BAB I PENDAHULUAN
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi CU Pancur Dangeri
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
manajemen CU Pancur Dangeri dalam pemberian dan analisis pinjaman
dan pengambilan kebijakan-kebijakan lain.
2. Bagi Anggota CU Pancur Dangeri dan Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
para anggota CU Pancur Dangeri dan media informasi lain misalnya teori
tentang CU serta bisa meningkatkan kesadaran anggota-anggota CU
untuk terus meningkatkan simpanan.
3. Bagi Penulis
a. Menambah pengetahuan penulis dalam menulis karya ilmiah
b. Menambah pengetahuan penulis tentang Credit Union, dan
c. Menambah pengetahuan penulis tentang kontribusi CU di
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan adanya peneliti ini semoga bermanfaat bagi para peneliti
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Menurut Gilarso (1992), koperasi simpan pinjam adalah sekumpulan
orang dalam suatu ikatan pemersatu yang bersama-sama bersepakat untuk
menabung uang mereka sehingga menciptakan modal bersama, yang
kemudian dapat dipinjamkan diantara sesama mereka untuk tujuan produktif
dan tujuan kesejahteraan.
Sesuai peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 pasal 1, bahwa
Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang kegiatannya hanya usaha
simpan pinjam. Keanggotaan koperasi simpan pinjam pada prinsipnya bebas
bagi semua orang yang memenuhi untuk menjadi anggota koperasi dan
orang-orang dimaksud mempunyai kegiatan usaha atau mempunyai
kepentingan ekonomi yang sama (Hendar dan Kusnadi, 2002: 192).
Koperasi simpan pinjam menghimpun dana dari para anggotanya yang
kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada para anggotanya.
Koperasi simpan pinjam memiliki tujuan untuk mendidik anggotanya hidup
berhemat dan juga menambah pengetahuan anggotanya terhadap
perkoperasian.
Untuk mencapai tujuannya, berarti koperasi simpan pinjam harus
paling penting, rapat anggota. Pengurus berfungsi sebagai pusat pengambil
keputusan tinggi, pemberi nasehat dan penjaga berkesinambungannya
organisasi dan sebagai orang yang dapat dipercaya. Menurut UU No. 25
tahun 1992, Pasal 39, pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi dan menulis laporan
koperasi, dan berwewenang meneliti catatan yang ada pada koperasi,
mendapatkan segala keterangan yang diperlukan dan seterusnya. Yang ketiga,
manajernya koperasi simpan pinjam, seperti manajer di organisasi apapun,
harus memiliki keterampilan eksekutif, kepimpinan, jangkauan pandangan
jauh ke depan dan mememukan kompromi dan pandangan berbeda. Akan
tetapi, untuk mencapai tujuan, rapat anggota harus mempunyai kekuasaan
tertinggi dalam organisasi koperasi. Hal ini ditetapkan dalam pasal 22 sampai
pasal 27 UU No. 25 tahun 1992.
Usaha koperasi simpan pinjam meliputi tiga hal pokok sebagai berikut:
1. Menolong para anggota untuk memperbesar sumber keuangan mereka
dengan mengumpulkan uang simpanan melalui suatu sistem tabungan
yang sesuai dengan keadaan dan kemampuan anggota.
2. Menolong para anggota dengan memberi pinjaman pada saat mereka
membutuhkannya, dengan bunga ringan, dengan syarat-syarat jaminan
dan pengembalian yang tidak memberatkan.
3. Menolong anggota dengan mendidik mereka untuk menggunakan uang
secara ekonomis, serta mengatasi persoalan ekonomi/keuangan mereka
B. Sejarah Credit Union
Gerakan credit union sudah dimulai sejak pertengahan abad ke-XIX
yaitu di negara Jerman. Credit union yang paling pertama didirikan di Jerman
pada tahun 1849 atas usaha Friedrich Wilhelm Raiffeisien, yaitu pencipta
gagasan Credit Union itu sendiri. Credit union yang pertama ternyata berhasil
untuk membebaskan para petani dari cengkraman para lintah darat dan
membantu mereka dalam menghadapi serangan paceklik (CUCO, 1973:62).
