• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PEMANENAN DAN PENANGANAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN PEMANENAN DAN PENANGANAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI TELUK

SIAK ESTATE PT ANEKA INTIPERSADA, MINAMAS

PLANTATION, SIAK, RIAU

RENE UGROSENO

A24080085

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(2)

PASCA PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis

Jacq.) DI TELUK SIAK ESTATE PT ANEKA

INTIPERSADA, MINAMAS PLANTATION, SIAK,

RIAU

Nama

: RENE UGROSENO

NIM

: A24080085

Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr Ir Ade Wachjar, MS NIP. 19550109 198003 1 008 Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr NIP 19611101 198703 1003

(3)

Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Siak, Riau

Harvesting Management and Post Harvest Handling Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Teluk Siak Estate, Minamas Plantation, Siak, Riau

Rene Ugroseno1, Ade Wachjar2

1

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

2

Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

Abstract

The apprentice was conducted in Teluk Siak Estate, PT Aneka Intipersada, Riau from February until May 2012. The purpose of the apprentice generally was to developed intern’s knowledge and work experience in palm oil plantation. The main purposes were to learn the management of harvesting and post harvest handling of oil palm to obtain a quality crude palm oil (CPO). Crop density in Teluk Siak Estate tend to be rather low, so not much fruits can be harvested. The percentage density of crop ranging from 12% until 19%. Flooding and losses fruits is still the cause of the production is not optimal. The percentage of unripe fruit was 0% (standard 0%), under ripe fruit was 4.02% (standard < 5%), ripe fruit was 95.98% (standard > 95%), and empty bunch was 0% (standard 0%). Harvesting of unripe fruits will reduce oil extraction rate (OER) value, and over ripe fruits will be increase to free fatty acid (FFA) value.

(4)

RENE UGROSENO. Manajemen Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Siak, Riau. (Dibimbing oleh ADE WACHJAR)

Tujuan kegiatan magang adalah untuk meningkatkan pengetahuan, melatih keterampilan penulis dan memperoleh pengalaman bekerja langsung di kebun kelapa sawit. Selain itu, kegiatan magang bertujuan untuk mempelajari manajemen pemanenan yang baik untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas yang baik. Kegiatan magang dilaksanakan di Teluk Siak Estate, PT Aneka Intipersada Minamas Plantation, Riau mulai bulan Februari hingga Mei 2012.

Selama magang, penulis melaksanakan seluruh pekerjaan teknis lapangan dan pekerjaan manajerial pada seluruh level manajemen. Pekerjaan teknis lapangan yang dilaksanakan meliputi pengendalian gulma di piringan, pembongkaran tumbuhan pengganggu, leaf sampling unit, pemupukan, sensus ulat api, perawatan jalan, peat leveling, dan pemanenan tandan buah segar (TBS). Pekerjaan manajerial meliputi pekerjaan - pekerjaan yang dilakukan mandor dan asisten divisi.

Sistem panen di Teluk Siak Estate menggunakan sistem block harvesting system (BHS), yaitu sistem panen yang terkonsentrasi pada satu seksi panen setiap hari. Sistem BHS didukung dengan metode hancak tetap dalam aplikasi pemanenannya sehingga setiap hari para pemanen sudah memiliki hancak masing-masing. Seorang mandor panen setiap hari melakukan pemeriksaan angka kerapatan panen pada areal yang akan dipanen besok untuk memperkirakan tonase (taksasi panen) TBS yang akan diperoleh. Hasil taksasi tersebut akan menentukan kebutuhan tenaga panen harian dan transportasi pengangkut TBS. Kebutuhan tenaga pemanen secara kuantitas sudah terpenuhi, akan tetapi dari kualitas tenaga pemanen perlu ditingkatkan.

Keberhasilan kebun dalam mengelola tanaman diukur dari produksi yang dihasilkan. Selama bulan November - Maret 2012 Divisi III tidak dapat mencapai budget produksi karena beberapa areal yang tergenang akibat curah hujan cukup

(5)

pintu air sebagai sistem drainase pada lahan rendahan dan pembuatan pasar pikul mekanis untuk mempermudah pemanen dalam melakukan kegiatan potong buah dan pengangkutan TBS. Secara umum, rotasi divisi III masih normal dan terkendali kecuali pada areal tergenang.

Kriteria matang panen merupakan parameter dalam menentukan tingkat kematangan buah sehingga dapat diketahui kelayakan buah tersebut untuk dipanen. Hasil pengamatan mutu buah yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa persentase mutu buah panen sudah sesuai dengan standar perusahaan tetapi persentase tersebut masih belum sesuai dengan target Strategic Operating Unit (SOU 16) PT Aneka Intipersada dengan standar lebih dari 97% buah matang. Strategic operating unit (SOU 16) merupakan wadah diskusi yang dilakukan oleh seluruh staf PT Aneka Intipersada dalam menentukan strategi dan target bulanan dan tahunan untuk meningkatkan hasil produksi yang berkualitas. Pemeriksaan kandungan oil extraction rate (OER), kernel extraction rate (KER), dan free fatty acid (FFA) dilakukan di Teluk Siak Factory. Berdasarkan pengamatan pada kegiatan sounding, FFA crude palm oil (CPO) yang diperoleh Teluk Siak Factory sudah sesuai standar perusahaan.

(6)

PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI TELUK

SIAK ESTATE PT ANEKA INTIPERSADA, MINAMAS

PLANTATION, SIAK, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Rene Ugroseno

A24080085

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(7)

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Manajemen Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Siak, Riau dapat terselesaikan dengan baik.

Pemilihan aspek pemanenan kelapa sawit dilatarbelakangi oleh pentingnya manajemen pemanenan yang akan berpengaruh terhadap perolehan mutu minyak kelapa sawit yang akan dihasilkan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program Sarjana Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis yang telah mengajarkan arti kehidupan hingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan sarjana ini.

2. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS yang tidak pernah letih membimbing dan memberikan saran kepada penulis.

3. Bapak Dr Ir Hariyadi, MS dan Ibu Dr Ir Ni Made Armini Wiendi, MS sebagai dosen penguji tugas akhir penulis.

4. Bapak Dr Ir Winarso D Widodo, MS atas bimbingannya sebagai pembimbing akademik penulis selama menjalani proses perkuliahan.

5. Bapak Ir H Syahril. AS, MBA sebagai senior manager Teluk Siak Estate yang telah menerima penulis untuk melaksanakan kegiatan magang.

6. Senior assistant Divisi III TSE dan seluruh karyawan Teluk Siak Estate yang telah membimbing dan membantu penulis selama proses kegiatan magang.

Penulis berharap bahwa skripsi ini bisa bermanfaat bagi seluruh pihak terutama bagi perusahaan tempat magang dilaksanakan.

Bogor, November 2012

(8)

Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara yang dilahirkan di Desa Sukamandijaya Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang, pada tanggal 9 Juli 1990. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD 2 Sukamandi dan dilanjutkan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama di SLTP N 1 Ciasem. Penulis adalah lulusan dari SMA Negeri 1 Ciasem pada tahun 2008 dan berhasil masuk IPB di Departemen Agronomi dan Hortikultura melalui jalur USMI. Selama menjalani perkuliahan di Institut Pertanian Bogor penulis tidak hanya aktif dalam bangku perkuliahan melainkan aktif juga di dua organisasi dan di beberapa kepanitiaan besar.

Pada tahun 2009 penulis mulai aktif di Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian dan langsung menduduki posisi sebagai Kepala Departemen Pertanian. Pada periode selanjutnya tahun 2010, penulis aktif di Organisasi Forum Komunikasi Rohis Departemen (FKRD). Selain itu, penulis juga aktif di beberapa kegiatan kepanitiaan seperti Gebyar Pertanian 2010, Organik 46, Festa 32, dan Saung Tani 46. Dalam bidang sosial juga penulis pernah ikut dalam kegiatan IPB Goes to Field untuk ikut membantu masyarakat Gunung Merapi pasca erupsi. Pada pelaksanaan magang penulis pernah menjadi panitia persiapan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) PT Aneka Intipersada. Pada tahun 2012 penulis juga tercatat sebagai penerima beasiswa dari Minamas Plantation.

