• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Manfaat

− Bagi kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat dijadikan masukan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa keperawatan serta pembaca pada umumnya dalam memberikan asuhan keperawatan.

− Bagi praktik keperawatan diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpikir kritis dalam melakukan asuhan kepada klien khususnya dengan kebutuhan dasar nutrisi (ketidakefektifan pemberian ASI).

− Bagi kebutuhan klien diharapkan menambah wawasan dan informasi dalam mengatasi nutrisi (ketidakefektifan pemberian ASI) yang muncul sebelum tindakan medikasi diberikan.

BAB II

PENGELOLAHAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi (Ketidakefektifan Pemberian ASI) pada Ibu Nifas

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Potter & Perry, 2005).

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan selama pengkajian yaitu (Roito, 2013):

a. Tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi.

b. Payudara dan puting susu.

c. Lokea seperti warna , jumlah, bau.

d. Perineum seperti edema, inflamasi, hematoma, pus, bekas luka.

e. Episiotomi atau robek, jahitan, memar, hemoroid seperti wasir atau ambeien.

f. Ekstremitas seperti varises, betis apakah lemah dan panas, edema.

Perawat dapat menanyakan riwayat kesehatan dan keluhan ibu terkait ketidakefektifan pemberian ASI seperti:

a. Makanan

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar pembuatan ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup.

Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut (Saleha, 2009):

1. Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

2. Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.

3. Minum lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas/hari

4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pascapersalinan.

5. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya memalui ASI.

Bahan makanan yang dibatasi untuk ibu menyusui (Ambarwati, 2009):

1. Yang merangsang, seperti: cabe, merica, jahe, kopi, alkohol.

2. Yang membuat kembung, seperti: ubi, singkong, kool, sawi dan daun bawang.

3. Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak.

b. Ketenangan jiwa dan pikiran

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang (Ambarwati, 2009).

c. Penggunaan alat kontrasepsi

Penggunaan alat kontasepsi pada ibu menyusui, perlu diperhatikan agar tidak mengurangi produksi ASI. Contoh alat kontrasepsi yang bisa digunakan adalah kondom, IUD, pil khusus menyusui ataupun suntik hormonal 3 bulan (Rukiyah, 2011).

d. Perawatan payudara

Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin (Rukiyah, 2011).

e. Anatomis payudara

Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomis papila atau puting susu ibu.

Faktor fisiologi: ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin yang menentukan produksi dan mempertahankan sekresi air susu (Rukiyah, 2011).

f. Pola istirahat

Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam menjalankan fungsinya dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang (Ambarwati, 2009).

g. Pola isapan anak atau frekuensi peyusuan

Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi, frekuensi penyusuan pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda. Studi mengatakan bahwa pada produksi ASI bayi prematur akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan.

Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu.

Sedangkan pada bayi cukup bulan frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup. Sehingga direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan.

Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara (Rukiyah, 2011).

h. Konsumsi rokok dan alkohol

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan menggangu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin (Rukiyah, 2011).

Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosit (Rukiyah, 2011).

Untuk membantu usaha ibu dalam memperbanyak ASI, maka wajib kita melakukan usaha peningkatan penggunaan ASI dengan cara:

Meningkatkan fasilitas bagi ibu bekerja; Cuti menyusi 4 bulan: Selama cuti hanya memberi ASI: Ada waktu untuk memerah ASI. Ada fasilitas untuk memerah dan menyimpan ASI (Rukiyah, 2011).

2. Analisa Data

Pengumpulan data adalah informasi tentang pasien yang dilakukan secara sitematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan pasien. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi pasien (Potter

& Perry, 2005).

Batasan karakteristik yang terkait dengan ketidakefektifan pemberian ASI menurut NANDA adalah:

a. Subjektif

Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya mengenai ketidakefektifan pemberian ASI, contohnya:

− Persepsi suplai ASI yang dikeluarkan kurang dari harapan

− Ketidakpuasan proses menyusui

− Keterlambatan produksi ASI

− Menolak menyusu

b. Objektif

Data yang dapat dikukur, dapat diperoleh menggunakan panca indra (lihat dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Data-data yang terkait ketidakefektifan pemberian ASI yaitu:

