• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat Penelitian

Dalam dokumen ANALISIS PENGARUH CURRENT RATIO (Halaman 22-0)

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak berikut :

1. Bagi investor

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para investor maupun calon investor dalam memprediksi profitabilitas supaya dapat mengambil keputusan berinvestasi dan bisnis dengan tepat di masa yang akan datang.

2. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperdalam wawasan peneliti mengenai profitabilitas serta mengembangkan ide-ide tentang profitabilitas.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini menjadi bahan referensi tambahan sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan dalam melakukan penelitian serupa.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agency Theory

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan sebagai

“agency relationship as a contract under which one or more person (the principals) engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent”.

Hubungan keagenan muncul ketika satu atau lebih principal mempekerjakan agent untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Dengan demikian, seorang agent wajib untuk mempertanggungjawabkan mandat yang diberikan oleh principal kepadanya.

Dalam perusahaan, hubungan antara principal dan agent ini diwakilkan oleh hubungan antara pemegang saham dan manajer. Pemegang saham bertindak sebagai principal, sedangkan manajer bertindak sebagai agent. Dalam hubungan ini, memungkinkan terjadinya konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Manajer sebagai pihak yang mengelola kegiatan perusahaan sehari-hari memiliki lebih banyak informasi internal dibandingkan pemegang saham.

Manajer berkewajiban untuk memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemegang saham melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut penting bagi para pengguna informasi eksternal terutama karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya. Ketidakseimbangan penguasaan informasi akan

memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetris informasi (asymmetry information). Asimetri antara manajemen dengan pemegang saham dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) dalam rangka menyesatkan pemegang saham mengenai kinerja ekonomi perusahaan.

2.2 Signalling Theory

Signalling theory adalah sinyal informasi yang dibutuhkan oleh para investor untuk menentukan apakah investor tersebut akan menanamkan sahamnya pada perusahaan yang bersangkutan atau tidak. Teori ini muncul karena adanya pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko perusahaan (asimetri informasi). Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih dari pihak lainnya.

Banyak hal yang perlu dipertimbangkan oleh investor sebelum maupun sesudah melakukan investasi. Teori ini berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi investor untuk mengembangkan sahamnya yang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam menentukan arah atau prospek perusahaan ke depan. Oleh sebab itu, manajemen diharapkan mampu menyampaikan informasi yang berkaitan dengan perusahaan sebagai wujud tanggung jawab manajemen atas pengelolaan perusahaan.

Informasi yang dipublikasikan oleh perusahaan dapat memberikan sinyal bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Jika informasi yang dipublikasikan perusahaan tersebut mengandung nilai positif, diharapkan pasar akan bereaksi pada saat informasi diterima oleh pelaku pasar (Hartono, 2000:392).

Signalling Theory menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk.

Untuk mendapatkan sinyal yang efektif, maka sinyal tersebut harus dapat ditangkap dan dipersepsikan baik, sehingga tidak mudah ditiru perusahaan yang berkualitas buruk.

2.3 Laporan Keuangan

Laporan keuangan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 (2014) adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Menurut Kasmir (2008:7) “laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam satu periode tertentu”.

Pada umumnya laporan keuangan perusahaan itu terdiri dari lima komponen, yakni laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Adapun tujuan diterbitkannya laporan keuangan yaitu sebagai alat yang memberikan informasi tentang keadaan perusahaan tersebut, baik dari segi operasional perusahaan ataupun aset dan liabilitas yang dimiliki oleh perusahaan.

Laporan keuangan ini biasanya digunakan oleh para stakeholder untuk memutuskan dan mengambil keputusan bisnis. Stakeholder itu ada dari external user dan internal user. External user itu meliputi kreditur, para investor maupun calon investor, pemasok, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat. Internal user itu meliputi karyawan, dan para manajer yang bersangkutan.

2.4 Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama periode tertentu, keadaan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan.

Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisis keuangan melibatkan: (1) perbandingan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain, khususnya yang bergerak dalam industri yang sama, dan (2) mengevaluasi tren posisi keuangan perusahaan selama ini (Brigham dan Houston, 2010:133).

