1. Penelitian yang dilakukan oleh Soekarno tahun 2010 dalam tesisnya yang berjudul: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Quantum Learning Mind Mapping terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kesiapan Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri di Kabupaten Magetan Tahun Ajaran 2009/2010.
commit to user
berjudul: Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Persamaan dan Fungsi Kuadrat Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa.Hasil penelitiannya adalah bahwa pembelajaran dengan model STAD lebih baik hasilnya dibanding konvensional. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Warli yang berjudul: Proses Berpikir Anak
Reflektif dan Anak Impulsif dalam Memecahkan Masalah Geometri yang dilakukan tahun 2009, dengan hasil penelitian bahwa siswa reflektif dalam memproses pemecahan masalah dilakukan secara analitik, sangat berhati-hati pada tahap mengerjakan (banyak mencoba-coba dulu) memperhatikan berbagai aspek, sehingga jawaban yang diperoleh cenderung bernilai betul. Siswa impulsif dalam memproses pemecahan masalah dilakukan secara holistic, kurang cermat pada tahap mengerjakan (sedikit mencoba-coba), langsung mengerjakan, sehingga jawaban yang diperoleh cenderung salah.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian pertama, kedua adalah pada model pembelajaran yang digunakan yaitu STAD, dan penelitian ketiga adalah gaya kognitif yang digunakan yaitu gaya kognitif reflektif dan impulsif.
Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian pertama adalah penelitian ini ditinjau dari gaya kognitif sedangkan pada penelitian petama dari kesiapan siswa, penelitian kedua dari aktivitas belajar. Perbedaan dengan penelitian keempat adalah penelitian ini berupa penelitian kuantitatif sedangkan penelitian kelima berupa penelitian kualitatif.
B. Kerangka Berpikir
1. Kaitan model MMP yang dimodifikasi dengan unsur-unsur STAD, model MMP dan konvensional dengan hasil belajar.
commit to user
Pembelajaran yang dipilih/digunakan oleh guru ketika proses pembelajaran sangat berpengaruh pada peran aktif peserta didik selama proses pembelajaran. Model konvensional yang sering digunakan memandang/menganggap peserta didik sebagai barang kosong yang harus diisi oleh guru sehingga peran aktif guru sangat dominan. Peserta didik hanya mendengarkan guru menerangkan, menulis dan mengerjakan soal. Mereka tidak diberi kesempatan untuk mengkonstruksi sendiri materi baru yang diperolehnya. Oleh karena itulah model konvensional sudah mulai ditinggalkan.
Model MMP adalah model pembelajaran yang memiliki langkah- langkah review, pengembangan, latihan terkontrol, seatwork/ kerja mandiri dan PR. Pada model ini pembelajarannya masih klasikal, sehingga peran aktif peserta didik belum kelihatan, sehingga MMP masih perlu diperbaiki.
STAD adalah model pembelajaran yang mempunyai langkah-langkah presentasi kelas, tim/ kelompok, kuis, skor kemajuan individual dan rekognisi tim. Presentasi kelas adalah miliknya guru sehingga tidak ada aktivitas peserta didik, oleh karena itu perlu ada perbaikan.
Oleh karena itulah kekurangan- kekurangan yang ada pada dua model tersebut dikurangi dengan memodifikasinya, yaitu dengan memasukkan unsur STAD ke dalam MMP. Langkah presentasi kelas pada STAD tidak dimasukkan karena langkah ini didominasi guru.
Pada model MMP yang dimodifikasi dengan unsur-unsur STAD peran guru dalam proses pembelajaran sudah lebih berkurang dan pembelajarannya bukan pembelajaran klasikal lagi. Peserta didik berpartisipasi aktif untuk mendiskusikan masalah/materi yang diberikan guru dalam kelompoknya dan peserta didik harus
commit to user
dapat mempertanggungjawabkan hasil diskusinya baik secara individu maupun kelompok.
Dengan model MMP dan model MMP yang dimodifikasi dengan unsur-unsur STAD, diharapkan pembelajaran lebih bermakna bagi peserta didik yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Model MMP modifikasi menghasilkan hasil belajar yang lebih baik daripada MMP dan konvensional, serta model MMP lebih baik daripada konvensional.
2. Kaitan gaya kognitif dengan hasil belajar.
Gaya kognitif adalah kebiasaan bertindak yang relatif tetap dalam diri seseorang atau cara-cara sendiri yang disukainya di mana individu membangun, menyusun dalam pikirannya apa yang dilakukan, dilihat, diingat dan apa yang dipikirkan, mempersepsikan dan mengorganisasikan informasi dari sekitarnya.
Hasil belajar peserta didik juga dipengaruhi oleh gaya kognitif yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik. Gaya kognitif masing- masing peserta didik berbeda- beda.
Tiap- tiap gaya kognitif mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Peserta didik bergaya kognitif impulsif mempunyai karakteristik cepat dalam menjawab masalah, tetapi tidak/kurang cermat sehingga jawaban cenderung salah. Sedangkan peserta didik bergaya kognitif impulsif mempunyai karakteristik lambat dalam menjawab masalah tetapi cermat/teliti, sehingga jawaban cencerung benar. Mereka yang bergaya reflektif memproses informasi tugas/masalah lebih efisien dibandingkan yang impulsif dan mengerjakan lebih sistematis atau mengedepankan strategi. Sehingga peserta didik yang reflektif cenderung menunjukkan kemampuan
commit to user
pemecahan masalah lebih baik dibandingkan yang impulsif. Dengan demikian peserta didik yang mempunyai gaya kognitif reflektif hasil belajarnya akan lebih baik dari pada peserta didik yang bergaya impulsif, karena yang bergaya kognitif relektif memikirkan lebih dulu secara matang apa yang harus diputuskannya.
3. Kaitan model MMP modifikasi, MMP dan konvensional dengan tiap- tiap tipe gaya kognitif.
Telah disebutkan di atas bahwa peserta didik yang bergaya kognitif reflektif selalu memikirkan secara matang apa yang harus diputuskan. Pada pembelajaran konvensional, guru lebih dominan dalam memberikan materi kepada peserta didik, sehingga peserta didik reflektif lebih banyak mempunyai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusannya / menjawab soal. Sedangkan baik pada pembelajaran MMP modifikasi maupun MMP peran aktif guru sudah berkurang, mereka memperoleh konsep-konsep baru sendiri sehingga bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan/ menjawab soal lebih sedikit dibandingkan dengan yang konvensional Oleh karena itu hasil belajar pada pembelajaran MMP modifikasi sama dengan MMP tetapi tidak lebih baik daripada konvensional. Sedangkan anak impulsif adalah anak yang dengan cepat mengambil keputusan/ menjawab pertanyaan. Pada pembelajaran MMP modifikasi dan MMP, peserta didik memperoleh sendiri konsep-konsep barunya, sehingga anak impulsif dapat dengan cepat mengambil keputusan dari yang mereka dapatkan. Sedangkan pada pembelajaran konvensional, konsep-konsep baru, mereka dapatkan dari guru sehingga untuk anak impulsif tidak bisa langsung memperoleh keputusan yang seharusnya sudah dibutuhkan. Sehingga dimungkinkan anak impulsif dengan pembelajaran model MMP modifikasi dan MMP akan lebih
commit to user baik pada pembelajaran dengan model konvensional.