• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT ( MMP ) YANG DIMODIFIKASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA KELAS X SMA NEGERI DI KABUPATEN CILACAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT ( MMP ) YANG DIMODIFIKASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA KELAS X SMA NEGERI DI KABUPATEN CILACAP"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU

DARI GAYA KOGNITIF SISWA KELAS X

SMA NEGERI DI KABUPATEN CILACAP

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaraatan Mencapai Derajat

Magister Program Pascasarjana Pendidikan Matematika

Oleh:

WARDINAH

S851002026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU

DARI GAYA KOGNITIF SISWA KELAS X

SMA NEGERI DI KABUPATEN CILACAP

Disusun oleh :

Wardinah

S851002026

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing

Pada Tanggal ...

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Riyadi, M.Si. Drs. Budi Usodo, M.Pd. NIP 19670116 199402 1 001 NIP 19680517 199303 1 002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

(3)

commit to user

iii

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU

DARI GAYA KOGNITIF SISWA KELAS X

SMA NEGERI DI KABUPATEN CILACAP

Disusun oleh :

Wardinah

S851002026

Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal ...

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua : Dr. Mardiyana, M.Si. ... NIP 19660225 199302 1002

Sekretaris : Drs. Tri Atmojo K, M.Sc., Ph.D. ... NIP 19630826 198803 1002

Anggota Penguji :

1. Dr. Riyadi, M.Si. ... NIP 19670116 199402 1 001

2. Drs. Budi Usodo, M.Pd. ... NIP 19680517 199303 1 002

Mengetahui

Direktur PPs. UNS, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,

(4)

commit to user

iv Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Wardinah

NIM : S851002026

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul :

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS

PROJECT (MMP) YANG DIMODIFIKASI PADA PEMBELAJARAN

MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA KELAS X SMA NEGERI DI KABUPATEN CILACAP

adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis

ini diberi tanda dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari

terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi

akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.

Surakarta, .... Juli 2011

Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

v

Jika kita mempunyai kemauan pasti ada jalan untuk mencapainya.

Tesis ini kupersembahkan kepada:

1. Ibu, suami dan anak-anak tercinta.

2. Teman-temanku mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana UNS.

3. Rekan-rekan guru matematika SMA N 3 Cilacap, SMA Negeri 1 Kroya dan

SMA N Sampang Cilacap

4. Keluarga besar SMA Negeri 3 Cilacap

5. Almamater.

(6)

commit to user

vi

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

hidayahNya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang

berjudul: Eksperimentasi Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project

(MMP) yang Dimodifikasi pada Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Gaya

Kognitif Siswa Kelas X SMA Negeri di Kabupaten Cilacap.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini telah banyak

melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis

menyampaikan rasa hormat, penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Direktur dan Asisten Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan belajar yang

seluas-luasnya untuk menyelesaikan tesis ini.

2. Dr. Mardiyana, M.Si. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

petunjuk, dan dorongan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

3. Dr. Riyadi, M.Si. pembimbing I dalam penyusunan tesis ini, yang telah

memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti dalam penyusunan tesis

ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

4. Drs. Budi Usodo, M.Pd. pembimbing II dalam penyusunan tesis ini, yang telah

memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti dalam penyusunan tesis

(7)

commit to user

vii

sehingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Kepala SMA N 3 Cilacap yang telah memberikan ijin belajar dan berbagai

kemudahan, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

7. Kepala SMA N 1 Kroya dan SMA N Sampang yang telah memberikan ijin

untuk mengadakan penelitian di sekolahnya.

8. Keluarga besar SMA N 3 Cilacap yang telah membantu penyusunan tesis ini.

9. Teman-teman mahasiswa angkatan 2010 Program Studi Pendidikan

Matematika Program Pascasarjana UNS Surakarta yang telah memberikan

motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

10. Supangat, S.Pd., M.M. , Joko Budi Santosa, S.Pd. dan Drs. Priyo Catur

Santoso validator yang telah menyumbangkan pikirannya untuk memvalidasi

butir soal tes prestasi.

11. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini, yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan

yang berlipat ganda dari Allah Yang Maha Kuasa. Akhirnya, penulis berharap

semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

memerlukannya. Amien.

Surakarta, ... Juni 2011

(8)

commit to user

viii

Halaman

JUDUL ... i

PENGESAHAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN TESIS ... iii

PERNYATAAN... iv

MOTTO dan PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACT... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pemilihan Masalah ... 9

D. Pembatasan Masalah ... 10

E. Perumusan Masalah ... 10

F. Tujuan Penelitian... 11

G. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

A. Landasan Teori ... 14

(9)

commit to user

ix

4. Hasil Belajar Matematika ... 19

5. Model Pembelajaran... 19

6. Pembelajaran Konvensional ... 20

7. Pembelajaran Kooperatif ... 22

8. STAD ... 24

9. Model MMP ... 26

10. Modifikasi MMP dengan Unsur-Unsur STAD ... 27

11. Gaya Kognitif ... 29

B. Penelitian yang Relevan ... 31

C. Kerangka Berpikir ... 32

D. Perumusan Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ………... 37

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B. Jenis Penelitian ... 37

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 38

1. Populasi ... 38

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 39

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

1. Variabel Penelitian ... 41

2. Metode Pengumpulan Data ... 43

3. Instrumen Penelitian ... 44

E. Teknik Analisis Data ... 49

(10)

commit to user

x

4. Uji Lanjut Pascaanava ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 65

B. Deskripsi Data ... 67

C. Hasil Analisis Data ... 70

D. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 78

E. Keterbatasan Penelitian ... 85

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 84

A Kesimpulan ... 84

B. Implikasi ... 84

C. Saran ... 86

(11)

commit to user

xi

Tabel Halaman

1.1Rerata nilai UN Matematika SMA Negeri Kabupaten Cilacap Tahun

Pelajaran 2009/2010 ... 2

1.2 Persentasi Penguasaan Materi Soal UN Matematika IPA SMA N Kabupaten Cilacap... ... 2

2.1 Perhitungan Poin kemajuan Individu ... 26

2.2 Kriteria Penghargaan Tim ... 26

3.1 Waktu Penelitian ... 37

3.2 Desain Faktorial Penelitian ... 38

3.3 Kategori Sekolah Berdasarkan Hasil Rerata UN Matematika Tahun Pelajaran 2009/2010 ... 39

3.4 Kategorisasi Indeks tingkat Kesukaran ... 47

3.5 Interpretasi Daya Beda Soal ... 48

3.6 Data Amatan, Rerata, dan Jumlah Kuadrat Deviasi ... 55

3.7 Rerata dan Jumlah Rerata ... 56

3.8 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan ... 59

4.1 Deskripsi Data Hasil Tes Matching Familiar Figures ... 65

4.2 Deskripsi data hasil belajar matematika ... 68

4.3 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal ... 69

4.4 Rangkuman Uji Normalitas Data Hasil Belajar Matematika ... 71

4.5 Rangkuman Uji Homogenitas Variansi ... 725

4.6 Rangkuman Analisis Variansi ... 73

(12)

commit to user

(13)

commit to user

xiii

Halaman

Lampiran 1 : Silabus ... 92

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKS

untuk kelompok eksperimen 1 ... 98

Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKS

untuk kelompok eksperimen 2 ... 173

Lampiran 4 : Instrumen MFFT ... 243

Lampiran 5 : Rekapitulasi Keseluruhan Hasil MFFT Kelompok

Eksperimen 1... 276

Lampiran 6 : Rekapitulasi hasil MFFT kelompok eksperimen 1 ... 279

Lampiran 7 : Data hasil tes akhir semester I kelompok eksperimen

1... 281

Lampiran 8 : Rekapitulasi Keseluruhan Hasil MFFT Kelompok

Eksperimen 2... 282

Lampiran 9 : Rekapitulasi hasil MFFT kelompok eksperimen 2 ... 285

Lampiran 10 : Data hasil tes akhir semester I kelompok eksperimen

2... 287

Lampiran 11 : Rekapitulasi Keseluruhan Hasil MFFT Kelompok

Kontrol... 288

Lampiran 12 : Rekapitulasi hasil MFFT kelompok kontrol... ... 291

Lampiran 13 : Data hasil tes akhir semester I kelompok kontrol ... 293

Lampiran 14 : Uji Normalitas tes semester I kelompok eksperimen 1 294

(14)

commit to user

xiv

eksperimen 1, eksperimen 2, kontrol ... 303

Lampiran 18 : Uji keseimbangan tes semester I kelompok model pembelajaran ... 304