Sedangkan manfaat analisis laporan keuangan menurut Brigham dan Houston (2010:133) adalah

Dari sudut pandang investor, peramalan masa depan adalah inti dari analisis laporan keuangan yang sebenarnya. Sedangkan dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan berguna untuk membantu mengantisipasi kondisi masa depan, yang lebih penting lagi adalah sebagai titik awal untuk merencanakan tindakan-tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa di masa depan.

Jadi dapat disimpulkan ada beberapa cara dalam menganalisis laporan keuangan, yakni dengan menggunakan analisis rasio dan analisis tren. Di dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan analisis rasio untuk menganalisis profitabilitas perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Analisis rasio keuangan merupakan teknik dalam menganalisis laporan keuangan yang banyak digunakan untuk menilai kinerja keuangan suatu

perusahaan. Menurut Wild, dkk. (2005:36) “analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio”.

2.5 Profitabilitas

Menurut Gitman (2003:591), “Profitability is the relationship between revenues and cost generated by using the firm’s asset-both current and fixed-in productive activities.” Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005:118), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri.

Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa tujuan utama perusahaan beroperasi adalah untuk mendapatkan laba yang optimum. Untuk itu, para manajemen tentunya harus bekerja semaksimal mungkin untuk mendapatkan laba.

Dengan mendapatkan laba yang maksimal, tentunya ini akan meningkatkan profitabilitas perusahaan. Hal ini akan menarik para investor untuk mempercayakan modalnya kepada perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi.

Akan tetapi, jika perusahaan tidak dapat mendapatkan keuntungan, tentunya modal dari luar akan sulit didapat.

2.5.1 Return On Equity (ROE)

Menurut Harahap (2008:305), return on equity (ROE) merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total ekuitas. Return On Equity (ROE) adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur

tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Rumus untuk menghitung Return on Equity (ROE) adalah:

𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 (𝑅𝑂𝐸) = 𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥

𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 x 100%

Rasio ini menunjukkan seberapa besar laba bersih yang didapatkan dengan menggunakan modal yang ada. Selain itu, rasio ini juga menunjukkan seberapa efisien penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena menunjukkan posisi pemilik perusahaan yang semakin kuat.

2.6 Current Ratio

Current ratio (rasio lancar) merupakan jenis dari rasio likuiditas. Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi liabilitas jangka pendeknya. Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan membayar seluruh liabilitas finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aset lancar yang tersedia. Dengan kata lain, seberapa banyak aset lancar yang tersedia untuk menutupi liabilitas jangka pendek yang segera jatuh tempo.

Menurut Munawir (2005:72), “rasio yang paling umum digunakan untuk menganalisis posisi modal kerja perusahaan adalah current ratio, yaitu perbandingan antara jumlah aset lancar dengan liabilitas lancar”. Rasio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar yang segera dapat dijadikan uang ada

sekian kalinya dari liabilitas jangka pendek. Rumus current ratio adalah sebagai berikut:

Current Ratio (CR) = Aset Lancar Liabilitas Lancar

Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Tidak ada ketentuan yang mutlak tentang berapa tingkat current ratio yang dianggap baik atau yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan karena biasanya tingkat current ratio ini juga sangat tergantung kepada jenis usaha dari masing-masing perusahaan. Current ratio merupakan indikator sesungguhnya dari likuiditas perusahaan, karena perhitungan tersebut mempertimbangkan hubungan relatif antara aset lancar dengan liabilitas lancar untuk masing-masing perusahaan.

Jika liabilitas lancar dari perusahaan naik lebih cepat daripada aset lancar, maka current ratio akan turun, dan ini merupakan pertanda adanya masalah bagi perusahaan tersebut. (Brigham dan Houston, 2010:135)

2.7 Debt to Equtiy Ratio

Debt to Equity Ratio merupakan rasio keuangan yang tergolong kelompok rasio solvabilitas. Debt to Equity Ratio adalah rasio yang menggunakan liabilitas dan modal untuk mengukur besarnya rasio. Debt to Equity Ratio menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman.

