• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Pencapaian produksi yang optimal dalam usaha budidaya kelapa sawit diperlukan adanya suatu pengelolaan dalam merawat dan menjaga tanaman kelapa sawit agar tumbuh secara normal. Dalam kegiatan magang ini penulis melakukan kegiatan pengelolaan teknis budidaya kelapa sawit di lapangan seperti pengendalian gulma, pemupukan, sensus ulat api, penunasan, leaf sampling unit, pembuatan pasar pikul mekanis, peat leveling, dan pemanenan. Aspek manajerial yang dilakukan penulis untuk dapat mengarahkan penulis mempelajari dan menganalisis pengelolaan sumber daya manusia, material, metode, waktu, dan informasi secara efisien. Berikut adalah aspek teknis dan aspek manajerial yang dilakukan penulis selama kegiatan magang.

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tumbuhan pengganggu yang tumbuh di sekitar tanaman dan dapat mengakibatkan terjadinya kompetisi dalam mendapatkan unsur hara dengan tanaman yang dibudidayakan. Kompetisi tersebut dapat mengurangi hasil produksi tanaman. Kegiatan pengendalian gulma dapat mempermudah kegiatan pemeliharaan lainnya, yaitu pemupukan, pengendalian hama penyakit, pengawasan panen, dan pengangkutan tandan buah segar ke tempat penampungan hasil. Metode pengendalian gulma di Teluk Siak Estate dilakukan dengan cara manual dan kimia.

Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan menggunakan parang dan cangkul dodos (cados) untuk membersihkan gulma merambat dan mendongkel gulma berkayu. Kegiatan yang dilakukan penulis adalah melakukan pembongkaran tumbuhan pengganggu di sekitar gawangan dan piringan. Setiap pekerja diwajibkan memenuhi standar kerja yang telah ditetapkan perusahaan, yaitu sebesar 0.5 ha/HK yang dikerjakan mulai pukul 7.00 hingga pukul 14.00 WIB, sedangkan pada hari Jum’at pekerjaan dimulai pada pukul 07.00 hingga pukul 12.00 WIB. Jenis gulma yang perlu dibersihkan meliputi alang-alang (Imperata cylindrica), gulma berkayu yaitu Chromolaena odorata, Melastoma malabathricum, dan Lantana camara. Selain itu terdapat paku-pakuan dan

kentosan yang perlu dikendalikan. Beberapa jenis paku-pakuan yang terdapat di lahan kelapa sawit adalah pakis kawat (Dicrapnoteris linearis), pakis udang (Stenochlaena palustris), paku kembang (Lygodium flexuosum), Adiantum tetraphyllum, dan Pteridium esculentum. Rotasi pengendalian gulma cara manual dilakukan setiap enam bulan pada blok yang sama.

Pengendalian gulma secara kimia di Teluk Siak Estate menggunakan block spraying system (BSS). Sistem tersebut merupakan penyemprotan gulma dengan herbisida yang dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu penyemprotan yang lebih baik dan pengawasan yang lebih efektif. Teluk Siak Estate memiliki satu kelompok BSS yang bertugas untuk tiga divisi. Kelompok tersebut dilengkapi dengan satu unit mobil semprot dengan dua tangki air, alat semprot lengkap, dan alat pelindung diri (APD). Kelompok BSS terdiri atas seorang mandor semprot rayon, seorang sopir, seorang kenek, dan anggota semprot. Setiap divisi memperoleh jatah waktu 10 hari setiap bulan untuk melakukan kegiatan penyemprotan di divisinya.

Sistem pengendalian gulma secara kimia terdiri atas kegiatan penyemprotan piringan dan penyemprotan gawangan. Kegiatan penyemprotan harus mempertimbangkan kondisi cuaca karena apabila berpotensi hujan maka kegiatan penyemprotan harus dibatalkan. Hal tersebut untuk menghindari tercucinya herbisida oleh air hujan yang berakibat tidak matinya gulma yang disemprot.