(9)

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit ... 3

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ... 3

Morfologi Kelapa Sawit ... 4

Perkembangan Bunga – Buah Matang ... 5

Perkembangbiakan Kelapa Sawit ... 6

Persiapan Panen ... 7

Pengaruh Kematangan TBS terhadap Mutu CPO ... 7

METODE MAGANG ... 9

Tempat dan Waktu ... 9

Metode Pelaksanaan ... 9

Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 9

Analisis Data dan Informasi ... 11

KEADAAN UMUM ... 12

Letak Wilayah Administrasi ... 12

Keadaan Iklim dan Tanah ... 12

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 13

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 13

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 15

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 17

Pengendalian Gulma ... 17

Pemupukan ... 19

Sensus Ulat Api ... 23

Leaf Sampling Unit ... 25

Penunasan ... 27

Pembuatan Pasar Pikul Mekanis ... 29

Peat Leveling ... 30

Pemanenan Kelapa Sawit ... 31

(10)

PEMBAHASAN ... 48

Manajemen Panen Teluk Siak Estate ... 48

Optimalisasi Produksi ... 49

Kebutuhan Tenaga Pemanen ... 51

Kualitas Mutu Buah Panen ... 53

Kerapatan dan Rotasi Panen ... 54

KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

Kesimpulan ... 56

Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(11)

Nomor Halaman

1. Standar Kualitas Kandungan CPO Bermutu yang Dipasarkan ... 7

2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit per Hektar di Divisi III Teluk Siak Estate ... 14

3. Produksi TBS di Teluk Siak Estate Tahun 2006-2011 ... 14

4. Perbandingan Produksi, Jumlah Pemanen, Rotasi, dan Curah Hujan di Bulan November – Maret 2012 ... 15

5. Jumlah Karyawan Staf dan Non Staf di Teluk Siak Estate ... 16

6. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit di Divsi III Teluk Siak Estate ... 22

7. Fungsi Pupuk terhadap Tanaman Kelapa Sawit... 22

8. Penurunan Produksi Berdasarkan Tingkat Serangan Ulat Api ... 24

9. Simbol Penandaan Kegiatan Leaf Sampling Unit ... 26

10. Persentase Hasil Pengamatan Mutu Penunasan ... 28

11. Luas Areal Kebun Kelapa Sawit yang Tergenang di Divisi III ... 32

12. Hasil Pengamatan Kebutuhan Tenaga Pemanen Harian di Divisi III Teluk Siak Estate ... 33

13. Luas Seksi Panen di Divisi III Teluk Siak Estate pada Bulan Februari – Mei 2012 ... 34

14. Kriteria Mutu Buah di Teluk Siak Estate ... 36

15. Pengamatan Mutu Buah Pemanen ... 37

16. Hasil Pemeriksaan Mutu CPO Bulan Maret 2012 di Teluk Siak Factory ... 37

17. Angka Kerapatan Panen Berdasarkan Tahun Tanam di Divisi III Teluk Siak Estate pada Bulan Februari-Mei 2012 ... 38

18. Angka Kerapatan Panen Berdasarkan Jenis Tanah di Divisi III pada Bulan Februari-Mei 2012. ... 39

19. Hasil Pemeriksaan Mutu Hancak Pemanen Bulan Februari – Mei 2012 ... 40

20. Perhitungan Premi Pemanen di Teluk Siak Estate Tahun 2012 ... 41

21. Potensi Bahaya dalam Pelaksanaan Panen Kelapa Sawit ... 44

22. Persentase Pemakaian APD Panen Kelapa Sawit Bulan Februari - Mei 2012. ... 44

(12)

Nomor Halaman 1. Pengendalian Gulma Tanaman Kelapa Sawit di Divisi III

Teluk Siak Estate... 19

2. Pemupukan Manual Muriate of Photash (MOP) dengan Metode Setengah Lingkaran di Divisi III Teluk Siak Estate... 21

3. Beneficial Plant yang ditanam di Teluk Siak Estate ... 24

4. Pengambilan Sampel Daun Leaf Sampling Unit ... 26

5. Proses Pembuatan Pasar Pikul Mekanis ... 30

6. Proses Pengeboran Gambut pada Kegiatan Peat Leveling di Divisi III Teluk Siak Estate ... 30

7. Proses Pengawasan Panen TBS di Divisi III Teluk Siak Estate ... 32

8. Beberapa Karakter TBS di Divisi III Teluk Siak Estate ... 36

9. Prasarana Jalan di Divisi III Teluk Siak Estate ... 43

10. Hasil Akhir Pembuatan Pasar Pikul Mekanis dan Silt Pit di Divisi III Teluk Siak Estate ... 50

(13)

Nomor Halaman 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas

di Divisi III Teluk Siak Estate ... 60

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di Divisi III Teluk Siak Estate ... 61

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di Divisi III Teluk Siak Estate ... 62

4. Peta Areal Teluk Siak Estate 2012 ... 65

5. Curah Hujan di Teluk Siak Estate Tahun 2002-2012 ... 66

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian andalan Indonesia dalam menghasilkan devisa bagi negara. Saat ini Indonesia menjadi penghasil minyak kelapa sawit utama di dunia. Alam Indonesia yang beriklim tropis dan wilayah yang mendukung merupakan potensi besar negara Indonesia sebagai produsen kelapa sawit dunia. Kebutuhan minyak nabati pun dari tahun ke tahun mengalami peningkatan baik dari pasar domestik maupun pasar luar negeri. Perkembangan ekspor minyak kelapa sawit dari tahun ke tahun masih menunjukkan peningkatan dan memberikan peluang bisnis yang cerah pada masa yang akan datang. Pangsa ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 21.1% dari ekspor minyak sawit dunia (Abidin, 2008).

Banyak produk yang dihasilkan dari hasil pengolahan minyak kelapa sawit. Salah satu manfaat utama kelapa sawit adalah penghasil minyak nabati atau yang biasa disebut palm oil. Minyak yang berasal dari kelapa sawit ada dua macam yaitu dari daging buah (mesocarp) yang dikeluarkan melalui perebusan dan pemerasan yang dikenal sebagai minyak kasar atau crude palm oil (CPO) dan minyak yang berasal dari inti sawit dikenal sebagai minyak inti sawit atau palm kernel oil (Lubis, 1992).

Minyak kelapa sawit merupakan bahan baku yang digunakan untuk kelompok industri antara dan kelompok industri hilir. Kelompok industri antara merupakan industri yang mengolah minyak sawit menjadi bahan setengah jadi seperti olein, stearin, oleokimia dasar (fatty acid, fatty alcohol, fatty amines, methyl ester, glycerol). Produk dari industri antara berupa bahan setengah jadi dapat digunakan industri hilir minyak kelapa sawit untuk dibuat produk pangan seperti mentega, sabun, lilin, dan terutama untuk produk minyak makan. Selain itu, minyak kelapa sawit juga digunakan dalam produk non pangan untuk industri baja, kawat, radio, tekstil, bahan perekat, industri farmasi dan kosmetik. Minyak kelapa sawit juga mempunyai potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku utama produksi bio-diesel (Departemen Perindustrian, 2007).

(15)

Produksi CPO Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Menurut Badan Pusat Statistik (2009), pada tahun 2003 luas lahan sawit Indonesia tercatat seluas 5.28 juta ha dengan total produksi CPO sekitar 17.3 juta ton. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan luas lahan menjadi 7.3 juta ha dengan produksi CPO mencapai 19.40 juta ton. Besarnya produksi kelapa sawit sangat bergantung pada berbagai faktor, diantaranya jenis tanah, jenis bibit, iklim, dan teknologi yang diterapkan. Dalam keadaan yang optimal, produktivitas kelapa sawit dapat mencapai 20-25 ton/ha/tahun atau sekitar 4-5 ton minyak sawit (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008).

Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Permasalahan dalam pengelolaan panen adalah tandan buah segar (TBS) kelapa sawit harus dipanen tepat waktu dengan tingkat kematangan yang cukup dan harus segera dilakukan pengangkutan menuju pabrik. Waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Waktu panen yang tepat akan memperoleh kandungan minyak yang maksimal, tetapi pemanenan buah terlalu matang akan meningkatkan asam lemak bebas (ALB), sehingga dapat merugikan karena sebagian kandungan minyak akan berubah menjadi ALB dan menurunkan mutu minyak. Sebaliknya, pemanenan buah yang masih mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALBnya rendah (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008). Tandan buah segar yang berkualitas adalah sesuai dengan kriteria panen dan TBS yang optimal secara kuantitas adalah tidak ada losses di lapangan. Oleh karena itu, kegiatan panen dan penanganan pasca panen menjadi titik kritis yang sangat penting dalam budidaya kelapa sawit. Titik kritis tersebut menentukan hasil dan kualitas minyak kelapa sawit yang akan diperoleh.

Tujuan

Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, melatih keterampilan penulis dan memperoleh pengalaman bekerja langsung di kebun kelapa sawit. Selain itu, kegiatan magang bertujuan untuk mempelajari manajemen pemanenan dan penanganan pasca panen kelapa sawit yang baik untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas yang baik.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit

Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke konsumen. Manajemen adalah suatu proses kegiatan usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui kerjasama dengan orang lain. Sedangkan organisasi menurut (Sumardjo, 2010) adalah suatu kumpulan individu yang bersama-sama menjadi suatu sistem, melalui suatu hierarkhi jabatan dan pembagian kerja untuk berusaha mencapai tujuan tertentu. Apabila manajemen suatu perusahaan baik, tetapi organisasinya tidak baik, maka keadaan perusahaan tersebut tidak akan sukses. Sebaliknya, jika organisasi baik tetapi manajemen jelek, maka akan timbul mis-manajemen. Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari sembilan unsur manajemen, yang meliputi pengelolaan sumberdaya manusia, pengelolaan modal, pengelolaan barang dan bahan, pengelolaan mesin-mesin, pengelolaan teknis lapangan, pengelolaan peluang pasar, pengelolaan waktu, pengelolaan sumberdaya alam, dan pengelolaan fakta menjadi data dan informasi (Risza, 2010).