Lampiran 19 : Data hasil tes akhir semester I kelompok gaya reflektif... 305

Lampiran 20 : Data hasil tes akhir semester I kelompok gaya impulsif... 307

Lampiran 21 : Uji Normalitas tes semester I kelompok gaya reflektif... 309

Lampiran 22 : Uji Normalitas tes semester I kelompok gaya impulsif ... 312

Lampiran 23 : Uji homogenitas tes akhir semester I kelompok gaya kognitif ... 315

Lampiran 24 : Uji keseimbangan tes akhie semester I kelompok gaya kognitif ... 316

Lampiran 25 : Lembar validasi instrumen tes hasil belajar ... 317

Lampiran 26 : Kisi-kisi Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika ... 320

Lampiran 27 : Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika ... 322

Lampiran 28 : Kunci Jawaban Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika ……….. 327

Lampiran 29 : Indeks Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Hasil Belajar Matematika ... 328

(15)

commit to user

xv

Lampiran 33 : Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika

Berdasarkan Model Pembelajaran ... 346

Lampiran 34 : Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Berdasarkan tipe gaya kognitif... ... 352

Lampiran 35 : Uji normalitas hasil belajar matematika kelompok eksperimen 1, eksperimen 2, kontrol ... 356

Lampiran 36 : Uji normalitas tipe reflektif dan impulsif ... 365

Lampiran 37 : Uji homogenitas kelompok eksperimen 1, eksperimen 2, kontrol ... 371

Lampiran 38 : Uji homogenitas tipe reflektif dan impulsif ... 372

Lampiran 39 : Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak sama ... 373

Lampiran 40 : Uji Komparasi Ganda dengan Metode Schefee ... 376

Lampiran 41 : Surat ijin penelitian dan surat keterangan penelitian dari sekolah ... 379

Lampiran 42 : Tabel Statistik ... 391

(16)

commit to user

xvi

Wardinah S851002026. Eksperimentasi Model Pembelajaran Missouri

Mathematics Project (MMP) yang Dimodifikasi pada Pembelajaran Matematika

Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa Kelas X SMA Negeri di Kabupaten Cilacap . Pembimbing I: Dr. Riyadi, M.Si., Pembimbing II: Drs. Budi Usodo, M.Pd. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) apakah hasil belajar peserta didik yang diberi model Missouri Mathematics Project (MMP) yang dimodifikasi unsur -unsur Student Teams Achievement Divisions (STAD) lebih baik daripada peserta didik yang diberi model Missouri Mathematics

Project (MMP) dan konvensional, dan apakah peserta didik yang diberi model

Missouri Mathematics Project (MMP) lebih baik daripada peserta didik yang

diberi model konvensional.(2) apakah hasil belajar peserta didik yang mempunyai gaya kognitif reflektif lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai gaya impulsif. (3) manakah di antara model pembelajaran MMP yang dimodifikasi, MMP dan Konvensional yang menghasilkan hasil belajar yang lebih baik jika ditinjau dari gaya kognitif reflektif- impulsif.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu dengan desain faktorial 3x2. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai dengan Juni 2011 dengan populasi peserta didik kelas X SMA Negeri di Kabupaten Cilacap. Sampel penelitian diperoleh dengan gabungan

stratified random sampling dan cluster random sampling. Banyak anggota sampel

untuk kelompok eksperimen 1 (penyajian materi dengan model MMP modifikasi) sebanyak 80 yang berasal dari kelas X-B SMA N 3 Cilacap sejumlah 24 peserta didik, kelas X-8 SMA N 1 Kroya sejumlah 28 peserta didik dan kelas X-F SMA N Sampang sejunlah 28 peserta didik. Kelompok eksperimen 2 (dengan model MMP) sebanyak 76 peserta didik berasal dari kelas X-A SMA N 3 Cilacap sejumlah 24 peserta didik, kelas X-5 SMA N 1 Kroya sejumlah 25 peserta didik dan kelas X-E SMA N Sampang sejunlah 27 peserta didik dan kelompok kontrol (penyajian materi dengan model pembelajaran konvensional) sebanyak 75, berasal dari kelas X-D SMA N 3 Cilacap sejumlah 23 peserta didik, kelas X-6 SMA N 1 Kroya sejumlah 25 peserta didik dan kelas X-D SMA N Sampang sejunlah 27 peserta didik. Pengumpulan data dilakukan dengan tes pilihan ganda. Validitas instrumen tes menggunakan validitas isi dan reliabilitas tes digunakan uji KR-20.

Uji prasyarat analisis data menggunakan uji Lilliefors untuk uji normalitas dan uji Bartlett untuk uji homogenitas. Analisis data dengan analisis variansi dua jalan sel tak sama.

Hasil analisis dua jalan dengan taraf signifikansi a = 5%, menunjukkan (1) ada pengaruh penggunaan model pembelajaran terhadap hasil belajar matematika pada peserta didik kelas X materi perbandingan dan fungsi trigonometri (Fa= 16,103 > 3,00 = F(0,05;2;225)), (2) ada pengaruh gaya kognitif

peserta didik terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas X materi perbandingan dan fungsi trigonometri (Fb = 54,090 > 3,84=F(0,05;1;225)) dan (3) Ada

interaksi antara model pembelajaran dan gaya kognitif peserta didik pada peserta didik kelas X materi perbandingan dan fungsi trigonometri (Fab = 3,4148 >

(17)

commit to user

xvii

baik daripada model konvensional pada peserta didik kelas X untuk materi perbandingan dan fungsi trigonometri (2) hasil belajar matematika peserta didik yang memiliki tipe gaya kognitif reflektif lebih baik daripada peserta didik yang bertipe impulsif. (3) Pada pembelajaran dengan model MMP modifikasi, peserta didik bergaya reflektif hasil belajarnya lebih baik dengan yang bergaya impulsif. Demikian juga untuk pembelajaran dengan model MMP. Sedangkan untuk pembelajaran konvensional, peserta didik yang bergaya reflektif hasil belajarnya sama dengan yang impulsif. Pada peserta didik bergaya reflektif, model pembelajaran MMP modifikasi dan MMP hasil belajarnya sama, model MMP modifikasi lebih efektif daripada konvensional, dan model MMP lebih efektif daripada konvensional. Pada peserta didik bergaya impulsif, pembelajaran dengan MMP modifikasi, MMP maupun konvensional hasil belajarnya sama.

.

Kata kunci: Pembelajaran model modifikasi MMP dengan unsur-unsur STAD,

(18)

commit to user

xviii

(MMP) Modification Learning Model in Mathematics Learning Viewed from Cognitive Style of Senior High School Students Grade X in Cilacap . First supervisor: Dr. Riyadi, M.Si., second supervisor: Drs. Budi Usodo, M.Pd. Thesis. Mathematics Education Study Program of Postgraduate Program of Sebelas Maret University Surakarta. 2011.