Herbisida yang digunakan untuk penyemprotan piringan adalah Prima Up dan Trap dengan konsentrasi 0.8% dan 0.067 persen. Herbisida Prima Up berbentuk cairan berwarna kuning yang mengandung bahan aktif Glyphosate isopropylamine 4 persen. Herbisida tersebut berfungsi sebagai pengendali gulma berdaun sempit yaitu kentosan dan pakis-pakisan. Herbisida Trap dengan bahan aktif Metsulfuron methyl 20% yang berfungsi untuk mengendalikan gulma berdaun lebar, seperti Melastoma malabathricum, Chromolaena odorata, Borreria alata, Croton hirtus, dan Mikania micrantha. Kedua jenis herbisida tersebut tergolong herbisida sistemik yang langsung menyerang jaringan tumbuhan sehingga agak lambat terlihat efeknya. Setiap karyawan diharuskan memenuhi prestasi kerja sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan, yaitu sebanyak 8 sprayer (kapasitas 12 liter) atau setara dengan area seluas 2.2 ha.

Setiap sprayer diaplikasikan untuk 34 pohon tanaman. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia dan manual dapat dilihat pada Gambar 1.

(a) Pengendalian Gulma Secara Manual (b) Kegiatan Semprot Gawangan

Gambar 1. Pengendalian Gulma Tanaman Kelapa Sawit di Divisi III Teluk Siak Estate

Penyemprotan piringan bertujuan untuk mengendalikan gulma di piringan agar tidak terjadi kompetisi antara gulma dengan tanaman budidaya dalam pengambilan unsur hara dan air, karena akar tanaman kelapa sawit terkonsentrasi di sekitar piringan tanaman. Selain itu, penyemprotan piringan berguna untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan mempermudah pengutipan brondolan. Terdapat beberapa jenis tumbuhan yang bermanfaat bagi tanaman kelapa sawit sehingga dilarang dikendalikan, seperti Nephrolephis biserrata, Turnera subulata, dan Cassia cobanensis.

Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan mampu berproduksi secara optimal. Setiap unsur hara memiliki peranan masing-masing dan dapat menunjukkan gejala tertentu pada tanaman apabila ketersediaannya dalam tanah sangat kurang. Penyediaan hara dalam tanah melalui pemupukan harus seimbang yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.

Di Divisi III Teluk Siak Estate jenis pupuk yang diaplikasikan terdiri atas pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang diaplikasikan berupa janjang kosong (JJK) yang merupakan salah satu limbah padat dari pengolahan TBS kelapa sawit di Teluk Siak Factory. Janjang kosong (JJK) mempunyai bobot 23%

dari bobot tandan buah segar kelapa sawit sehingga dalam satu ton TBS bisa menghasilkan JJK sebanyak 230 kg. Dalam 1 ton JJK mengandung sejumlah hara yang setara dengan 5 kg Urea, 1 kg Triple Super Phosphate (TSP), 16 kg Muriate of Photash (MOP), dan 4 kg Kieserite. Pengaplikasian janjang kosong harus mengikuti prosedur operasional yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Limbah JJK diangkut menggunakan dump truck dari pabrik menuju lahan aplikasi dan ditumpuk pada pohon kedua dari jalan. Tumpukan JJK selanjutnya disebar menggunakan angkong di setiap empat pohon pada gawangan mati sebanyak satu lapisan. Dalam satu lapisan harus terdapat satu ton JJK. Setiap karyawan diharuskan memenuhi standar prestasi kerja sebanyak 7 ton janjang kosong/HK. Pengaplikasian JJK ini diharapkan mampu memperbaiki struktur tanah, mengurangi run off air hujan, dan mencegah erosi tanah.

Kegiatan pemupukan anorganik di Teluk Siak Estate menggunakan sistem pemupukan block manuring system (BMS). Metode BMS merupakan sistem pemupukan yang dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. Di Teluk Siak Estate tidak menerapkan metode untilan dalam aplikasi pemupukan dengan alasan biaya yang tidak efisien. Penerapan pemupukan tanpa untilan memerlukan taksiran ketepatan dari seorang mandor dalam menentukan jumlah karung pupuk yang dibutuhkan di setiap pasar pikul. Kondisi blok yang berteras kadang-kadang menjadi kendala dalam mendistribusikan pupuk agar tepat dosis.

