• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. METODE PENELITIAN

4.3 Manfaat Kawasan Konservasi Perairan bagi Perikanan

4.3.1 Korelasi Ekosistem Terumbu Karang terhadap Komunitas Ikan

Claudet et al. (2006) menunjukkan dengan jelas manfaat kawasan konservasi perairan bagi perikanan melalui perbedaan jumlah kelimpahan ikan karang dan jenis ikan karang suatu perairan yang dikelola dalam suatu kawasan konservasi dengan perairan umum terbuka yang tidak dikelola sebagai kawasan konservasi. Selain itu, keberagaman jenis dan ukuran menjadi suatu indikasi bahwa kawasan tersebut menjadi daerah yang nyaman bagi perkembangan ikan sehingga dapat menjadi stok bagi perikanan selanjutnya.

Hal yang sama ditunjukkan oleh Syms dan Jones (2001) serta Bell dan Galzin (1984) yang membuktikan bahwa terumbu karang sebagai habitat bagi beragam jenis ikan karang memberikan korelasi yang positif bagi kelimpahan ikan dan jenis ikan. Penelitian yang dilakukan oleh Syms dan Jones (2001) menjelaskan bahwa kondisi habitat terumbu karang yang terjaga akan mampu mempertahankan keberadaan ikan karang, sementara habitat terumbu karang yang terganggu akan menyebabkan migrasinya ikan-ikan karang dari lokasi tersebut.

Sementara itu, Bell dan Galzin (1984) menunjukkan hubungan tutupan karang hidup sebagai habitat utama yang dapat membangun ekosistem terumbu karang menjadi habitat bagi ikan-ikan karang, dimana hal tersebut ditunjukkan oleh besarnya jumlah keseluruhan spesies, jumlah spesies, dan kelimpahan individu per luasan persentase tutupan karang tertentu. Hubungan antara persentase tutupan karang hidup dengan kelimpahan ikan di Kawasan Konservasi Perairan Berau disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12. Hubungan Persentase Tutupan Karang Hidup dengan Kelimpahan Ikan Karang

Berdasarkan grafik di atas, maka dapat dilihat bahwa tutupan karang hidup memberikan pengaruh positif terhadap kelimpahan ikan, hal tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 73,22% (Lampiran 14). Total kelimpahan ikan dalam penelitian ini merupakan jumlah seluruh individu yang terdapat dalam persentase luas tutupan karang yang diamati, dimana berdasarkan hal tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap 1 % tutupan karang dapat memberikan masukan individu ikan sebesar 4,8369 x – 27,401 ekor.

40 y = 385,91x + 1284,9 R2 = 0,8368 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 0 2 4 6 8 10 12 14 16

Jumlah bubu/trip nelayan hari

H as il tan gk ap an k er ap u (gr am ) y = -2,7555x + 778,3 R2 = 0,7735 300 350 400 450 500 550 600 650 700 0 20 40 60 80 100 120

Jumlah Perangkap (Bubu)

C P U E ( gr /b u b u )

4.3.2 Kegiatan Perikanan terhadap Perekonomian Masyarakat

Kegiatan perikanan atau penangkapan ikan merupakan mata pencaharian yang umumnya dilakukan oleh masyarakat pesisir Kabupaten Berau. Salah satu yang menjadi target utama penangkapan nelayan adalah ikan kerapu. Tingginya permintaan masyarakat nelayan terhadap sumber daya ikan kerapu menunjukkan bahwa ikan kerapu memiliki peranan penting yang dapat mempengaruhi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Pengamatan terhadap hasil tangkapan harian ikan kerapu dari 150 orang nelayan kerapu di lokasi penelitian selama lima belas hari menunjukkan korelasi positif antara jumlah bubu terhadap hasil tangkapan kerapu (Lampiran 15), hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Tren Produksi Harian Ikan Kerapu

Korelasi jumlah bubu/trip/nelayan/ hari dan hasil tangkapan kerapu bernilai positif, seperti yang dilihat pada gambar diatas yang menunjukkan bahwa pada selang kepercayaan 95% dapat dijelaskan bahwa satu jumlah bubu dapat menambah tangkapan kerapu sekitar 1600 gram dengan nilai determinasi sebesar 83,68 %. Meskipun demikian, produksi harian kerapu selama penelitian cenderung turun (Lampiran 16). Penurunan yang terjadi disebabkan oleh waktu penelitian yang dilakukan pada akhir tahun yaitu bulan Desember, karena pada bulan Desember merupakan musim barat dimana hasil tangkapan minimal terjadi. Kemampuan alat tangkap (bubu) dalam menghasilkan ikan kerapu harian selama penelitian juga menunjukkan penurunan, hal tersebut digambarkan pada Gambar 14.