− Ketidakadekuatan suplai ASI

− Menggeliat dan menangis di payudara ibu

− Rewel dan menangis dalam waktu satu jam setelah menyusui

− Ketidakmampuan bayi untuk menempel pada payudara ibu dengan benar

− Pengosongan masing-masing payudara setiap kali menyusui yang tidak sempurna

− Kesempatan untuk mengisap pada payudara yang tidak mencukupi

− Mengisap pada payudara tidak kontinue

− Menunjukkan tanda ketidakadekuatan asupan bayi

− Puting terus lecet pada minggu pertama

− Menolak untuk lacth on

− Tidak berespon terhadap tindakan kenyamanan

Faktor yang berhubungan terkait ketidakefektifan pemberian ASI menurut NANDA yaitu:

− Ambivalensi ibu

− Anomali payudara ibu

− Ansietas ibu

− Defek orofaring

− Diskontinuitas pemberian ASI

− Keletihan ibu

− Keluarga tidak mendukung

− Keterlambatan laktogen II

− Kurang pengetahuan orang tua tentang pentingnya pemberian ASI

− Kurang pengetahuan orang tua tentang tenknik menyusui

− Masa cuti melahirkan yang pendek

− Asupan cairan yang tidak adekuat

− Obesitas ibu

− Pembedahan payudara sebelumnya

− Penggunaan dot

− Prematuritas

− Reflek isap bayi yang buruk

− Riwayat kegagalan menyusui sebelumnya

− Suplai ASI tidak cukup

− Tidak cukup waktu untuk menyusu ASI

− Menolak payudara

3. Rumusan masalah

Perumusan masalah keperawatan didasarkan pada identifikasi kebutuhan klien. Bila data pengkajian mulai menunjukkan masalah, perawat diarahkan pada pemilihan diagnosa untuk mengidentifikasi kebutuhan klien, perawat terlebih dahulu menentukan apa masalah kesehatan klien dan apakah masalah tersebut potensial atau aktual (Potter & Perry, 2005).

Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan nutrisi menurut NANDA yaitu:

a. Ketidakcukupan ASI

b. Ketidakefektifan pemberian ASI c. Diskontinuitas pemberian ASI

d. Kesiapan meningkatkan pemberian ASI e. Ketidakefektifan pola makan bayi

f. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh g. Kesiapan meningkatkan nutrisi

h. Obesitas

i. Berat badan berlebih

j. Resiko berat badan berlebih k. Gangguan menelan

4. Perencanaan

Perencanaan adalah teori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry, 2005).

Perencanaan yang diberikan terkait dengan ketidakefektifan pemberian ASI berdasarkan NIC:

− Bantuan pemberian ASI: Menyiapkan seorang ibu baru untuk menyusui bayinya.

− Konseling laktasi: menggunakan proses bantuan interaktif untuk membantu memperhatikan keberhasilan menyusui.

− Supresi laktasi: memfasilitasi penghentian prosuksi ASI dan meniminalkan kongesti payudara setelah melahirkan

Hasil NOC

a. Kemantapan pemberian ASI: bayi, perlekatan bayi yang sesuai pada dan proses menghisap dari payudara ibu untuk memperoleh nutrisi selama 3 minggu pertama pemberian asi

b. Kemantapan pemberian ASI: ibu, kemantapan ibu untuk membuat bayi melekat dengan tepat dan menyusu dari payudara ibu untuk memperoleh nutrisi selama 3 minggu pertama pemberian asi

c. Pemeliharaan pemberian ASI: keberlangsungan pemberian asi untuk menyediakan nutrisi bagi bayi

d. Penapihan pemberian asi: diskontinuitas progresif pemberian asi

e. Pengetahuan pemberian ASI: tingkat pemahaman yang ditunjukkan mengenai laktasi dan pemberian makan bayi melalui proses pemberian asi

Pengkajian:

a. Kaji pengetahuan dan pengalaman ibu dalam pemberian ASI.

b. Kaji kemampuan bayi untuk latch on dan mengsap secara efektif.

c. Kaji pada periode awal pranatal untuk adanya faktor resiko ketidakefektifan pemberian ASI (misalnya usia dibawah 20 tahun, status sosioekonomi yang rendah, puting inversi).

d. Kaji ketidaknyamanan (seperti puting lecet, kongesti payudara).

e. Konseling laktasi (NIC):

− Tentukan keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui

− Evaluasi pemahaman ibu tentang syarat menyusu dari bayi (misalnya, refleks rooting, mengisap, dan terjaga)