The aims of this research are to know: (1) Is the result of learning procces using Modification of Missouri Mathematics Project (MMP) model better than Missouri Mathematics Project (MMP) and conventional model, and is the result learning procces using Missouri Mathematics Project (MMP) model better than conventional model. (2) is the result of students learning achievement in mathematics who have reflective cognitive style better than who have impulsive cognitive style. (3) which of MMP’s modification, Missouri Mathematics Project (MMP) and conventional model can result students’s learning achievement in mathematics which better if see of reflective-impulsive cognitive style.

This research is a quasi experiment with 3x2 factorial design. This study was conducted from Februari 2011 to June 2011 with the population is state senior high school students’ grade X in Cilacap. This sample was obtained by a combination of stratified random sampling and cluster random sampling. The number of participants in this research was 80 students that consist of 24 students of X-B SMA N 3 Cilacap, 28 students of X-8 SMA N 1 Kroya, and 26 students of X-F SMA N Sampang as the first experimental group (using Modification of MMP learning model), 76 students that consist of 24 of X-A SMA N 3 Cilacap, 25 students of X-5 SMA N 1 Kroya and 27 students of X-E SMA N Sampang as a second experimental group (using MMP learning model), and the control group (using conventional learning model) consists of 75 students, 23 students of X-D SMA N 3 Cilacap, 25 students of X-6 SMA N 1 Kroya and 27 students of X-D SMA N Sampang. The data was collected using multiple choice test. The validity of test instrument used content validity and the reliability of the test used KR-20 test.

The prerequisites of data analysis employed Lilliefors test for normality test and Bartlett test for homogenity test. The technique used to analyze data in this study was two ways variance analysis with different cells. The results of two

ways variance analysis at significance level a =5% show that (1) there is an effect of learning method usage on the students’ learning achievement of students grade X in the subject matter of trigonometry comparations and functions (Fa= 16.103 >3.00 = F(0.05;2;225)), (2) there is an effect of reflective-impulsive

cognitive style usage on the learning achievement of students grade X in the subject matter of trigonometry comparations and functions (Fb = 54.090 > 3.84 =

F(0.05;1;225)) and (3) there is interaction between the learning model and the

students’s reflective-impulsive cognitive style in the learning achievement of grade X in the subject matter of trigonometry comparations and functions (Fab =

3.4148 > 3.00 = F(0.05;2;225)).

(19)

commit to user

xix

reflective type is better than impulsive type but for conventional model learning achievement in mathematics who has reflective type same as impulsive. Students’ who has reflective type, MMP modification model result learning achievement same as MMP model, MMP modification is better than conventional model, MMP model is better than conventional model. But for students who have reflective type, learning by using MMP modification, MMP and conventional model are result the same learning achievement.

(20)

commit to user

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus

terpenuhi, sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan yang sekaligus

merupakan tuntutan kemajuan peradaban dan teknologi suatu bangsa. Peradaban

suatu bangsa ditentukan oleh tingkat pendidikan warga negaranya, sehingga

pendidikan adalah tolok ukur kemajuan suatu bangsa. Pendidikan memegang

peranan penting dalam menciptakan manusia berkualitas yang akan membawa

negaranya menjadi lebih maju.

Pendidikan merupakan sarana yang penting untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia. Pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas

sekarang ini merupakan suatu keharusan. Sumber daya manusia yang berkualitas

akan mampu mempertahankan eksistensinya dan akan menjadi pilar yang kokoh

dalam suatu negara.

Rendahnya kualitas sumber daya manusia akan mengakibatkan negara kita

tertinggal jauh dari negara lain. Rendahnya sumber daya manusia antara lain

disebabkan oleh rendahnya kualitas pendidikan, yang kemungkinan juga diakibatkan

oleh kurang berhasilnya proses pembelajaran di kelas. Kemungkinan diakibatkan

oleh pembelajaran yang monoton.

Berdasarkan hasil Ujian Nasional (UN) SMA Negeri di Kabupaten Cilacap

tahun pelajaran 2009/2010 untuk mata pelajaran matematika diperoleh data rerata

(21)

commit to user

Tabel 1.1 Rerata Nilai UN Matematika SMA Negeri Kabupaten Cilacap Tahun

Pelajaran 2009/2010

Program IPA Program IPS

Rerata nilai UN tertinggi dari 18 SMA N 7,96 8,84

Rerata nilai UN terendah dari 18 SMA N 2,92 2,00

Dari data tersebut di atas, terlihat bahwa rerata hasil belajar UN mata pelajaran

matematika masih kurang menggembirakan. Rendahnya hasil ujian nasional tidak

lepas dari beberapa faktor, baik faktor intern peserta didik maupun ekstern. Faktor

proses sangat menentukan output pendidikan. Karena itu masalah-masalah semacam

kualitas guru, model pembelajaran yang tepat dan menyenangkan menjadi sangat

penting dalam proses pendidikan di sekolah.

Tabel 1.2 Persentase Penguasaan Materi Soal UN Matematika IPA SMA Negeri

Kabupaten Cilacap

No. Tahun

Pelajaran Kompetensi yang Diuji

Persentase

Rayon Propinsi Nasional 1.

2.

3.

2007/2008

2008/2009

Menyelesaikan masalah

yang berkaitan dengan

aturan sinus.

Menentukan himpunan

penyelesaian dari

persamaan trigonometri

dalam sinus atau kosinus.

Menentukan luas

segibanyak dengan ukuran

tertentu dengan

memanfaatkan aturan sinus.

(22)

commit to user No. Tahun

Pelajaran Kompetensi yang Diuji

Persentase

Rayon Propinsi Nasional 4.

5.

6.

7.

2009/2010

Menentukan himpunan

penyelesaian persamaan

trigonometri yang

diketahui.

Menyelesaikan persamaan

trigonometri dalam interval

tertentu.

Menghitung nilai

perbandingan trigonometri

sudut antar garis dan bidang

pada bangun ruang.

Menentukan volume

bangun ruang dengan aturan

sinus dan kosinus.

74,76 52,37 43,59 69,51 72,25 66,61 61,53 75,74 73,95 80,69 59,50 82,01

Data di atas menunjukkan bahwa penguasaan materi trigonometri peserta didik

rayon Kabupaten Cilacap hampir selalu berada di bawah rerata nilai UN matematika

di tingkat propinsi maupun nasional. Rendahnya daya serap ini salah satunya

kemungkinan disebabkan oleh gaya kognitif peserta didik atau juga disebabkan oleh

proses pembelajaran yang monoton yang tidak melibatkan peserta didik secara aktif

dalam proses pembelajaran (teacher centered).

Untuk itu diperlukan suatu upaya pembelajaran yang optimal agar peserta didik

dapat menerima matematika dengan baik dan benar serta menyenangkan.

Sebagian besar peserta didik masih belum dapat dengan mudah memahami

mata pelajaran matematika. Sehingga mereka lebih sering membuat kesalahan.