y = 298,57x - 24670 R2 = 0,9002 100.000,0000 110.000,0000 120.000,0000 130.000,0000 140.000,0000 150.000,0000 160.000,0000 170.000,0000 180.000,0000 190.000,0000 450,0000 500,0000 550,0000 600,0000 650,0000 700,0000 750,0000 CPUE Harian (gr/bubu)

R P U E H ar ian (R p /gr b u b u ) y = -798,85x + 205972 R2 = 0,6565 50000 70000 90000 110000 130000 150000 170000 190000 210000 30 40 50 60 70 80 90 100 110 Perangkap (Bubu) R PU E ( R p /b u b u /h r )

Berdasarkan gambar 15 tersebut, dapat disimpulkan bahwa selama waktu penelitian terjadi penurunan terhadap kemampuan bubu dalam menghasilkan tangkapan kerapu. Pada selang kepercayaan 95% dapat dijelaskan sebesar 77,35% bahwa peningkatan jumlah bubu harian yang digunakan untuk menangkap ikan kerapu mengakibatkan menurunnya hasil tangkapan harian per bubu, hal tersebut terjadi karena ikan kerapu menyebar pada bubu yang tersedia. Dengan mengetahui kemampuan alat tangkap bubu dalam menghasilkan ikan kerapu dan harga ikan kerapu di Kabupaten Berau setiap hari selama penelitian, maka dapat diduga nilai revenue per unit of effort (RPUE) yang berguna dalam menduga pendapatan atau keuntungan yang dapat diperoleh. Manfaat ini dapat dilihat dari nilai pasar terhadap sumber daya ikan atau jumlah produksi. Nilai pendapatan per satuan upaya (revenue per unit of effort) per hari yang diperoleh nelayan selama penelitian yang dilakukan di Kabupaten Berau dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Tren Penurunan RPUE Harian

Analisis nilai per satuan upaya (RPUE) dapat digunakan untuk melihat dinamika peramalan keuntungan bagi nelayan. Berdasarkan hasil analisis regresi linear, dapat dijelaskan bahwa peningkatan jumlah bubu mengakibatkan nilai pendapatan harian yang diperoleh nelayan kerapu menurun. Hal ini dibuktikan oleh hubungan yang dihasilkan yaitu sebesar 65,66% (Lampiran 17). Penurunan pendapatan yang diperoleh nelayan dapat terjadi akibat adanya tambahan biaya produksi untuk pemasangan setiap bubu dalam menangkap kerapu. Untuk melihat lebih jelas mengenai hubungan antara tangkapan kerapu per bubu dengan pendapatan yang diperoleh per gram kerapu per bubu (Rp/gr /bubu) dapat dilihat pada Gambar 16.

42 300 350 400 450 500 550 600 650 700 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Hari ke- C PU E ( g r /o r a n g /t r ip ) 50000 70000 90000 110000 130000 150000 170000 190000 210000 R PU E ( R p /g r /o r a n g ) CPUE Harian RPUE Harian Grafik tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara CPUE dengan RPUE memiliki keeratan yang tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi yang diperoleh yaitu 90 %, dengan demikian kita percaya bahwa besarnya nilai CPUE dapat mempengaruhi nilai RPUE. Perbandingan antara hasil tangkapan ikan kerapu per bubu per hari dengan nilai (harga) ikan kerapu per bubu per hari yang terjadi di Kabupaten Berau mengalami dinamika seperti yang disajikan pada Gambar 17.

