• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan wawasan mengenai hubungan antara kemampuan manajemen waktu dengan kebiasaan prokrastinasi penulisan skripsi pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Lebih lanjut, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis: dapat memberikan gambaran dan informasi bagi

penelitian ilmiah, dibidang Pendidikan, khusus Bimbingan dan Konseling tentang hubungan kemampuan manajemen waktu dengan kebiasaan prokrastinasi penulisan skripsi mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Manfaat Praktis:

a. Dapat membantu pihak Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dalam pembuatan atau penyusunan program bimbingan demi meningkatkan kemampuan manajemen waktu mahasiswa dan mengurangi bahkan menghilangkan kebiasaan prokrastinasi dalam proses penulisan skripsi.

b. Dapat membantu peneliti untuk memperoleh pengalaman dan gambaran hubungan kemampuan manajemen waktu dengan kebiasaan prokrastinasi penulisan skripsi mahasiswa.

c. Dapat membantu peneliti lain untuk menambah wawasan tentang kemampuan manajemen waktu dengan kebiasaan prokrastinasi penulisan skripsi mahasiswa dan dapat memberikan inspirasi dalam melakukan penelitian berikutnya yang relevan.

G. Definisi Istilah

1. Kemampuan Manajemen Waktu

Kemampuan manajemen waktu merupakan upaya dan tindakan seorang individu dalam mengatur dirinya dengan menggunakan waktu seefektif dan seefisien mungkin dengan menentukan tujuan dan prioritas, membuat perencanaan dan penjadwalan, pengontrolan terhadap waktu, serta kesanggupan untuk terorganisasi baik dalam kehidupan profesional maupun pribadi untuk mencapai tujuan yang jelas.

2. Mahasiswa

Mahasiswa adalah anggota masyarakat atau individu yang berada pada tahap perkembangan remaja akhir (18-21 tahun ) yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada jenjang perguruan tinggi tertentu.

3. Prokrastinasi

Prokrastinasi adalah suatu kecenderungan mahasiswa untuk menunda dalam memulai maupun menyelesaikan tugas-tugas yang penting secara berulang-ulang dan dilakukan secara sengaja.

4. Skripsi

Skripsi adalah karya tulis ilmiah dari seorang mahasiswa sebagai bukti kemampuan akademik dalam penelitian dengan topik yang sesuai dengan bidang studi, dan merupakan syarat bagi mahasiswa untuk mencapai gelar sarjana strata satu.

5. Prokrastinasi Penulisan Skripsi

Prokrastinasi penulisan skripsi merupakan menunda menyelesaikan tugas akhir dari seorang mahasiswa dalam bentuk penulisan ilmiah untuk mencapai gelar kesarjanaan yang seharusnya dapat dikerjakan tepat waktu, dengan mengemukakan berbagai alasan meskipun hal tersebut dilakukan secara sengaja dan terlihat adanya ketidakuntungan dalam melakukan penundaan tersebut.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini dipaparkan mengenai hakikat kemampuan manajemen waktu, hakikat prokrastinasi penulisan skripsi, mahasiswa dan karakteristiknya, hasil-hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir penelitian, dan hipotesis.

A. Hakikat Kemampuan Manajemen Waktu 1. Pengertian Manajemen Waktu

Macan, dkk (1990) mengatakan bahwa manajemen waktu adalah pengaturan diri dalam menggunakan waktu seefektif dan seefisien mungkin dengan melakukan perencanaan, penjadwalan, mempunyai kontrol atas waktu, selalu membuat skala prioritas menurut kepentingannya, serta keinginan untuk terorganisasi yang dapat dilihat dari perilaku seperti mengatur tempat kerja dan tidak menunda-nunda pekerjaan yang harus diselesaikan.

Covey (1994) mengatakan bahwa manajemen waktu tidak dapat dilepaskan dengan manajemen diri. Manajemen diri dapat diartikan sebagai cara individu mengorganisasikan kehidupanya dengan prinsip mendahulukan apa yang harus dilakukan skala prioritas.

Atkinson (1991) menjelaskan bahwa manajemen waktu adalah suatu jenis keterampilan yang berkaitan dengan segala bentuk upaya dan tindakan seorang individu yang dilakukan secara terencana agar individu tersebut dapat memanfaatkan waktunya dengan

sebaik-Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan manajemen waktu merupakan upaya dan tindakan seorang individu dalam mengatur dirinya dengan menggunakan waktu seefektif dan seefisien mungkin dengan menentukan tujuan dan prioritas, membuat perencanaan dan penjadwalan, pengontrolan terhadap waktu, serta kesanggupan untuk terorganisasi baik dalam kehidupan profesional maupun pribadi untuk mencapai tujuan yang jelas.