Debt to Equtiy Ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Debt to Equity Ratio (DER) = Total Liabilitas Total Ekuitas

Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan kreditor dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan liabilitas.

2.8 Net Profit Margin

Menurut Martono dan Harjito (2005:59), “Margin Laba (Net Profit Margin) merupakan keuntungan penjualan setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan”. Margin ini menunjukkan perbandingan laba bersih setelah pajak (EAT) dengan penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:

Net Profit Margin (NPM) = Laba Bersih Penjualan

Net Profit Margin mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan penjualan yang dicapai perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin efisien dalam produksi, personalia, pemasaran, dan keuangannya (Sudana, 2011).

2.9 Total Asset Turnover

Total assets turnover merupakan rasio antara jumlah aset yang digunakan dengan jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tertentu. Rasio perputaran total aset menurut Brigham dan Houston (2010:139), “mengukur perputaran seluruh aset perusahaan, dan dihitung dengan membagi penjualan dengan total aset”. Formula untuk menghitung total asset turnover adalah sebagai berikut:

Total Asset Turnover (TATO) = Penjualan

Total Asset

Apabila dalam menganalisis rasio ini selama beberapa periode menunjukkan suatu tren yang cenderung meningkat, memberikan gambaran bahwa semakin efisiensi penggunaan aset sehingga hasil usaha akan meningkat (Sawir, 2001:56).

2.10 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, dan Total Asset Turnover terhadap profitabilitas sudah pernah dilakukan oleh peneliti – peneliti sebelumnya. Hasil penelitian tersebut dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Argananta parsial CR dan DER tidak berpengaruh signifikan Ratio dan Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Return on

Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

• Profitabilitas (ROE) Equity. Secara parsial variabel Current Ratio dan Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap parsial, variabel current ratio, net profit margin, dan debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap variabel return on equity. Secara parsial, total asset turnover dan debt to equity ratio yang memiliki pengaruh

Secara simultan, variabel inventory turnover,

Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Industri Makanan

dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, untuk penelitian dari Argananta (2017) dengan judul analisis pengaruh CR, DER dan TATO terhadap ROE pada PT. Mustika Ratu Tbk. menyimpulkan bahwa variabel CR, DER, dan TATO secara simultan berpengaruh terhadap ROE, sedangkan kalau diuji secara parsial, maka CR dan DER tidak berpengaruh terhadap ROE. Untuk variabel TATO berpengaruh positif terhadap ROE.

Dalam penelitian Dahlia (2017) dengan judul pengaruh net profit margin dan total asset turnover terhadap return on equity pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menyimpulkan bahwa secara parsial maupun simultan, net profit margin dan total asset turnover berpengaruh secara signifikan terhadap return on equity.

Dalam penelitian Hantono (2015) dengan judul pengaruh current ratio dan debt to equity ratio terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor logam dan sejenisnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 - 2013 menyimpulkan bahwa secara simultan, current ratio dan debt to equity ratio berpengaruh terhadap return on equity dan variabel current ratio dan debt to equity ratio juga berpengaruh terhadap return on equity secara parsial.

Dalam penelitian Permono (2013) dengan judul pengaruh rasio keuangan terhadap return on equity pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (Studi kasus pada perusahaan farmasi yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011) menyimpulkan variabel current ratio, net profit margin, debt to equity ratio, dan total asset turnover tidak berpengaruh terhadap return on equity baik secara simultan maupun parsial.

Dalam penelitian Pongrangga, dkk. (2013) dengan judul pengaruh current ratio, total asset turnover dan debt to equity ratio terhadap return on equity (Studi pada perusahaan sub sektor property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2011-2014) menyimpulkan bahwa secara simultan, current ratio, total asset turnover dan debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap variabel return on equity. Namun secara parsial, total asset turnover dan debt to equity ratio yang memiliki pengaruh signifikan terhadap return on equity, sedangkan current ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return on equity.