Gambar 17. Dinamika Nilai CPUE dan RPUE Harian

Selain analisis RPUE, dilakukan juga analisis permintaan. Pendugaan fungsi permintaan untuk menilai manfaat langsung dari ekosistem terumbu karang dalam menghasilkan ikan kerapu dapat didekati dengan nilai surplus konsumen. Analisis permintaan dilakukan untuk menduga nilai surplus konsumen yang diperoleh nelayan dari kegiatan penangkapan ikan. Pendugaan surplus konsumen ini dilihat dari hubungan hasil tangkapan ikan kerapu di Kabupaten Berau yang dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu, pengalaman nelayan, jumlah tanggungan, pendidikandan pendapatan harian nelayan (Lampiran 18). Hasil analisis hubungan hasil tangkapan dengan faktor-faktor tersebut yang dianalisis dengan metode regresi berganda disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Koefisien Regresi Manfaat Sumber Daya Ikan Kerapu di Kabupaten Berau

Koefisien Standard Error

T Stat P-value Lower

95% Upper 95% Intersep 0,0001 0,3589 0,0003 0,9998 -0,7093 0,7096 Pengalaman 0,0904 0,0302 2,9900 0,0033 0,0306 0,1502 Jumlah Tanggungan 0,0248 0,0092 2,7083 0,0076 0,0067 0,0420 Pendapatan 0,9202 0,0250 36,8814 0,0000 0,8709 0,9696 Pendidikan 0,1232 0,0332 3,7094 0,0003 0,5758 0,1880

Nilai manfaat dan surplus konsumen untuk total pemanfaatan langsung ikan kerapu dapat diidentifikasi berdasarkan hasil olahan data primer harian yang diperoleh dari wawancara dan pengisian kuesioner oleh nelayan (Lampiran 19). Surplus konsumen merupakan selisih antara harga yang dibayarkan untuk mendapat barang atau jasa (willingness to pay) dari rata-rata jumlah sumber daya ikan kerapu dikali dengan harga per unit sumber daya yang dikonsumsi. Hasil

penghitungan manfaat karang dalam menghasilkan ikan kerapu di Kabupaten Berau dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Pendugaan Nilai Manfaat dan Surplus Konsumen Ekosistem Karang terhadap Nelayan Kerapu

Q (Permintaan Ikan – kg/hari) Utilitas (Rp) Surplus Konsumen (Rp)

Q = 4,0867 U = Float (¥) CS = Float (¥)

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai manfaat pemanfaatan ikan kerapu oleh nelayan di Kabupaten Berau bersifat datar (float), nilai manfaat atau total harga yang dibayarkan (WTP) dari pemanfaatan potensi ikan kerapu di Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Berau bersifat datar karena ikan kerapu merupakan komoditas ekspor yang memiliki kisaran harga yang tetap yaitu ± Rp. 300.000,00 per kg, sehingga nilai surplus konsumen terhadap pemanfaatan ikan kerapu juga bersifat datar. Hasil analisis diperoleh harga rata-rata harian ikan kerapu hasil penelitian sebesar Rp. 222.600,00 per kilogram dengan nilai total yang dibayarkan Rp. 909.600,00 per rata-rata hasil tangkapan per hari. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis Nilai Manfaat Ikan Kerapu

Rata-rata Harga Q (Permintaan Ikan-kg/hr) WTP

Rp. 222 600,00 4,0867 Rp. 909 600,00

Hasil analisis nilai manfaat yang diperoleh digunakan untuk menganalisis permintaan konsumen terhadap sumber daya ikan kerapu sebagai produk dari ekosistem terumbu karang. Kurva permintaan berdasarkan nilai manfaat (utilitas) konsumen disajikan pada Gambar 18.

Gambar 18. Kurva Permintaan Konsumen Terhadap Ikan Kerapu P

44

Pendugaan nilai ekonomi sumber daya adalah suatu upaya untuk menilai manfaat dan biaya dari ekosistem karang yang ada di KKP Berau. Valuasi ekonomi sumber daya ikan kerapu bertujuan untuk melihat pemanfaatan ikan kerapu yang dihasilkan oleh ekosistem terumbu karang. Gambar kurva permintaan diatas menunjukkan nilai P yang menyatakan harga rata-rata harian ikan kerapu, sedangkan Q menyatakan jumlah tangkapan rata-rata harian dari ikan kerapu yang terdapat di Kabupaten Berau (Lampiran 20). Berdasarkan hasil analisis dengan bantuan perangkat lunak, rata-rata harga ikan kerapu per kg Rp. 241.472,8014 dengan rata-rata harga yang dibayarkan sebesar Rp. 986.826,8975 per nelayan untuk hasil tangkapan rata-rata yang diperoleh dan dugaan nilai surplus konsumen sebesar Rp. 4.150.000.

Dokumen terkait