(23)

commit to user

menggunakan paradigma mengajar, yaitu guru sebagai sumber belajar yang

mengajari peserta didik, yang menganggap peserta didik tidak memiliki kemampuan

apapun, sehingga peserta didik menjadi pasif karena guru tidak memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk membangun sendiri konsep-konsep yang

baru diperolehnya sehingga mereka sering mengalami kesulitan dalam memahami

konsep dan menerapkan rumus-rumus, bahkan kesulitan dalam menyelesaikan

soal-soal sehingga berujung pada timbulnya kesalahan. Kesalahan yang dilakukan akan

berdampak pada rendahnya nilai ulangan harian, ulangan akhir semester maupun

nilai ujian nasional. Hal ini sering dikeluhkan oleh guru matematika dan juga guru

yang relevan. Rendahnya mutu pembelajaran dapat diartikan kurang efektifnya

proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari peserta didik, guru, minat dan

motivasi serta gaya kognitif peserta didik, kinerja guru yang rendah, serta

penggunaan sarana dan prasarana yang kurang optimal.

Saat ini pemerintah Indonesia telah memberlakukan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) yang diharapkan mampu meningkatkan mutu lulusan

pendidikan. Dalam KTSP yaitu sekolah diberi kewenangan untuk mengembangkan

sendiri kurikulumnya. Menurut Mulyasa (2008:22), salah satu tujuan khusus KTSP

adalah meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas

pendidikan yang akan dicapai. Kualitas pendidikan akan dibangun oleh satuan

pendidikan, satuan pendidikan yang tidak memperhatikan kebutuhan global akan

berimbas pada peningkatan pengangguran yang semakin banyak.

Mengingat sekolah mempunyai kewenangan penuh dalam menyusun

kurikulum maka kompetensi lulusan dari masing-masing sekolah akan berbeda.

(24)

commit to user

sekolah salah satunya akan tergantung bagaimana guru dalam menyusun,

menjabarkan, menganalisis, mengembangkan indikator, menyesuaikan standar

kompetensi dan kompetensi dasar (SK dan KD) dengan karakteristik dan

perkembangan peserta didik, situasi dan kondisi sekolah, serta kondisi dan kebutuhan

daerah. Guru memegang peranan penting dalam menentukan mutu kompetensi

lulusan yang imbasnya juga akan menentukan mutu sumber daya manusia.

Metode pembelajaran yang kurang efektif dan efisien, menyebabkan tidak

seimbangnya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, misalnya pembelajaran

yang monoton dari waktu ke waktu, guru yang bersifat otoriter dan kurang

bersahabat dengan peserta didik, sehingga peserta didik merasa bosan dan kurang

minat belajar. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru sebagai tenaga pengajar dan

pendidik harus selalu meningkatkan kualitas profesionalismenya yaitu dengan cara

memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik dengan melibatkan peserta

didik secara efektif dalam proses pembelajaran. Juga mengupayakan siswa untuk

memiliki hubungan yang erat dengan guru, dengan teman–teman dan juga dengan

lingkungan sekitarnya.

Keberhasilan pembelajaran dalam arti tercapainya standar kompetensi, sangat

bergantung pada kemampuan guru mengolah pembelajaran yang dapat menciptakan

situasi yang memungkinkan peserta didik belajar sehingga merupakan titik awal

berhasilnya pembelajaran. Banyaknya teori dan hasil penelitian pendidikan yang

menunjukkan bahwa pembelajaran akan berhasil bila peserta didik berpartisipasi

aktif dalam proses pembelajaran.

Seharusnya guru dapat mengembangkan pembelajaran di kelas, namun masih

(25)

commit to user

Hal ini dapat dilihat dari praktik pembelajaran matematika di kelas, masih banyak

peserta didik yang kurang tertarik dengan pelajaran matematika, peserta didik tidak

bisa menjawab tentang konsep yang dipelajari saat guru bertanya kepada peserta

didik. Guru dalam pengajaran hanya memberikan rumus-rumus dan contoh soal serta

latihan soal tanpa memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencerna atau

mendiskusikan dengan peserta didik yang lain. Guru masih menjadi satu-satunya

sumber belajar dan peserta didik menerima semua materi tanpa mau bertanya.

Belajar matematika dengan hanya menghapalkan rumus dan menghafalkan konsep

tanpa pemahaman sangat tidak bermakna. Bila kondisi pembelajaran ini berlangsung

terus maka dikhawatirkan akan dihasilkan kompetensi lulusan yang tidak mampu

bersaing dengan dunia global.

Metode ceramah sudah bukan jamannya lagi. Menurut Anita Lie (2010:3)

paradigma lama adalah guru memberikan pengetahuan kepada peserta didik yang

pasif sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Guru perlu menyusun dan melaksanakan

pembelajaran berdasarkan beberapa pokok pemikiran, yaitu: (1) Pengetahuan

ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh peserta didik, (2) Peserta didik

membangun pengetahuan secara aktif, (3) Guru perlu berusaha mengembangkan

kompetensi dan kemampuan peserta didik, (4) Pendidikan adalah interaksi pribadi

antara para peserta didik dan interaksi antara guru dan peserta didik.

Untuk itulah guru harus merancang dan menerapkan suatu metode

pembelajaran yang dapat mengembangkan kompetensi peserta didik. Salah satu

metode pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model kooperatif. Menurut

Sumiati dan Asra (2007 : 141) pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran

(26)

commit to user

Pengguanaan metode ini memungkinkan adanya keterlibatan peserta didik dalam

proses interaksi yang lebih luas.

Menurut Ibrahim, dkk (dalam Trianto, 2010: 62), bahwa belajar kooperatif

dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar

peserta didik, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis peserta didik.

Peserta didik belajar lebih banyak dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari

pada dari guru.

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan

kepada para peserta didik untuk melakukan aktifitas sendiri. Model pembelajaran

konvensional adalah model pembelajaran yang berpusat kepada guru (teacher

centered), menyebabkan aktifitas peserta didik kurang karena pembelajaran

didominasi oleh guru.

Dengan metode kooperatif diharapkan peserta didik benar-benar aktif, karena

pada metode ini bukan guru yang mendominasi proses pembelajaran tapi keaktifan

peserta didik yang diutamakan (student centered ), sehingga diharapkan pada

pembelajaran matematika peserta didik dapat menemukan sendiri konsep-konsep

baru. Dengan menemukan sendiri, maka pembelajaran lebih bermakna pada diri

peserta didik, karena pada kegiatan tersebut peserta didik jadi mengetahui arti

belajar yang sebenarnya.

Missouri Mathematics Project (MMP) adalah model pembelajaran klasikal

yang sudah mengikutsertakan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Namun demikian, pembelajarannya masih klasikal sehingga peran aktif peserta didik

belum maksimal, sehingga ada baiknya jika MMP dimodifikasi dengan model yang

(27)

commit to user

pada model STAD masih ada presentasi guru, di mana peserta didik hanya

mendengarkan saja materi yang diberikan guru, oleh karena itu perlu dihilangkan

yaitu dengan memodifikasinya dengan MMP. Dengan modifikasi antara MMP

dengan unsur-unsur STAD, peran serta peserta didik lebih dominan pada proses

pembelajaran.

Gaya kognitif adalah kebiasaan bertindak yang relatif tetap dalam diri

seseorang. Ada kebiasan sebagian peserta didik jika menjawab pertanyaan tidak

memperhitungkan secara matang jawabannya tersebut. Sehingga dapat menyebabkan

rendahnya hasil belajar matematika, karena jawaban yang diberikan cenderung salah.

Tidak setiap guru mengetahui adanya pengaruh gaya kognitif ini. Untuk

meningkatkan hasil belajar, guru perlu mengetahui tentang pengaruh ini. Ada

beberapa tipe gaya kognitif antara lain gaya kognitif reflektif dan impulsif.

Kedua gaya ini menunjukkan cara cepat dan lambatnya peserta didik dalam

menjawab pertanyaan. Ada peserta didik yang menjawab cepat tetapi salah, cepat

tapi benar, lambat tapi salah dan ada yang menjawab lambat tapi benar.