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu 27 0C dengan

suhu maksimum 33 0C dan suhu minimum 22 0C sepanjang tahun. Curah hujan yang cocok untuk pertumbuhan kelapa sawit berkisar 1 250 – 3 000 mm dengan penyebaran merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari tiga bulan) dan curah hujan optimal berkisar 1 750 – 2 500 mm. Curah hujan kurang dari 1 250 mm dan jumlah bulan kering lebih dari 3 bulan merupakan faktor pembatas yang berat. Lama penyinaran matahari yang optimal adalah enam jam per hari dan kelembaban nisbi untuk kelapa sawit berkisar 50 – 90% (Sugiyono et al., 2003). Sinar matahari dapat mendorong pertumbuhan vegetatif, pembentukan bunga, dan produksi buah. Berkurangnya penyinaran matahari akan mengurangi proses asimilasi untuk memproduksi karbohidrat dan pembentukan bunga (sex

(17)

ratio) yang berakibat berkurangnya jumlah bunga betina. Selain itu, kelapa sawit yang kurang mendapatkan sinar matahari, pertumbuhannya akan tinggi, kurus, dan lemah, serta produksi daunnya sedikit (Risza, 2010).

Bentuk wilayah yang sesuai untuk kelapa sawit adalah datar sampai berombak yaitu wilayah dengan kemiringan lereng antara 0 – 8 %. Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung liat berdebu, lempung berliat dan lempung liat berpasir (Sugiyono et al., 2003).

Morfologi Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil berakar serabut. Jika aerasi cukup baik, akar tanaman kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 m di dalam tanah, sedangkan yang tumbuh ke samping dapat mencapai radius 16 m. Keadaan akar tersebut bergantung pada umur tanaman, sistem pemeliharaan, dan aerasi tanah. Di sekitar pangkal batang keluar akar-akar adventif yang menggantung. Jika sudah mencapai tanah, akar-akar adventif akan berubah menjadi akar biasa (Sastrosayono, 2003).

Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelepah kelapa sawit yang mengering akan terlepas sehingga

menjadi mirip dengan tanaman kelapa.Pada pertumbuhan awal setelah fase muda

(seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia. Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk yang di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun (Sunarko, 2007).

Bunga kelapa sawit termasuk berumah satu. Pada tanaman kelapa sawit terdapat bunga betina dan bunga jantan yang letaknya terpisah. Akan tetapi, seringkali terdapat pula tandan bunga betina yang mendukung bunga jantan (hermaprodit). Tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga yang pecah ketika bunga tersebut matang. Tandan bunga yang masak akan memiliki bau yang khas. Pada tanaman kelapa sawit muda, jumlah bunga jantan lebih sedikit dibandingkan dengan bunga betina, tetapi perbandingan tersebut akan berubah sesuai dengan bertambahnya umur tanaman. Bunga betina terletak dalam tandan

(18)

bunga yang muncul pada ketiak daun. Letak bunga betina dan bunga jantan pada satu pohon terpisah dan matangnya tidak bersamaan, sehingga tanaman kelapa sawit biasanya menyerbuk silang. Penyerbukan terjadi dengan bantuan angin atau oleh serangga.

Bunga betina setelah dibuahi akan berkembang menjadi buah. Pada satu buah terdapat susunan kulit buah (exocarp), daging buah (mesocarp), cangkang (endocarp), dan inti (kernel, endosperm). Lama proses pembentukan buah, dari saat terjadi penyerbukan sampai matang, dipengaruhi oleh keadaan iklim. Selama buah masih muda, yaitu umur 3-4 bulan, buah kelapa sawit masih berwarna ungu (sesuai dengan varietasnya). Setelah itu, warna kulit buah berubah dari ungu secara berangsur-angsur menjadi merah kekuning-kuningan (Setyamidjaja, 2006)

Perkembangan Bunga – Buah Matang

Tandan bunga terletak pada ketiak daun dan mulai muncul setelah tanaman berumur satu tahun di lapangan. Karena pada ketiak daun terdapat potensi untuk menghasilkan bakal bunga, maka semua faktor yang mempengaruhi pembentukan daun juga akan mempengaruhi potensi bakal bunga serta dapat juga mempengaruhi perkembangan bunga. Bakal bunga terbentuk sekitar 33-34 bulan sebelum bunga mekar (anthesis), sedangkan pemisahan bunga jantan dan betina terjadi sekitar 14 bulan sebelum anthesis (Breure dan Menendez, 1990). Penentuan jenis kelamin bunga merupakan proses penting dalam rasio seks kelapa sawit. Semakin tinggi rasio seks maka semakin banyak bunga betina, sehingga peluang untuk mendapatkan produktivitas tandan yang tinggi akan semakin besar. Akan tetapi, masih terdapat permasalahan kerawanan aborsi bunga betina ketika berkembang. Penyebab aborsi bunga betina adalah karbohidrat yang kurang untuk perkembangan bunga, kurangnya ketersediaan air, dan pengurangan daun yang terlalu banyak sehingga tanaman mengalami cekaman. Kerawanan aborsi bunga biasanya terjadi pada lima bulan sebelum bunga mekar (Corley, 1976).

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah pada umur 2.5 tahun setelah ditanam di lapang dan buahnya masak pada umur 5-6 bulan setelah penyerbukan. Buah yang telah matang akan lepas dari tandannya yang disebut dengan membrondol. Keadaan tersebut digunakan sebagai tanda kematangan buah. Tandan buah segar

(19)

(TBS) dipanen saat kematangan buah ditandai oleh sedikitnya 1 brondolan telah lepas/kg TBS untuk tandan yang beratnya lebih dari 10 kg dan 2 brondolan untuk tandan yang beratnya kurang dari 10 kg (Fauzi et al., 2007). Menurut Naibaho (1998) apabila dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang terjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol sehingga buah mulai lepas dari tandan.

Perkembangbiakan Kelapa Sawit

Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Tanaman tersebut memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi Dura, Psifera, dan Tenera. Dura merupakan kelapa sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah, tetapi biasanya tandan buahnya besar‐besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%. Adapun tipe Deli Dura adalah tipe Dura yang berasal dari Kebun Raya Bogor (Setyamidjaja, 2006). Psifera buahnya tidak memiliki cangkang tetapi bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera merupakan persilangan antara Dura dan Psifera. Jenis tersebut dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing‐masing induk dengan sifat cangkang buah tipis, tetapi bunga betinanya tetap fertil. Beberapa varietas Tenera unggul memiliki persentase daging 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28 persen.

Selain bahan tanam berbentuk benih, dewasa ini bahan tanam kelapa sawit dapat diperoleh dalam bentuk bibit atau klon hasil pembiakan secara kultur jaringan. Pembuatan bibit klon dengan sistem kultur jaringan menggunakan bahan pembiakan yang berasal dari tanaman hasil persilangan antara Deli Dura dan Psifera yang memiliki sifat-sifat unggul, yakni produksi tinggi, pertumbuhan vegetatif seragam, kualitas minyak baik, dan toleran terhadap hama dan penyakit. Kriteria pemilihan pohon induk yang akan digunakan sebagai sel-sel pembiakan atau ortet adalah menghasilkan produksi 7-9 ton minyak sawit/ha/tahun, kandungan asam lemak tidak jenuh di atas 54%, bebas penyakit tajuk, dan tinggi pohon berkisar antara 40-55 cm/tahun (Setyamidjaja, 2006).

(20)

Persiapan Panen

Panen merupakan kegiatan pemotongan TBS kelapa sawit yang meliputi pemotongan TBS dari pohon hingga diangkut menuju tempat penampungan hasil (TPH) dan pengangkutan TBS kelapa sawit dari TPH menuju loading ramp di pabrik. Dalam melakukan kegiatan panen diperlukan persiapan yang baik, meliputi penentuan kebutuhan tenaga kerja, penyediaan peralatan penunjang panen, transportasi pengangkutan hasil panen, pengetahuan kerapatan panen, dan persiapan sarana panen. Kebutuhan tenaga kerja panen dapat dipengaruhi oleh keadaan topografi lahan, kerapatan panen, dan umur tanaman. Peralatan yang digunakan oleh para pemanen terdiri atas egrek, dodos, gancu, dan angkong. Selain itu, pemanen juga perlu dibekali dengan alat pelindung diri, seperti helm, sepatu, dan sarung egrek. Pengoptimalan panen juga dipengaruhi dari persiapan sarana panen yang meliputi pengerasan jalan, pembuatan titi panen, pembuatan jalan pikul, dan pembuatan tempat penampungan hasil (Fadli et al., 2006).