− Pantau keterampilan ibu dalam menempelkan bayi ke puting

− Pantau integritas kulit puting

Penyuluhan untuk pasien/keluarga:

a. Instruksikan ibu dalam teknik menyusui yang meningkatkan keterampilan dalam menyusui bayinya.

b. Instruksikan ibu untuk untuk menggunakan kedua payudaranya setiap kali menyusui.

c. Instruksikan kepada ibu tentang alat pemompa payudara untuk mengurangi kongesti payudara memungkinkan puting menonjol dan teknik untuk mempertahankan suplai ASI selama penundaan atau penghentian refleks mengisap bayi.

d. Instruksikan ibu tentang kebutuhan untuk istirahat yang adekuat dan asupan cairan.

e. Konseling laktasi (NIC):

− Sediakan informasi tentang keuntungan dan kerugian pemberian ASI.

− Perbaiki salah konsepsi, salah informasi, dan ketidakakuratan tentang pemberian ASI.

− Demontrasikan latihan menghisap, jika perlu.

− Rekomendasikan perawatan payudara, jika perlu.

B. Asuhan Keperawatan Kasus

1. Pengkajian

A. BIODATA

Nama : Ny. E

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 26 tahun

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jln. Pembangunan, Lingkungan I, Kelurahan Siti Rejo II, Kecamatan Medan Amplas

Nifas : Nifas hari ke 14 Tanggal Persalinan : 11 Mei 2016 Tanggal Pengkajian : 24 Mei 2016

B. KELUHAN UTAMA

Klien mengatakan setelah melahirkan ASI tidak keluar selama seminggu sehingga bayi diberi susu formula (keterlambatan produksi ASI), klien mengatakan bayi menolak menyusu, klien mengatakan puting susu tidak keluar, klien mengatakan ASI nya keluar setelah seminggu persalinan tetapi produksi ASI nya hanya sedikit, klien mengatakan tidak tahu cara perawatan payudara, isapan bayi pada payudara tidak kontinue dan bayi menolak untuk lacth on.

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG a. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya:

Klien mengatakan bayinya menolak menyusu karena puting susu tidak menonjol keluar

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan:

Klien mengatasinya hanya dengan memberi bayi susu formula.

b. Severity : klien menyatakan keinginan untuk meningkatkan kemampuan memberi ASI eksklusif

D. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

a. Penyakit yang pernah dialami :Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit

b. Pengobatan/tindakan yang dilakukan : Tidak ada

c. Pernah dirawat/dioperasi : Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit

d. Lama dirawat : Tidak ada

e. Alergi : Pasien tidak mempunyai riwayat

alergi

f. Imunisasi : Lengkap

E. KESEHATAN KELUARGA a. Orang tua

Orang tua pasien tidak memiliki penyakit berat.

b. Saudara kandung

Saudara kandung pasien tidak memiliki riwayat penyakit.

c. Penyakit keturunan yang ada

Pada garis keturunan, keluarga klien tidak memiliki penyakit keturunan.

d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Tidak ada keluarga klien yang memiliki riwayat atau mengalami gangguan jiwa.

e. Anggota keluarga yang meninggal

Tidak ada anggota keluarga pasien yang meninggal f. Penyebab meninggal

Tidak ada.

F. RIWAYAT OBSTETRIK

G: 1 P: 1 A: 0 TTP:11 Mei 2016

NO Umur Kompikasi/Masalah Kondisi

Anak

Penolong Kehamilan Persalinan Nifas

1 2

G. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL a. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Persepsi klien terhadap pemberian ASI itu adalah pemberian ASI sangat penting, tetapi klien tidak tahu cara mengatasinya.

b. Konsep diri:

− Gambaran diri

Klien menerima seluruh bagian tubuhnya, tanpa merasa ada yang kurang

− Ideal diri

Klien menginginkan mampu memberi ASI kepada bayinya

− Harga diri

Klien cukup dihargai di lingkungan sekitar dan dalam pengambilan keputusan di lingkungan keluarga

− Peran diri

Klien berperan sebagai orang tua dan sebagai istri yang memiliki satu anak.

− Identitas

Semenjak melahirkan pasien hanya melakukan aktivitas di rumah seperti merawat bayinya.

c. Keadaan emosi : Keadaan emosi klien stabil

d. Hubungan sosial

− Orang yang berarti:

Orang tua, terutama ibu klien adalah orang yang berarti bagi klien.

