Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam pemilihan model pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika.
2. Sebagai bahan acuan pada penelitian mengenai penggunaan model Missouri
Mathematics Project (MMP) yang dimodifikasi unsur-unsur Student Teams
Achievement Divisions (STAD) dan model Missouri Mathematics Project
(MMP).
3. Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat memperluas wawasan tentang model pembelajaran matematika. Guru yang belum pernah berpindah dari cara mengajar lama dapat menggunakan model ini, yaitu modifikasi model MMP dengan STAD, karena STAD adalah model pembelajaran kooperatif yang
commit to user
paling sederhana sedangkan MMP adalah merupakan pengembangan dari struktur pembelajaran matematika (SPM) yang telah biasa dikenal sebelumnya yaitu meliputi langkah-langkah pendahuluan, pengembangan, penerapan dan penutup.
4. Melalui penelitian ini diharapkan sekolah khususnya kepala sekolah dapat memperoleh informasi terkait dalam menentukan kebijakan pada proses pembelajaran di kelas.
commit to user
14
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Hakikat Belajar
Belajar pada prinsipnya adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara peserta didik dengan sumber-sumber atau obyek baik secara sengaja dirancang atau tanpa sengaja dirancang. Belajar adalah suatu proses yang berlangsung dari keadaan tidak tahu menjadi tahu atau dari tahu menjadi lebih tahu, dari belum cerdas menjadi cerdas, dari sikap belum baik menjadi baik, dari pasif menjadi aktif, dari tidak teliti menjadi teliti. Menurut Hilgard (dalam Wina Sanjaya, 2010: 112), belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.
Menurut Anthony Robbins (dalam Trianto: 2010), belajar adalah proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara- cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.(Oemar Hamalik, 2005: 21) Menurut Sumiati dan Asra (2007 : 38) belajar adalah proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi seseorang dikatakan telah belajar jika dia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. Menurut Slameto (2010 : 2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara itu Winkel (1991 : 36) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung
commit to user
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
Belajar ialah usaha melatih daya berpikir, daya mengingat perasaan, daya mengenal., daya kemauan agar berkembang sehingga kita dapat berpikir, mengingat, mengenal, berkembang. (Oemar Hamalik, 2005: 23)
Belajar secara umum diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk mengubah perilakunya. Dengan perkataan lain, belajar adalah proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan.
Dari beberapa pendapat tentang belajar dapat disimpulkan bahwa belajar pada penelitian ini adalah proses aktif yang dilakukan oleh individu sebagai akibat interaksi antara individu dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan dari tidak tahu menjadi tahu.
2. Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (2009 : 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan hasil belajar peserta didik dapat diukur. Keberhasilan seseorang di dalam mengikuti satuan proses pembelajaran pada satu jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat dari hasil pembelajarannya. Alat yang digunakan untuk mengukur hasil belajar dapat berupa tes .
Hasil belajar seseorang akan dipengaruhi oleh dua hal yaitu kondisi internal
dan kondisi eksternal. Kondisi internal meliputi usia, minat, profesi, kesehatan, motivasi, prestasi, kemampuan, status sosial ekonomi atau kemampuan berbahasa
commit to user
asing. Sedang kondisi eksternal adalah rangsangan yang bersumber dari luar yang dapat menyebabkan terjadinya proses belajar mengajar. Kondisi eksternal dalam proses belajar mengajar dipengaruhi antara lain oleh guru dan metode mengajar. Dalam hal ini bagaimana guru merancang dan menyediakan kondisi yang khusus agar peserta didik berhasil dalam belajarnya. Kegagalan seseorang dalam belajar tidak semata-mata disebabkan oleh kemampuannya tetapi antara lain adanya gangguan dari informasi lain yang menghambat untuk mengingat kembali apa yang telah pernah dipelajarinya. Hasil belajar yang dicapai peserta didik melalui proses belajar-mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut :
a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrisik pada diri peserta didik. Motivasi intrisik adalah semangat juang untuk belajar yang tumbuh dari dalam diri peserta didik itu sendiri.
b. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. Artinya ia tahu akan kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia punya potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana seharusnya.
c. Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti tahan lama diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreatifitasnya.
d. Hasil belajar diperoleh peserta didik secara menyeluruh, yakni mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
commit to user
terutama dalam menilai hasil yang dicapainya dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
Hasil belajar matematika adalah kegiatan melalui proses belajar yang dilakukan peserta didik akan menghasilkan perubahan. Perubahan-perubahan ini meliputi bidang atau aspek-aspek pengetahuan, perubahan keterampilan, nilai dan sikap (Winkel, 1983 : 102). Adanya perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat pada kemampuan yang dimiliki, dan tidak bisa menjadi bisa, dari belum tahu menjadi tahu. Namun perubahan yang dimaksud tidak cukup hanya dibuktikan melalui pengamatan saja. Secara konkrit perubahan dapat diketahui dengan mengadakan evaluasi atau tes. Hal ini sangat bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana perubahan atau keberhasilan peserta didik dalam menjalankan proses belajar mengajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada penelitian ini adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik setelah melalui proses belajar sehingga menimbulkan perubahan-perubahan dari tidak bisa menjadi bisa, dari belum tahu menjadi tahu, yang ditunjukkan dengan hasil/nilai tes.
3. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang bertujuan membentuk kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan permasalahan, baik dalam bidang matematika, bidang lainnya, maupun dalam kehidupan sehari-hari. (Ganung Anggraeni, 2007: 7)
commit to user
sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Matematika yang diajarkan di sekolah, materinya telah dipilih dan disesuaikan dengan perkembangan kemampuan peserta didik. Walaupun obyek matematika adalah abstrak, namun pengajarannya dapat dimulai dari obyek yang kongkrit. (Depdikbud, 1995:3)
Matematika di sekolah berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus-rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari diantaranya melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika, yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. (Depdiknas, 2005:26)
Tugas seorang guru matematika adalah menciptakan lingkungan belajar, memotivasi peserta didik, mengendalikan disiplin dan suasana belajar. Termasuk kegiatan ini antara lain menyediakan sumber belajar, merancang kegiatan pembelajaran, mengatur alokasi waktu, menyediakan peralatan belajar dan mengatur pengelolaan kelas.
Austin ( 2007) mengatakan bahwa:
This review aimed to investigate the role of different types of interaction (such as classroom interaction, small group interaction, and interaction with technology) on learning mathematics. The studies examined give examples of how to use interaction, accompanied with other factors, to enhance mathematical achievement and more importantly, higher order mathematical skills (such as mathematical reasoning, self-regulation, and metacognition). Improvement of such skills require the students to communicate mathematically, hence interaction with peers, teachers, or any other media
plays an essential role. (Maksudnya pembelajaran matematika memerlukan
interaksi baik interaksi antara siswa dengan guru, peserta didik dengan teman sebaya maupun interaksi dengan media lain yang dapat meningkatkan prestasi matematika.)
commit to user
Penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran / belajar matematika adalah kegiatan mengkonstruksi di dalam pikiran konsep-konsep matematika dan hubungan-hubungan di antara konsep-konsep itu yang diperoleh dari hasil interaksi selama proses pembelajaran. Jadi ada 2 komponen penting dalam belajar matematika, yaitu: a. mengkonstruksi pengetahuan dan konsep-konsep matematika;
b. mengembangkan pemahaman relasional.
4. Hasil Belajar Matematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:895) prestasi diartikan sebagai hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Sedangkan belajar diartikan sebagai usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubahnya tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Jadi prestasi belajar dapat diartikan sebagi hasil yang telah dicapai melalui penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran. Prestasi belajar lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.
Hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil dari seorang peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar matematika yang diukur dari kemampuan peserta didik tersebut dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika.
5. Model Pembelajaran
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
commit to user
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.(Akhmad Sudrajat, 2010)
Menurut Udin Winataputra (dalam Rachmad Widodo, 2009), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar. Menurut Heru Setyawan, model pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenagkan. Sedangkan menurut Agus Supriyono (dalam Heru Setyawan), model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran menurut Muhhmad adalah suatu pola umum tindakan guru, peserta didik dalam manifestasi aktifitas pembelajaran. Model sebagai daya upaya guru dalam menciptakan proses mengajar.
Dari uraian di atas pengertian model pembelajaran pada penelitian ini adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
6. Pembelajaran Konvensional
Konvensional berasal dari kata konvensi yang artinya pemufakatan umum atau kebiasaan. Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia (2001:592) konvensional mempunyai arti menurut apa yang sudah terjadi kebiasaan atau sudah menjadi tradisional. Jadi berdarkan pengertian konvensional di atas dapat dianalogkan bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang umum dilaksanakan.
commit to user
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada keaktifan guru (teacher centered). Demikian juga pada pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika dengan metode konvensional adalah pembelajaran yang berfokus pada kegiatan guru yaitu guru memberikan definisi, rumus, menjelaskan materi dengan aktifitas guru tetap dominan, sedangkan peserta didik hanya pasif. Mereka hanya mendengarkan, menulis materi yang diberikan oleh guru.