Jika guru mengetahui dan paham tentang gaya kognitif ini, diharapkan guru

dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat pada proses pembelajaran

hubungannya dengan gaya kognitif yang dimiliki peserta didik.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai

berikut:

1. Rendahnya hasil belajar matematika dimungkinkan karena kurang tepatnya

(28)

commit to user

diadakan penelitian tentang apakah penggunaan model pembelajaran yang

tepat dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran

matematika.

2. Ada kemungkinan rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran

matematika disebabkan oleh kemampuan awal peserta didik. Sehingga dapat

diteliti juga pengaruh kemampuan awal peserta didik terhadap hasil belajar

mereka.

3. Rendahnya hasil belajar peserta didik dimungkinkan oleh proses pembelajaran

di kelas, yaitu tidak melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses

pembelajaran. Karena itu dapat diadakan penelitian tentang pengaruh peran

aktif peserta didik dalam meningkatkan hasil belajar.

4. Masih rendahnya hasil belajar siswa dimungkinkan oleh penggunaan media

pembelajaran yang masih kurang, sehingga dapat diadakan penelitian tentang

pengaruh penggunaan media terhadap hasil belajar.

5. Masih rendahnya prestasi belajar peserta didik dapat juga karena motivasi

belajar peserta didik terhadap mata pelajaran matematika, sehingga dapat

diadakan penelitian tentang pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar.

6. Ada kemungkinan rendahnya hasil belajar peserta didik dikarenakan oleh gaya

kognitif peserta didik. Sehingga dapat dilakukan penelitian tentang pengaruh

gaya kognitif terhadap hasil belajar.

C. Pemilihan Masalah

Di antara masalah-masalah yang teridentifikasi tidak mungkin untuk diteliti

(29)

commit to user

karena itu, penulis hanya mencoba mengadakan penelitian tentang masalah yang

berkaitan dengan model pembelajaran dan gaya kognitif dengan hasil belajar, yaitu

hasil belajar dengan menggunakan model kooperatif ditinjau dari gaya kognitif.

Model pembelajaran yang akan digunakan adalah model Missouri Mathematics

Project (MMP) yang dimodifikasi dengan unsur-unsur (bagian) Student Teams

Achievement Divisions (STAD) dengan tinjauan dari gaya kognitif reflektif dan

impulsif. Karena model MMP dan STAD merupakan model yang sederhana,

sehingga bagi guru atau peserta didik yang pembelajaran sebelumnya hanya dengan

model konvensional dapat melakukan dengan mudah. Sedangkan gaya reflektif dan

impulsif menunjukkan kecepatan dan ketepatan anak dalam menjawab sehingga

diperlukan untuk dapat meningkatkan hasil belajar.

D. Pembatasan masalah

Sehubungan dengan pemilihan masalah tersebut, agar cakupan variabel terikat

hasil belajar dan variabel bebas model pembelajaran tidak terlalu luas, maka

peneliti melakukan pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar dibatasi pada pokok bahasan perbandingan dan fungsi trigonometri

kelas X semester II SMA Negeri sekabupaten Cilacap tahun pelajaran

2010/2011.

2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Missouri

Mathematics Project (MMP) yang dimodifikasi dengan unsur- unsur dari

Student Teams Achievement Divisions (STAD), model Missouri Mathematics

(30)

commit to user

3. Karakteristik peserta didik yang dilihat adalah gaya kognitif peserta didik

yang dikelompokkan ke dalam gaya kognitif impulsif dan reflektif.

E. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas yaitu, identifikasi masalah, pemilihan masalah dan

pembatasan masalah, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai

berikut :

1. Apakah hasil belajar peserta didik yang diberi model Missouri Mathematics

Project (MMP) yang dimodifikasi unsur-unsur Student Teams Achievement

Divisions (STAD) lebih baik daripada peserta didik yang diberi model

Missouri Mathematics Project (MMP) dan konvensional, dan apakah peserta

didik yang diberi model Missouri Mathematics Project (MMP) lebih baik

daripada peserta didik yang diberi model konvensional?

2. Apakah hasil belajar peserta didik yang mempunyai gaya kognitif reflektif

lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai gaya impulsif?

3. Manakah di antara model pembelajaran MMP yang dimodifikasi, MMP dan

Konvensional yang menghasilkan hasil belajar yang lebih baik jika ditinjau

dari gaya kognitif reflektif dan impulsif?

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah hasil belajar peserta didik yang diberi model

Missouri Mathematics Project (MMP) yang dimodifikasi unsur-unsur Student

(31)

commit to user

diberi model Missouri Mathematics Project (MMP) dan konvensional, dan

apakah peserta didik yang diberi model Missouri Mathematics Project

(MMP) lebih baik daripada peserta didik yang diberi model konvensional.

2. Untuk mengetahui apakah hasil belajar peserta didik yang mempunyai gaya

kognitif reflektif lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai gaya

impulsif.

3. Untuk mengetahui manakah di antara model pembelajaran MMP yang

dimodifikasi, MMP dan Konvensional yang menghasilkan hasil belajar yang

lebih baik jika ditinjau dari gaya kognitif reflektif- impulsif.

G. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam pemilihan model pembelajaran

yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata

pelajaran matematika.

2. Sebagai bahan acuan pada penelitian mengenai penggunaan model Missouri

Mathematics Project (MMP) yang dimodifikasi unsur-unsur Student Teams

Achievement Divisions (STAD) dan model Missouri Mathematics Project

(MMP).

3. Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat memperluas wawasan tentang

model pembelajaran matematika. Guru yang belum pernah berpindah dari cara

mengajar lama dapat menggunakan model ini, yaitu modifikasi model MMP

(32)

commit to user

paling sederhana sedangkan MMP adalah merupakan pengembangan dari

struktur pembelajaran matematika (SPM) yang telah biasa dikenal sebelumnya

yaitu meliputi langkah-langkah pendahuluan, pengembangan, penerapan dan

penutup.

4. Melalui penelitian ini diharapkan sekolah khususnya kepala sekolah dapat

memperoleh informasi terkait dalam menentukan kebijakan pada proses

(33)

commit to user

14

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Hakikat Belajar

Belajar pada prinsipnya adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat

dari interaksi antara peserta didik dengan sumber-sumber atau obyek baik secara

sengaja dirancang atau tanpa sengaja dirancang. Belajar adalah suatu proses yang

berlangsung dari keadaan tidak tahu menjadi tahu atau dari tahu menjadi lebih tahu,

dari belum cerdas menjadi cerdas, dari sikap belum baik menjadi baik, dari pasif

menjadi aktif, dari tidak teliti menjadi teliti. Menurut Hilgard (dalam Wina Sanjaya,

2010: 112), belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan

baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.

Menurut Anthony Robbins (dalam Trianto: 2010), belajar adalah proses

menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan

sesuatu (pengetahuan) yang baru.

Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang

yang dinyatakan dalam cara- cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan

latihan.(Oemar Hamalik, 2005: 21) Menurut Sumiati dan Asra (2007 : 38) belajar

adalah proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi

seseorang dikatakan telah belajar jika dia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat

dilakukan sebelumnya. Menurut Slameto (2010 : 2) menyatakan bahwa belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara itu Winkel (1991 : 36)

(34)

commit to user

dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan

dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.

