commit to user
i
EVALUASI KETIDAKPATUHAN PEMBAYARAN PAJAK DAERAH
OLEH WAJIB PAJAK PADA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN
KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Oleh :
Nurina Alim Pratiwi
NIM F3408062
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan
(QS Al-Insyirah : 6)
Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang
harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka
menyukainya atau tidak.
(Aldus Huxley)
Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga
berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah.
(Kahlil Gibran)
Penulis persembahkan kepada:
Allah SWT,
Orang tua dan keluarga,
Teman-teman D3 Perpajakan angkatan 2008,
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillahirabbil’aalamin.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir
dengan judul Evaluasi Ketidakpatuhan Pembayaran Pajak Daerah Oleh Wajib
Pajak Pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Sukoharjo ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar
Ahli Madya pada Diploma III Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret.
Dalan kesempatan ini, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu penyusunan laporan tugas akhir ini :
1) Allah SWT, dengan kuasaNya maka tugas akhir ini dapat
terselesaikan.
2) Untuk Bapak, Ibu dan semua keluarga tercinta yang selalu
memberikan do’a, kasih sayang, semangat, perhatian, dan
dukungannya sampai saat ini, aku sangat bersyukur hidup di
keluarga ini.
3) Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com,Ak selaku Dekan
commit to user
vi
4) Bapak Drs. Santoso Tri Hananto, Msi,Ak selaku Ketua Program
D III FE UNS Surakarta.
5) Bapak Sri Suranta, S.E.,M.Si,Ak.BKP selaku Ketua Prodi DIII
Perpajakan FE UNS Surakarta.
6) Anis Widjajanto, S.E.,M.Si,Ak. selaku Pembimbing Akademik
tugas akhir yang telah memberikan pengarahan selama penyusunan
tugas akhir.
7) Agus Widodo, S.E., M.Si., Ak. selaku Penguji tugas akhir.
8) Arif Lukman Santoso, S.E. Ak. selaku Pembimbing Akademik
magang kerja
9) Seluruh Dosen dan staff pengajar FE UNS Surakarta.
10) Drs. Darwanto, MM selaku kepala bagian pendapatan dan seluruh
pegawai DPPKAD Kabupaten Sukoharjo yang telah bersedia
menerima kami untuk melaksanakan magang dan memberikan
bantuannya sehingga penulis dapat memperoleh data untuk
penulisan tugas akhir ini.
11) Teman-teman Pajak angkatan 2008 yang selalu membantuku dan
terima kasih atas kerjasamanya.
12) Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Surakarta, Mei 2011
commit to user
vii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
ABSTRAK ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I. PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan ... 1
B. Latar Belakang Masalah ... 12
C. Perumusan Masalah ... 14
D. Tujuan Penelitian ... 15
E. Manfaat Penelitian ... 15
II. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka ... 16
commit to user
viii III. TEMUAN
A. Kelebihan ... 40
B. . Kelemahan ... 41
IV. PENUTUP
A. . Simpulan ... 42
B. . Rekomendasi ... 43
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
II. 1 Daftar Ketidakpatuhan Wajib Pajak Tahun 2008 ... 36
II. 2 Daftar Ketidakpatuhan Wajib Pajak Tahun 2009 ... 37
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Pernyataan Tugas Akhir
2. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
3. Tanda Terima Kuliah Magang Kerja
4. Surat Keterangan Magang Kerja
commit to user ABSTRACT
EVALUASI KETIDAKPATUHAN PEMBAYARAN PAJAK DAERAH
OLEH WAJIB PAJAK PADA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN
KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO
Nurina Alim Pratiwi
F3408062
The purpose of this research is to evaluating adherence to the local tax payments in DPPKAD Sukoharjo District. In this research contains about non payment of local taxes in Sukoharjo. In the research can be known about the form of disobedience, the factor that causes, consequences, and solutions for non-compliance. In an effort to achieve the target of research, the researcher conducted interviews with officer in DPPKAD Sukoharjo. Data collection techniques using literature and documents from the location of the research. By conducting the research, obtained by the taxpayer is delinquent as a form of non-payment of local taxes. The most fundamental cause is the taxpayer's level of consciousness that is still low on the importance of local taxes, the lack of official tax collectors and the absence of socialization counseling to taxpayers. The author provides recommendations to give awards or prizes for the orderly taxpayers pay local taxes owed, adding officers and tax collectors providing information about the obligation to pay their tax owed. Expactation of this research provides input for consideration and for non-compliance DPPKAD local tax payments can be overcome so that it will increase reception at DPPKAD Sukoharjo.
commit to user BAB 1
PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Kabupaten Sukoharjo
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, ditegaskan bahwa perangkat daerah terdiri
dari unsur staf yang mempunyai tugas membantu penyusunan kebijakan
dan koordinasi yang diwadahi dalam bentuk inspektorat, unsur perencana
yang diwadahi dalam bentuk badan, unsur pendukung tugas Bupati dalam
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik
diwadahi dalam lembaga teknis daerah dalam bentuk badan/ kantor/ rumah
sakit, dan unsur pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam dinas
daerah. Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
maka sejak tahun 2009 terbentuklah Organisasi Dinas Daerah yaitu Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah atau disingkat
menjadi DPPKAD.
commit to user
2. Tugas Pokok dan Fungsi DPPKAD Kabupaten Sukoharjo
Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Sukoharjo Nomor 3
tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten
Sukoharjo, Pasal 11 menyebutkan bahwa Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan
pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan
dibidang pengelolaan keuangan dan aset-aset daerah. Berdasarkan
Peraturan Bupati Sukuharjo Nomor 44 tahun 2008 tentang Penjabaran
Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Jabatan Strutural Pada Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Sukoharjo, Pasal 3 menyebutkan bahwa DPPKAD dipimpin oleh seorang
Kepala Dinas yang mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan
pemerintahan daerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset
daerah. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, maka DPPKAD
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan, pengelolaan
keuangan dan aset daerah,
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di
bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah,
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan,
pengelolaan keuangan dan aset daerah,
d. Pengkoordinasian, fasilitasi, dan pembinaan kegiatan di bidang
commit to user
e. Pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan di
bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah,
f. Pengelolaan urusan ketatausahaan.