− Hubungan dengan keluarga:

Hubungan klien dengan keluarga baik

− Hubungan dengan orang lain:

Hubungan klien dengan orang lain baik, tampak teman-teman dan tetangga klien datang menjenguk klien.

− Hambatan dalam hubungan dengan orang lain:

Klien tidak memiliki hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

e. Spirilual

− Nilai dan keyakinan

Klien meyakini Allah SWT sebagai Tuhan yang berkuasa atas segalanya dan hanya kepada-Nya tempat memohon.

− Kegiatan ibadah

Klien rajin mengerjakan shalat 5 waktu.

H. PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan umum

Tingkat kesadaran klien baik

b. Tanda-tanda vital

− Suhu tubuh : 36,8 oC

− Tekanan darah : 110/70 mmHg

− Nadi : 78 x/menit

− Pernapasan : 20 x/menit

− TB : 158 cm

− BB : 55 kg

c. Pemeriksaan Head to toe Kepala dan rambut

− Bentuk : Simetris

− Ubun-ubun : Normal, fontanel berada di tengah, tidak tedapat lesi

− Kulit kepala : Bersih

Rambut

− Penyebaran dan keadaan rambut : Penyebaran merata, dengan rambut lurus

− Bau : Rambut klien tidak bau

− Warna kulit : Hitam

Wajah

− Warna kulit : Putih

− Struktur wajah : Simetris

Mata

− Kelengkapan dan kesimetrisan : Normal, simetris antara dextra dan sinistra

− Palpebra : Normal, dapat menutup dan

membuka mata, tidak ada kemerahan.

− Konjungtiva dan skela : Konjungtiva tidak anemis, sklera putih tidak ikterik

− Pupil : Isokor (sama kanan kiri), posisi di tengah

− Cornea dan iris : Tidak dilakukan pemeriksaan

− Visus : penglihatan pasien bagus

− Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan

Hidung

− Tulang hidung dan posisi septum nas : Normal, berada di tengah.

− Lubang hidung : Normal, simetris antara

dextra dan sinistra

− Cuping hidung : Tidak ada pernapasan

cuping hidung

Telinga

− Bentuk telinga : Simetris antara dextra dan sinistra

− Ukuran teringa : Normal

− Lubang telinga : Normal, tidak ada lateralisasi telinga kanan dan kiri

Mulut dan faring

− Keadaan bibir : Normal dan lembab

− Keadaan gusi dan gigi : Gusi klien merah muda dan gigi klien lengkap

− Keadaan lidah : Lembab

− Orofaring : Normal, tampak klien tidak mengalami gangguan dalam proses menelan

Leher

− Posisi trachea : Berada di tengah

− Thyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid

− Suara : Suara klien jelas

− Kelenjar limfa : Tidak ada pembesaran kelenjar limfa

− Vena jugularis : Tidak ada pembesaran vena jugularis

− Denyut nadi karotis : Teraba kuat

Pemeriksaan integumen

− Kebersihan : Kulit klien bersih

− Kehangatan : Akral hangat

− Warna : Putih

− Turgor : Kembali < 3 detik

− Kelembapan : Kulit teraba lembab

− Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan pada kulit

Pemeriksaan payudara

− Ukuran dan betuk : Normal, ukuran sama

− Warna payudara dan aerola : aerola berwarna hitam.

− Kondisi payudara dan puting : Kondisi payudara kotor, puting klien tidak menonjol keluar

− Produksi ASI : Produksi ASI klien hanya sedikit.

Pemeriksaan thoraks/dada

− Pernapasan (frekuensi, irama) : Pola napas pasien teratur, RR: 20 x/mentit

− Tanda kesulitas bernapas : Tidak ada

Pemeriksaan paru

− Palpasi getaran suara : Simetris antara dextra dan sinistra saat klien bernapas

− Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan

− Auskultasi : Tidak terdapat suara tambahan

Pemeriksaan abdomen

− Inspeksi : Normal, tidak ada massa, tidak ada trauma

− Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak dijumpai massa, tanda acites (−)

Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

− Genetalia : Rambut pubis ada

− Anus : Anus pasien normal

− Pada ibu nifas (kondisi lochea, konsistensi warna, bau, kondisi perineum;

episiotomi ada/tidak, REEDA) :

Lochea klien berwarna putih kekuningan (lochea alba), eposiotomi ada, kondisi perineumnya sudah membaik, tanda REEDA tidak ada yaitu redness (kemerahan), edema (bengkak), drainage (rembesan), dan approximatly (jahitan tidak menyatu) tidak ada.

Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas

− Kesimetrisan : Simetris antara dextra dan sinistra

− Kekuatan otot : Kuat

− Edema : Tidak ada edema

Pemeriksaan neurologi (Nervus cranial)

− Nervus Optikus : Mampu membaca dalam jarak 1 meter

− Nervus Okulamotorik, Trochlehar, dan Abducen :

Bola mata dapat melihat kearah vertical, horizontal, dan rotatoar, pupil isokor, pupil mengecil ketika diberi rangsangan cahaya

− Nervus Trigeminus : Otot masetter dan temporalis sebagai otot mengunyah normal

− Nervus Fasialis : Klien dapat menggelembungkan pipi, mengerutkan dahi, tersenyum, dan tertawa

− Nervus Koklearis : Klien dapat mendengarkan bunyi arloji

− Nervus Glosofaringeus : Uvula berada di tengah, tidak ada tanda meradang

− Nervus Vagus : Klien mampu menelan

− Nervus Hypoglosus : Klien dapat menjulurkan lidah dan menggulang

Fungsi motorik

Klien dapat mengangkat tangan, mengangkat kaki, duduk, dan berganti posisi.

Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas, dingin, getaran)

Klien mampu membedakan benda yang bertekstur halus dan kasar, dapat membedakan panas dan dingin.

I. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI a. Pola makan dan minum

− Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari

− Nafsu/selera makan : Nafsu makan klien bagus

− Nyeri ulu hati : Tidak ada

− Alergi : Tidak ada riwayat alergi

− Mual dan muntah : Tidak ada mual dan muntah

− Waktu pemberian makan : Pagi pukul 08.00, siang pukul 13.00, dan malam 20.00 WIB

− Jumlah dan jenis makanan : Jenis makanan yang diberikan yaitu nasi, ikan, sayur dan buah, serta klien tidak suka minum susu.

− Waktu pemberian cairan/minum :

Klien minum saat setelah beraktivitas dan selesai makan serta disaat klien haus, klien minum kurang lebih 7 gelas (1050 ml gelas/hari)

− Masalah makan dan minum : Klien tidak mempunyai masalah dalam makan dan minum

b. Aktivitas/Istirahat Sebelum melahirkan

− Tidur malam : 6-8 jam yaitu pukul 23.00 – 06.00 WIB

− Tidur siang : klien tidak terbiasa tidur siang

− Kwantitas : kadang klien terbangun di malam hari karena ingin BAK

Setelah melahirkan

− Tidur malam : klien tidur lebih awal yaitu pukul 21.00 – 01.00 WIB

− Tidur siang : pukul 11.00 – 14.00 WIB

− Kwantitas : klien sering terbangun, setiap pukul 01.00 WIB, pukul 03.00 WIB serta pukul 04.00 WIB karena bayinya rewel, susah untuk memulai tidur lagi, klien merasa kelelahan, mengantuk, kurang energi, kurang minat terhadap sekitar dan tidur nya tidak memuaskan karena tanggung jawab nya sebagai orang tua.

c. Perawatan diri/personal hygiene

− Kebersihan tubuh : Bersih

− Kebersihan gigi dan mulut : Bersih, tidak terdapat plak dan karies

− Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku klien panjang

d. Pola kegiatan/aktivitas

− Uraian aktivitas pasien untuk mandi makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total

Aktivitas sehari-hari klien dilakukan seicara mandiri. Kegiatan atau aktivitas setiap harinya yaitu mengurus bayi nya.

− Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit Selama dirawat dirumah klien tetap dapat menjalan shalatnya.

J. POLA ELIMINASI a. BAB

− Pola BAB : Normal, 1 kali sehari

− Karakteristik feses : Normal, feses berbentuk dan berwarna kuning

− Riwayat pendarahan : Tidak ada riwayat pendarahan

− BAB terakhir : 1 hari yang lalu

− Diare : Tidak ada

− Penggunaan laktasif : Tidak ada

b. BAK

− Pola BAK : 6-7 kali / hari

− Karakteristik urin : kuning

− Kesulitan BAK : Tidak ada kesulitan BAK

− Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak ada riwayat penyakit ginjal

− Penggunaan diuretik : Tidak ada penggunaan diuretik

− Upaya mengatasi masalah : Tidak ada

K. MEKANISME KOPING

Adaptif, menyelesaikan masalah dengan berdiskusi dengan anggota keluarga.