Pengaruh Kematangan TBS terhadap Mutu CPO

Indikator kualitas dalam menilai keunggulan crude palm oil (CPO) adalah kandungan asam lemak bebas (ALB) di dalam minyak kelapa sawit. Selain ALB, spesifikasi mutu minyak kelapa sawit agar dapat dipasarkan tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Standar Kualitas Kandungan CPO Bermutu yang Dipasarkan

Parameter Standar (%)

Asam lemak bebas ≤ 3

Air ≤ 0.1

Kotoran ≤ 0.02

Bilangan peroksida (mek/kg) ≤ 5.0

Bilangan anisidine (mek/kg) ≤ 5.0

Deteoration of bleach ability index (DOBI) ≥ 2.5

Bilangan Iod ≥ 51

Fe (ppm) ≤ 5

Cu (ppm) ≤ 0.3

Sumber : Naibaho (1998)

Tandan buah segar mampu menghasilkan CPO dengan asam lemak bebas normal bila dipanen dengan keadaan tepat matang, tidak busuk atau terlalu

(21)

matang. Sebaliknya pemanenan buah yang masih mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALBnya rendah. Menurut Djohar et al. (2004) penyebab lain yang dapat meningkatkan kandungan asam lemak bebas, adalah suhu, waktu penyimpanan yang panjang, benturan atau buah yang luka, dan buah yang sudah busuk. Setiap kenaikan satu persen buah busuk akan meningkatkan 0.064% asam lemak bebas. Hal tersebut dinyatakan dalam hubungan persamaan linear sederhana (FFA = 2.605 + 0.064 × % buah busuk). Buah sawit yang busuk dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu panen yang terlambat sehingga buah busuk di pohon dan buah sudah dipanen tetapi tidak terangkut ke pabrik sehingga menginap di kebun (restan) dengan waktu lebih dari semalam. Selain di Kebun, kenaikan asam lemak bebas juga dapat terjadi di pabrik akibat tandan buah segar tidak segera dilakukan pengolahan. Minyak kelapa mengandung banyak enzim lipase aktif yang dapat merusak minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserol ketika struktur sel pada buah rusak. Di dalam buah minyak dilindungi dari enzim lipase di vakuola. Pengaruh suhu rendah dan penanganan teknis dapat memecahkan vakoula (Hartley, 1977). Enzim dapat dihentikan dengan cara pemanasan pada suhu yang dapat mendegradasi protein. Pada umumnya, enzim tidak aktif lagi pada suhu 50 0C sehingga perebusan pada suhu 120 0C akan menghentikan kegiatan enzim (Naibaho, 1998).

(22)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Teluk Siak Estate, PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, yang terletak di Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau, selama tiga bulan mulai dari bulan Februari sampai Mei 2012.

Metode Pelaksanaan

Metode yang dilakukan pada kegiatan magang adalah melaksanakan seluruh kegiatan yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan, baik aspek teknis di lapangan maupun aspek manajemen di tingkat divisi. Selama melakukan magang penulis melakukan pekerjaan dengan jenjang jabatan mulai dari karyawan harian lepas (KHL) selama tiga minggu, kemudian sebagai pendamping mandor selama tiga minggu, dan sebagai pendamping asisten selama enam minggu.

Kegiatan teknis yang dilakukan meliputi penyemprotan piringan, pembongkaran tumbuhan pengganggu, leaf sampling unit, pemupukan, sensus ulat api, perawatan jalan, peat leveling, dan pemanenan. Sedangkan kegiatan manajemen yang dilakukan penulis meliputi menjadi panitia persiapan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), mengikuti rapat bulanan Strategic Operating Unit (SOU 16), mengikuti kegiatan sounding di Teluk Siak Factory, melakukan perencanaan kerja harian dan bulanan, mempelajari manajerial tingkat divisi, dan membuat laporan harian asisten. Seluruh kegiatan yang dilakukan penulis tercantum pada Lampiran 1, 2, dan 3.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data dan informasi yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dan informasi primer dilakukan secara langsung melalui pengamatan di lapangan, wawancara atau diskusi dengan staf dan karyawan kebun. Aspek yang diamati di lapangan dipusatkan pada kegiatan panen, meliputi persiapan panen, pelaksanaan panen dan pasca panen. Persiapan

(23)

panen yang diamati meliputi sistem panen, kebutuhan jumlah tenaga kerja panen, angka kerapatan panen (AKP), dan ketersediaan sarana dan prasarana panen. Pelaksanaan panen yang diamati meliputi proses kegiatan panen, penggunaan alat pelindung diri (APD) oleh pemanen dan kriteria matang panen yang diperoleh pemanen. Sedangkan pasca panen yang diamati meliputi pemeriksaan kualitas mutu hancak panen pemanen. Berikut rincian pengumpulan data primer yang dilakukan oleh penulis:

1. Kebutuhan Tenaga Kerja Pemanen

Kebutuhan tenaga kerja pemanen dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara dengan mandor dan asisten kebun serta mengumpulkan data jumlah absensi tenaga pemanen di lokasi.

2. Angka Kerapatan Panen

Pengamatan angka kerapatan panen dilakukan pada tanaman dengan dua tahun tanam yang berbeda dan dua jens tanah yang berbeda. Setiap blok panen diamati sebanyak tiga kali ulangan. Setiap ulangan diambil tanaman contoh sebesar 5% dari jumlah populasi tiap blok. Perbandingan angka kerapatan panen diuji dengan uji t-student pada taraf 5 persen.

3. Pengamatan Mutu Buah Panen

Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati terhadap tiga orang pemanen dari tiga kemandoran terhadap mutu buah yang dihasilkan pemanen dan disesuaikan dengan standar kriteria matang panen perusahaan.

4. Penggunaan APD Pemanen

Pengamatan dilakukan dengan mengamati kelengkapan pemakaian alat pelindung diri seluruh pemanen dari tiga kemandoran. Wawancara terhadap mandor dan asisten kebun terkait keselamatan para pekerja.

5. Pengamatan Mutu Hancak Pemanen

Pengamatan dilakukan dengan mengamati tiga pemanen di setiap kemandoran dan diamati hancak yang dipanen kemarin, berupa harvesting bunch (HB), unharvesting bunch (UHB), dan losses fruits (LF), dan penunasannya. Jumlah pohon yang diambil adalah sebanyak 40 pohon dengan tiga ulangan.

(24)

Analisis Data dan Informasi

Data primer yang dihasilkan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan mencari rata-rata, presentase hasil pengamatan, dan perhitungan statistik sederhana dengan menggunakan uji t-student dalam membandingkan setiap pengamatan, regresi, dan korelasi.

(25)

KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administratif

Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan perkebunan yang diterapkan dikenal dengan sebutan High Conservation Value (HCV). Konsep pengembangan HCV mengintegrasikan pemantauan areal dengan isu konservasi lingkungan, sosial dan budaya dalam suatu unit pengelolaan perusahaan kelapa sawit sesuai prinsip Routable Sustainable Palm Oil (RSPO) yang telah dimiliki oleh PT Aneka Intipersada.

PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan perusahaan yang memiliki tiga estate dan satu pabrik kelapa sawit. Ketiga estate tersebut adalah Teluk Siak Estate, Pinang Sebatang Estate dan Aneka Persada Estate. Sedangkan pabrik kelapa sawit bernama Teluk Siak Factory. Garis lintang PT Aneka Intipersada Teluk Siak Estate terletak pada 01052’30”-02004’25” LS dan 1030 19’46”-103027’57” BT. Wilayah Teluk Siak Estate berbatasan dengan Pinang Sebatang Estate yang masih dalam satu PT Aneka Intipersada (PT AIP), sebelah timur berbatasan dengan Aneka Persada Estate (PT AIP), di bagian utara berbatasan dengan Desa Gasip sedangkan di bagian barat berbatasan dengan Surya Dumai Group. Peta areal administratif Teluk Siak Estate terlampir pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah

Berdasarkan curah hujan dan hari hujan selama tahun 2002-2012 Teluk Siak Estate memiliki curah hujan rata-rata tahunan 2 185 mm/tahun dengan hari hujan 134 hari/tahun. Jumlah rata-rata bulan kering sebanyak 1 bulan/tahun dan bulan basah 10 bulan/tahun pada 10 tahun terakhir. Berdasarkan klasifikasi Schmidth- Ferguson, Teluk Siak Estate termasuk tipe iklim A, yaitu tipe daerah sangat basah dengan rata-rata 11 bulan basah per tahun. Data curah hujan selengkapnya terlampir pada Lampiran 5. Pada saat penulis melakukan magang tidak diperoleh data kelembaban udara dan suhu rata-rata harian.