3. Visi dan Misi DPPKAD Kabupaten Sukoharjo
DPPKAD Kabupaten Sukoharjo mempunyai visi yaitu Terwujudnya
peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya pengelolaan
keuangan Daerah dan peningkatan pendapatan Daerah dengan semangat
desentralisasi, demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas dalam rangka
peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu,
DPPKAD Kabupaten Sukoharjo mempunyai misi – misi yaitu sebagai
berikut:
a. Meningkatkan kualitas sumber daya pengelolaan keuangan
Daerah.
b. Meningkatkan fungsi perencanaan dan penyusunan anggaran
Daerah.
c. Meningkatkan fungsi pemungutan pendapatan Daerah dan
efisiensi belanja Daerah.
d. Meningkatkan fungsi pengendalian kas Daerah, perbendaharaan
umum daerah dan verifikasi serta perhitungan anggaran,
commit to user
4. STRUKTUR ORGANISASI DPPKAD KABUPATEN SUKOHARJO
Gambar I.1
commit to user
5. DESKRIPSI JABATAN
Berdasarkan Peraturan Bupati Sukuharjo Nomor 44 tahun 2008
tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Jabatan
Struktural Pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Sukoharjo, Pasal 2 menyebutkan bahwa susunan
organisasi DPPKAD Sukoharjo terdiri dari:
a. Kepala Dinas
Mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan
daerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset
daerah.
b. Sekretariat
Mempunyai tugas melaksanakan fungsi kesekretariatan meliputi
keseluruhan aktivitas mengenai umum dan kepegawaian,
program, serta keuangan yang diserahkan dan menjadi tanggung
jawab pada Sekretariat.
1) Sub Bagian Program
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian kegiatan
perencanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
commit to user 2) Sub Bagian Keuangan
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian kegiatan
administrasi keuangan dan pelaporan pertanggungjawaban
keuangan.
3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian kegiatan
administrasi umum organisasi dan tata laksana, pengurusan
rumah tangga, perlengkapan dokumentasi, perpustakaan dan
kearsipan serta pengelolaan administrasi kepegawaian.
c. Bidang Anggaran
Mempunyai tugas melaksanakan fungsi perencanaan,
penyusunan anggaran dan meliputi sebagian aktivitas mengenai
pelaksanaan anggaran, anggaran penerimaan, penyusunan
anggaran belanja dan pelaksanaan anggaran yang diserahkan
dan menjadi tanggung jawab pada bidang anggaran.
1) Seksi Perencanaan Anggaran
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan
commit to user 2) Seksi Penyusunan Anggaran
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan
pemberian bimbingan di bidang penyusunan anggaran.
3) Seksi Pelaksanaan Anggaran
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan
pemberian bimbingan di bidang penyusunan anggaran.
d. Bidang Pendapatan
Mempunyai tugas melaksanakan fungsi pendapatan meliputi
keseluruhan aktvitas mengenai pendapatan asli daerah, dana
perimbangan, dan penagihan pendapatan yang diserahkan dan
menjadi tanggung jawab pada Bidang Pendapatan.
1) Seksi Pendapatan Asli Daerah
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan
pemberian bimbingan di bidang pendapatan asli daerah.
2) Seksi Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan
pemberian bimbingan di bidang dana perimbangan dan
commit to user
3) Seksi Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Mempunyai
tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian
bimbingan di bidang intensifikasi dan ekstensifikasi
pendapatan.
e. Bidang Perbendaharaan
Mempunyai tugas melaksanakan fungsi perbendaharaan
meliputi keseluruhan aktivitas Penerbitan Surat Pencairan Dana
(SP2D) untuk pembayaran berdasarkan Surat Perintah
Membayar (SPM) dari permintaan pengguna anggaran SKPD
atas beban rekening kas umum daerah.
1) Seksi Perbendaharaan I
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan
pemberian bimbingan di bidang Perbendaharaan I.
2) Seksi Perbendaharaan II
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan
pemberian bimbingan di bidang Perbendaharaan II.
3) Seksi Perbendaharaan III
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan
commit to user f. Bidang Akuntansi
Mempunyai tugas melaksanakan fungsi akuntansi meliputi
keseluruhan aktivitas mengenai pembukuan, pelaporan, analisis
data keuangan, dan sistem akuntansi serta fasilitasi penyusunan
laporan keuangan yang diserahkan dan menjadi tanggung
jawab pada Bidang Akuntansi.
1) Seksi Verifikasi
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan
pemberian bimbingan di bidang verifikasi.
2) Seksi Akuntansi
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan
pemberian bimbingan di bidang akuntansi.
3) Seksi Fasilitasi Penyusunan Laporan Keuangan
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan
pemberian bimbingan di bidang fasilitasi penyusunan laporan
commit to user g. Bidang Kas
Mempunyai tugas melaksanakan fungsi kas meliputi
keseluruhan aktivitas mengenai penerimaan, pengeluaran,
pengendalian, dan pelaporan yang diserahkan dan menjadi
tanggung jawab pada bidang Kas.
1) Seksi Penerimaan
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan
pemberian bimbingan di bidang penerimaan.
2) Seksi Pengeluaran
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan
pemberian bimbingan di bidang pengeluaran.
