• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Bagi DPPKAD, untuk mengetahui tingkat ketidakpatuhan wajib pajak.

2. Bagi penulis, untuk mengetahui teknik penulisan secara sistematik dengan menggunakan metode-metode penelitian.

3. Bagi pembaca, dapat digunakan sebagai referensi jika ingin

commit to user BAB II

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. PENGERTIAN EVALUASI

Pengertian evaluasi menurut beberapa pendapat, kata evaluasi berasal dari Bahasa Inggris “evaluation” yang berarti penilaian atau penaksiran, sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk menilai seberapa jauh program telah telah berjalan seperti yang telah direncanakan (Wakhinudin: 2009).

Achmad Sanusi (2002) juga mendefinisikan pengertian evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai, atribut, apresiasi, dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi atas permasalahan yang ditemukan.

2. KEPATUHAN DAN KEPERCAYAAN

Kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada suatu ajaran atau aturan yang berlaku, sedangkan ketidakpatuhan berarti tidak tunduk atau tidak patuh pada ajaran atau aturan. Jadi dalam hubungannya dengan wajib pajak yang tidak patuh, maka pengertian ketidakpatuhan wajib pajak merupakan suatu ketidaktaatan untuk melakukan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan perpajakan yang diwajibkan atau diharuskan untuk dilaksanakan.

commit to user

Tidak dapat dipungkiri bahwa membayar pajak merupakan kewajiban masyarakat kepada Negara yang harus dipatuhi. Di sisi lain, Negara memberikan kepercayaan penuh kepada masyarakat untuk menghitung sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Kecenderungan pembayar pajak tidak patuh membayar pajak adalah hal wajar karena sejak dulu pajak tidak disukai masyarakat. Mencari jalan keluar untuk itu, Negara berupaya memberikan kepercayaan penuh kepada masyarakat untuk memenuhi kewajiban pajaknya dengan harapan timbul kepatuhan yang diharapkan. Saat pajak menjadi andalan penerimaan, kepercayaan Negara kepada pembayar pajak tertentu merupakan kebanggaan yang tidak boleh pupus.

Kepercayaan yang diberikan menjadi harga mahal yang patut diimbangi dengan sikap patuh membayar pajak melihat Negara yang masih membutuhkan dana cukup besar. Apabila dikaitkan dengan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku, ada 4 hal yang diharapkan dari Wajib Pajak:

a. Kepatuhan (compliance) wajib pajak dalam membayar pajak yang dilaksanakan dengan kesadaran penuh.

b. Tanggung Jawab (responsibility) wajib pajak dalam

commit to user

c. Kejujuran (honesty) wajib pajak dalam mengisi SPT sesuai keadaan sebenarnya.

d. Memberi sanksi (law enforcement) yang lebih berat kepada wajib pajak yang tidak taat pada ketentuan berlaku.

Penelitian mengenai kepatuhan pajak sudah beberapa kali dilakukan dan saat ini sudah mulai berkembang. Berbagai penelitian tersebut telah menunjukkan bahwa wajib pajak sangat penting dalam mendukung program pemerintah dalam meningkatkan penerimaan pajaknya.

Hak dan kewajiban merupakan salah satu jaminan hukum bahwa setiap wajib pajak akan mendapatkan hak-hak tertentu apabila mereka melakukan kewajiban tertentu. Hal ini bukan berarti bahwa yang bukan wajib pajak terbebas dari pajak dan sanksi, tetapi setiap orang yang sudah wajib membayar pajak tetapi tidak mendaftarkan diri dan membayar pajak, maka pemerintah dapat meminta dengan paksa bahkan dapat mengancam dengan hukum pidana.

3. PENGERTIAN PAJAK

Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memerhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau Negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak.

commit to user

Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.

Dalam pelaksanaan pembangunan suatu negara, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting artinya bagi pelaksanaan pembangunan nasional. Dengan pembangunan nasional dimaksudkan disini adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat indonesia yang bertujuan mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban

kenegaraan dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan Negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah Undang-Undang Perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan Negara dan pembangunan nasional (Suandy, 2006).

commit to user

4. PAJAK DAERAH

Dalam konteks daerah, pajak daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah (misal: Propinsi, Kabupaten, Kota) yang diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kewajiban wajib pajak antara lain antara lain :

a. Mendaftarkan diri untuk NPWPD bagi yang sudah wajib

membayar pajak. Dengan memperoleh nomor pokok, maka seorang wajib pajak akan mendapat pelayanan-pelayanan tertentu misalnya berhak untuk memungut pajak dari pihak pemberi kerja. Untuk wajib pajak daerah dapat mengikuti tender yang diadakan oleh Pemerintah Daerah.

b. Wajib mengambil Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). Surat ini digunakan oleh wajib pajak daerah untuk membayar pajak daerah terutangnya, sehingga wajib pajak dapat terbebas dari sanksi baik administrasi maupun sanksi pidana.

c. Wajib membayar pajak terutang. Masa pajak daerah umumnya adalah 1 bulan, sehingga setiap bulan wajib pajak harus melunasi pajak terutangnya setiap bulan agar tidak terkena denda.