(26)

Keadaan topografi di Teluk Siak Estate bervariasi, mulai dari keadaan datar hingga keadaan curam. Jenis tanah mineral yang terdapat di Teluk Siak Estate adalah Ultisol yang berasal dari bahan induk aluvial dengan tekstur liat berpasir (sandy clay). Tanah mineral yang terdapat di Teluk Siak Estate seluas 2 080.6 ha atau 73.77% dari luas areal yang dibudidayakan. Teluk Siak Estate juga memiliki jenis tanah gambut. Jumlah luas lahan gambut yang dimiliki Teluk Siak Estate adalah sekitar 739.60 ha atau 25.69% dari luas areal budidaya dengan tingkat kematangan hemik hingga safrik.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Luas Teluk Siak Estate sekitar 3 321.20 ha yang terbagi dalam tiga divisi. Total luas areal yang ditanami adalah seluas 2 879.20 ha dengan luas areal tanaman menghasilkan (TM) sebesar 2 820.20 ha dan luas areal tanaman belum menghasilkan (TBM) sebesar 59 ha. Luas areal prasarana meliputi emplasment, jalan, jembatan dan parit adalah 216.88 ha. Teluk Siak Factory yang berlokasi di kawasan Teluk Siak Estate memiliki areal seluas 20.9 ha. Selain itu, terdapat lahan okupasi seluas 204.22 ha.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit di Teluk Siak Estate ditanam mulai tahun 1994 hingga tahun 2004. Varietas yang ditanam adalah varietas Marihat, Socfindo dan Guthrie. Tanaman kelapa sawit yang ditanam di Teluk Siak Estate memiliki dua tipe buah berdasarkan warna buah, yaitu nigrescens dan virescens. Tipe nigrescens merupakan tipe buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu matang. Tipe buah virescens memiliki ciri berwarna hijau ketika masih mentah dan berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap berwarna kehijau-hijauan ketika matang.

Jarak tanam yang digunakan berukuran 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan standar populasi pohon per hektar 136 pohon/ha. Pada kenyataannya di lapangan jumlah pohon per hektar tidak sesuai dengan standar karena terdapat pohon yang ditumbang untuk pembuatan emplasment, bentuk topografi lahan, luasan dalam satu blok, adanya pohon ganda, dan pohon yang sengaja ditumbangkan karena

(27)

kelainan genetik dan tidak dapat menghasilkan buah. Populasi tanaman di lapangan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit per Hektar di Divisi III Teluk Siak Estate

Blok Luas Areal

(ha)

Jumlah Pohon (pohon)

Populasi per Hektar (pohon/ha) I016 49.34 6 267 127 I017 87.96 11 802 134 I018 98.86 13 079 132 I019 78.05 10 336 132 I020 85.04 11 176 131 I021 109.15 14 055 129 G016 69.87 8 921 128 H017 74.55 9 948 130 H018 76.67 9 957 130 H019 72.12 9 152 127 H020 51.42 6 647 129 J022 35.43 4 396 124 J023 46.12 6 317 137 Jumlah 934.57 112 105 Rata-rata 120

Sumber: Data Sensus Tanaman Kelapa Sawit Teluk Siak Estate (2011-2012)

Produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit merupakan komponen utama dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit. keberhasilan suatu kebun dalam mengelola usahanya akan terlihat dari pencapaian produksi yang diperolehnya. Setiap divisi per bulannya memiliki target produksi yang harus dicapai. Jumlah produksi yang didapatkan oleh Teluk Siak Estate disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi TBS di Teluk Siak Estate Tahun 2006-2011

Tahun Tanam Produksi 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 ...(ton/tahun)... 1994 11 134.8 12 465.9 11 907.7 10 902.2 12 000.8 1995 1 405.0 1 559.9 1 300.3 1 193.4 1 521.2 1996 15 211.5 16 425.5 15 042.5 15 153.9 18 646.2 1997 7 330.1 8 124.6 7 695.0 7 654.0 9 181.6 1998 9 259.7 10 519.7 8 851.0 8 484.6 11 604.6 1999 915.3 933.4 831.1 804.3 1 576.9 2000 451.7 611.8 527.1 503.0 633.4 2001 1 124.2 1 337.0 1 245.5 1 248.5 1 848.4 2003 794.2 890.7 1 339.2 900.6 1 595.5 2004 147.6 251.9 238.7 365.9 577.7 Jumlah 47 774.1 53 120.4 48 978.1 47 210.4 59 186.3 Sumber: Kantor Besar Teluk Siak Estate (2012)

(28)

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa produksi bersifat fluktuatif. Produksi yang berfluktuatif tersebut dapat disebabkan oleh kondisi areal, iklim, pemupukan, dan ketersediaan tenaga kerja.

Apabila dilihat pada bulan November-Maret 2012, produksi di Divisi III Teluk Siak Estate tidak mencapai target produksi dan cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh tenaga pemanen yang tidak dapat memasuki hancak panen akibat banjir ketika curah hujan tinggi. Hasil produksi di Divisi III bulan November – Maret 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perbandingan Produksi, Jumlah Pemanen, Rotasi dan Curah Hujan di Bulan November – Maret 2012

Bulan

Luas TM (ha)

Produksi

Jumlah Pemanen Rotasi (kali/bulan)

Curah Hujan Aktual Budget Aktual Budget HH MM

...(ton)... ...(orang)... November 934.57 1 459 1 589 1 086 1 285 3.51 19 292 Desember 934.57 1 405 1 450 1 040 1 173 3.75 20 286 Januari 934.57 1 199 1 445 964 1 169 4.00 6 100 Februari 934.57 1 002 1 391 744 1 125 4.17 15 154 Maret 934.57 1 163 1 442 833 1 166 4.77 14 208 Keterangan : HH = Hari Hujan ; MM = milimeter

Sumber : Kantor Besar Teluk Siak Estate (2012)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Perkebunan kelapa sawit Teluk Siak Estate, PT Aneka Intipersada merupakan salah satu anak perusahaan dari unit usaha Minamas Plantation, Sime Darby. Karyawan di Teluk Siak Estate terbagi menjadi dua, yaitu karyawan staf dan karyawan non staf. Staf terdiri dari Estate manager, senior asisten (asisten kepala), asisten divisi dan kelapa tata usaha. Karyawan tingkat non staf adalah tim supervisi, meliputi mandor I, mandor panen, mandor perawatan, krani divisi dan krani cek sawit. Sistem manajemen ditingkat divisi dipimpin oleh seorang asisten divisi dan dibantu oleh seorang mandor I dan seorang krani divisi.

Estate manager bertugas memimpin, mengelola, dan mengendalikan seluruh kegiatan operasional kebun untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan mencapai target produksi yang telah ditetapkan. Seluruh kegiatan di setiap divisi harus diketahui dan disetujui oleh estate manager. Asisten divisi bertugas dan

(29)

bertanggung jawab kepada estate manager dalam pemeliharaan tanaman kelapa sawit untuk mencapai budget produksi dan bertanggung jawab atas kehidupan sosial masyarakat di divisinya.

Struktur organisasi Teluk Siak Estate dapat dilihat pada Lampiran 6. Jumlah karyawan staf di Teluk Siak Estate adalah 4 orang dan karyawan non staf berjumlah 490 orang sampai bulan April 2012. Indeks tenaga kerja (ITK) di Teluk Siak Estate sekitar 0.15. Hal tersebut masih belum memenuhi tingkat standar tenaga kerja karena standar (ITK) untuk perkebunan kelapa sawit berkisar antara 0.2 hingga 0.4. Jumlah karyawan di Teluk Siak Estate dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Karyawan Staf dan Non Staf di Teluk Siak Estate

Tingkatan Karyawan Jumlah

(orang) Karyawan Staf Estate Manager 1 Senior Asisten 1 KTU 1 Asisten Divisi 1

Karyawan non Staf

SKU-B Kantor 13 SKU-B Traksi 24 SKU-B Divisi 42 SKU-B Keamanan 10 SKU- Harian 401 Jumlah Total 494

Indeks Tenaga Kerja 0.15

Standar ITK 0.2-0.4

(30)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Pencapaian produksi yang optimal dalam usaha budidaya kelapa sawit diperlukan adanya suatu pengelolaan dalam merawat dan menjaga tanaman kelapa sawit agar tumbuh secara normal. Dalam kegiatan magang ini penulis melakukan kegiatan pengelolaan teknis budidaya kelapa sawit di lapangan seperti pengendalian gulma, pemupukan, sensus ulat api, penunasan, leaf sampling unit, pembuatan pasar pikul mekanis, peat leveling, dan pemanenan. Aspek manajerial yang dilakukan penulis untuk dapat mengarahkan penulis mempelajari dan menganalisis pengelolaan sumber daya manusia, material, metode, waktu, dan informasi secara efisien. Berikut adalah aspek teknis dan aspek manajerial yang dilakukan penulis selama kegiatan magang.

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tumbuhan pengganggu yang tumbuh di sekitar tanaman dan dapat mengakibatkan terjadinya kompetisi dalam mendapatkan unsur hara dengan tanaman yang dibudidayakan. Kompetisi tersebut dapat mengurangi hasil produksi tanaman. Kegiatan pengendalian gulma dapat mempermudah kegiatan pemeliharaan lainnya, yaitu pemupukan, pengendalian hama penyakit, pengawasan panen, dan pengangkutan tandan buah segar ke tempat penampungan hasil. Metode pengendalian gulma di Teluk Siak Estate dilakukan dengan cara manual dan kimia.

Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan menggunakan parang dan cangkul dodos (cados) untuk membersihkan gulma merambat dan mendongkel gulma berkayu. Kegiatan yang dilakukan penulis adalah melakukan pembongkaran tumbuhan pengganggu di sekitar gawangan dan piringan. Setiap pekerja diwajibkan memenuhi standar kerja yang telah ditetapkan perusahaan, yaitu sebesar 0.5 ha/HK yang dikerjakan mulai pukul 7.00 hingga pukul 14.00 WIB, sedangkan pada hari Jum’at pekerjaan dimulai pada pukul 07.00 hingga pukul 12.00 WIB. Jenis gulma yang perlu dibersihkan meliputi alang-alang (Imperata cylindrica), gulma berkayu yaitu Chromolaena odorata, Melastoma malabathricum, dan Lantana camara. Selain itu terdapat paku-pakuan dan

(31)

kentosan yang perlu dikendalikan. Beberapa jenis paku-pakuan yang terdapat di lahan kelapa sawit adalah pakis kawat (Dicrapnoteris linearis), pakis udang (Stenochlaena palustris), paku kembang (Lygodium flexuosum), Adiantum tetraphyllum, dan Pteridium esculentum. Rotasi pengendalian gulma cara manual dilakukan setiap enam bulan pada blok yang sama.

Pengendalian gulma secara kimia di Teluk Siak Estate menggunakan block spraying system (BSS). Sistem tersebut merupakan penyemprotan gulma dengan herbisida yang dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu penyemprotan yang lebih baik dan pengawasan yang lebih efektif. Teluk Siak Estate memiliki satu kelompok BSS yang bertugas untuk tiga divisi. Kelompok tersebut dilengkapi dengan satu unit mobil semprot dengan dua tangki air, alat semprot lengkap, dan alat pelindung diri (APD). Kelompok BSS terdiri atas seorang mandor semprot rayon, seorang sopir, seorang kenek, dan anggota semprot. Setiap divisi memperoleh jatah waktu 10 hari setiap bulan untuk melakukan kegiatan penyemprotan di divisinya.

Sistem pengendalian gulma secara kimia terdiri atas kegiatan penyemprotan piringan dan penyemprotan gawangan. Kegiatan penyemprotan harus mempertimbangkan kondisi cuaca karena apabila berpotensi hujan maka kegiatan penyemprotan harus dibatalkan. Hal tersebut untuk menghindari tercucinya herbisida oleh air hujan yang berakibat tidak matinya gulma yang disemprot.

Herbisida yang digunakan untuk penyemprotan piringan adalah Prima Up dan Trap dengan konsentrasi 0.8% dan 0.067 persen. Herbisida Prima Up berbentuk cairan berwarna kuning yang mengandung bahan aktif Glyphosate isopropylamine 4 persen. Herbisida tersebut berfungsi sebagai pengendali gulma berdaun sempit yaitu kentosan dan pakis-pakisan. Herbisida Trap dengan bahan aktif Metsulfuron methyl 20% yang berfungsi untuk mengendalikan gulma berdaun lebar, seperti Melastoma malabathricum, Chromolaena odorata, Borreria alata, Croton hirtus, dan Mikania micrantha. Kedua jenis herbisida tersebut tergolong herbisida sistemik yang langsung menyerang jaringan tumbuhan sehingga agak lambat terlihat efeknya. Setiap karyawan diharuskan memenuhi prestasi kerja sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan, yaitu sebanyak 8 sprayer (kapasitas 12 liter) atau setara dengan area seluas 2.2 ha.

(32)

Setiap sprayer diaplikasikan untuk 34 pohon tanaman. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia dan manual dapat dilihat pada Gambar 1.

(a) Pengendalian Gulma Secara Manual (b) Kegiatan Semprot Gawangan

Gambar 1. Pengendalian Gulma Tanaman Kelapa Sawit di Divisi III Teluk Siak Estate

Penyemprotan piringan bertujuan untuk mengendalikan gulma di piringan agar tidak terjadi kompetisi antara gulma dengan tanaman budidaya dalam pengambilan unsur hara dan air, karena akar tanaman kelapa sawit terkonsentrasi di sekitar piringan tanaman. Selain itu, penyemprotan piringan berguna untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan mempermudah pengutipan brondolan. Terdapat beberapa jenis tumbuhan yang bermanfaat bagi tanaman kelapa sawit sehingga dilarang dikendalikan, seperti Nephrolephis biserrata, Turnera subulata, dan Cassia cobanensis.

Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan mampu berproduksi secara optimal. Setiap unsur hara memiliki peranan masing-masing dan dapat menunjukkan gejala tertentu pada tanaman apabila ketersediaannya dalam tanah sangat kurang. Penyediaan hara dalam tanah melalui pemupukan harus seimbang yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.

Di Divisi III Teluk Siak Estate jenis pupuk yang diaplikasikan terdiri atas pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang diaplikasikan berupa janjang kosong (JJK) yang merupakan salah satu limbah padat dari pengolahan TBS kelapa sawit di Teluk Siak Factory. Janjang kosong (JJK) mempunyai bobot 23%

(33)

dari bobot tandan buah segar kelapa sawit sehingga dalam satu ton TBS bisa menghasilkan JJK sebanyak 230 kg. Dalam 1 ton JJK mengandung sejumlah hara yang setara dengan 5 kg Urea, 1 kg Triple Super Phosphate (TSP), 16 kg Muriate of Photash (MOP), dan 4 kg Kieserite. Pengaplikasian janjang kosong harus mengikuti prosedur operasional yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Limbah JJK diangkut menggunakan dump truck dari pabrik menuju lahan aplikasi dan ditumpuk pada pohon kedua dari jalan. Tumpukan JJK selanjutnya disebar menggunakan angkong di setiap empat pohon pada gawangan mati sebanyak satu lapisan. Dalam satu lapisan harus terdapat satu ton JJK. Setiap karyawan diharuskan memenuhi standar prestasi kerja sebanyak 7 ton janjang kosong/HK. Pengaplikasian JJK ini diharapkan mampu memperbaiki struktur tanah, mengurangi run off air hujan, dan mencegah erosi tanah.

Kegiatan pemupukan anorganik di Teluk Siak Estate menggunakan sistem pemupukan block manuring system (BMS). Metode BMS merupakan sistem pemupukan yang dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. Di Teluk Siak Estate tidak menerapkan metode untilan dalam aplikasi pemupukan dengan alasan biaya yang tidak efisien. Penerapan pemupukan tanpa untilan memerlukan taksiran ketepatan dari seorang mandor dalam menentukan jumlah karung pupuk yang dibutuhkan di setiap pasar pikul. Kondisi blok yang berteras kadang-kadang menjadi kendala dalam mendistribusikan pupuk agar tepat dosis.

Organisasi pemupukan meliputi pengangkut pupuk, pelangsir pupuk dan penabur pupuk. Dalam kegiatan pengangkutan pupuk dibutuhkan tenaga sebanyak empat orang dengan premi Rp 6 000,00/ton.

Kegiatan pengangkutan pupuk diawasi oleh mandor pupuk yang memberi petunjuk jumlah karung pupuk yang dibutuhkan dan tempat peletakan karung pupuk di setiap lahan yang akan dipupuk. Setiap karung pupuk diletakkan di gawangan yang ada pasar pikulnya. Seorang mandor pupuk dibantu oleh dua orang kenek yang bertugas menaikkan dan menurunkan karung pupuk di tempat yang telah ditentukan oleh mandor. Selain itu, mandor juga dibantu seorang pelangsir pupuk yang bertugas membawa pupuk menuju pasar tengah apabila truk angkutan tidak dapat memasuki pasar tengah.

(34)

Penaburan pupuk di Teluk Siak Estate menggunakan sistem setengah lingkaran yang ditebar di tepi piringan atau di bawah potongan pelepah. Pemupukan dengan bentuk setengah lingkaran di tepi piringan dilakukan karena akar sudah menyebar di pinggir piringan. Kondisi lahan yang tanamannya akan dipupuk harus tidak tergenang dan tidak ada gulma yang tumbuh di piringan.

Setiap penabur pupuk harus menggunakan sarung tangan dan takaran untuk menghindari kontak langsung bahan kimia yang terkandung dalam pupuk dengan kulit. Jangka waktu antara pemupukan satu dengan yang lainnya dalam satu blok minimal tiga minggu. Kegiatan pemupukan tidak boleh bersamaan dengan kegiatan panen dalam satu blok yang sama untuk menghindari kontaminasi tandan buah segar. Jarak waktu antara panen dan pemupukan dalam satu blok sekitar tiga hari setelah pemupukan. Prestasi kerja karyawan pemupuk minimal 450 kg. Mandor pemupukan bertanggung jawab dalam membagi jumlah pupuk kepada setiap karyawan. Pekerjaan pemupukan di Divisi III Teluk Siak Estate dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pemupukan Manual Muriate of Photash (MOP) dengan Metode Setengah Lingkaran di Divisi III Teluk Siak Estate

Dosis pupuk yang diaplikasikan di Divisi III Teluk Siak Estate disesuaikan dengan rekomendasi dari Minamas Reseacrh Centre (MRC). Pada tahun 2011-2012 aplikasi pupuk Urea dan Muriate of Photash (MOP) dilakukan sebanyak 2 kali/tahun, sedangkan aplikasi pupuk Rock Phosphate (RP), Kieserite, HGFB, CuSO4, ZnSO4, dan Dolomite yang diaplikasikan satu kali dalam setahun. Dosis pupuk yang diaplikasikan di Divisi III Teluk Siak Estate dapat dilihat pada Tabel 6.