Model konvensional disebut juga model tradisional yaitu cara-cara mengajar dengan cara lama. Metode ini yang paling terkenal adalah dengan ceramah. Dalam mata pelajaran matematika, langkah-langkah pelaksanaan model konvensioanal umumnya adalah sebagai berikut:
a. Guru menerangkan materi ajar, peserta didik mendengarkan. b. Guru memberikan contoh soal kemudian peserta didik mencatat.
c. Guru memberikan soal latihan yang dikerjakan secara individu oleh peserta didik d. Membahas soal yang dikerjakan peserta didik.
e. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada peserta didik.
Noblitt, Vance, dan Smith (2010) menyimpulkan the study case method promoted improved critical thinking and communication skills for all rubric factors
investigated, yang artinya metode studi kasus meningkatkan pengembangan berpikir
kritis dan ketrampilan berkomunikasi untuk semua faktor- faktor penyelidikan. Berdasar uraian di atas maka model konvensioal adalah model pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran tanpa melibatkan peserta didik untuk berperan aktif mengkonstruksi sendiri materi baru yang diperolehnya,tidak meningkatkan kemampuan berpikir kritis sehingga pembelajaran bagi peserta didik sama sekali tidak bermakna karena hanya guru yang aktif.
commit to user 7. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu jenis belajar kelompok dengan kekhususan anggota kelompok heterogen, terdapat ketergantungan positif di antara anggota kelompok, kepemimpinan dipegang bersama, guru mengamati kerja kelompok dan intervensi jika diperlukan, setiap anggota kelompok harus siap menyajikan hasil kerja kelompoknya.(Setiawan, 2005)
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antar peserta didik dalam kelompoknya untuk tujuan belajar (Jonhson&Johnson, 1987 dalam Rosnawati, 2008: 4). Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan suatu masalah.
Menurut Mohamad Nur (dalam Rosnawati, 2008: 4), pembelajaran kooperatif mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:
a. Para peserta didik harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam/berenang bersama-sama.
b. Para peserta didik mempunyai tanggung jawab terhadap tiap peserta didik lain dalam kelompoknya, di samping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c. Para peserta didik harus berpandangan bahwa mereka semua memilki tujuan yang sama.
d. Para peserta didik harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya di antara anggota kelompok.
e. Para peserta didik akan diberi evaluasi/penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
commit to user
f. Para peserta didik bebagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh ketrampilan kerjasama selama belajar.
g. Para peserta didik diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Duren Phillip E. (1992) mengatakan bahwa:
Parker (1984) found that small-group cooperative learning emphasized the development of thinking and problem solving skills. One advantage of this approach to teaching is that it seeks to minimize student anxiety and competition by creating an environment where students feel safe to make and learn from
mistakes. Gilbert Macmillan (1983) suggests that another advantage of
cooperative learning groups is that they give students an opportunity to talk aloud, challenge and defend a point of view and focus on the problem solving process rather than the answer.
yang berarti pembelajaran kooperatif kelompok kecil menekankan perkembangan berpikir dan keahlian memecahkan masalah. Satu keuntungan dari pendekatan ini untuk mengajarkan bahwa pembelajaran ini mencoba untuk memperkecil kegelisahan peserta didik dengan menciptakan lingkungan di mana peserta didik merasa aman untuk berbuat dan belajar dari kesalahan-kesalahan. Menurut Gilbert Macmillan bahwa keuntungan lain dari pembelajaran kooperatif adalah mereka/guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berbicara, memberi tantangan dan mempertahankan pendapatnya pada proses pemecahan masalah.
Emily Lin (2006) mengatakan bahwa Research shows that humans learn best when they collaborate with others and actively process personally meaningfull
information. Artinya Manusia belajar paling baik ketika berkolaborasi dengan yang
lain dan aktif secara individu.
Ding, Li, Piccolo, Kulm (2007) mengatakan bahwa Cooperative learning is an
effective way to develop the ability to communicate with others. Artinya
commit to user kemampuan berkomunikasi dengan yang lain.
Berdasarkan uraian-uraian di atas pengertian pembelajaran kooperatif pada penelitian ini adalah suatu pembelajaran yang pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antar peserta didik dalam kelompoknya yang heterogen, mereka dapat secara aktif meningkatkan kemampuan berpikirnya dengan adanya tantangan yang diberikan oleh guru dan mereka harus dapat mempertanggungjawabkan hasil diskusi dari kelompoknya baik secara individu maupun kelompok.
Banyak model-model pembelajaran kooperatif, antara lain tipe Student Teams
Achiement Divisions (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI). Sedangkan pada
penelitian ini, model yang akan digunakan adalah model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) yang dimodifikasi dengan unsur- unsur Student Teams
Achiement Divisions (STAD) .
8. Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Guru memegang peranan penting dalam keberhasilan belajar peserta didik nya. Oleh karena itu, guru harus pandai-pandai dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didiknya dan materi yang akan diberikan.
Model pembelajaran tipe Student Teams Achiement Divisions (STAD) adalah salah satu model pembelajaran yang terdiri dari lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan dan rekognisi tim. ( Slavin, 2010: 143 )
Langkah-langkah dalam Student Teams Achiement Divisions ( STAD) :
Tahap 1 : Guru presentasi di depan kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari. Guru juga menjelaskan tata cara kerjasama dalam kelompok, terutama pada kelas yang belum pernah
commit to user mengenal model STAD.
Tahap 2 : Tim / kelompok. Tim / kelompok terdiri dari 4-5 peserta didik yang heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, ras maupun etnik. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan maupun materi lainnya. Yang paling sering terjadi adalah pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahn bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman jika anggota tim ada yang membuat kesalahan. Tim adalah fitur yang yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim dan tim juga harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.
Tahap 3: Kuis. Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi atau setelah satu atau dua periode kerja tim, para peserta didik akan mengerjakan kuis individual. Para peserta didik tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga tiap peserta didik bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. Tahap 4: Skor Kemajuan Individual. Tiap peserta didik dapat memberikan
kontribusi point yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tidak ada peserta didik yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap peserta didik diberi skor
commit to user
awal, yang diperoleh dari rata-rata kinerja peserta didik tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis. Peserta didik selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikkan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.
Perhitungan poin kemajuan individu adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Perhitungan Poin Kemajuan Individu
No. Skor Kuis Poin Kemajuan 1 Lebih dari 10 poin di atas skor awal. 30 2 Sama hingga 10 poin di atas skor awal. 20 3 Sepuluh hingga satu poin di bawah skor awal. 10 4 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
Tahap 5: Rekognisi Tim. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain jika skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Tiga macam tingkatan penghargaan diberikan di sini.
Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Tim
No. Kriteria( rata-rata tim) Penghargaan
1 25 – 30 Tim super
2 20 – 24 Tim sangat baik
3 15 – 19 Tim baik
9. Model Misouri Mathematics Project (MMP)
Penelitian Good dan Grouws pada tahun 1979, Good, Grouws dan Ebmeimer pada tahun 1983 dan juga Confey pada tahun 1986 (dalam Setiawan, 2005), memperoleh temuan bahwa guru yang merencanakan dan mengimplementasikan
commit to user
lima langkah pembelajaran matematikanya, akan lebih sukses dibanding dengan mereka yang menggunakan pendekatan tradisional. Kelima langkah itulah yang dikenal dengan Missouri Mathematics Project ( MMP). Model Misouri Mathematics
Project (MMP) merupakan salah satu model yang terstruktur seperti halnya Struktur
Pembelajaran Matematika (SPM) yang mempunyai komponen struktur pengajaran pendahuluan, pengembangan, penerapan dan penutup. Model MMP adalah pengembangan dari SPM.
Lima langkah dalam Missouri Mathematics Project (MMP) adalah: Langkah 1: Review. Meninjau pelajaran sebelumnya dan membahas PR.
Langkah 2: Pengembangan. Berupa penyajian ide baru atau perluasan konsep matematika yang terdahulu dan juga penyajian, diskusi interaktif antara guru dan peserta didik.
Langkah 3: Latihan Terkontrol / Kerja Kooperatif. Peserta didik merespon soal dan guru mengamati. Pada latihan terkontrol ini, respon peserta didik sangat berguna bagi guru dan peserta didik sendiri. Peserta didik bekerja sendiri atau dalam kelompok kooperatif.
Langkah 4: Seatwork / Kerja Mandiri. Peserta didik bekerja mandiri untuk latihan atau perluasan konsep yang diberikan pada langkah pengembangan. Langkah 5: PR. Pemberian PR dari guru agar peserta didik juga belajar di rumah
tentang materi yang baru dipelajari.
10. Modifikasi Model Missouri Mathematics Project (MMP) dengan unsur- unsur
Student Teams Achiement Divisions (STAD)
Modifikasi di sini dimaksudkan adalah adanya gabungan antara model STAD dengan model MMP.
commit to user
Missouri Mathematics Project (MMP) adalah model pembelajaran klasikal
yang sudah mengikutsertakan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Namun demikian, pembelajarannya masih klasikal sehingga peran aktif peserta didik belum maksimal, sehingga ada baiknya jika MMP dimodifikasi dengan STAD. Sedangkan pada STAD masih ada presentasi guru, di mana peserta didik hanya