Organisasi pemupukan meliputi pengangkut pupuk, pelangsir pupuk dan penabur pupuk. Dalam kegiatan pengangkutan pupuk dibutuhkan tenaga sebanyak empat orang dengan premi Rp 6 000,00/ton.

Kegiatan pengangkutan pupuk diawasi oleh mandor pupuk yang memberi petunjuk jumlah karung pupuk yang dibutuhkan dan tempat peletakan karung pupuk di setiap lahan yang akan dipupuk. Setiap karung pupuk diletakkan di gawangan yang ada pasar pikulnya. Seorang mandor pupuk dibantu oleh dua orang kenek yang bertugas menaikkan dan menurunkan karung pupuk di tempat yang telah ditentukan oleh mandor. Selain itu, mandor juga dibantu seorang pelangsir pupuk yang bertugas membawa pupuk menuju pasar tengah apabila truk angkutan tidak dapat memasuki pasar tengah.

Penaburan pupuk di Teluk Siak Estate menggunakan sistem setengah lingkaran yang ditebar di tepi piringan atau di bawah potongan pelepah. Pemupukan dengan bentuk setengah lingkaran di tepi piringan dilakukan karena akar sudah menyebar di pinggir piringan. Kondisi lahan yang tanamannya akan dipupuk harus tidak tergenang dan tidak ada gulma yang tumbuh di piringan.

Setiap penabur pupuk harus menggunakan sarung tangan dan takaran untuk menghindari kontak langsung bahan kimia yang terkandung dalam pupuk dengan kulit. Jangka waktu antara pemupukan satu dengan yang lainnya dalam satu blok minimal tiga minggu. Kegiatan pemupukan tidak boleh bersamaan dengan kegiatan panen dalam satu blok yang sama untuk menghindari kontaminasi tandan buah segar. Jarak waktu antara panen dan pemupukan dalam satu blok sekitar tiga hari setelah pemupukan. Prestasi kerja karyawan pemupuk minimal 450 kg. Mandor pemupukan bertanggung jawab dalam membagi jumlah pupuk kepada setiap karyawan. Pekerjaan pemupukan di Divisi III Teluk Siak Estate dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pemupukan Manual Muriate of Photash (MOP) dengan Metode Setengah Lingkaran di Divisi III Teluk Siak Estate

Dosis pupuk yang diaplikasikan di Divisi III Teluk Siak Estate disesuaikan dengan rekomendasi dari Minamas Reseacrh Centre (MRC). Pada tahun 2011-2012 aplikasi pupuk Urea dan Muriate of Photash (MOP) dilakukan sebanyak 2 kali/tahun, sedangkan aplikasi pupuk Rock Phosphate (RP), Kieserite, HGFB, CuSO4, ZnSO4, dan Dolomite yang diaplikasikan satu kali dalam setahun. Dosis pupuk yang diaplikasikan di Divisi III Teluk Siak Estate dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit di Divisi III Teluk Siak Esate

TT Apl Urea RP MOP Kieserite HGFB CuSO4 ZnSO4 Dolomite ...(kg/pohon/apl)... 1996 1 1 1.56 1.5 0.77 0.1 0.035 0.033 0.7 2 1 0 1.25 0 0 0 0 0 1997 1 1.02 1.43 1.5 1.75 0.1 0.009 0.009 0 2 1 0 1.27 0 0 0 0 0 1998 1 1.25 1.54 1.5 1.37 0.1 0.17 0.102 0.27 2 1 0 1.5 0 0 0 0 0 1999 1 1.15 1.6 1.5 0 0.1 0.06 0.06 1.25 2 1 0 1.4 0 0 0 0 0 2000 1 1 1 1.5 0 0.1 0.14 0.14 1.25 2 1 0 1.25 0 0 0 0 0 2001 1 1.15 1.59 1.5 0.77 0.12 0.143 0.099 0.7 2 1 0 1.4 0 0 0 0 0 2003 1 1.25 1 1.5 0 0.11 0.087 0.087 1.25 2 1 0 1.4 0 0 0 0 0 2004 1 1.25 1.94 1.5 0 0.12 0.141 0.234 1.25 2 1 0 1.5 0 0 0 0 0