Belajar ialah usaha melatih daya berpikir, daya mengingat perasaan, daya

mengenal., daya kemauan agar berkembang sehingga kita dapat berpikir, mengingat,

mengenal, berkembang. (Oemar Hamalik, 2005: 23)

Belajar secara umum diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang

melalui interaksi dengan lingkungannya untuk mengubah perilakunya. Dengan

perkataan lain, belajar adalah proses perubahan perilaku akibat interaksi individu

dengan lingkungan.

Dari beberapa pendapat tentang belajar dapat disimpulkan bahwa belajar pada

penelitian ini adalah proses aktif yang dilakukan oleh individu sebagai akibat

interaksi antara individu dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan

dari tidak tahu menjadi tahu.

2. Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (2009 : 22), hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Kemampuan hasil belajar peserta didik dapat diukur. Keberhasilan seseorang di

dalam mengikuti satuan proses pembelajaran pada satu jenjang pendidikan tertentu

dapat dilihat dari hasil pembelajarannya. Alat yang digunakan untuk mengukur hasil

belajar dapat berupa tes .

Hasil belajar seseorang akan dipengaruhi oleh dua hal yaitu kondisi internal

dan kondisi eksternal. Kondisi internal meliputi usia, minat, profesi, kesehatan,

(35)

commit to user

asing. Sedang kondisi eksternal adalah rangsangan yang bersumber dari luar yang

dapat menyebabkan terjadinya proses belajar mengajar. Kondisi eksternal dalam

proses belajar mengajar dipengaruhi antara lain oleh guru dan metode mengajar.

Dalam hal ini bagaimana guru merancang dan menyediakan kondisi yang khusus

agar peserta didik berhasil dalam belajarnya. Kegagalan seseorang dalam belajar

tidak semata-mata disebabkan oleh kemampuannya tetapi antara lain adanya

gangguan dari informasi lain yang menghambat untuk mengingat kembali apa yang

telah pernah dipelajarinya. Hasil belajar yang dicapai peserta didik melalui proses

belajar-mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai

berikut :

a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrisik

pada diri peserta didik. Motivasi intrisik adalah semangat juang untuk belajar

yang tumbuh dari dalam diri peserta didik itu sendiri.

b. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. Artinya ia tahu akan kemampuan

dirinya dan percaya bahwa ia punya potensi yang tidak kalah dari orang lain

apabila ia berusaha sebagaimana seharusnya.

c. Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti tahan lama

diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,

dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan

lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan

kreatifitasnya.

d. Hasil belajar diperoleh peserta didik secara menyeluruh, yakni mencakup ranah

kognitif, afektif dan psikomotorik.

(36)

commit to user

terutama dalam menilai hasil yang dicapainya dan mengendalikan proses dan

usaha belajarnya.

Hasil belajar matematika adalah kegiatan melalui proses belajar yang dilakukan

peserta didik akan menghasilkan perubahan. Perubahan-perubahan ini meliputi

bidang atau aspek-aspek pengetahuan, perubahan keterampilan, nilai dan sikap

(Winkel, 1983 : 102). Adanya perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat pada

kemampuan yang dimiliki, dan tidak bisa menjadi bisa, dari belum tahu menjadi

tahu. Namun perubahan yang dimaksud tidak cukup hanya dibuktikan melalui

pengamatan saja. Secara konkrit perubahan dapat diketahui dengan mengadakan

evaluasi atau tes. Hal ini sangat bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana

perubahan atau keberhasilan peserta didik dalam menjalankan proses belajar

mengajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada penelitian ini

adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik setelah melalui proses belajar sehingga

menimbulkan perubahan-perubahan dari tidak bisa menjadi bisa, dari belum tahu

menjadi tahu, yang ditunjukkan dengan hasil/nilai tes.

3. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang bertujuan membentuk

kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir

kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam

memecahkan permasalahan, baik dalam bidang matematika, bidang lainnya, maupun

dalam kehidupan sehari-hari. (Ganung Anggraeni, 2007: 7)

(37)

commit to user

sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional

yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Matematika yang

diajarkan di sekolah, materinya telah dipilih dan disesuaikan dengan perkembangan

kemampuan peserta didik. Walaupun obyek matematika adalah abstrak, namun

pengajarannya dapat dimulai dari obyek yang kongkrit. (Depdikbud, 1995:3)

Matematika di sekolah berfungsi untuk mengembangkan kemampuan

menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus-rumus matematika

yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari diantaranya melalui materi pengukuran

dan geometri, aljabar dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan

kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika,

yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel.

(Depdiknas, 2005:26)

Tugas seorang guru matematika adalah menciptakan lingkungan belajar,

memotivasi peserta didik, mengendalikan disiplin dan suasana belajar. Termasuk

kegiatan ini antara lain menyediakan sumber belajar, merancang kegiatan

pembelajaran, mengatur alokasi waktu, menyediakan peralatan belajar dan mengatur

pengelolaan kelas.

Austin ( 2007) mengatakan bahwa:

This review aimed to investigate the role of different types of interaction (such as classroom interaction, small group interaction, and interaction with technology) on learning mathematics. The studies examined give examples of how to use interaction, accompanied with other factors, to enhance mathematical achievement and more importantly, higher order mathematical skills (such as mathematical reasoning, self-regulation, and metacognition). Improvement of such skills require the students to communicate mathematically, hence interaction with peers, teachers, or any other media

plays an essential role. (Maksudnya pembelajaran matematika memerlukan

(38)

commit to user

Penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran / belajar matematika adalah

kegiatan mengkonstruksi di dalam pikiran konsep-konsep matematika dan

hubungan-hubungan di antara konsep-konsep itu yang diperoleh dari hasil interaksi selama

proses pembelajaran. Jadi ada 2 komponen penting dalam belajar matematika, yaitu:

a. mengkonstruksi pengetahuan dan konsep-konsep matematika;

b. mengembangkan pemahaman relasional.

4. Hasil Belajar Matematika

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:895) prestasi diartikan sebagai

hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Sedangkan belajar

diartikan sebagai usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih,

berubahnya tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Jadi

prestasi belajar dapat diartikan sebagi hasil yang telah dicapai melalui penguasaan

pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran. Prestasi

belajar lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.

Hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil dari seorang peserta

didik setelah mengikuti proses belajar mengajar matematika yang diukur dari

kemampuan peserta didik tersebut dalam menyelesaikan suatu permasalahan

matematika.

5. Model Pembelajaran

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata

(39)

commit to user

pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.(Akhmad Sudrajat, 2010)

Menurut Udin Winataputra (dalam Rachmad Widodo, 2009), model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu

dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam

merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar. Menurut Heru

Setyawan, model pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam

menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenagkan.

Sedangkan menurut Agus Supriyono (dalam Heru Setyawan), model pembelajaran

adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di

kelas maupun tutorial. Model pembelajaran menurut Muhhmad adalah suatu pola

umum tindakan guru, peserta didik dalam manifestasi aktifitas pembelajaran. Model

sebagai daya upaya guru dalam menciptakan proses mengajar.

Dari uraian di atas pengertian model pembelajaran pada penelitian ini adalah

pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

6. Pembelajaran Konvensional

Konvensional berasal dari kata konvensi yang artinya pemufakatan umum atau

kebiasaan. Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia (2001:592) konvensional

mempunyai arti menurut apa yang sudah terjadi kebiasaan atau sudah menjadi

tradisional. Jadi berdarkan pengertian konvensional di atas dapat dianalogkan bahwa

(40)

commit to user

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada keaktifan

guru (teacher centered). Demikian juga pada pembelajaran matematika.

Pembelajaran matematika dengan metode konvensional adalah pembelajaran yang

berfokus pada kegiatan guru yaitu guru memberikan definisi, rumus, menjelaskan

materi dengan aktifitas guru tetap dominan, sedangkan peserta didik hanya pasif.

Mereka hanya mendengarkan, menulis materi yang diberikan oleh guru.

Model konvensional disebut juga model tradisional yaitu cara-cara mengajar

dengan cara lama. Metode ini yang paling terkenal adalah dengan ceramah. Dalam

mata pelajaran matematika, langkah-langkah pelaksanaan model konvensioanal

umumnya adalah sebagai berikut:

a. Guru menerangkan materi ajar, peserta didik mendengarkan.

b. Guru memberikan contoh soal kemudian peserta didik mencatat.

c. Guru memberikan soal latihan yang dikerjakan secara individu oleh peserta didik

d. Membahas soal yang dikerjakan peserta didik.

e. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada peserta didik.

Noblitt, Vance, dan Smith (2010) menyimpulkan the study case method

promoted improved critical thinking and communication skills for all rubric factors

investigated, yang artinya metode studi kasus meningkatkan pengembangan berpikir

kritis dan ketrampilan berkomunikasi untuk semua faktor- faktor penyelidikan.

Berdasar uraian di atas maka model konvensioal adalah model pembelajaran

yang dilakukan selama proses pembelajaran tanpa melibatkan peserta didik untuk

berperan aktif mengkonstruksi sendiri materi baru yang diperolehnya,tidak

meningkatkan kemampuan berpikir kritis sehingga pembelajaran bagi peserta didik

(41)

commit to user 7. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu jenis belajar kelompok dengan

kekhususan anggota kelompok heterogen, terdapat ketergantungan positif di antara

anggota kelompok, kepemimpinan dipegang bersama, guru mengamati kerja

kelompok dan intervensi jika diperlukan, setiap anggota kelompok harus siap

menyajikan hasil kerja kelompoknya.(Setiawan, 2005)

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menekankan adanya

kerjasama antar peserta didik dalam kelompoknya untuk tujuan belajar

(Jonhson&Johnson, 1987 dalam Rosnawati, 2008: 4). Pembelajaran kooperatif

menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya

sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan suatu masalah.

Menurut Mohamad Nur (dalam Rosnawati, 2008: 4), pembelajaran kooperatif

mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

a. Para peserta didik harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam/berenang

bersama-sama.

b. Para peserta didik mempunyai tanggung jawab terhadap tiap peserta didik lain

dalam kelompoknya, di samping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri

dalam mempelajari materi yang dihadapi.

c. Para peserta didik harus berpandangan bahwa mereka semua memilki tujuan

yang sama.

d. Para peserta didik harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama

besarnya di antara anggota kelompok.

e. Para peserta didik akan diberi evaluasi/penghargaan yang akan ikut berpengaruh

(42)

commit to user

f. Para peserta didik bebagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

ketrampilan kerjasama selama belajar.

g. Para peserta didik diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi

yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Duren Phillip E. (1992) mengatakan bahwa:

Parker (1984) found that small-group cooperative learning emphasized the development of thinking and problem solving skills. One advantage of this approach to teaching is that it seeks to minimize student anxiety and competition by creating an environment where students feel safe to make and learn from

mistakes. Gilbert Macmillan (1983) suggests that another advantage of

cooperative learning groups is that they give students an opportunity to talk aloud, challenge and defend a point of view and focus on the problem solving process rather than the answer.

yang berarti pembelajaran kooperatif kelompok kecil menekankan perkembangan

berpikir dan keahlian memecahkan masalah. Satu keuntungan dari pendekatan ini

untuk mengajarkan bahwa pembelajaran ini mencoba untuk memperkecil

kegelisahan peserta didik dengan menciptakan lingkungan di mana peserta didik

merasa aman untuk berbuat dan belajar dari kesalahan-kesalahan. Menurut Gilbert

Macmillan bahwa keuntungan lain dari pembelajaran kooperatif adalah mereka/guru

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berbicara, memberi tantangan dan

mempertahankan pendapatnya pada proses pemecahan masalah.

Emily Lin (2006) mengatakan bahwa Research shows that humans learn best

when they collaborate with others and actively process personally meaningfull

information. Artinya Manusia belajar paling baik ketika berkolaborasi dengan yang

lain dan aktif secara individu.

Ding, Li, Piccolo, Kulm (2007) mengatakan bahwa Cooperative learning is an

effective way to develop the ability to communicate with others. Artinya

(43)

commit to user kemampuan berkomunikasi dengan yang lain.

Berdasarkan uraian-uraian di atas pengertian pembelajaran kooperatif pada

penelitian ini adalah suatu pembelajaran yang pembelajaran yang menekankan

adanya kerjasama antar peserta didik dalam kelompoknya yang heterogen, mereka

dapat secara aktif meningkatkan kemampuan berpikirnya dengan adanya tantangan

yang diberikan oleh guru dan mereka harus dapat mempertanggungjawabkan hasil

diskusi dari kelompoknya baik secara individu maupun kelompok.

Banyak model-model pembelajaran kooperatif, antara lain tipe Student Teams

Achiement Divisions (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI). Sedangkan pada

penelitian ini, model yang akan digunakan adalah model pembelajaran Missouri

Mathematics Project (MMP) yang dimodifikasi dengan unsur- unsur Student Teams

Achiement Divisions (STAD) .

8. Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Guru memegang peranan penting dalam keberhasilan belajar peserta didik nya.

Oleh karena itu, guru harus pandai-pandai dalam memilih metode pembelajaran yang

sesuai dengan kondisi peserta didiknya dan materi yang akan diberikan.

Model pembelajaran tipe Student Teams Achiement Divisions (STAD) adalah

salah satu model pembelajaran yang terdiri dari lima komponen utama yaitu

presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan dan rekognisi tim. ( Slavin, 2010: 143 )

Langkah-langkah dalam Student Teams Achiement Divisions ( STAD) :

Tahap 1 : Guru presentasi di depan kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran dan

garis besar materi yang akan dipelajari. Guru juga menjelaskan tata cara

(44)

commit to user mengenal model STAD.

Tahap 2 : Tim / kelompok. Tim / kelompok terdiri dari 4-5 peserta didik yang

heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, ras maupun etnik.

Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim

benar-benar belajar dan lebih khususnya lagi adalah untuk

mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.

Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk

mempelajari lembar kegiatan maupun materi lainnya. Yang paling sering

terjadi adalah pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahn

bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan

pemahaman jika anggota tim ada yang membuat kesalahan. Tim adalah

fitur yang yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya yang

ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk

tim dan tim juga harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap

anggotanya.

Tahap 3: Kuis. Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan

presentasi atau setelah satu atau dua periode kerja tim, para peserta didik

akan mengerjakan kuis individual. Para peserta didik tidak diperbolehkan

untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga tiap peserta

didik bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.

Tahap 4: Skor Kemajuan Individual. Tiap peserta didik dapat memberikan

kontribusi point yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini,

tetapi tidak ada peserta didik yang dapat melakukannya tanpa

(45)

commit to user

awal, yang diperoleh dari rata-rata kinerja peserta didik tersebut

sebelumnya dalam mengerjakan kuis. Peserta didik selanjutnya akan

mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikkan

skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

[image:45.595.102.501.247.487.2]

Perhitungan poin kemajuan individu adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Perhitungan Poin Kemajuan Individu

No. Skor Kuis Poin Kemajuan

1 Lebih dari 10 poin di atas skor awal. 30

2 Sama hingga 10 poin di atas skor awal. 20

3 Sepuluh hingga satu poin di bawah skor awal. 10

4 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

Tahap 5: Rekognisi Tim. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan

yang lain jika skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Tiga

macam tingkatan penghargaan diberikan di sini.

Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Tim

No. Kriteria( rata-rata tim) Penghargaan

1 25 – 30 Tim super

2 20 – 24 Tim sangat baik

3 15 – 19 Tim baik

9. Model Misouri Mathematics Project (MMP)

Penelitian Good dan Grouws pada tahun 1979, Good, Grouws dan Ebmeimer

pada tahun 1983 dan juga Confey pada tahun 1986 (dalam Setiawan, 2005),

[image:45.595.98.502.537.654.2]
(46)

commit to user

lima langkah pembelajaran matematikanya, akan lebih sukses dibanding dengan

mereka yang menggunakan pendekatan tradisional. Kelima langkah itulah yang

dikenal dengan Missouri Mathematics Project ( MMP). Model Misouri Mathematics

Project (MMP) merupakan salah satu model yang terstruktur seperti halnya Struktur

Pembelajaran Matematika (SPM) yang mempunyai komponen struktur pengajaran

pendahuluan, pengembangan, penerapan dan penutup. Model MMP adalah

pengembangan dari SPM.

Lima langkah dalam Missouri Mathematics Project (MMP) adalah:

Langkah 1: Review. Meninjau pelajaran sebelumnya dan membahas PR.

Langkah 2: Pengembangan. Berupa penyajian ide baru atau perluasan konsep

matematika yang terdahulu dan juga penyajian, diskusi interaktif antara

guru dan peserta didik.

Langkah 3: Latihan Terkontrol / Kerja Kooperatif. Peserta didik merespon soal dan

guru mengamati. Pada latihan terkontrol ini, respon peserta didik sangat

berguna bagi guru dan peserta didik sendiri. Peserta didik bekerja

sendiri atau dalam kelompok kooperatif.

Langkah 4: Seatwork / Kerja Mandiri. Peserta didik bekerja mandiri untuk latihan

atau perluasan konsep yang diberikan pada langkah pengembangan.

Langkah 5: PR. Pemberian PR dari guru agar peserta didik juga belajar di rumah

tentang materi yang baru dipelajari.

10. Modifikasi Model Missouri Mathematics Project (MMP) dengan unsur- unsur

Student Teams Achiement Divisions (STAD)

Modifikasi di sini dimaksudkan adalah adanya gabungan antara model STAD

(47)

commit to user

Missouri Mathematics Project (MMP) adalah model pembelajaran klasikal

yang sudah mengikutsertakan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Namun demikian, pembelajarannya masih klasikal sehingga peran aktif peserta didik

belum maksimal, sehingga ada baiknya jika MMP dimodifikasi dengan STAD.

Sedangkan pada STAD masih ada presentasi guru, di mana peserta didik hanya

mendengarkan saja materi yang diberikan guru, oleh karena itu perlu dihilangkan

yaitu dengan memodifikasinya dengan MMP.

Langkah-langkah pada modifikasi ini adalah sebagai berikut:

Langkah 1: Pertama yang dilakukan pada proses pembelajaran pada MMP yaitu

review. Pada langkah ini, guru mereview pelajaran yang lalu dan

membahas PR.

Langkah 2: Pengembangan. Guru membimbing peserta didik dalam pengisian LKS

buatan guru untuk menemukan suatu rumus.

Langkah 3: Seatwork/ Kerja Mandiri Pada langkah ini untuk latihan atau perluasan

mempelajari konsep yang disajikan pada langkah kedua, dan dikerjakan

secara individu.

Langkah 4: Latihan terkontrol / kerja kooperatif. Langkah kedua STAD yaitu tim,

dimasukkan pada langkah ini. Peserta didik dengan kelompok

kooperatifnya mengerjakan soal aplikasi rumus tadi dengan pantauan/

bimbingan guru dan menemukan konsep baru seperti pada langkah

pengembangan.

Kuis pada langkah ketiga STAD dilakukan setelaha langkah ini.

Dilanjutkan dengan langkah STAD berikutnya yaitu skor kemajuan

(48)

commit to user Langkah 5: Guru memberi PR.

Dengan modifikasi antara MMP dengan unsur-unsur STAD, peran serta

peserta didik lebih dominan pada proses pembelajaran, karena setelah dimodifikasi

dengan unsur- unsur STAD pembelajaran berubah dari pembelajaran klasikal

menjadi pembelajaran kooperatif.

11. Gaya Kognitif

Menurut Slameto (2010: 160), gaya kognitif adalah cara- cara sendiri yang

disukainya dalam menyusun apa yang dilihat, diingat dan dipikirkannya, cara

menyusun dan mengolah informasi serta pengalaman-pengalamannya.

Labunan (dalam Saptari: 2010) menyatakan: setiap individu memiliki cara-cara

tersendiri yang dilakukan dalam menyusun dalam pikirannya, apa yang dilakukan,

dilihat, diingat dan apa yang dipikirkan. Individu akan memiliki cara-cara yang

berbeda atas pendekatan yang dilakukannya terhadap situasi belajar, dalam cara

mereka menerima, mengorganisasikan, serta menghubungkan

pengalaman-pengalamam mereka dalam cara mereka merespon terhadap metode pengajaran

tertentu. Perbedaan ini bukanlah merupakan suatu tingkat kemampuan seseorang

namun merupakan suatu bentuk kemampuan individu dalam memproses dan

menyusun informasi serta cara individu untuk tanggap terhadap stimulus yang ada di

lingkungannya. Perbedaan-perbedaan yang menetap pada setiap individu dalam cara

mengolah informasi dan menyususnya dari pengalaman-pengalamannya lebih

dikenal dengan gaya kognitif.

Woolfolk (dalam Saptari: 2010) mengemukakan bahwa cognitive styles adalah

(49)

commit to user sekitarnya.

Gaya kognitif adalah cara-cara khas dimana individu membangun atau

membentuk keyakinan dan sikapnya tentang dunia sekitarnya dan cara-cara ia

memproses dan memberikan reaksi terhadap informasi yang masuk atau diterimanya.

(Jeni Beatrix Karay, 2009)

You, Zhang, & Liu berpendapat Cognitive style is the difference in personality

inclination and characteristic performed by individuals in the cognitive process.

Cognitive style is an important factor which impacted students’ cognitive structure.

(dalam Mingzhen Li: 2011) Artinya gaya kognitif adalah perbedaan dalam perasaan

dan karakterist

Gambar

Tabel
Tabel 1.2  Persentase Penguasaan Materi Soal  UN Matematika IPA SMA Negeri
Tabel 2.1  Perhitungan Poin Kemajuan Individu
Tabel 3.1  Waktu Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

This paper presents an assessment of the present management of Polychlorinated Biphenyls (PCBs) in the Philippines with emphasis on its inventory to develop safe and

Tujuh ratus sembilan puluh tujuh juta delapan ratus empat belas ribu rupiah,- termasuk PPN 10 %. PENGUMUMAN

7.2.1 Tuliskan jumlah kegiatan Pelayanan/Pengabdian kepada Masyarakat (*) yang sesuai dengan bidang keilmuan PS selama tiga tahun terakhir yang dilakukan oleh dosen tetap yang

A different reactor design not only leads to a different separation system but additional possibilities for heat integration... What does

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta evaluasi formulir isian kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan

With the aim of developing a simple methodology for use as a preliminary screening test for pediculicidal activity, various substances and herb extracts previously

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. © Adelia Rizka 2016

Hal ini disebabkan karena asam kuat HCl telah melepaskan logam pengotor yang ada pada abu sekam padi saat proses aktivasi awal sebelum sintesis zeolit dilakukan. Sehingga