model pintu pengatur air (watergate) di Divisi III dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Pintu Pengatur Air (Watergate) di Divisi III Teluk Siak Estate

Kebutuhan Tenaga Panen

Kebutuhan tenaga kerja harus mempertimbangkan luas areal dan kemampuan pekerja agar pekerjaan panen dapat terselesaikan dengan baik. Sesuai sistem block harvesting system yang diterapkan, para pemanen sudah memiliki hancak tetap masing-masing yang sudah diatur oleh mandor panen. Jumlah tenaga pemanen hingga bulan Maret 2012 sebanyak 51 orang yang berada di tiga

kemandoran. Luas area tanaman menghasilkan di Divisi III yang dapat dilakukan panen adalah 934.57 ha. Setiap pemanen idealnya memiliki hancak tetap seluas 3 ha – 3.5 ha setiap hari. Perhitungan kebutuhan tenaga pemanen Divisi III seperti berikut:

Luas areal TM = 934.57 ha

Jumlah tenaga panen Mei 2012 = 51 orang

Tenaga dibutuhkan = (934.57/18) + ((934.57/18)x10%) = 57 orang Kekurangan tenaga panen = 6 orang

Tenaga belajar panen = 3 orang

Rasio tenaga kerja di Divisi III Teluk Siak Estate berkisar 1:18, artinya setiap pemanen memiliki areal panen seluas 18 ha selama satu rotasi panen. Jumlah dasar tenaga pemanen yang dibutuhkan untuk memenuhi rasio 1:18 adalah sejumlah 52 orang. Sisanya, sebanyak 10% dari jumlah kebutuhan utama tenaga pemanen merupakan cadangan apabila dalam keseharian terdapat pemanen yang tidak masuk kerja ataupun produksi buah sedang meningkat. Apabila terjadi kelebihan tenaga, maka kelebihannya akan dialihkan pekerjaan rawat hancak. Selain kuantitas dari kebutuhan pemanen, kualitas dari setiap individu pemanen pun perlu menjadi perhatian agar pemanen dapat bekerja secara optimal sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Menurut Fauzi et al. (2007), kebutuhan tenaga pemanen dipengaruhi oleh kerapatan panen, luas hancak yang akan dipanen, kapasitas panen, berat janjang rata-rata, dan populasi per blok. Pengamatan kebutuhan tenaga pemanen harian dapat dilihat pada Tabel 12. Perhitungan kebutuhan tenaga pemanen adalah sebagai berikut:

Tenaga pemanen =

Keterangan :

A = Luas hancak yang akan dipanen (ha) B = Kerapatan panen

C = Berat janjang rata-rata (kg) D = Populasi (pohon/ha) E = Kapasitas panen/HK

Berdasarkan pengamatan terhadap kebutuhan tenaga kerja harian di 6 seksi panen, diperoleh bahwa terdapat perbedaan antara kebutuhan aktual dengan

perhitungan kebutuhan pemanen yang dilakukan penulis. Hal tersebut disebabkan perhitungan yang dilakukan penulis lebih mengoptimalkan basis borong yang diperoleh oleh seorang pemanen dengan strategi memperluas hancak ketika kerapatan panen rendah. Akan tetapi perhitungan tersebut memiliki kelemahan karena kualitas tenga pemanen yang kurang disiplin dan faktor usia pemanen yang mempengaruhi penyelesaian hancak panen. Perolehan produksi pun diharapkan lebih meningkat dibandingkan taksasi dengan tenaga panen aktual yang dipekerjakan.

Kualitas Mutu Buah Panen

Dalam memperoleh kadar minyak yang optimal dan berkualitas dibutuhkan tingkat kematangan yang sesuai ketika dilakukan kegiatan panen. Teluk Siak Estate menetapkan tandan buah sawit yang matang dan layak panen ditandai dengan jumlah brondolan lebih dari lima butir per tandan. Buah yang tepat matang diartikan sebagai buah yang kondisinya memberikan kuantitas dan kualitas minyak yang maksimal. Mangoensoekarjo dan Semangun (2008) menyatakan bahwa seminggu sebelum titik tepat panen, kandungan minyak dalam mesokarp baru mencapai sekitar 73% dari potensinya. Artinya, sisa 27% dari proses konversi terjadi hanya dalam waktu satu minggu terakhir dari proses pematangan. Dengan demikian, bila buah dipanen satu minggu sebelum tepat matang, perusahaan akan kehilangan 27% dari potensi produksinya.