2. Aspek-aspek Kemampuan Manajemen Waktu

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Macan, dkk (dalam Kartadinata, 2008:111) manajemen waktu dibagi menjadi empat aspek, yaitu:

a. Menetapkan tujuan dan prioritas (setting goals and priorities)

Tujuan dan sasaran merupakan pernyataan mengenai apa yang penting dan ingin dilakukan oleh individu serta berfungsi untuk memberikan arah bagi aktivitas-aktivitas selanjutnya. Pada aspek ini, tujuan dan sasaran perlu ditetapkan terlebih dahulu sebelum individu membuat suatu prioritas atau perencanaan dan penjadwalan. Tujuan dan sasaran tersebut dibagi menjadi dua, yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek bisa saja menjadi tujuan harian karena memang

mensyaratkan penentuan aktivitas yang lebih spesifik sehingga tujuan jangka panjang akan lebih mudah tercapai.

Lakein (dalam Claessens dkk, 2004) mengungkapkan bahwa dalam menyusun suatu prioritas yang umum digunakan adalah sistem prioritas ABC (system priority ABC). Tujuan yang diberikan tanda A adalah tujuan yang harus diberi perhatian utama dan mempunyai nilai kepentingan tinggi. Tujuan yang diberikan tanda B merupakan aktivitas yang mempunyai nilai kepentingan sedang. Selanjutnya, tujuan yang diberikan tanda C merupakan tujuan yang memiliki kepentingan rendah.

Macan (1990) menambahkan bahwa, aspek pertama ini berisi aktivitas-aktivitas menetapkan dan meninjau kembali tujuan jangka pendek maupun jangka panjang, menentukan prioritas kegiatan dan melaksanakannya, menentukan batas waktu, memanfaatkan waktu menunggu dan membagi tugas menjadi bagian-bagian kecil agar mudah dikerjakan.

b. Perencanaan dan penjadwalan (planning and scheduling)

Fauziah (dalam Kartadinata, 2008) menjelaskan bahwa perencanaan dan penjadwalan dilakukan setelah menyusun prioritas, dan sebelum melakukan penjadwalan terlebih dahulu disusun perencanaan. Perencanaan dikenal dengan pembuatan daftar harian yang disebut dengan to do list. Daftar ini berisi

mengenai berbagai macam aktivitas yang harus dilaksanakan pada hari itu dan prioritas serta perkiraan waktu untuk tiap aktivitas.

Aspek kedua ini berisi aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pengaturan waktu, membuat daftar-daftar yang harus dikerjakan, membuat jadwal mingguan, menggunakan buku agenda, dan mengatur kertas kerja.

c. Kemampuan mengendalikan waktu (perceived control of time) Aspek ketiga lebih mengarah pada keyakinan atau pandangan individu tentang bagaimana kemampuannya dalam mengendalikan waktu dan bagaimana individu menggunakan waktu yang ada.

Menurut Briton & Tesser (1991), aspek ketiga ini disebut dengan time attitude yang berkaitan dengan efikasi diri. Efikasi diri merupakan penilaian individu akan kemampuan dirinya dalam menghadapi suatu situasi secara efektif. Efikasi diri ini akan berpengaruh pada performansi dari individu, yang artinya menentukan bagaimana individu tersebut bertindak, berapa besar usaha yang dilakukan, dan berapa lama individu tersebut bertahan. Semakin tinggi efikasi diri individu, maka individu tersebut dapat tahu kapan suatu situasi dapat dihadapi dan kapan harus dihindar. d. Preferensi untuk terorganisasi (preference for organization)

Pada aspek ini dijelaskan bahwa untuk mengetahui kebiasaan penggunaan waktunya, individu sebaiknya menggunakan catatan penggunaan waktunya selama satu minggu dan diperiksa kembali

pada akhir pekan. Pencatatan dan pemeriksaan ini penting untuk mengevaluasi berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk aktivitas yang berorientasi pada tujuan dan menjadi prioritas, serta berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk aktivitas rutin maupun aktivitas tanpa tujuan dan prioritas. Aspek keempat menekankan pada keinginan untuk terorganisasi serta pendekatan yang dilakukan individu dalam menyelesaikan tugas.