(35)

Tabel 6. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit di Divisi III Teluk Siak Esate

TT Apl Urea RP MOP Kieserite HGFB CuSO4 ZnSO4 Dolomite ...(kg/pohon/apl)... 1996 1 1 1.56 1.5 0.77 0.1 0.035 0.033 0.7 2 1 0 1.25 0 0 0 0 0 1997 1 1.02 1.43 1.5 1.75 0.1 0.009 0.009 0 2 1 0 1.27 0 0 0 0 0 1998 1 1.25 1.54 1.5 1.37 0.1 0.17 0.102 0.27 2 1 0 1.5 0 0 0 0 0 1999 1 1.15 1.6 1.5 0 0.1 0.06 0.06 1.25 2 1 0 1.4 0 0 0 0 0 2000 1 1 1 1.5 0 0.1 0.14 0.14 1.25 2 1 0 1.25 0 0 0 0 0 2001 1 1.15 1.59 1.5 0.77 0.12 0.143 0.099 0.7 2 1 0 1.4 0 0 0 0 0 2003 1 1.25 1 1.5 0 0.11 0.087 0.087 1.25 2 1 0 1.4 0 0 0 0 0 2004 1 1.25 1.94 1.5 0 0.12 0.141 0.234 1.25 2 1 0 1.5 0 0 0 0 0

Sumber: Minamas Reseacrh Centre (2012) Keterangan : TT = Tahun Tanam ; Apl = Aplikasi

Pupuk Urea, MOP, Kieserite, Dolomite dan RP merupakan jenis pupuk makro yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak. Sedangkan pupuk HGFB,

CuSO4, dan ZnSO4 merupakan jenis pupuk mikro yang dibutuhkan dalam jumlah

sedikit. Fungsi dan kandungan setiap pupuk dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Fungsi Pupuk terhadap Tanaman Kelapa Sawit

Pupuk Kandungan % Fungsi

Urea N 45-46 Pertumbuhan vegetatif batang

dan daun.

RP P2O5 29.73 Mempercepat pertumbuhan akar.

MOP K2O 60 Memperkokoh organ tanaman.

Kieserite Mg 27 Pembentukan bunga dan buah

HGFB B 46-47 Pembentukan bunga dan buah

CuSO4 Cu Berperan dalam pembentukan

klorofil

ZnSO4 Zn Berperan dalam pembentukan

klorofil

Dolomite Mg 18-22 Unsur pembentuk klorofil

(36)

Sensus Ulat Api

Salah satu tantangan dalam kegiatan budidaya tanaman adalah serangan hama dan penyakit yang dapat menimbulkan kerugian sesuai pada tingkat serangannya. Pencegahan dan pengendalian hama penyakit perlu dilakukan secara rutin agar dapat dilakukan penanganan lebih lanjut bila ditemukan serangan pada tingkat tertentu. Tindakan pengamatan rutin akan menyebabkan kenaikan biaya upah, tetapi pada akhirnya tindakan tersebut memungkinkan untuk menghemat biaya pengendalian dan mempertahankan produksi.

Kegiatan pencegahan serangan ulat api di Teluk Siak Estate dilakukan dengan sensus ulat api untuk mengukur tingkat serangan di blok tertentu. Ulat api adalah jenis hama yang dapat menyebabkan terjadinya defoliasi atau kehilangan daun tanaman yang dapat berdampak terhadap penurunan produksi kelapa sawit. Spesies ulat api yang ditemukan penulis pada 32 sampel pohon yang diperoleh diantaranya seekor Darna trima dan dua ekor Thosea vetusta. Spesies Darna trima memiliki ciri berwarna coklat muda, sedangkan Thosea vetusta memliki ciri tubuh berwarna hijau keputih-putihan.

Pengambilan pohon sampel pada sensus ulat api adalah dengan cara interval 10 baris tanaman (1,11,21,...,n). Dalam baris tanaman diambil pohon dengan interval 10 tanaman (1,11,21,...,n). Kegiatan sensus tersebut menggunakan tiga tenaga kerja, yaitu satu orang sebagai pemotong pelepah dan dua orang sebagai pencari dan pencatat jumlah ulat dan kepompong. Pelepah yang diambil adalah pelepah yang paling parah terserang ulat api. Apabila dalam satu pelepah ditemukan jumlah ulat api lebih dari 50 ekor, maka perhitungan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

a. Jika jumlah ulat/larva diperkirakan 50 ekor/pelepah, maka perhitungan langsung dilakukan pada satu pelepah.

b. Jika jumlah ulat/larva diperkirakan 50-100 ekor/pelepah, maka perhitungan hanya dilakukan pada satu sisi pelepah saja lalu hasilnya dikalikan dua.

c. Jika jumlah ulat/larva diperkirangan lebih dari 100 ekor/pelepah, maka perhitungan dilakukan pada anak daunnya dengan selang 10 daun dan hasilnya dikalikan 10.

(37)

Hasil sensus ulat api yang dilakukan penulis hanya ditemukan tiga ulat api pada 32 pohon sampel. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat serangan ulat api tidak mencapai batas kritis ringan, yaitu sebesar 1-20 ekor/pelepah untuk Darna trima dan 1-10 ekor/pelepah untuk Thosea vetusta. Dampak serangan ulat api dapat menurunkan produksi kelapa sawit sesuai tingkat serangannya yang tertera pada Tabel 8.

Tabel 8. Penurunan Produksi Berdasarkan Tingkat Serangan Ulat Api

Defoliasi Penurunan Produksi

Tahun I Tahun II ...(%)... 100 70 93 50 40 78 25 8 29 12 5 11

Sumber: Kantor Besar Teluk Siak Estate (2012)

Pengendalian ulat api dapat dilakukan secara biologi dan kimia. Secara biologi, ulat api dapat dikendalikan dengan cara memberikan agen biologi seperti cendawan Cordyceps agar dapat menginfeksi ulat api. Selain itu, predator alami ulat api seperti Sycanus sp dan Eocanthecona furcellata dapat diaplikasikan untuk mengendalikan ulat api. Di Divisi III Teluk Siak Estate dilakukan penanaman beneficial plant yang bermanfaat sebagai tempat inang predator ulat api. Jenis tanaman beneficial plant yang dibudidayakan di Teluk Siak Estate yaitu ada Turnera subulata, Antigonon leptopus, dan Cassia cobanensis. Tanaman tersebut dapat memberikan cadangan makanan dalam bentuk nektar kepada predator alami ulat api. Beneficial plant yang ditanam dapat dilihat pada Gambar 3.

Cassia cobanensis (kiri), Turnera subulata (tengah), Antigonon leptopus (kanan). Gambar 3. Beneficial Plant yang ditanam di Teluk Siak Estate

Secara kimia, pengendalian ulat api dilakukan dengan cara pengasapan atau fogging. Insektisida yang digunakan adalah Decis dengan kandungan bahan aktif

(38)

Deltamethrin 25 g/l. Konsentrasi larutan yang digunakan adalah 0.1% yang dilarutkan pada bahan bakar solar untuk menghasilkan asap. Setiap tim fogging terdiri atas empat orang yang bertugas pada malam hari. Pemilihan waktu malam hari dengan pertimbangan keadaan angin yang tenang sehingga asap dapat optimal penyebarannya. Selama penulis melakukan magang, kegiatan fogging tidak dilakukan di Divisi III karena tingkat serangan yang masih di bawah batas kritis yang merugikan.

Leaf Sampling Unit

Leaf sampling unit (LSU) adalah pengambilan contoh daun untuk dianalisis guna menentukan jenis dan dosis rekomendasi pupuk secara tepat selama satu tahun ke depan. Pengambilan contoh daun dilakukan satu tahun sekali pada bulan Maret 2012. Pengambilan contoh daun dilakukan mulai pukul 07.00 hingga pukul 12.00 WIB. Daun contoh yang diperoleh harus segera dikirim ke Minamas Research Centre (MRC) pada hari itu juga sebelum pukul 16.00 WIB. Apabila pada pagi hari terjadi hujan, maka kegiatan LSU ditunda sampai besok. Curah hujan < 20 mm atau dalam keadaan gerimis kegiatan LSU masih bisa dilakukan apabila jangka waktu pengumpulan sampel sudah mendesak. Di blok yang akan dilakukan LSU minimal tidak hujan selama 12 jam sebelumnya. Setiap divisi mempunyai 3-4 tim LSU yang setiap timnya terdiri atas 3 orang.

Pengambilan contoh daun tidak boleh dilakukan asal-asalan karena akan mempengaruhi hasil analisis. Baris dan pohon yang dipilih disesuaikan dengan sistem yang ditentukan oleh MRC. Contoh pengambilan daun dengan menggunakan sistem 10 x 7 = 30, artinya baris sampel ditentukan setiap selang tujuh baris tanaman dan tanaman sampel dalam baris ditentukan setiap selang 10 tanaman. Jumlah sampel dalam satu blok berjumlah 30 tanaman. Pelepah pada pohon yang dijadikan sampel adalah pelepah ke 17. Pelepah dipotong pada batas 1 m dari pangkal. Setelah pelepah diturunkan, dicari titik paku sebagai penanda bagian tengah pelepah. Titik paku ditandai dengan permukaan tulang pelepah atas yang meruncing atau membenjol. Apabila titik tengah pelepah sudah ditemukan, daun dipotong tiga bagian pada bagian kiri dan kanan. Proses pemotongan anak daun dapat dilihat pada Gambar 4. Daun yang nantinya dijadikan sampel adalah

(39)

bagian tengah dari keenam anak daun dengan panjang 20 cm. Potongan daun tersebut selanjutnya dibagi dua bagian. Daun bagian kanan dimasukkan ke dalam plastik putih dan bagian kiri dimasukkan ke dalam plastik hitam. Ada beberapa persyaratan dalam memilih pohon sampel, yaitu:

a. Pohon yang berada di pinggir jalan, bergeser dua pohon berlawanan jalan. b. Pohon yang bersebelahan parit alam dan bangunan, bergeser satu pohon. c. Pohon steril/terserang penyakit bergeser satu pohon.

d. Pohon abnormal bergeser satu pohon.

e. Pohon titik sampel harus sesuai mata lima (kecuali terasan).

Gambar 4. Pengambilan Sampel Daun Leaf Sampling Unit

Penandaan dan penomoran adalah syarat yang tidak boleh terlewatkan agar mempermudah pengecekan oleh tim supervisi. Petugas yang berperan memberikan tanda tidak diperbolehkan menyentuh sampel daun agar sampel tidak terkontaminasi oleh cat. Tanda untuk kegiatan LSU terdapat pada Tabel 9.

Tabel 9. Simbol Penandaan Kegiatan Leaf Sampling Unit

Tanda Keterangan

↑ =

Tanda masuk baris pertama

↑ Tanda masuk baris

→ Tanda pindah baris sesuai arah pindahnya

↓ =

Tanda baris penutup 1

=

Nomor awal titik sampel N

=

Nomor titik sampel selanjutnya (n=2,3,...,n) 30

=

Nomor titik sampel terakhir

(40)

Blok yang akan dilakukan LSU diberi tanda pada pohon di titik pertemuan barat dan selatan. Titik sampel pertama adalah pohon yang terletak pada baris ketiga dan pohon ketiga dalam barisan. Baris yang menjadi baris sampel diberi tanda panah dengan arah ke atas dan ketika bergeser ke baris berikutnya diberi tanda panah ke samping pada pohon terakhir dalam baris. Di baris terakhir diberi tanda penutup dengan tanda panah ke arah bawah. Pada pohon sampel diberi penomoran sesuai nomor urut pengamatan.

Penunasan

Penunasan adalah salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit dengan membuang pelepah tidak produktif sehingga pelepah produktif lebih optimal untuk menghasilkan produksi yang maksimal. Hasil fotosintesis dari jumlah pelepah produktif menjadi sumber dalam pembentukan minyak kelapa sawit. Penunasan bertujuan untuk memudahkan pekerjaan pemotongan tandan buah segar (TBS), menghindari tersangkutnya brondolan di ketiak pelepah, mempermudah dalam pengamatan buah ketika sensus produksi, dan menciptakan lingkungan yang tidak sesuai dengan perkembangan hama dan penyakit. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penunasan adalah jangan sampai terjadi penunasan pelepah yang berlebihan (over prunning) atau penunasan pelepah yang terlambat (under prunning). Over prunning adalah terbuangnya pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi karena berkurangnya areal fotosintesis.

Jenis-jenis penunasan kelapa sawit meliputi penunasan pasir, penunasan selektif, penunasan periodik, dan penunasan progresif. Penunasan pasir dilakukan selama masa TBM hingga enam bulan sebelum panen pertama. Prinsip penunasan pasir adalah hanya membuang pelepah yang kering. Penunasan selektif dilakukan pada tanaman yang berumur 3-4 tahun (TM) dengan tujuan mempersiapkan tanaman untuk dipanen. Suatu blok tanaman dapat ditunas secara selektif apabila sudah terdapat tandan buah minimal 40% dari populasi tanaman pada blok. Jumlah pelepah yang dipertahankan sebanyak 56 pelepah. Batas tunas yang digunakan adalah tiga pelepah di bawah buah terendah atau yang dikenal dengan sebutan songgo tiga. Tanaman yang telah memasuki umur lebih dari empat tahun

(41)

maka dilakukan tunas periodik dengan rotasi sembilan bulan sekali. Jumlah songgo yang dipertahankan sebanyak tiga pelepah di bawah buah terendah.

Di Teluk Siak Estate telah memasuki jenis penunasan progresif. Jenis penunasan tersebut dilakukan secara bersamaan dengan pemanenan tandan buah segar kelapa sawit. Perubahan penunasan periodik menjadi penunasan progresif bertujuan untuk mengintegrasikan pelaksanaan panen dengan menggunakan blok harvesting system dengan pemeliharaan tunas pohon oleh pemanen itu sendiri. Penambahan tugas bagi tenaga pemanen akan diberikan premi sebesar Rp 900,00/pohon yang akan dibagikan empat bulan sekali dalam setahun. Mandor panen bertanggung jawab terhadap jumlah tanaman yang telah ditunas oleh pemanen. Administrasi penunasan dicatat dalam formulir pembayaran premi tunas progresif. Hasil pengamatan penulis terhadap mutu penunasan di Divisi III Teluk Siak Estate tercantum dalam Tabel 10.

Tabel 10. Persentase Hasil Pengamatan Mutu Penunasan

Kemandoran No. Pemanen Pelepah

Sengkleh Over Prunning Under Prunning ...(%)... I 5 0 0 0 11 1 0 1 8 1 4 0 II 27 3 1 3 31 2 1 5 32 1 0 1 III 51 3 2 1 52 1 0 4 50 2 1 4 Rata-rata (%) 1.6 1 2.1

Sumber: Pengamatan Penulis (2012)

Hasil pengamatan mutu penunasan tersebut diambil dari 100 tanaman contoh pada setiap hancak pemanen. Setiap kemandoran panen dipilih tiga orang pemanen secara acak. Hasil pengamatan menunjukkan masih terdapat beberapa pelepah sengkleh, over prunning, dan under prunning. Sebagian besar, pelepah sengkleh dan under prunning terdapat pada lahan gambut yang masih terdapat banyak gulma sehingga mempersulit pemanen dalam melakukan penunasan progresif. Denda akan diberikan terhadap pemanen sejumlah Rp. 1 000,00/pohon

Gambar

Tabel 1. Standar Kualitas Kandungan CPO Bermutu yang Dipasarkan
Tabel 2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit per Hektar di Divisi III Teluk Siak  Estate
Tabel 4. Perbandingan Produksi, Jumlah Pemanen, Rotasi dan Curah Hujan  di Bulan November – Maret 2012
Tabel 5. Jumlah Karyawan Staf dan Non Staf di Teluk Siak Estate
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pabrik Kelapa Sawit PT. Intan Sejati Andalan merupakan pabrik kelapa sawit dengan pengolahan 600 ton tandan buah segar per hari dan dapat menghasilkan limbah padat seperti

Judul yang dipilih dalam magang yang dilaksanakan dari bulan Februari hingga bulan Juni 2015 adalah Manajemen Panen dan Sistem Pengangkutan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (

Dwi Armelia 2016, melakuan penelitian dengan judul Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Pemasaran Tandan Buah Segar Perkebunanan Kelapa Sawit Swadaya Di Kecamatan Kandis Kabupaten

Penanganan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pra Pengolahan di Kebun Ujan Mas, PT.. Cipta Futura,

Pengelolaan suatu perkebunan kelapa sawit mengacu pada pengeloaan tanaman agar dapat meningkatan produktivitas tandan buah segar kelapa sawit (TBS). Unsur- unsur

DAMPAK APLIKASI LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT (LAND AppLtCATtON ) TERHADAP KEANEKARAGAMAN BENTHOS, PLANKTON DAN PRODUKSI.. TANDAN BUAH SEGAR KELAPA

Penentuan harga pokok produksi tandan buah segar kelapa sawit adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan tandan buah segar sawit

sawit Khatulistiwa plantation TGR yaitu Tandan yang dipotong adalah tandan yang telah memenuhi kriteria matang panen, apabila tandan buah segar (TBS), berondolan sudah jatuh