3) Seksi Pengendalian dan Pelaporan
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan
pemberian bimbingan di bidang pengendalian dan pelaporan.
h. Bidang Aset dan Investasi Daerah
Mempunyai tugas melaksanakan fungsi inventarisasi dan
penghapusan, pengelolaan aset daerah, dan investasi daerah
yang diserahkan dan menjadi tanggung jawab pada bidang Aset
commit to user 1) Seksi Penatausahaan Aset Daerah
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan
pemberian bimbingan di bidang penatausahaan aset daerah.
2) Seksi Pendayagunaan Aset Daerah
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan
pemberian bimbingan di bidang pendayagunaan aset daerah.
3) Seksi Investasi Daerah
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan
pemberian bimbingan di bidang investasi daerah.
i. Kelompok Jabatan Fungsional
Mempunyai tugas menerapkan prinsip koordinasi, integrasi,
dan sinkronisasi, baik dalam lingkungan unit organisasi
masing-masing maupun antar satuan organisasi di lingkungan
Pemerintah Daerah dengan instansi lain di luar Pemerintah
commit to user
B. LATAR BELAKANG
Pajak Daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang sangat penting
untuk membiayai daerah dalam memantapkan otonomi daerah yang nyata,
serasi, dinamis, dan bertanggung jawab. Otonomi daerah mencakup semua
aspek yaitu aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan.
Sebagai ukuran yang lazim mengenai masalah otonomi daerah adalah otonomi
dalam bidang keuangan atau kemandirian suatu pemerintah daerah dalam
rangka membiayai kegiatan pembangunan di wilayahnya.
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)
Kabupaten Sukoharjo merupakan kantor instansi pelayanan yang berfungsi
sebagai pengelola sumber pendapatan daerah yang bertugas memantau
penerimaan pendapatan daerah berupa pajak dan retribusi. Pendapatan tersebut
merupakan salah satu jenis pajak Negara yang hasil pemungutannya
diserahkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo dan dijadikan
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dalam rangka penyelenggaraan pemerintah
daerah, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Sukoharjo harus lebih optimal dalam mengelola sumber-sumber pendapatan
yang ada di Kabupaten Sukoharjo. Dalam mengelola sumber-sumber
pendapatan tersebut diharapkan dilakukan tanpa harus membebani
masyarakat, tetapi melalui penyederhanaan pungutan, memperkecil jumlah
tunggakan dan menegakkan sanksi hukum bagi wajib pajak yang menghindar.
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dipungut pemerintah daerah dengan tujuan
commit to user
mengatur dan menertibkan wajib pajak selaku objek pajak di wilayah
Kabupaten Sukoharjo. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sukoharjo mengaharapkan pendapatan pajak
daerah dan retribusi daerah di tiap tahunnya mengalami peningkatan.
Masyarakat yang tidak membayar Pajak Daerah dikarenakan keadaan
ekonomi dan tingkat pendidikan rendah, serta kurangnya kesadaran dan
kepatuhan untuk membayar pajak atau bahkan tidak tahu seluk beluk pajak.
Disamping itu, ada juga orang yang memiliki perekonomian, pendidikan yang
baik serta yang tahu seluk beluk pajak dan manfaat pajak bagi negara maupun
bagi dirinya sendiri tidak membayar pajak atau tidak disiplin tepat pada
waktunya membayar pajak. Untuk memudahkan wajib pajak menerapkan
kewajibannya, maka pemerintah menyediakan berbagai fasilitas diantaranya
adalah Bank, Pos dan Giro, dan tempat lain yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan. Hal ini menunjukan begitu besarnya perhatian dan fasilitas yang
diberikan kepada wajib pajak untuk melaksanakan kewajibannya, tetapi dalam
penerapan pemungutan Pajak Daerah tidak semudah yang dibayangkan karena
masih ada wajib pajak yang belum menyadari akan pentingnya pemenuhan
kewajiban tersebut bagi dirinya dan Negara, sehingga mereka belum mau
membayar Pajak Daerah.
Dalam pemungutan pajak, administrasi pajak akan menghadapi resiko
berupa pajak yang tidak dapat ditarik dari wajib pajak karena wajib pajak
tersebut tidak mematuhi ketentuan perpajakan sehingga ada pajak terutang
commit to user
Mengacu pada latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
mengambil judul “EVALUASI KETIDAKPATUHAN PEMBAYARAN
PAJAK DAERAH OLEH WAJIB PAJAK PADA DINAS
PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH
KABUPATEN SUKOHARJO”.
C. PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem pemungutan dan penagihan pajak daerah di Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Sukoharjo?
2. Apa saja bentuk ketidakpatuhan wajib pajak dalam pembayaran pajak
daerah?
3. Faktor yang menyebabkan terjadinya ketidakpatuhan wajib pajak?
4. Apa saja pengaruh dari ketidakpatuhan tersebut bagi Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Sukoharjo?
commit to user
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui sistem pemungutan dan penagihan pajak daerah di Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Sukoharjo.
2. Mengetahui bentuk ketidakpatuhan wajib pajak dalam pembayaran
pajak daerah.
3. Mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya ketidakpatuhan wajib
pajak.
4. Mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari ketidakpatuhan wajib
pajak bagi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Sukoharjo.
5. Mengetahui apa saja solusi dari masalah ketidakpatuhan wajib pajak
tersebut.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi DPPKAD, untuk mengetahui tingkat ketidakpatuhan wajib pajak.
2. Bagi penulis, untuk mengetahui teknik penulisan secara sistematik
dengan menggunakan metode-metode penelitian.
3. Bagi pembaca, dapat digunakan sebagai referensi jika ingin
commit to user BAB II
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. PENGERTIAN EVALUASI
Pengertian evaluasi menurut beberapa pendapat, kata evaluasi
berasal dari Bahasa Inggris “evaluation” yang berarti penilaian atau
penaksiran, sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan
suatu kegiatan untuk menilai seberapa jauh program telah telah berjalan
seperti yang telah direncanakan (Wakhinudin: 2009).