Sumber: Minamas Reseacrh Centre (2012) Keterangan : TT = Tahun Tanam ; Apl = Aplikasi

Pupuk Urea, MOP, Kieserite, Dolomite dan RP merupakan jenis pupuk makro yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak. Sedangkan pupuk HGFB,

CuSO4, dan ZnSO4 merupakan jenis pupuk mikro yang dibutuhkan dalam jumlah

sedikit. Fungsi dan kandungan setiap pupuk dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Fungsi Pupuk terhadap Tanaman Kelapa Sawit

Pupuk Kandungan % Fungsi

Urea N 45-46 Pertumbuhan vegetatif batang

dan daun.

RP P2O5 29.73 Mempercepat pertumbuhan akar.

MOP K2O 60 Memperkokoh organ tanaman.

Kieserite Mg 27 Pembentukan bunga dan buah

HGFB B 46-47 Pembentukan bunga dan buah

CuSO4 Cu Berperan dalam pembentukan

klorofil

ZnSO4 Zn Berperan dalam pembentukan

klorofil

Dolomite Mg 18-22 Unsur pembentuk klorofil

Sensus Ulat Api

Salah satu tantangan dalam kegiatan budidaya tanaman adalah serangan hama dan penyakit yang dapat menimbulkan kerugian sesuai pada tingkat serangannya. Pencegahan dan pengendalian hama penyakit perlu dilakukan secara rutin agar dapat dilakukan penanganan lebih lanjut bila ditemukan serangan pada tingkat tertentu. Tindakan pengamatan rutin akan menyebabkan kenaikan biaya upah, tetapi pada akhirnya tindakan tersebut memungkinkan untuk menghemat biaya pengendalian dan mempertahankan produksi.

Kegiatan pencegahan serangan ulat api di Teluk Siak Estate dilakukan dengan sensus ulat api untuk mengukur tingkat serangan di blok tertentu. Ulat api adalah jenis hama yang dapat menyebabkan terjadinya defoliasi atau kehilangan daun tanaman yang dapat berdampak terhadap penurunan produksi kelapa sawit. Spesies ulat api yang ditemukan penulis pada 32 sampel pohon yang diperoleh diantaranya seekor Darna trima dan dua ekor Thosea vetusta. Spesies Darna trima memiliki ciri berwarna coklat muda, sedangkan Thosea vetusta memliki ciri tubuh berwarna hijau keputih-putihan.

Pengambilan pohon sampel pada sensus ulat api adalah dengan cara interval 10 baris tanaman (1,11,21,...,n). Dalam baris tanaman diambil pohon dengan interval 10 tanaman (1,11,21,...,n). Kegiatan sensus tersebut menggunakan tiga tenaga kerja, yaitu satu orang sebagai pemotong pelepah dan dua orang sebagai pencari dan pencatat jumlah ulat dan kepompong. Pelepah yang diambil adalah pelepah yang paling parah terserang ulat api. Apabila dalam satu pelepah ditemukan jumlah ulat api lebih dari 50 ekor, maka perhitungan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

a. Jika jumlah ulat/larva diperkirakan 50 ekor/pelepah, maka perhitungan langsung dilakukan pada satu pelepah.

b. Jika jumlah ulat/larva diperkirakan 50-100 ekor/pelepah, maka perhitungan hanya dilakukan pada satu sisi pelepah saja lalu hasilnya dikalikan dua.

c. Jika jumlah ulat/larva diperkirangan lebih dari 100 ekor/pelepah, maka perhitungan dilakukan pada anak daunnya dengan selang 10 daun dan hasilnya dikalikan 10.