3. Ciri-ciri Individu yang Mampu Memanajemen Waktu

Davidson (2002) menyebutkan individu-individu yang menerapkan prinsip-prinsip manajemen waktu memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu: a. Mampu menetapkan tujuan

Menetapkan tujuan dan mencapai tujuan merupakan bagian yang paling utama dalam pengaturan waktu. Dengan tujuan tersebut, individu akan sangat mudah untuk mengetahui dari mana harus memulai pekerjaan. Selain itu, memudahkan untuk memutuskan apa yang penting dan perlu untuk dilakukan. Dengan demikian, akan dapat terhindar dari tindakan yang membuang waktu.

b. Mampu mengidentifikasi prioritas

Tugas-tugas yang harus dikerjakan mungkin banyak. Apabila dapat mengidentifikasi prioritas dari tugas-tugas tersebut, maka memudahkan untuk mencapai tujuan. Dalam menentukan

prioritas, perlu membuat kategori yaitu: tugas mendesak dan tugas penting.

c. Mampu membuat jadwal

Membuat jadwal kegiatan merupakan salah satu contoh manajemen waktu yang baik. Dengan membuat jadwal individu dapat menyelsaikan pekerjaan atau tugasnya tepat waktu. Individu yang membuat jadwal hariannya akan lebih mudah melakukan kegiatan-kegiatan atau tugas-tugasnya.

d. Mampu melakukan pekerjaan dengan terorganisir

Melakukan pekerjaan dengan terorganisir merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan individu sehari-hari. Dengan mempunyai jadwal dan perencanaan individu dapat mengatur segala sesuatu dengan mudah. Individu yang melakukan kegiatan atau tugasnya secara terorganisir akan terlaksana dengan baik dan akan mencapai tujuan yang diharapkannya.

e. Mampu meminimalkan interupsi

Interupsi adalah gangguan yang bersumber dari dalam diri individu maupun dari luar diri individu yang akan mengurangi konsentrasi individu dengan pekerjaannya. Individu yang manajemen waktunya baik akan mampu meminimalkan interupsi tersebut.

f. Mampu mengelola stress

Individu pasti berhadapan dengan situasi atau kondisi yang membuat individu tersebut stress. Individu yang mengalami stress, akan melaksanakan aktivitas-aktivitasnya tidak sesuai dengan yang ia rencanakan atau tidak sesuai dengan yang ia jadwalkan, dan tidak mampu memprioritaskan aktivitas-aktivitas yang sifatnya lebih penting.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Manajemen Waktu

Srijanti (2007) mengemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manajemen waktu yaitu:

a. Adanya target yang jelas

Dengan adanya target pencapaian maka hidup akan lebih terarah dan waktupun dapat diatur dengan sebaik-baiknya.

b. Adanya prioritas kerja

Individu dapat menjalankan manajemen waktu dengan baik akan mencurahkan seluruh konsentrasi dan energinya untuk mencapai prioritas yang telah ditetapkan. Adanya prioritas dalam bekerja merupakan salah satu faktor utama yang membuat individu berhasil melakukan pekerjaan dengan baik.

c. Pendelegasian tugas

Sifat kurang percaya pada orang lain dan ingin semua pekerjaan selesai dengan sempurna seringkali membuat tersitanya waktu yang kita miliki. Pekerjaan yang dianggap tidak utama dilakukan pendelegasian kepada orang lain. Hal itu dapat lebih meringankan pekerjaan, waktu yang ada dapat digunakan melakukan pekerjaan lain yang lebih berkualitas.

Rahardi (2009) juga menyebutkan beberapa faktor yang menentukan tercapainya proses manajemen waktu mahasiswa, antara lain:

a. Faktor dalam diri yang melakukan kesalahan.

Faktor ini menjadi faktor utama. Setiap manusia belajar dari kesalahan hidupnya. Dengan manajemen waktu, manusia meminimalisir kesalahan di masa lampau.

b. Faktor lingkungan kampus

Pada dasarnya lingkungan kampus menjadi barometer kreativitas mahasiswa. Dengan fasilitas kampus yang memadai, mahasiswa mampu menimba ilmu secara otodidak yang kurang didapat di bangku kuliah. Hal ini mempersingkat waktu proses belajar kognitif mahasiswa.

c. Faktor pandangan hidup.