2. Analisa Data

No Data Penyebab Masalah

Keperawatan 1 DS:

− Klien mengatakan setelah melahirkan ASI tidak keluar selama seminggu sehingga bayi diberi susu formula (keterlambatan produksi ASI)

− Klien mengatakan bayi menolak menyusu

− Klien mengatakan produksi ASI nya hanya sedikit setelah seminggu melahirkan

− Klien mengatakan tidak tahu cara perawatan payudara.

DO:

− Riwayat obstetri: G1P1A0

− Tampak ketidakadekuatan suplai ASI

− Puting susu klien tidak menonjol keluar

− Payudara dan puting tampak kotor

− Isapan bayi pada payudara tidak kontinue

2. DS:

− Klien mengatakan kurang puas dengan tidur nya karena tanggung jawab menjadi orang tua.

− Sebelum melahirkan klien tidur malam jam 6-8 jam yaitu pukul 23.00 – 06.00 WIB, setelah melahirkan tidur malam klien lebih cepat yaitu pukul 21.00 – 01.00 WIB

− Klien mengatakan sering terbangun, setiap pukul 01.00 WIB, pukul 03.00 WIB serta pukul 04.00 WIB karena bayinya rewel

− Susah untuk memulai tidur lagi jika terbagun di malam hari.

− Klien tampak mengantuk

− Klien tampak kurang energi

− Klien tampak kurang minat

Primipara

terhadap sekitar

− Kebutuhan istirahat klien meningkat seperti sebelum melahirkan klien tidak terbiasa tidur siang, tetapi setelah melahirkan klien tidur siang sekitar 2-3 jam yaitu dari pukul 11.00 – 14.00 WIB dan tidur malam klien lebih cepat 21.00 WIB

3. Rumusan Masalah

Masalah Keperawatan

Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan. Masalah yang muncul berdasarkan prioritas yang didasari kriteria yang harus ditangani dan segera. Berikut beberapa masalah yang muncul berdasarkan analisa data:

1. Ketidakefektifan pemberian ASI 2. Keletihan

Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pemberian ASI b/d anomali payudara ibu d/d klien mengatakan setelah melahirkan ASI tidak keluar selama seminggu sehingga bayi diberi susu formula (keterlambatan produksi ASI), bayi menolak menyusu, produksi ASI hanya sedikit setelah seminggu melahirkan, klien mengatakan kurang mengetahui cara perawatan payudara, puting susu tidak menonjol keluar, payudara dan puting tampak kotor, isapan bayi pada payudara tidak kontinue, bayi menolak untuk lacth on, tampak ketidakadekuatan suplai ASI dan riwayat obstetri: G1P1A0

2. Keletihan b/d gangguan tidur d/d klien mengatakan kurang puas dengan tidurnya karena tanggung jawab menjadi orang tua, sebelum melahirkan klien tidur malam jam 6-8 jam yaitu pukul 23.00 – 06.00 WIB, setelah melahirkan tidur malam klien lebih cepat yaitu pukul 21.00 – 01.00 WIB, sering terbangun, setiap pukul 01.00 WIB, pukul 03.00 WIB serta pukul 04.00 WIB karena bayinya rewel, kebutuhan istirahat klien meningkat seperti sebelum melahirkan klien tidak terbiasa tidur siang tetapi setelah melahirkan klien tidur siang sekitar 2-3 jam yaitu dari pukul 11.00 –

2. Keletihan b/d gangguan tidur d/d klien mengatakan kurang puas dengan tidurnya karena tanggung jawab menjadi orang tua, sebelum melahirkan klien tidur malam jam 6-8 jam yaitu pukul 23.00 – 06.00 WIB, setelah melahirkan tidur malam klien lebih cepat yaitu pukul 21.00 – 01.00 WIB, sering terbangun, setiap pukul 01.00 WIB, pukul 03.00 WIB serta pukul 04.00 WIB karena bayinya rewel, kebutuhan istirahat klien meningkat seperti sebelum melahirkan klien tidak terbiasa tidur siang tetapi setelah melahirkan klien tidur siang sekitar 2-3 jam yaitu dari pukul 11.00 –

Dokumen terkait