Achmad Sanusi (2002) juga mendefinisikan pengertian evaluasi
adalah proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai, atribut,
apresiasi, dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi atas
permasalahan yang ditemukan.
2. KEPATUHAN DAN KEPERCAYAAN
Kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada suatu ajaran atau aturan
yang berlaku, sedangkan ketidakpatuhan berarti tidak tunduk atau tidak
patuh pada ajaran atau aturan. Jadi dalam hubungannya dengan wajib
pajak yang tidak patuh, maka pengertian ketidakpatuhan wajib pajak
merupakan suatu ketidaktaatan untuk melakukan ketentuan-ketentuan atau
aturan-aturan perpajakan yang diwajibkan atau diharuskan untuk
dilaksanakan.
commit to user
Tidak dapat dipungkiri bahwa membayar pajak merupakan
kewajiban masyarakat kepada Negara yang harus dipatuhi. Di sisi lain,
Negara memberikan kepercayaan penuh kepada masyarakat untuk
menghitung sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Kecenderungan
pembayar pajak tidak patuh membayar pajak adalah hal wajar karena sejak
dulu pajak tidak disukai masyarakat. Mencari jalan keluar untuk itu,
Negara berupaya memberikan kepercayaan penuh kepada masyarakat
untuk memenuhi kewajiban pajaknya dengan harapan timbul kepatuhan
yang diharapkan. Saat pajak menjadi andalan penerimaan, kepercayaan
Negara kepada pembayar pajak tertentu merupakan kebanggaan yang tidak
boleh pupus.
Kepercayaan yang diberikan menjadi harga mahal yang patut
diimbangi dengan sikap patuh membayar pajak melihat Negara yang
masih membutuhkan dana cukup besar. Apabila dikaitkan dengan
Undang-Undang Perpajakan yang berlaku, ada 4 hal yang diharapkan dari Wajib
Pajak:
a. Kepatuhan (compliance) wajib pajak dalam membayar pajak
yang dilaksanakan dengan kesadaran penuh.
b. Tanggung Jawab (responsibility) wajib pajak dalam
commit to user
c. Kejujuran (honesty) wajib pajak dalam mengisi SPT sesuai
keadaan sebenarnya.
d. Memberi sanksi (law enforcement) yang lebih berat kepada
wajib pajak yang tidak taat pada ketentuan berlaku.
Penelitian mengenai kepatuhan pajak sudah beberapa kali dilakukan
dan saat ini sudah mulai berkembang. Berbagai penelitian tersebut telah
menunjukkan bahwa wajib pajak sangat penting dalam mendukung
program pemerintah dalam meningkatkan penerimaan pajaknya.
Hak dan kewajiban merupakan salah satu jaminan hukum bahwa
setiap wajib pajak akan mendapatkan hak-hak tertentu apabila mereka
melakukan kewajiban tertentu. Hal ini bukan berarti bahwa yang bukan
wajib pajak terbebas dari pajak dan sanksi, tetapi setiap orang yang sudah
wajib membayar pajak tetapi tidak mendaftarkan diri dan membayar pajak,
maka pemerintah dapat meminta dengan paksa bahkan dapat mengancam
dengan hukum pidana.
3. PENGERTIAN PAJAK
Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung
terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat
merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memerhatikan masalah
pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan
kemandirian suatu bangsa atau Negara dalam pembiayaan pembangunan
commit to user
Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi
kepentingan bersama.
Dalam pelaksanaan pembangunan suatu negara, pajak merupakan
salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting artinya bagi
pelaksanaan pembangunan nasional. Dengan pembangunan nasional
dimaksudkan disini adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
dan pembangunan seluruh masyarakat indonesia yang bertujuan
mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata
materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada
Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban
kenegaraan dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan
bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan
Negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah Undang-Undang
Perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi
merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam
bentuk peran serta terhadap pembiayaan Negara dan pembangunan
commit to user
4. PAJAK DAERAH
Dalam konteks daerah, pajak daerah adalah pajak-pajak yang
dipungut oleh Pemerintah Daerah (misal: Propinsi, Kabupaten, Kota) yang
diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Daerah
yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Kewajiban wajib pajak antara lain antara lain :
a. Mendaftarkan diri untuk NPWPD bagi yang sudah wajib
membayar pajak. Dengan memperoleh nomor pokok, maka
seorang wajib pajak akan mendapat pelayanan-pelayanan tertentu
misalnya berhak untuk memungut pajak dari pihak pemberi kerja.
Untuk wajib pajak daerah dapat mengikuti tender yang diadakan
oleh Pemerintah Daerah.
b. Wajib mengambil Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD).
Surat ini digunakan oleh wajib pajak daerah untuk membayar
pajak daerah terutangnya, sehingga wajib pajak dapat terbebas
dari sanksi baik administrasi maupun sanksi pidana.
c. Wajib membayar pajak terutang. Masa pajak daerah umumnya
adalah 1 bulan, sehingga setiap bulan wajib pajak harus melunasi
commit to user
d. Wajib pajak memberikan keterangan yang berhubungan dengan
proses pemeriksaan pada wajib pajak dan penyelidikan oleh fiskus
apabila wajib pajak diindifikasikan melakukan penggelapan pajak.
Apabila wajib pajak memenuhi semua kewajibannya, maka pihak fiskus
akan memberikan fasilitas-fasilitas kemudahan baik dalam pelayanan
administrasi dalam pengurusan surat-surat maupun fasilitas untuk ikut
berpartisipasi dalam pembangunan yang diadakan oleh Pemerintah
Daerah. Dengan demikian ketetapan dan ketertiban dalam melunasi
kewajiban pajak merupakan indikator adanya kepatuhan wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban. Ketetapan ini menyangkut ketetapan dalam
melaporkan dan membayar tepat waktu, sedangkan ketertiban menyangkut
tertib dalam pengisian informasi maupun tertib dalam melakukan
pembayaran pajak daerah.
a. Sistem Pemungutan
Pengertian pemungutan pajak daerah adalah suatu rangkaian
kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak,
penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan
pajak kepada wajib pajak serta pengawasan penyetorannya.