Faktor ini mampu memacu motivasi mahasiswa. Seperti, untuk apa berkuliah, setelah lulus apa yang akan dilakukan? Dengan

pandangan hidup yang jelas, tergambar dalam benak sebuah masa depan.

5. Kemampuan Manajemen Waktu Mahasiswa dalam Aktivitas Akademik dan Non Akademik

Mahasiswa memiliki banyak aktivitas dan tugas yang harus diselesaikannya. Milligrams dan Toubiana (1999) menyebutkan bahwa tugas mahasiswa dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tugas akademik dan non akademik. Tugas akademik dan non akademik merupakan hal yang sangat penting untuk dilaksanakan oleh seorang mahasiswa. Kedua hal tersebut memiliki peranan penting dalam proses perkembangan pribadi seorang mahasiswa, baik perkembangan kognitif maupun psikologis. Terkait dengan hal di atas, kebanyakan mahasiswa mengalami kesulitan dalam melaksanakan semua aktivitas dan tugasnya tersebut. Hal ini disebabkan oleh kurang mampu mahasiswa dalam mengatur waktu untuk melaksanakan semua aktivitas dan tugasnya tersebut.

Peran manajemen waktu sangat penting bagi mahasiswa dalam melaksanakan aktivitas akademik dan non akademiknya. Mahasiswa yang mampu memanajemen waktu dengan baik akan melaksanakan kegiatan akademiknya secara teratur, terencana dan terorganisir, dan memanfaatkan semua waktu yang telah ditentukan dengan efektif sehingga kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik dan

menjamin tercapainya tujuan yang diharapkan tanpa mengenyampingkan keberlangsungan aktivitas non akademiknya. Artinya, mahasiswa tersebut mampu mengalokasikan waktu secara proporsional antara waktu untuk keperluan aktivitas akademik dan non akademik, semisal pengembangan diri, sosialisasi, rekreasi, olahraga, dan istirahat.

B. Hakikat Prokrastinasi Penulisan Skripsi 1. Pengertian Prokrastinasi

Prokrastinasi yang dalam Bahasa Inggris disebut procrastination berasal dari kata bahasa Latin procrastinare. Kata procrastinare merupakan dua akar kata yang dibentuk dari awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju, dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi, secara harafiah, prokrastinasi berarti menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya (Desimone dalam Ferrari dkk, 1995: 4).

Sementara itu, Solomon & Rothblum (1984: 503) mengatakan: “Procrastination, the act of needlessly delaying tasks to the point of

experiencing subjective discomfort, in an all-too-familiar problem”. Pernyataan ini menjelaskan bahwa suatu penundaan dikatakan sebagai prokrastinasi apabila penundaan itu dilakukan pada tugas penting, dilakukan berulang-ulang secara sengaja, menimbulkan perasaan tidak nyaman, serta secara subjektif dirasakan oleh seorang

prokrastinator. Dalam kaitannya dengan penulisan skripsi, prokrastinasi dijelaskan sebagai perilaku menunda tugas-tugas skripsi (seperti: mencari referensi, menyelesaikan tugas-tugas administratif, konsultasi dengan dosen pembimbing, merefisi bahan skripsi, dan mempersiapkan diri untuk ujian pendadaran) sampai batas akhir waktu yang tersedia.

Ferrari, dkk (1995: 4) menjelaskan bahwa terdapat dua arti dari prokrastinasi yaitu: Pertama, prokrastinasi diartikan sebagai kebiasaan yang berguna untuk menghindari pekerjaan yang tidak terlalu penting dan usaha yang impulsive. Kedua, prokrastinasi dianggap sebagai kebiasaan berbahaya akibat kemalasan dalam menyelesaikan suatu tugas yang penting dalam hidup.

Berdasarkan pengertian prokrastinasi dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi adalah suatu kecenderungan mahasiswa untuk menunda dalam memulai maupun menyelesaikan tugas-tugas yang penting secara berulang-ulang dan dilakukan secara sengaja.

2. Pengertian Skripsi

Skripsi adalah karya tulis ilmiah seorang mahasiswa dalam menyelesaikan program S1. Skripsi tersebut adalah bukti kemampuan akademik mahasiswa bersangkutan dalam penelitian dengan topik yang sesuai dengan bidang studinya. Skripsi disusun dan

dipertahankan untuk mencapai gelar sarjana strata satu. Biasanya, skripsi menjadi salah satu syarat kelulusan (Wirartha, 2006).