Hasil sensus ulat api yang dilakukan penulis hanya ditemukan tiga ulat api pada 32 pohon sampel. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat serangan ulat api tidak mencapai batas kritis ringan, yaitu sebesar 1-20 ekor/pelepah untuk Darna trima dan 1-10 ekor/pelepah untuk Thosea vetusta. Dampak serangan ulat api dapat menurunkan produksi kelapa sawit sesuai tingkat serangannya yang tertera pada Tabel 8.

Tabel 8. Penurunan Produksi Berdasarkan Tingkat Serangan Ulat Api

Defoliasi Penurunan Produksi

Tahun I Tahun II ...(%)... 100 70 93 50 40 78 25 8 29 12 5 11

Sumber: Kantor Besar Teluk Siak Estate (2012)

Pengendalian ulat api dapat dilakukan secara biologi dan kimia. Secara biologi, ulat api dapat dikendalikan dengan cara memberikan agen biologi seperti cendawan Cordyceps agar dapat menginfeksi ulat api. Selain itu, predator alami ulat api seperti Sycanus sp dan Eocanthecona furcellata dapat diaplikasikan untuk mengendalikan ulat api. Di Divisi III Teluk Siak Estate dilakukan penanaman beneficial plant yang bermanfaat sebagai tempat inang predator ulat api. Jenis tanaman beneficial plant yang dibudidayakan di Teluk Siak Estate yaitu ada Turnera subulata, Antigonon leptopus, dan Cassia cobanensis. Tanaman tersebut dapat memberikan cadangan makanan dalam bentuk nektar kepada predator alami ulat api. Beneficial plant yang ditanam dapat dilihat pada Gambar 3.

Cassia cobanensis (kiri), Turnera subulata (tengah), Antigonon leptopus (kanan). Gambar 3. Beneficial Plant yang ditanam di Teluk Siak Estate

Secara kimia, pengendalian ulat api dilakukan dengan cara pengasapan atau fogging. Insektisida yang digunakan adalah Decis dengan kandungan bahan aktif

Deltamethrin 25 g/l. Konsentrasi larutan yang digunakan adalah 0.1% yang dilarutkan pada bahan bakar solar untuk menghasilkan asap. Setiap tim fogging terdiri atas empat orang yang bertugas pada malam hari. Pemilihan waktu malam hari dengan pertimbangan keadaan angin yang tenang sehingga asap dapat optimal penyebarannya. Selama penulis melakukan magang, kegiatan fogging tidak dilakukan di Divisi III karena tingkat serangan yang masih di bawah batas kritis yang merugikan.

Leaf Sampling Unit

Leaf sampling unit (LSU) adalah pengambilan contoh daun untuk dianalisis guna menentukan jenis dan dosis rekomendasi pupuk secara tepat selama satu tahun ke depan. Pengambilan contoh daun dilakukan satu tahun sekali pada bulan Maret 2012. Pengambilan contoh daun dilakukan mulai pukul 07.00 hingga pukul 12.00 WIB. Daun contoh yang diperoleh harus segera dikirim ke Minamas Research Centre (MRC) pada hari itu juga sebelum pukul 16.00 WIB. Apabila pada pagi hari terjadi hujan, maka kegiatan LSU ditunda sampai besok. Curah hujan < 20 mm atau dalam keadaan gerimis kegiatan LSU masih bisa dilakukan apabila jangka waktu pengumpulan sampel sudah mendesak. Di blok yang akan dilakukan LSU minimal tidak hujan selama 12 jam sebelumnya. Setiap divisi mempunyai 3-4 tim LSU yang setiap timnya terdiri atas 3 orang.