Pemungutan pajak ini tidak dapat diborongkan dan dipungut
berdasarkan penetapan Kepala Daerah atau dibayar sendiri oleh wajib
commit to user
Sistem pemungutan pajak daerah dibagi menjadi 2 :
(i) Sistem Official Assessment
Pemungutan pajak daerah berdasarkan penetapan Kepala
Daerah dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKPD) atau dokumen lain yang disamakan. Wajib pajak
setelah menerima SKPD atau dokumen lain tinggal melakukan
pembayaran menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD)
pada kantor pos atau bank persepsi. Jika wajib pajak tidak atau
kurang membayar akan ditagih menggunakan Surat Tagihan
Pajak Daerah (STPD).
(ii) Sistem Self Assessment
Wajib pajak menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri
pajak daerah yang terutang. Dokumen yang digunakan adalah
Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Ketetapan
Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB),
dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan
(SKPDKBT). Jika wajib pajak tidak atau kurang membayar
atau terdapat salah hitung atau salah tulis dalam SPTPD maka
akan ditagih menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah
(STPD). Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat
commit to user Kepala Daerah dapat menerbitkan:
a. SKPDKB dalam hal:
(i) jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan
lain, pajak yang terutang tidak atau kurang
dibayar,
(ii) jika SPTPD tidak disampaikan kepada Kepala
Daerah dalam jangka waktu tertentu dan setelah
ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat
teguran,
(iii)jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi,
pajak yang terutang dihitung secara jabatan.
b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau data yang
semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan
jumlah pajak yang terutang.
c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya
dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak.
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% sebulan
dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk
jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat
commit to user
Jumlah pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak
Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) dikenakan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 25% dari pokok pajak
ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan
dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk
jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat
terutangnya pajak. Jumlah kekurangan pajak yang terutang
dalam SKPDKBT dikenakan sanksi administratif berupa
kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah
kekurangan pajak tersebut.
Kepala Daerah dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah apabila:
a. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar,
b. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
(SPTPD) terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah
tulis atau salah hitung,
c. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan
atau denda.
Dalam penghitungannya jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam
Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) ditambah dengan sanksi
adminstrasi berupa bunga sebesar 2% setiap bulan untuk paling lama
15 bulan sejak saat terutangnya pajak. Untuk Surat Ketetapan Pajak
commit to user
pembayaran dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
sebulan, dan ditagih dengan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).
b. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan
Tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang
terutang paling lama 30 hari setelah saat terutangnya pajak dan paling
lama 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak.
Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat
Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak
yang harus dibayar bertambah harus dilunasi dalam jangka waktu
paling lama 1 bulan sejak tanggal diterbitkan.
Atas permohonan wajib pajak, Kepala Daerah dapat memberikan
persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% sebulan
setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Dan tata cara
pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran, dan
penundaan pembayaran pajak diatur dengan Keputusan Kepala
Daerah. Pajak yang terutang berdasarkan Surat Ketetapan Pajak
Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan
Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Tagihan Pajak Daerah,
commit to user
Banding yang tidak atau kurang dibayar oleh wajib pajak pada
waktunya, dapat ditagih dengan Surat Paksa.
5. KRITERIA PAJAK DAERAH
Kriteria pajak daerah tidak jauh berbeda dengan kriteria pajak pusat,
yang membedakan keduanya adalah pihak pemungutnya. Pajak pusat yang
memungut adalah Pemerintah Pusat, sedangkan pajak daerah yang
memungut adalah Pemerintah Daerah. Kriteria pajak daerah secara
spesifik diuraikan oleh Davey(1988) dalam bukunya Financing Regional
Government, yang terdiri dari 4 (empat) hal yaitu:
1. Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah berdasarkan
pengaturan dari daerah sendiri,
2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan Pemerintah Pusat tetapi
penetapan tarifnya dilakukan oleh Pemerintah Daerah,
3. Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh Pemerintah Daerah,
4. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh Pemerintah Pusat
tetapi hasil pungutannya diberikan kepada Pemerintah Daerah.
(Kesit dan Sobirin, 2005)
Dari kriteria pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian pajak
daerah tersebut terdiri dari pajak yang ditetapkan dan atau dipungut di
commit to user
6. JENIS-JENIS PAJAK DAERAH
Dalam literatur pajak dan public finance, pajak dapat diklasifikasikan
berdasar golongan, wewenang, sifat dan lain sebagainya. Pajak daerah
termasuk klasifikasi pajak menurut wewenang pemungutnya. Artinya,
pihak yang berwenang dan berhak memungut pajak daerah adalah
Pemerintah Daerah. Selanjutnya, pajak daerah ini dapat diklasifikasikan
kembali menurut wilayah kekuasaan pihak pemungutnya. Menurut
wilayah pemungutannya pajak daerah dibagi menjadi:
1. Jenis Pajak Provinsi terdiri atas:
a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
d. Pajak Air Permukaan; dan
e. Pajak Rokok.
2. Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas:
a. Pajak Hotel,
b. Pajak Restoran,
c. Pajak Hiburan,
d. Pajak Reklame,
e. Pajak Penerangan Jalan,
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan,
g. Pajak Parkir,
commit to user i. Pajak Sarang Burung Walet,
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Daerah dilarang memungut pajak selain jenis pajak tersebut. Pajak dapat
tidak dipungut apabila potensinya kurang memadai dan/atau disesuaikan
dengan kebijakan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
B. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
1. TEKNIK ANALISA DATA
(i) Letak Penelitian
Letak penelitian yang digunakan penulis adalah pada Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Sukoharjo pada bidang Pendapatan.