Pengawasan proses pemanenan harus berjalan secara optimal agar tidak ada pemanen yang curang memotong buah mentah untuk menaikkan berat basis yang diperolehnya. Hasil pengamatan mutu buah yang dilakukan penulis pada Tabel 15 menunjukkan bahwa tidak ada buah mentah yang dipanen oleh pemanen dan persentase kematangan buah mencapai 96.09% di Kemandoran I, 95.32% di Kemandoran II, dan 96.53% di Kemandoran III. Persentase tersebut masih sesuai dengan standar perusahaan yaitu buah matang lebih dari 95%, tetapi persentase tersebut masih belum sesuai dengan target Strategic Operating Unit (SOU 16) PT Aneka Intipersada dengan standar lebih dari 97% buah matang. Buah mentah yang ditemukan ketika dilakukan pemeriksaan harus dibelah menjadi empat

bagian sebagai tanda bahwa buah tersebut sudah dilakukan penindakan di lapangan dan tidak lagi dimasukkan dalam grading di pabrik kelapa sawit.

Tingkat kematangan tandan buah segar kelapa sawit akan mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan. Komponen kualitas minyak kelapa sawit diukur berdasarkan tingkat asam lemak bebas. Menurut Setyamidjaja (2006) kualitas minyak kelapa sawit dapat dipengaruhi oleh lama penyimpanan, suhu, benturan dan pelukaan buah dan tingkat kematangan. Selanjutnya Hatley (1997) menambahkan benturan dapat memecahkan vakuola sehingga minyak yang terkandung di dalamnya akan bereaksi dengan enzim lipase dan membentuk asam lemak bebas. Tabel 16 menunjukkan bahwa kandungan asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit yang dihasilkan oleh Teluk Siak Factory memiliki kadar 2.81 persen. Hasil tersebut sudah mencapai target perusahaan sebesar kurang dari 3 persen. Selain merugikan dari segi kualitas, kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak juga akan menambah biaya untuk memurnikan minyak melalui proses netralisasi dengan mereaksikannya terhadap larutan basa (NaOH dan Na2CO3) atau dengan proses penyulingan (Ketaren, 1986).

Secara kuantitas, produksi dianggap optimal apabila mencapai rendemen minyak yang tinggi. Hal tersebut dapat diperoleh dari kematangan TBS yang optimal dan proses ekstraksi minyak di pabrik kelapa sawit. Dalam menjaga kualitas baik dari kebun hingga ke pabrik PT Aneka Intipersada membentuk tim gugus kendali mutu. Tim tersebut akan bertugas mengontrol dan mengawasi seluruh kegiatan di kebun hingga pengolahan di pabrik. Seluruh permasalahan yang ada akan menjadi kajian dalam rapat SOU 16 bulanan. Strategic Operating Unit (SOU 16) merupakan wadah diskusi yang dilakukan oleh seluruh staf PT Aneka Intipersada dalam menentukan strategi dan target bulanan dan tahunan untuk meningkatkan hasil produksi yang berkualitas.

Kerapatan dan Rotasi Panen

Rotasi panen akan mempengaruhi sebaran tandan buah segar yang matang atau kerapatan panen kelapa sawit. Teluk Siak Estate menggunakan rotasi 6/7, artinya dalam tujuh hari terdapat enam hari panen. Hal tersebut bisa berubah jika manajemen divisi sedang melakukan kontanan untuk mendapatkan produksi yang

telah ditargetkan perusahaan. Kontanan adalah kegiatan panen tandan buah segar kelapa sawit pada hari libur yang pembayarannya menggunakan premi sebesar Rp 50,00 per kg tandan buah segar. Dampak dari kontanan biasanya akan mempercepat rotasi di beberapa blok, sehingga agar rotasi panen normal kembali tenaga pemanen pada blok tersebut akan disalurkan ke blok lain yang memiliki potensi buah banyak untuk membantu pemanen lainnya. Kontanan juga bisa dilakukan pada blok yang rotasinya terlambat. Keterlambatan rotasi di Divisi III biasanya tidak melebihi dari 8 hari interval panen. Menurut Sunarko (2007), pada panen permulaan, biasanya interval panen 15 hari, selanjutnya 10 hari, dan terakhir 7 hari.

Setiap hari seorang mandor panen harus memeriksa angka kerapatan panen pada areal yang akan dipanen besok. Angka kerapatan panen akan menjadi dugaan sebaran buah matang dan perkiraan tonase buah yang dapat diperoleh sehingga dapat dihitung jumlah tenaga panen dan transportasi yang dibutuhkan. Pada Tabel 17 dapat diketahui bahwa angka kerapatan panen antara tahun tanam 1994 dengan tahun tanam 1997 tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student pada taraf 5 persen. Artinya perbedaan tahun tanam dengan selisih tiga tahun tidak berpengaruh terhadap angka kerapatan panen, walaupun berdasarkan hasil rata-rata perhitungan menunjukkan perbedaan hasil.

Pada pengataman terhadap perbedaan lahan antara gambut dan mineral dengan tahun tanam 1998 tidak menunjukkan perbedaan nyata berdasarkan uji t-student pada taraf 5 persen. Artinya, perbedaan lahan tidak berpengaruh terhadap angka kerapatan panen walaupun berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan perbedaan. Penentuan dosis pupuk melalui kegiatan leaf sampling unit menjadi kegiatan penting agar setiap pohon mendapatkan unsur hara yang sesuai pada masing-masing areal.

Dokumen terkait