Pengambilan contoh daun tidak boleh dilakukan asal-asalan karena akan mempengaruhi hasil analisis. Baris dan pohon yang dipilih disesuaikan dengan sistem yang ditentukan oleh MRC. Contoh pengambilan daun dengan menggunakan sistem 10 x 7 = 30, artinya baris sampel ditentukan setiap selang tujuh baris tanaman dan tanaman sampel dalam baris ditentukan setiap selang 10 tanaman. Jumlah sampel dalam satu blok berjumlah 30 tanaman. Pelepah pada pohon yang dijadikan sampel adalah pelepah ke 17. Pelepah dipotong pada batas 1 m dari pangkal. Setelah pelepah diturunkan, dicari titik paku sebagai penanda bagian tengah pelepah. Titik paku ditandai dengan permukaan tulang pelepah atas yang meruncing atau membenjol. Apabila titik tengah pelepah sudah ditemukan, daun dipotong tiga bagian pada bagian kiri dan kanan. Proses pemotongan anak daun dapat dilihat pada Gambar 4. Daun yang nantinya dijadikan sampel adalah

bagian tengah dari keenam anak daun dengan panjang 20 cm. Potongan daun tersebut selanjutnya dibagi dua bagian. Daun bagian kanan dimasukkan ke dalam plastik putih dan bagian kiri dimasukkan ke dalam plastik hitam. Ada beberapa persyaratan dalam memilih pohon sampel, yaitu:

a. Pohon yang berada di pinggir jalan, bergeser dua pohon berlawanan jalan. b. Pohon yang bersebelahan parit alam dan bangunan, bergeser satu pohon. c. Pohon steril/terserang penyakit bergeser satu pohon.

d. Pohon abnormal bergeser satu pohon.

e. Pohon titik sampel harus sesuai mata lima (kecuali terasan).

Gambar 4. Pengambilan Sampel Daun Leaf Sampling Unit

Penandaan dan penomoran adalah syarat yang tidak boleh terlewatkan agar mempermudah pengecekan oleh tim supervisi. Petugas yang berperan memberikan tanda tidak diperbolehkan menyentuh sampel daun agar sampel tidak terkontaminasi oleh cat. Tanda untuk kegiatan LSU terdapat pada Tabel 9.

Tabel 9. Simbol Penandaan Kegiatan Leaf Sampling Unit

Tanda Keterangan

↑ =

Tanda masuk baris pertama

↑ Tanda masuk baris

→ Tanda pindah baris sesuai arah pindahnya

↓ =

Tanda baris penutup 1

=

Nomor awal titik sampel N

=

Nomor titik sampel selanjutnya (n=2,3,...,n) 30

=

Nomor titik sampel terakhir

Blok yang akan dilakukan LSU diberi tanda pada pohon di titik pertemuan barat dan selatan. Titik sampel pertama adalah pohon yang terletak pada baris ketiga dan pohon ketiga dalam barisan. Baris yang menjadi baris sampel diberi tanda panah dengan arah ke atas dan ketika bergeser ke baris berikutnya diberi tanda panah ke samping pada pohon terakhir dalam baris. Di baris terakhir diberi tanda penutup dengan tanda panah ke arah bawah. Pada pohon sampel diberi penomoran sesuai nomor urut pengamatan.

Penunasan

Penunasan adalah salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit dengan membuang pelepah tidak produktif sehingga pelepah produktif lebih optimal untuk menghasilkan produksi yang maksimal. Hasil fotosintesis dari jumlah pelepah produktif menjadi sumber dalam pembentukan minyak kelapa sawit. Penunasan bertujuan untuk memudahkan pekerjaan pemotongan tandan buah segar (TBS), menghindari tersangkutnya brondolan di ketiak pelepah, mempermudah dalam pengamatan buah ketika sensus produksi, dan menciptakan lingkungan yang tidak sesuai dengan perkembangan hama dan penyakit. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penunasan adalah jangan sampai terjadi penunasan pelepah yang berlebihan (over prunning) atau penunasan pelepah yang terlambat (under prunning). Over prunning adalah terbuangnya pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi karena berkurangnya areal fotosintesis.