(ii) Objek Penelitian
Objek penelitian yang dipakai oleh penulis adalah tingkat
ketidakpatuhan pembayaran pajak daerah di DPPKAD Kabupaten
Sukoharjo.
(iii) Analisa Data
Penulis menggunakan teknik analisa data yaitu:
a. Analisa Kualitatif, adalah proses analisa data yang tidak
dinyatakan dalam bentuk angka atau tidak menggunakan
rumus-rumus statistik. Analisis ini digunakan untuk mengetahui hal-hal
yang berhubungan dengan ketidakpatuhan wajib pajak dalam
commit to user
b. Analisa Kuantitatif, adalah proses analisa data yang dinyatakan
dalam bentuk angka atau menggunakan rumus-rumus statistik.
Analisa ini digunakan untuk mengetahui jumlah tunggakan
wajib pajak daerah di DPPKAD Kabupaten Sukoharjo.
(iv) Jenis Data
Dalam penelitian ini, penulis mencari 2 jenis data guna melengkapi
penelitiannya, yaitu:
(1) Data Primer, adalah yang didapat melalui observasi dan
wawancara secara langsung di lapangan, dalam hal ini di
DPPKAD Kabupaten Sukoharjo dengan berbagai cara, berupa
pengamatan langsung penulis serta bertanya langsung pada
pegawai mengenai ktidakpatuhan pembayaran pajak daerah.
(2) Data Sekunder, adalah data yang diperoleh dari literatur atau
sumber-sumber lainnya yang telah dituangkan dalam bentuk
laporan, makalah, buku lain yang terkait.
Penulis menggunakan data ini untuk melengkapi
commit to user
2. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
a. Sistem pemungutan dan penagihan pajak daerah di Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
menggunakan 2 sistem yaitu:
(i) SelfAssessment
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang (Mardiasmo, 2006). Wajib pajak menghitung, membayar,
dan melaporkan sendiri pajak daerah yang terutang ke DPPKAD
Kabupaten Sukoharjo.
Dokumen yang digunakan adalah Surat Pemberitahuan Pajak
Daerah (SPTPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
(SKPDKB), dan/atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
Tambahan (SKPDKBT). Jika wajib pajak tidak atau kurang
membayar atau terdapat salah hitung atau salah tulis dalam
SPTPD maka akan ditagih menggunakan Surat Tagihan Pajak
Daerah (STPD).
(ii) Office Assessment
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
petugas pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak daerah
commit to user
Pada DPPKAD Kabupaten Sukoharjo, dilakukan dengan cara
petugas mendatangi untuk memungut dan menagih pajak daerah
yang terutang ke wajib pajak.
Pemungutan pajak daerah berdasarkan penetapan Kepala Daerah
dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau
dokumen lain yang disamakan. Wajib pajak setelah menerima
SKPD atau dokumen lain tinggal melakukan pembayaran
menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) pada kantor pos
atau bank persepsi. Jika wajib pajak tidak atau kurang membayar
akan ditagih menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).
b. Ketidakpatuhan wajib pajak dalam pembayaran pajak daerah
pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Sukoharjo terdiri dari beberapa macam, yaitu:
(i) Pembayaran pajak daerah terlambat
Wajib pajak melakukan pembayaran pajak daerah tidak tepat
waktu atau melewati batas jatuh tempo yang telah ditetapkan
oleh DPPKAD Kabupaten Sukoharjo.
(ii) Adanya tunggakan pajak daerah
Suatu pajak yang belum dapat dibayar oleh wajib pajak dalam
masa tagihan pajak berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan
commit to user
(iii)Tidak membayar pajak daerah yang terutang
Dalam pelaksanaannya, di DPPKAD Kabupaten Sukoharjo
masih ada wajib pajak yang tidak membayar pajak daerah
terutangnya.
Dari hasil wawancara dengan pegawai DPPKAD tindakan ini
biasanya dilakukan oleh wajib pajak reklame papan neon box,
billboard, dan neon sign.
c. Faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan wajib pajak tersebut
terdiri dari:
(i) Kesadaran wajib pajak
Kesadaran pembayaran pajak daerah sangat diperlukan oleh
wajib pajak agar penyelenggaraan daerah berjalan lancar.
Rendahnya kesadaran wajib pajak pada DPPKAD Kabupaten
Sukoharjo ini merupakan bentuk terjadinya ketidakpatuhan
pembayaran pajak daerah oleh wajib pajak. Hal ini disebabkan
oleh kurangnya pemahaman masyarakat akan manfaat pajak,
sanksi yang tidak jelas dan memungkinkan terjadinya tindak
penyelewengan.
(ii) Keadaan Ekonomi Wajib Pajak
Tingkat ekonomi wajib pajak yang rendah menyebabkan
terjadinya penghindaran dalam membayar pajak daerah yang
commit to user (iii)Pajak daerah yang terutang besar
Jumlah pajak daerah yang terutang terlalu besar menjadi salah
satu penyebab terjadinya ketidakpatuhan dalam pembayaran
pajak daerah.
Hal ini menyebabkan terjadinya keterlambatan pembayaran pajak
atau bahkan tunggakan yang tidak terbayarkan.
d. Akibat yang ditimbulkan dari ketidakpatuhan wajib pajak ini
adalah target Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang telah disepakati
oleh DPPKAD Kabupaten Sukoharjo tidak tercapai.
e. Solusi untuk mengatasi ketidakpatuhan wajib pajak dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: (i) Teguran
Jika wajib pajak tidak patuh dalam pembayaran pajak sesuai
yang telah ditetapkan, maka DPPKAD akan memberikan surat
teguran untuk melengkapi kewajiban membayar pajak daerah
yang terutang tersebut. Jika teguran tersebut masih dihiraukan
akan ada tindak paksaan dari petugas yang berwenang dari
DPPKAD Kabupaten Sukoharjo, misalnya pelepasan paksa
reklame yang terpasang oleh petugas.