Berdasarkan pengertian prokrastinasi dan skripsi, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi penulisan skripsi merupakan menunda menyelesaikan tugas akhir dari seorang mahasiswa dalam bentuk penulisan ilmiah untuk mencapai gelar kesarjanaan yang seharusnya dapat dikerjakan tepat waktu, dengan mengemukakan berbagai alasan meskipun hal tersebut dilakukan secara sengaja dan terlihat adanya ketidakuntungan dalam melakukan penundaan tersebut.

3. Aspek-aspek Prokrastinasi Penulisan Skripsi

Solomon dan Rothblum, 1984 (dalam Rizki, 2009: 14-15) menyebutkan lima area akademik untuk melihat jenis-jenis tugas yang sering tidak dikerjakan oleh mahasiswa, yakni tugas mengarang (menulis karya ilmiah), belajar menghadapi ujian, membaca, kinerja tugas administratif, dan menghadiri pertemuan. Area akademik ini akan menjadi aspek prokrastinasi penulisan skripsi dalam penelitian ini. Adapun kelima aspek tersebut, yaitu:

a. Tugas-tugas administratif penunjang proses penulisan skripsi Berkaitan dengan penyelesaian hal-hal yang berkaitan dengan pembayaran UKT dan SKS, penyelesaian hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan Kartu Tanda Mahasiswa, dan penyelesaian hal-hal yang berkaitan dengan KRS dan BRS.

b. Menghadiri pertemuan berkaitan dengan proses penyusunan skripsi

Aspek kedua ini berkaitan dengan hal menghadiri pertemuan dengan dosen pembimbing (konsultasi skripsi), dan menghadiri pertemuan dengan kelompok (bimbingan skripsi kelompok).

c. Membaca buku referensi skripsi

Aspek ini berkaitan dengan mencari buku-buku referensi skripsi, meminjam buku-buku referensi, lalu membaca buku-buku referensi yang sudah ditemukan dan meringkas atau merangkum isi buku yang telah dibaca, dan selanjutnya mengembalikan buku-buku yang telah dipinjam.

d. Menyusun skripsi

Aspek ini berkaitan dengan mencari dan mengumpulkan berbagai literatur atau sumber pustaka yang sesuai dengan judul skripsi (seperti buku-buku yang relevan, jurnah ilmiah, ensiklopedi, artikel-artikel ilmiah dan lain sebagainya), serta memulai dan menyelesaikan skripsi.

e. Belajar menghadapi ujian skripsi

Aspek ini berkaitan dengan penyelesaian hal-hal sebagai persyaratan pelaksanaan ujian skripsi (seperti mengumpulkan berkas yang diperlukan, dan mendaftar ujian skripsi). Aspek ini juga berkaitan dengan persiapan yang matang untuk melaksanakan ujian dan mempelajari kembali bahan skripsi yang

telah disusun, sehingga dapat melaksanakan ujian dengan baik dan mendapatkan nilai yang baik.

4. Jenis-jenis Prokrastinasi

Ferrari (Yemima Huestiya, 2010:6), membagi prokrastinasi berdasarkan fungsi. Berdasarkan fungsinya, prokrastinasi dibagi menjadi dua jenis yaitu:

a. Prokrastinasi disfungsional (dysfunctional procrastination)

Penundaan jenis ini tidak memiliki tujuan, dan akan berakibat buruk dan menimbulkan masalah. Prokrastinator jenis ini, biasaanya menggunakan alasan-alasan untuk melakukan penundaan. Alasan tersebut dibagi menjadi dua yaitu:

1) Decisional procrastination

Menurut Ferrari (Ghufron 2003: 18), prokrastinasi dilakukan sebagai suatu bentuk coping yang ditawarkan untuk menyesuaikan diri dalam pembuatan keputusan pada situasi yang dipersebsikan penuh stress.

2) Behavioral atau avoidance procrastination

Menurut Ferrari (Ghufron, 2003: 19), penundaan dilakukan dengan suatu cara untuk menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit untuk dilakukan. Prokrastinasi dilakukan untuk menghindari kegagalan dalam menyelesaikan pekerjaan, yang akan mendatangkan nilai

negatif dalam dirinya atau mengancam self estemnya, sehingga seseorang menunda untuk melakukan sesuatu yang nyata yang berhubungan dengan tugasnya.

b. Prokrastinasi fungsional (functional procrastination)

Penundaan yang disertai alasan yang kuat, mempunyai tujuan pasti sehingga tidak merugikan, bahkan berguna untuk melakukan suatu upaya konstruktif agar suatu tugas dapat diselesaikan dengan baik.