Jenis-jenis penunasan kelapa sawit meliputi penunasan pasir, penunasan selektif, penunasan periodik, dan penunasan progresif. Penunasan pasir dilakukan selama masa TBM hingga enam bulan sebelum panen pertama. Prinsip penunasan pasir adalah hanya membuang pelepah yang kering. Penunasan selektif dilakukan pada tanaman yang berumur 3-4 tahun (TM) dengan tujuan mempersiapkan tanaman untuk dipanen. Suatu blok tanaman dapat ditunas secara selektif apabila sudah terdapat tandan buah minimal 40% dari populasi tanaman pada blok. Jumlah pelepah yang dipertahankan sebanyak 56 pelepah. Batas tunas yang digunakan adalah tiga pelepah di bawah buah terendah atau yang dikenal dengan sebutan songgo tiga. Tanaman yang telah memasuki umur lebih dari empat tahun

maka dilakukan tunas periodik dengan rotasi sembilan bulan sekali. Jumlah songgo yang dipertahankan sebanyak tiga pelepah di bawah buah terendah.

Di Teluk Siak Estate telah memasuki jenis penunasan progresif. Jenis penunasan tersebut dilakukan secara bersamaan dengan pemanenan tandan buah segar kelapa sawit. Perubahan penunasan periodik menjadi penunasan progresif bertujuan untuk mengintegrasikan pelaksanaan panen dengan menggunakan blok harvesting system dengan pemeliharaan tunas pohon oleh pemanen itu sendiri. Penambahan tugas bagi tenaga pemanen akan diberikan premi sebesar Rp 900,00/pohon yang akan dibagikan empat bulan sekali dalam setahun. Mandor panen bertanggung jawab terhadap jumlah tanaman yang telah ditunas oleh pemanen. Administrasi penunasan dicatat dalam formulir pembayaran premi tunas progresif. Hasil pengamatan penulis terhadap mutu penunasan di Divisi III Teluk Siak Estate tercantum dalam Tabel 10.

Tabel 10. Persentase Hasil Pengamatan Mutu Penunasan

Kemandoran No. Pemanen Pelepah

Sengkleh Over Prunning Under Prunning ...(%)... I 5 0 0 0 11 1 0 1 8 1 4 0 II 27 3 1 3 31 2 1 5 32 1 0 1 III 51 3 2 1 52 1 0 4 50 2 1 4 Rata-rata (%) 1.6 1 2.1

Sumber: Pengamatan Penulis (2012)

Hasil pengamatan mutu penunasan tersebut diambil dari 100 tanaman contoh pada setiap hancak pemanen. Setiap kemandoran panen dipilih tiga orang pemanen secara acak. Hasil pengamatan menunjukkan masih terdapat beberapa pelepah sengkleh, over prunning, dan under prunning. Sebagian besar, pelepah sengkleh dan under prunning terdapat pada lahan gambut yang masih terdapat banyak gulma sehingga mempersulit pemanen dalam melakukan penunasan progresif. Denda akan diberikan terhadap pemanen sejumlah Rp. 1 000,00/pohon

untuk tanaman yang over prunning dan under prunning dan Rp. 1 000,00/pelepah untuk pelepah sengkleh. Pengoptimalan kegiatan pengendalian gulma perlu dilakukan sehingga pengawasan terhadap pemanen dapat lebih optimal.

Pembuatan Pasar Pikul Mekanis

Akses jalan menjadi salah satu faktor penting dalam kegiatan pemanenan kelapa sawit. Pasar pikul atau gawangan hidup merupakan salah satu jalan untuk memindahkan TBS yang sudah dipanen menuju tempat penampungan hasil. Kondisi jalan pun perlu dibuat sebaik mungkin agar memudahkan pemanen dan pengawasan oleh supervisi.

Di Teluk Siak Estate pasar pikul di beberapa blok tanah gambut dibuat secara mekanis. Pembuatan pasar pikul tersebut untuk mengatasi permasalahan lahan gambut yang bertekstur lunak bersemak-semak dan terdapat banyak kayu. Alat yang digunakan untuk membuat pasar pikul mekanis adalah excavator mini (Hyundai 55-7) untuk meminimalkan tingkat kerusakan yang bisa ditimbulkan. Excavator tersebut dijalankan oleh seorang operator dan diawasi oleh seorang mandor. Permukaan pasar pikul ditinggikan dengan cara menimbun tanah yang

Dokumen terkait