(ii) Keringanan Pajak Daerah
DPPKAD Kabupaten Sukoharjo memberikan keringan jumlah
pajak daerah terutang kepada wajib pajak yang merasa pajaknya
commit to user
Dalam hal ini wajib pajak mengajukan surat keringanan kepada
DPPKAD Kabupaten Sukoharjo untuk memperkecil jumlah
pajak yang terutang dan DPPKAD akan melihat kondisi wajib
pajak untuk memberikan keringanan pajak tersebut.
Dinas pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPPKAD) Kabupaten Sukoharjo mengelola pajak daerah yang terdiri
dari:
a. Pajak Hotel
(i) Hotel Bintang Tiga;
(ii) Hotel Bintang Dua;
(iii) Hotel Melati Tiga;
(iv) Hotel Melati Dua;
(v) Hotel Melati;
(vi) Losmen/Rumah Penginapan/Rumah Kos
b. Pajak Restoran
(i) Restoran;
(ii) Warung Makan
c. Pajak Hiburan
(i) Pertunjukan Kesenian;
(ii) Pertandingan Olah Raga;
(iii) Gelanggang Renang;
(iv) Gelanggang Olah Raga;
(v) Permainan Ketangkasan;
commit to user
d. Pajak Reklame
(i) Billboard/Megatron/Reklame Papan;
(ii) Spanduk/Kain Cover;
(iii) Selebaran/Poster & Sticker;
(iv) Baliho;
(v) Neon Sign;
(vi) Neon Box
e. Pajak Galian Golongan C
(i) Tanah Urug;
(ii) Kerikil/Pasir
f. Pajak Parkir
(i) Parkir
g. Pajak Air Tanah
(i) Air Tanah
h. BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan)
commit to user
Berikut ini adalah daftar ketidakpatuhan wajib pajak yang dicatat
dalam Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah bagian
[image:48.595.107.514.200.495.2]Pendapatan dari tahun 2008-2010.
Tabel II. 1
DAFTAR KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK TAHUN 2008
NO NAMA PAJAK
DAERAH JUMLAH WAJIB PAJAK JUMLAH WAJIB PAJAK YANG MEMBAYAR JUMLAH WAJIB PAJAK YANG MENUNGGAK 1 2 3 Pajak Restoran Pajak Reklame Pajak Hiburan 195 627 53 187 626 52 8 1 1
Pada tahun 2008, sebanyak 8 wajib pajak menunggak, 187 orang wajib pajak
yang membayar dari 195 wajib pajak restoran yang terdaftar. 1 wajib pajak
yang menunggak, 626 wajib pajak yang membayar dari 627 wajib pajak
reklame yang terdaftar. 1 wajib pajak yang menunggak, 52 wajib pajak yang
membayar dari 53 wajib pajak hiburan yang terdaftar.
commit to user Tabel II. 2
DAFTAR KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK TAHUN 2009 N O NAMA PAJAK DAERAH JUMLAH WAJIB PAJAK JUMLAH WAJIB PAJAK YANG MEMBAYAR JUMLAH WAJIB PAJAK YANG MENUNGGAK 1 2 3 Pajak Reklame a. Billboard/Megatron/ Papan Reklame b. Neon box c. Baliho Pajak Parkir Pajak Hotel
a. Hotel Melati Satu
566 182 31 40 7 507 152 29 39 6 59 30 2 1 1
Sumber: DPPKAD Kabupaten Sukoharjo (data diolah)
Pada tahun 2009, sebanyak 59 wajib pajak yang menunggak, 507 wajib pajak
yang membayar dari 566 wajib pajak reklame jenis billboard/megatron/papan
reklame yang terdaftar. 30 wajib pajak yang menunggak, 152 wajib pajak
yang membayar dari 182 wajib pajak reklame jenis neon box. 2 wajib pajak
yang menunggak, 29 wajib pajak yang membayar dari 31 wajib pajak
reklame jenis baliho yang terdaftar. 1 wajib pajak yang ,menunggak, 39 wajib
pajak yang membayar dari 40 wajib pajak parkir yang terdaftar. Dan 1 wajib
pajak yang menunggak, 6 wajib pajak yang membayar dari 7 wajib pajak
commit to user Tabel II. 3
DAFTAR KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK TAHUN 2010 N O NAMA PAJAK DAERAH JUMLAH WAJIB PAJAK JUMLAH WAJIB PAJAK YANG MEMBAYAR JUMLAH WAJIB PAJAK YANG MENUNGGAK 1 2 3 4 5 6 Pajak Hotel
a. Hotel Bintang Dua b. Hotel Melati Tiga c. Hotel Melati Dua d. Hotel Melati
e. Losmen/Rumah
Penginapan/Rumah Kos
Pajak Restoran Pajak Hiburan a. Pusat
Kebugaran/Panti Pijat/Refleksi b. Ketangkasan Pajak Reklame
a. Billboard/Megatron
/Reklame Papan b. Spanduk/Kain
Cover
c. Papan Neon Box
Pajak Golongan C a. Tanah Urug Pajak Parkir 4 4 1 7 6 195 7 28 566 146 182 6 40 2 2 - 6 5 162 6 27 441 145 135 5 30 2 2 1 1 1 33 1 1 125 1 47 1 10
commit to user
Pada tahun 2010, sebanyak 2 wajib pajak yang menunggak, 2 wajib pajak
yang membayar dari 4 wajib pajak hotel jenis hotel bintang dua yang terdaftar.