5. Ciri-ciri Prokrastinator

Ferrari dkk (dalam Kartadinata, 1995: 16), menjelaskan bahwa sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu dan diamati melalui ciri-ciri tertentu yaitu:

a. Penundaan untuk memulai menyelesaikan tugas yang dihadapi. Prokrastinator tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi dia menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya.

b. Keterlambatan dalam menyelsaikan tugas karena melakukan hal-hal lain yang tidak dibutuhkan.

Seorang prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain

maupun rencana-rencana yang telah dia tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah ia tentukan sendiri, akan tetapi ketika saatnya tiba dia tidak juga melakukanya sesuai dengan apa yang telah direncanakan, sehingga menyebabkan keterlambatan menyelsaikan tugas secara memadai.

c. Kesenjangan waktu antara rencana yang ditetapkan dan kinerja aktual.

Prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator sering mengalami kegagalan menyelsaikan tugasnya secara memadai. Ciri utama seorang prokrastinator adalah lamban dalam melakukan suatu tugas. d. Selalu takut dan cemas

Perilaku menunda-nunda akan membawa perasaan tidak nyaman pada pelakunya, konsekuensi negatif yang ditimbulkan memicu kecemasan dalam diri pelaku prokrastinasi.

e. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan dari pada tugas yang harus dikerjakan.

Prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membaca (Koran, majalah, atau

buku cerita), nonton, ngobrol, jalan-jalan, mendengarkan musik, dan sebagainya, sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikannya.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Prokastinasi

Bernad (dalam Catrunada, 2008) mengemukakan sepuluh faktor yang mempengaruhi munculnya prokrastinasi. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Kecemasan atau emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut. Segala bentuk situasi yang mengancam individu dapat menimbulkan kecemasan seperti konflik dan rasa frustrasi, ancaman fisik, ancaman terhadap harga diri dan tekanan melakukan sesuatu diluar kemampuan dapat menjadi faktor penyebab timbulnya prokrastinasi.

b. Self-depreciation

Dalam situasi ini, seseorang memiliki penghargaan yang rendah atas dirinya dan selalu menyalahkan dirinya ketika terjadi kesalahan dan kurang percaya diri untuk mendapatkan masa depan yang cerah. Keadaan ini membuat sebagian orang tidak bergairah mengerjakan segala hal yang akhirnya berdampak pada timbulnya prokrastinasi.

c. Toleransi yang rendah terhadap ketidaknyamanan.

Maksud dari pernyataan di atas adalah adanya kesulitan terhadap tugas yang dikerjakan membuat seseorang mengalami kesulitan untuk mentoleransi rasa cemas dan frustrasi sehingga mereka menghindari diri dari tugas-tugas yang membuat mereka merasa tugas tersebut dapat mengurangi kenyamanan.

d. Mencari kesenangan.

Seseorang yang mencari kenyamanan cenderung tidak mau melepaskan situasi yang membuat nyaman tersebut. Jika sesorang memiliki kecenderungan yang tinggi dalam mencari kenyamanan, maka orang tersebut memiliki keinginan kuat untuk lebih bersenang-senang dari pada melakukan hal yang membuat mereka tidak nyaman. Mengerjakan tugas adalah salah satu yang dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman.

e. Disorganisasi waktu

Idealnya, mengatur waktu agar seseorang dapat memperkirakan dengan baik berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan adalah hal penting untuk hidup teratur. Namun, pada kenyataannya beberapa orang merasa sulit untuk memutuskan apakah pekerjaan itu penting atau kurang penting untuk dikerjakan sehingga akhirnya melakukan prokrastinasi jika salah dalam pengambilan keputusan.

f. Disorganisasi lingkungan

Ketidakaturan lingkungan dapat menjadi salah satu penyebab adanya prokrastinasi. Ketidakaturan yang dimaksud dalam hal ini adalah keadaan lingkungan yang memiliki banyak gangguan sehingga membuat seseorang susah untuk berkonsentrasi, seperti adanya kertas dimana-mana, alat yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu tugas tidak tersedia dan banyak hal lain yang ada di lingkungan dan sifatnya

Dokumen terkait