Dalam penelitian Pratiwi (2013) dengan judul pengaruh inventory turnover, current ratio, total asset turnover terhadap rentabilitas ekonomis pada perusahaan manufaktur industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011 menyimpulkan bahwa secara simultan, variabel inventory turnover, current ratio, total asset turnover tidak berpengaruh terhadap return on equity pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2.11 Kerangka Konseptual

Menurut Kuncoro (2013:45), “Kerangka konseptual adalah suatu fondasi utama di mana sepenuhnya proyek penelitian itu ditujukan. Kerangka konseptual

juga merupakan suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu”.

Kerangka konseptual menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu antara variabel independen dengan variabel dependen. Penelitian ini menggunakan Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin dan Total Asset Turnover sebagai variabel independen, sedangkan profitabilitas digunakan sebagai variabel dependen.

Current Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang lancarnya menggunakan asset lancar yang dimilikinya. Tingkat current ratio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan berada jauh dari suatu kondisi yang dinamakan financial distress. Namun current ratio yang tinggi juga selalu baik karena akan menunjukkan bahwa terdapat aset lancar yang berlebih yang tidak digunakan secara efektif sehingga dapat menyebabkan berkurangnya keuntungan atau tingkat profitabilitas, yang juga dapat mengakibatkan semakin kecilnya return on equity.

Tinggi rendahnya debt to equity ratio juga mempengaruhi tingkat profitabilitas dalam suatu perusahaan. Jika biaya yang ditimbulkan oleh pinjaman lebih kecil daripada modal sendiri, maka sumber dana yang berasal dari pinjaman akan lebih efektif dalam menghasilkan laba sehingga return on equity akan semakin bagus. Di sisi lain, di dalam pinjaman itu sendiri ada beban bunga yang melekat, semakin tinggi pinjaman kepada dari pihak lain, tentunya akan meningkatkan risiko tidak terbayarnya beban bunga yang dapat menyebabkan

kinerja perusahaan jadi buruk yang menyebabkan tingkat profitabilitas tentunya akan menurun.

Tinggi rendahnya net profit margin mempengaruhi tingkat profitabilitas dalam suatu perusahaan. Jika penjualan semakin tinggi, tentunya akan meningkatkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Dengan penjualan yang tinggi, perusahaan diharapkan dapat mengefektifkan biaya operasional dan beban perusahaan untuk menunjang penjualan yang tinggi tersebut. Dengan semakin tingginya rasio net profit margin, tentunya rasio total asset turnover juga akan tinggi. Rasio total asset turnover yang tinggi ini didukung dengan penggunaan asset yang efektif dalam meningkat kinerja penjualan perusahaan.

Dengan demikian, dengan laba yang semakin meningkat tentunya tingkat profitabilitas juga akan meningkat.

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh current ratio, debt to equity ratio, net profit margin, dan total asset turnover terhadap profitabilitas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka konseptual berikut :

Current Ratio (X1)

2.12 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi yang kemudian akan diuji kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan oleh peneliti (Kuncoro, 2013:59). Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

H1 : Current Ratio berpengaruh terhadap profitabilitas (ROE).

Current ratio menunjukkan sejauh mana aset lancar memenuhi liabilitas- liabilitas lancar. Semakin besar perbandingan aset lancar dengan liabilitas lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi liabilitas jangka pendeknya.

Rasio lancar dapat dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Current ratio juga bias dikategorikan baik karena menunjukkan kondisi kesehatan perusahaan. Di sisi lain, current ratio yang tinggi juga mengisyaratkan bahwa terdapat aset lancar yang berlebih yang tidak digunakan secara efisien, sehingga profitabilitas cenderung tetap.

H2 : Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap profitabilitas (ROE).

Besarnya liabilitas yang terdapat dalam struktur modal perusahaan sangat penting untuk memahami perbandingan antara risiko dan laba yang didapat.

Hutang membawa risiko karena setiap hutang pada umumnya akan menimbulkan keterkaitan yang tetap bagi perusahaan berupa kewajiban membayar beban bunga beserta cicilan kewajiban pokoknya (principal) secara periodik.

Kewajiban bukan suatu yang jelek jika dapat memberikan keuntungan kepada pemiliknya. Jika kewajiban dimanfaatkan dengan efektif, tentunya ini akan meningkatkan profitabilitas karena laba yang didapat cukup untuk membayar bunga secara periodik. Di sisi lain jika perusahaan melakukan pinjaman melebihi batas optimum, maka perusahaan menanggung resiko kerugian yang menyebabkan profitabilitas menjadi kurang baik. Menurut Brigham dan Houston (2010:10), “Investor umumnya menginginkan pengembalian yang tinggi dengan tingkat risiko yang rendah”. Jadi, pada dasarnya debt to equity ratio untuk setiap perusahaan tentu berbeda-beda, tergantung karakteristik bisnis dan keberagaman arus kasnya. Hal ini tentu sesuai dengan teori struktur modal.

H3 : Net Profit Margin berpengaruh terhadap profitabilitas (ROE).

Net Profit Margin merupakan rasio profitabilitas. Net Profit Margin mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan penjualan yang dicapai perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin efisien dalam produksi, personalia, pemasaran, dan keuangannya (Sudana, 2011). Menurut Ang (1997) apabila nilai net profit margin semakin besar mendekati satu, semakin efisien biaya yang dikeluarkan dan semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih. Semakin tinggi rasio net profit margin semakin besar pula tingkat profitabilitas yang bisa dicapai perusahaan. Tingkat profitabilitas yang tinggi mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan yang baik dan memberikan sinyal kepada investor bahwa perusahaan dapat bekerja dengan baik. Hal ini meningkatkan daya tarik investasi dari

penanaman modal untuk menginvestasikan modalnya, sehingga perusahaan berpeluang dalam meningkatkan profitabilitas.

H4 : Total Asset Turnover berpengaruh terhadap profitabilitas (ROE).

Total Asset Turnover merupakan rasio aktivitas. Total Asset Turnover merupakan rasio yang mengukur perputaran dari semua aset yang dimiliki perusahaan. Total Asset Turnover (Sudana, 2011) mengukur efektivitas penggunaan seluruh aset dalam menghasilkan penjualan. Menurut Ang (1997) semakin besar total asset turnover akan semakin baik karena semakin efisien seluruh aset digunakan untuk menunjang kegiatan penjualan bersihnya, maka pendapatan yang diperoleh akan meningkat sehingga tingkat profitabilitas semakin besar. Profitabilitas adalah suatu ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi profitabilitas perusahaan yang dicapai perusahaan mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Dengan demikian, apabila rasio total asset turnover baik, maka akan meningkatkan tingkat profitabilitas. Hal ini juga didukung dengan teori sinyal, dimana profitabilitas yang meningkat akan memberikan sinyal yang positif mengenai kinerja perusahaan. Sinyal positif yang dihasilkan akan mendorong minat para investor untuk berinvestasi pada perusahaan property dan real estate.

H5 : Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin dan Total Asset Turnover berpengaruh terhadap profitabilitas (ROE).

Tingkat profitabilitas yang kurang baik terjadi saat current ratio mengalami kenaikan, dimana total aset lancar yang dimiliki perusahaan dapat

menutupi liabilitas lancarnya jika sewaktu-waktu diperlukan. Ini juga menunjukkan, bahwa perusahaan tidak dapat mengelola asset lancarnya dengan efektif. Tanpa pengelolaan asset yang kurang efisien tentunya akan menurunkan penjualan sehingga ratio net profit margin tentunya akan mengalami penurunan.

menutupi liabilitas lancarnya jika sewaktu-waktu diperlukan. Ini juga menunjukkan, bahwa perusahaan tidak dapat mengelola asset lancarnya dengan efektif. Tanpa pengelolaan asset yang kurang efisien tentunya akan menurunkan penjualan sehingga ratio net profit margin tentunya akan mengalami penurunan.

Dalam dokumen ANALISIS PENGARUH CURRENT RATIO (Halaman 22-0)

Dokumen terkait