2 wajib pajak yang menunggak, 2 wajib pajak yang membayar dari 4 wajib
pajak hotel jenis hotel melati tiga yang terdaftar. 1 wajib pajak yang
menunggak, tidak ada wajib pajak yang membayar dari 1 wajib pajak hotel
jenis hotel melati dua yang terdaftar. 1 wajib pajak yang menunggak, 6 wajib
pajak yang membayar dari 7 wajib pajak hotel jenis hotel melati yang
terdaftar. 1 wajib pajak yang menunggak, 5 wajib pajak yang membayar dari 6
wajib pajak hotel jenis losmen/rumah penginapan/rumah kos yang terdaftar.
Sebanyak 33 wajib pajak yang menunggak, 162 wajib pajak yang membayar
dari 195 wajib pajak restoran yang terdaftar. 1 wajib pajak yang menunggak, 6
wajib pajak yang membayar dari 7 wajib pajak hiburan jenis pusat
kebugaran/panti pijat/refleksi yang terdaftar. 1 wajib pajak yang menunggak,
27 wajib pajak yang membayar dari 28 wajib pajak hiburan jenis ketangkasan
yang terdaftar. 125 wajib pajak yang menunggak, 441 wajib pajak yang
membayar dari 566 wajib pajak reklame jenis billboard/megatron/reklame
papan yang terdaftar. 1 wajib pajak yang menunggak, 145 wajib pajak yang
membayar dari 146 wajib pajak reklame jenis spanduk/kain cover yang
terdaftar. 47 wajib pajak yang menunggak, 135 wajib pajak yang membayar
dari 182 wajib pajak reklame jenis papan neon box yang terdaftar. 1 wajib
pajak yang menunggak, 5 wajib pajak yang membayar dari 6 wajib pajak
golongan C jenis tanah urug yang terdaftar. 10 wajib pajak yang menunggak,
commit to user BAB III
TEMUAN
A. KELEBIHAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menemukan beberapa
kelebihan yaitu sebagai berikut :
1. Sistem pemungutan pajak daerah yang dilaksanakan cukup efektif karena
petugas lebih berperan aktif untuk mendatangi wajib pajak untuk
memungut pajak daerah yang terutang.
2. Banyaknya wajib pajak yang terdaftar pada kantor DPPKAD Kabupaten
Sukoharjo yang bisa menyebabkan penerimaan dari sektor pajak daerah
meningkat, jika semua wajib pajak tertib untuk membayar pajak daerah
terutangnya.
3. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Sukoharjo menerima keluhan dari wajib pajak. Hal itu menunjukkan
bahwa DPPKAD Kabupaten Sukoharjo selalu memberikan pelayanan
yang optimal bagi wajib pajak yang membutuhkan.
commit to user
B. KELEMAHAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menemukan bebarapa
kelemahan yaitu sebagai berikut :
1. Kurangnya kesadaran wajib pajak dalam pembayaran pajak daerah,
sehingga menyebabkan jumlah wajib pajak yang menunggak semakin
meningkat.
2. Kurangnya petugas pemungut pajak yang ada di Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo karena
wilayah Sukoharjo yang luas. Dari hal tersebut, banyak pegawai yang
kerjanya merangkap daerah untuk memungut pajak daerah.
3. Tidak ada tindak sosialisasi tentang pentingnya pajak daerah dan
kewajiban pembayaran pajak daerah terutang untuk wajib pajak, karena
commit to user BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Pemungutan pajak daerah di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo dilakukan dengan menggunakan
sistem self assessment, yaitu wajib pajak menentukan sendiri besarnya
pajak daerah yang terutang, dan sistem official assessment, yaitu petugas
pajak menentukan besarnya pajak daerah yang terutang oleh wajib pajak.
2. Adanya tunggakan pembayaran pajak merupakan salah satu bentuk
ketidakpatuhan pembayaran pajak daerah oleh wajib pajak. Jumlah wajib
pajak yang menunggak semakin meningkat dari tahun 2008-2010.
3. Hal paling mendasar yang menyebabkan terjadinya ketidakpatuhan
tersebut adalah tingkat kesadaran wajib pajak yang rendah tentang
pembayaran pajak daerah, sehingga menyebabkan tidak tercapainya target
penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang disepakati oleh
DPPKAD Kabupaten Sukoharjo.
4. Berbagai cara digunakan untuk mengatasi masalah ketidakpatuhan
tersebut, yaitu dengan memberikan teguran tegas pada wajib pajak yang
tidak patuh dan memberikan keringanan pajak bagi wajib pajak yang
membutuhkan.
commit to user
B. REKOMENDASI
1. Dari pihak Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Sukoharjo menambah petugas pemungut pajak daerah,
mengingat wilayah Kabupaten Sukoharjo yang luas untuk ditugaskan di
masing-masing kecamatan dan mengatur waktu yang terjadwal agar sistem
pemungutannya dapat berjalan lebih efektif.
2. Tingkat kesadaran pembayaran pajak daerah yang rendah memang sulit
mengatasinya. Dibutuhkan kesadaran dari diri sendiri untuk mengetahui
pentingnya pembayaran pajak dan kewajibannya sebagai wajib pajak.
Namun, ada cara untuk memotivasi kesadaran wajib pajak tersebut, yaitu
dengan cara memberikan hadiah ataupun sebuah penghargaan untuk wajib
pajak yang tertib membayar pajak daerah terutang.
3. Adapun cara lain untuk meningkatkan kesadaran pembayaran pajak daerah
dengan diadakannya sosialisasi dan penyuluhan tentang pentingnya pajak
daerah dalam pemenuhan kebutuhan daerah tersebut. Meskipun tidak
berpengaruh besar, tetapi akan membawa dampak positif bagi Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten