• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Manfaat Informasi Akuntansi

Informasi Akuntansi dalam bentuk laporan keuangan banyak memberikan manfaat bagi pengguna, apabila laporan tersebut dianalisis lebih lanjut sebelum dimanfaatkan sebagai alat bantu pembuatan keputusan. Dari laporan keuangan, informasi tentang perusahaan dapat diperoleh kinerja (performance), aliran kas perusahaan dan informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan. Oleh karena itu, laporan keuangan sangat diperlukan dalam memahami informasi keuangan suatu perusahaan (Lev dan Thiagaraja, 1993; Tuasikal, 2002: 365).

Pengujian manfaat laporan keuangan selain untuk menguji laba juga dapat dilakukan melalui penggunaan item lain laporan keuangan selain laba dalam bentuk analisis rasio keuangan. Beberapa temuan empiris menunjukkan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan (Altman, 1968; Sinkey, 1975; Dambolena dan Khoury, 1980; Thomson, 1991), memprediksi keuntungan saham (O’Conner, 1973; Ou dan Penman, 1989). memprediksi pertumbuhan laba (Freeman, et al., 1982; Ou 1990; Penman, 1992; Machfoedz, 1994).

Analisis rasio bagi kreditur jangka pendek (Brewer, et al., 2008: 593-599) seperti supplier yang menginginkan pembayaran tepat waktu, sehingga mereka berfokus kepada arus kas perusahaan dan modal kerjanya karena sumber utama jangka pendek perusahaan adalah kas. Yang dimaksud modal kerja merupakan selisih antara harta lancar dengan hutang lancar. Modal kerja yang tersedia merupakan jaminan kepada kreditur jangka pendek yang dapat dibayarkan oleh perusahaan.

Adapun rasio yang biasa digunakan untuk kreditur jangka pendek antara lain: 1. Current ratio.

2. Acid test ratio (quick ratio).

3. Account receivable turnover.

4. Inventory turnover.

Sedangkan analisis rasio untuk kreditur jangka panjang adalah: 1. Time Interest Earned Ratio.

2. Debt to Equity Ratio.

(Brewer, et al., 2008: 593-599)

Berdasarkan rasio ini pihak pemakai memperoleh informasi yang dalam hal ini mengenai informasi akuntansi. Beberapa informasi yang dapat diperoleh dari rasio tersebut yaitu informasi mengenai kemampuan dan pengelolaan arus kas, kemampuan menangani hutang, omset penjualan dan kemampuan menghasilkan laba.

Laporan keuangan lebih bermakna setelah adanya penilaian mengenai rasio keuangan, yang dalam hal ini diperoleh dari perbandingan komponen laporan

keuangan, baik komponen dari satu jenis laporan keuangan atau kombinasi dengan komponen dari laporan keuangan jenis lainnya.

Van Horne (1995) dalam Arbaian menyatakan bahwa dari laporan keuangan yang disajikan manajemen dapat dilakukan pengelompokkan rasio keuangan yaitu likuiditas (current ratio, cash ratio), pengungkit (debt to equity ratio), pencakupan (time interest earned ratio), aktivitas (accounts receivable turnover, inventory

turnover, assets turnover) dan keuntungan (net profit ratio on sales, return on investment).

Untuk keperluan analisa rasio keuangan, Riyanto (1998) mengklasifikasikan rasio keuangan menjadi 4 (empat) golongan besar, yaitu:

1. Ratio Likuiditas.

2. Ratio Leverage (Solvabilitas). 3. Ratio Aktivitas (Efisiensi). 4. Ratio Profitabilitas (Rentabilitas). Ad.1. Rasio Likuiditas

Dengan likuiditas dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan tepat waktu. Rasio-rasio ini meliputi:

a. Current Ratio

Current ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar.

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang jangka pendeknya yang jatuh tempo dengan dana yang tertanam dalam aktiva lancar.

b. Acid Test/Quick Ratio

Acid test atau quick ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar di luar

persediaan dengan jumlah hutang lancar. c. Cash Ratio

Cash ratio berguna untuk mengukur beberapa sesungguhnya kemampuan

perusahaan untuk melunasi semua hutang jangka pendeknya dengan alat-alat likuiditas yang benar-benar lancar seperti: Kas Bank Surat Berharga atau saham-saham yang dapat diperjualbelikan secara lancar.

Ad.2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi semua hutang yang menjadi beban perusahaan apabila dilikuidasi. Sebagai pokok masalah atas analisa rasio solvabilitas yaitu apakah dengan komposisi modal yang ada perusahaan akan sanggup melunasi semua hutang dalam arti bahwa proporsi antara kekayaan yang dimiliki perusahaan masih terdapat saldo lebih bila dibanding dengan jumlah hutangnya, sehingga perusahaan mampu membayar semua hutang apabila dilikuidasi.

Adapun jenis rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi semua hutang dalam rasio solvabilitas, meliputi: total debt to total

assets ratio, total debt to equity ratio dan long term debt to equity.

a. Total Debt to Total Assets Ratio (TDTA)

Total Debt to Total Assets Ratio adalah perbandingan antara total hutang

adalah dengan membandingkan antara jumlah hutang jangka pendek ditambah hutang jangka panjang dengan kekayaan (harta) perusahaan dikalikan seratus persen.

b. Total Debt to Equity Ratio (TDE)

Total Debt to Equity Ratio adalah perbandingan antara jumlah hutang dengan

modal sendiri (net worth).

c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDE)

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan modal sendiri untuk menopang hutang jangka panjang perusahaan. Cara menghitung rasio

long term debt to equity, yaitu dengan jalan membagi total hutang jangka panjang

dengan modal sendiri kemudian dikalikan dengan seratus persen. Ad.3. Rasio Aktivitas (Efisiensi)

Rasio ini dipergunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktivitas perusahaan dalam menggunakan dana yang ada secara efektif dan efisien. Macam- macam rasio ini antara lain sebagai berikut:

a. Total Assets Turnover (TATO)

Adalah kemampuan dana yang tertanam dalam aktiva berputar suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue (pendapatan).

b. Inventory Turnover (ITO)

Inventory turnover adalah perbandingan antara harga pokok penjualan dengan

persediaan rata-rata. Rasio ini menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode tertentu atau likuiditas dari persediaan.

c. Average Days Inventory (ADI)

Rasio ini digunakan untuk mengukur periode rata-rata persediaan barang berada di gudang. Makin pendek periode hari yang dibutuhkan berarti dana yang tertanam dalam inventory (barang persediaan) makin efisien, sehingga menunjukkan rasio aktivitas yang lebih tinggi.

Ad.4. Rasio Profitabilias (Rentabilitas)

Rasio Profitabilitas (Profitabily Ratios), yaitu mengukur keberhasilan manajemen sebagaimana ditunjukan oleh laba yang dihasilkan oleh penjualan dan investasi. Rasio-rasio ini meliputi:

a. Gross Profit Margin (GPM)

Gross profit margin adalah laba bruto per rupiah penjualan.

b. Operating Income Ratio (OIR)

Operating income ratio adalah laba operasi sebelum bunga dan pajak (Net Operating Income) dari setiap rupiah penjualan.

c. Rate of Return on Investment (ROI)

Rate of return on Investment adalah kemampuan dari modal yang

diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih (setelah dikurangi beban pajak).

d. Rate of Return on Equity (ROE)

Rate of Return on Equity (ROE) adalah kemampuan dari modal sendiri yang

diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva dalam menghasilkan keuntungan bersih bagi para pemegang saham.

Dokumen terkait