commit to user

d. Wajib pajak memberikan keterangan yang berhubungan dengan proses pemeriksaan pada wajib pajak dan penyelidikan oleh fiskus apabila wajib pajak diindifikasikan melakukan penggelapan pajak. Apabila wajib pajak memenuhi semua kewajibannya, maka pihak fiskus akan memberikan fasilitas-fasilitas kemudahan baik dalam pelayanan administrasi dalam pengurusan surat-surat maupun fasilitas untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan yang diadakan oleh Pemerintah Daerah. Dengan demikian ketetapan dan ketertiban dalam melunasi kewajiban pajak merupakan indikator adanya kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban. Ketetapan ini menyangkut ketetapan dalam melaporkan dan membayar tepat waktu, sedangkan ketertiban menyangkut tertib dalam pengisian informasi maupun tertib dalam melakukan pembayaran pajak daerah.

a. Sistem Pemungutan

Pengertian pemungutan pajak daerah adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak serta pengawasan penyetorannya. Pemungutan pajak ini tidak dapat diborongkan dan dipungut berdasarkan penetapan Kepala Daerah atau dibayar sendiri oleh wajib pajak.

commit to user

Sistem pemungutan pajak daerah dibagi menjadi 2 : (i) Sistem Official Assessment

Pemungutan pajak daerah berdasarkan penetapan Kepala Daerah dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lain yang disamakan. Wajib pajak setelah menerima SKPD atau dokumen lain tinggal melakukan pembayaran menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) pada kantor pos atau bank persepsi. Jika wajib pajak tidak atau kurang membayar akan ditagih menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).

(ii) Sistem Self Assessment

Wajib pajak menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak daerah yang terutang. Dokumen yang digunakan adalah Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB),

dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT). Jika wajib pajak tidak atau kurang membayar atau terdapat salah hitung atau salah tulis dalam SPTPD maka akan ditagih menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD). Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak,

commit to user Kepala Daerah dapat menerbitkan: a. SKPDKB dalam hal:

(i) jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar,

(ii) jika SPTPD tidak disampaikan kepada Kepala Daerah dalam jangka waktu tertentu dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran,

(iii)jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan. b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau data yang

semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang.

c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

commit to user

Jumlah pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak

Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) dikenakan sanksi

administrasi berupa kenaikan sebesar 25% dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.

Kepala Daerah dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah apabila: a. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar,

b. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis atau salah hitung,

c. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

Dalam penghitungannya jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) ditambah dengan sanksi adminstrasi berupa bunga sebesar 2% setiap bulan untuk paling lama 15 bulan sejak saat terutangnya pajak. Untuk Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo

commit to user

pembayaran dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan, dan ditagih dengan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).

b. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan

Tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 hari setelah saat terutangnya pajak dan paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak. Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 bulan sejak tanggal diterbitkan.

Atas permohonan wajib pajak, Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% sebulan setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Dan tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan Keputusan Kepala Daerah. Pajak yang terutang berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan

commit to user

Banding yang tidak atau kurang dibayar oleh wajib pajak pada waktunya, dapat ditagih dengan Surat Paksa.

5. KRITERIA PAJAK DAERAH

Kriteria pajak daerah tidak jauh berbeda dengan kriteria pajak pusat, yang membedakan keduanya adalah pihak pemungutnya. Pajak pusat yang memungut adalah Pemerintah Pusat, sedangkan pajak daerah yang memungut adalah Pemerintah Daerah. Kriteria pajak daerah secara spesifik diuraikan oleh Davey(1988) dalam bukunya Financing Regional

Government, yang terdiri dari 4 (empat) hal yaitu:

1. Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah berdasarkan

pengaturan dari daerah sendiri,

2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan Pemerintah Pusat tetapi penetapan tarifnya dilakukan oleh Pemerintah Daerah,

3. Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh Pemerintah Daerah, 4. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh Pemerintah Pusat

tetapi hasil pungutannya diberikan kepada Pemerintah Daerah. (Kesit dan Sobirin, 2005)

Dari kriteria pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian pajak daerah tersebut terdiri dari pajak yang ditetapkan dan atau dipungut di wilayah daerah dan bagi hasil pajak dengan Pemerintah Pusat.

commit to user

6. JENIS-JENIS PAJAK DAERAH

Dalam literatur pajak dan public finance, pajak dapat diklasifikasikan berdasar golongan, wewenang, sifat dan lain sebagainya. Pajak daerah termasuk klasifikasi pajak menurut wewenang pemungutnya. Artinya, pihak yang berwenang dan berhak memungut pajak daerah adalah Pemerintah Daerah. Selanjutnya, pajak daerah ini dapat diklasifikasikan kembali menurut wilayah kekuasaan pihak pemungutnya. Menurut wilayah pemungutannya pajak daerah dibagi menjadi:

1. Jenis Pajak Provinsi terdiri atas: a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan; dan

e. Pajak Rokok.

2. Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas: a. Pajak Hotel,

b. Pajak Restoran, c. Pajak Hiburan, d. Pajak Reklame,

e. Pajak Penerangan Jalan,

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, g. Pajak Parkir,

commit to user i. Pajak Sarang Burung Walet,

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Daerah dilarang memungut pajak selain jenis pajak tersebut. Pajak dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang memadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Dokumen terkait