Sejarah mencatat sejak tahun 1870-an terbentuk asosiasi kaum tani di
Jerman. Sebuah jaringan kerja sama antar petani dibangun untuk saling
menolong dan bela rasa dalam menghadapi kesulitan dan perjuangan hidup
sebagai kaum tani pada waktu itu. Sebelumnnya, pada tahun 1864, Frederick
Wilhelm Raiffeisen mendirikan CU model Raiffeisen dengan cakupan
wilayah yang sangat terbatas. Modal besar belum mereka miliki. Sistem
simpan pinjam tak kenal bunga. Sistem adminitrasi dijalankan oleh
sukarelawan (volunter). Hingga kini nama arsitek CU ini masih dipakai
sebagai nama bank di Jerman. Menariknya dengan gerakan ini adalah semua
anggota merasa bertanggung jawab atas hidup dan kemajuan CU di kalangan
kaum tani.
Tidak lama kemudian didirikan CU pertama di Prancis pada tahun
1885. Tokoh terkenal pada waktu itu, Louis Milcent (1846-1918), bekerja
banyak untuk kaum tani. Sejak saat itu sudah disadari bahwa hidup kaum tani
memiliki kekuatan yang perlu digalang dalam proses memperbaiki mutu
melebar ke Italia, dirintis oleh Leone Wollemberg (Yahudi) dalam kerja sama
dengan Luigi Lauzzati. Seorang rohaniwan Katolik Kapusin atas Prancis,
Ludovic de Besse (1831-1910) mengadakan perjalanan hingga ke Italia dan
membawa gagasan “Kredit Rakyat”. Secara tidak langsung dia ikut
mempromosikan CU di Italia.
CU dari daratan Eropa Barat menjalar ke Amerika Serikat. Pada tahun
1908 lahirlah CU di New Hampshire dan dua tahun kemudian muncul CU di
Massachutsetts. CU ini menjadi lembaga peminjam uang. Pencatatannya
anggota CU sangat rapi mulai dari pekerjaan, tempat kerja, tempat tinggal,
dan masuk kelompok apa. Pelajaran di atas mewariskan beberapa pelajaran
berharga bagi masyarakat dewasa ini.
Pertama, CU lahir dari kaum tani yang menyadari pentingnya jaringan
kerjasama dalam menghadapi kesulitan dan mengembangkan perekonomian.
Pendirian CU bermula dari kesetia kawanan sebagai anggota kelompok
sosial, terutama dari kalangan masayarakat kelas bawah.
Kedua, keberadaan dan pengembangan CU biasanya terkait dengan
hidup parokial pada waktu itu umumnya kaum tani. Hidup kaum rohaniwan
pada waktu itu ikut memperhatikan warga masyarakat kecil yang menantikan
perbaikan hidup mereka. Segenap anasir dalam paroki sedapat mungkin
terlibat dalam peningkatan kesejahteraan hidup. Kerja sama antara awam dan
kaum religius terasa pada awal kelahiran CU, sehingga arah perjuangan CU
Ketiga, nilai dasar keluhuran martabat manusia dijunjung tinggi oleh
mereka yang memperhatikan kepentingan orang-orang kecil, seperti kaum
tani, buruh, dan karyawan. Kesetiakawanan sosial melahirkan sikap dasar
untuk saling menolong dalam kesulitan hidup dan paceklik. Setiap anggota
masyarakat merasa bertanggung jawab atas keadaan hidup sesama, terutama
yang sedang menderita.
Kelahiran CU di tanah air khususnya di kalimantan Barat merupakan
anggapan nyata atas situasi hidup sosial dan ekonomi masyarakat.
Masyarakat kecil terutama kaum tani, buruh, karyawan, pegawai kelas rendah
pada dasarnya memerlukan wadah yang dapat menolong mereka untuk
mengatur perekonomian perorangan dan bersama. Masuknya CU di ibaratkan
munculnya terang baru di wilayah Kalbar yang menunjukan jalan untuk
mensejahterakan seluruh warga masyarakat.
CU telah merebut hati masyarakat. Bahkan sekarang CU telah menjadi
miliki semua lapisan masyarakat, mulai dari masyarakat akar rumput hingga
ke masyarakat kelas atas. CU menampung semua pihak yang berkehendak
baik untuk membangun kesejahteraan ekonomi, sosial, dan rohani. Keadaan
hidup ekonomi dan sosial anggota CU berwarna khas. Mereka semakin
kreatif mengusahakan mata pencarian, mengatur keuangan, dan
merencanakan pembangunan keuangan yang sehat. Tidak sedikit anggota CU
mahir dalam bidang menabung dan melipatgandakan uang secara sehat dan
bidang keuangan, tetapi mereka sungguh lebih bisa mengatur pribadi dan
kebijakan hidup sekarang dan di masa depan.
Ekonomi rakyat harus dipacu dengan jalur CU. Jalinan kerja sama antar
masyarakat kian terasa. Perbedaan budaya, etnis, agama bisa dileburkan
melalui wadah CU. Gerakan perekonomian ini mengusung peningkatan
kesejaheraan bersama sebagai anggota masyarakat. CU menjadi mitra kerja
pemerintah dalam pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan
hidup masyarakat. Arah dan gerakan CU berusaha menolong setiap orang
yang ingin maju dalam kehidupan bersama.(Munaldus dkk, 2012: xi-xiv).
Dari Jerman gerakan Credit Union menyebar ke Canada yang
dipelopori oleh Alphonse Desjardin seorang wartawan. Kemudian menyebar
ke Amerika Serikat oleh Edward Filline. Ketika masa pemerintahan
Presiden FD Rosevelt, tahun 1934 gerakan ini mendapatkan legalitas
perundang-undangan yang akhirnya membentuk Biro Pengembangan Credit
Union Sedunia dengan nama WOCCU (World Council Of Credit Union).
Tahun 1971 diresmikan menjadi Dewan Credit Union Sedunia yang
beranggotakan 70 negara dengan 7 konfederasi besar yang berpusat di
Madison, Wisconsin, Amerika Serikat (USA).
C. Credit Union Masuk ke Indonesia
Gerakan koperasi kredit Indonesia muncul sejak tahun 1970. Ide awal
datang dari dua staff WOCCU (World Council of Credit Union) yang
berkantor di Wisconsin, USA, yaitu A. A. Bailey dan Agustine R. Yang
ketika berkunjung ke Indonesia pada tahun 1967, dan diterima oleh satu
lembaga swadaya di Indonesia yaitu MAWI (Majelis Wali Gereja Indonesia)
seksi sosial dan ekonomi.
Beberapa rohaniwan Katolik yang ditugaskan untuk pngembangan
sosial ekonomi dan khusus untuk pengembangan Credit Union mengunakan
Romo Rev. Karl Albrecht, SJ- dikenal dengan nama Indonesia, Romo
Albrecht Karim Arbie, SJ- sebagai pendiri Credit Union di Indonesia. Setelah
Romo Albrecht Karim Arbie, SJ, muncul nama-nama penggerak Credit
Union yang lain, seperti Robby Tulus, AG. Lunandi, M. Woeryadi, P.M
Sitanggang, Ibnoe Soedjono, H. Woeryanto dan masih banyak lagi tokoh
yang lain.
Saat itu tahun 1970, Romo, Albrecht Karim Arbie, SJ bersama teman-
teman mendirikan lembaga swadaya masyarakat yang disebut dengan CUCO
(Credit Union Counseling Office). Lembaga ini memberikan konsultasi
kepada masyarakat untuk mengembangkan Credit Union di seluruh
Indonesia. Gagasan ini awalnya kurang mendapat tanggapan positif dari
pemerintah. Bahkan sebagian warga katolik tidak menerimanya, karena masih
Indonesia pada masa lalu. Namum Romo Albrecht dan kawan-kawan tetap
melaksanakannya.
Akhirnya tahun tujuh puluhan, Romo Albrecht mengundurkan diri
sebagai direktur CUCO. Tugas diserahkan kepada Drs. Robby Tulus untuk
melanjutkan pengembangan Credit Union di Indonesia. Akhirnya tahun 1970,
di Indonesia ada 9 CU dengan jumlah anggota 763 orang dan total aset Rp
1.324.570.
Pada masa rezim Orba, pertumbuhan CU sangat terhalang dengan
adanya peraturan pemerintah lewat instruksi Presiden No. 4 tahun 1984.
Inpres ini intinya melarang koperasi beroperasi di pedesan, selain Koperasi
Unit Desa. Dengan demikian CU yang beroperasi di pedesaan banyak
melaksanakan kegiatan dengan sembunyi-sembunyi karena takut di bubarkan
oleh penguasa. Seiring dengan tumbang rezim Orba dan muncul rezim
reformasi, maka Inpres No. 4 tahun 1984 dihapus dan tidak berlaku lagi.
Mulai saat itu CU bebas berkumpul maupun melaksanakan pendidikan baik
di kota maupun di desa. Para pengerak melakukan aktivitas menumbuhkan
benih-benih CU di seluruh Indonesia.
Dalam usaha menumbuhkan benih-benih CU tersebut, banyak pihak
luar negri memberikan dukungan, khususnya dana untuk pendidikan.
Lembaga tersebut antara lain, Cibemo, dari Netherland, Mizerior dari Jerman,
Intercoperation dari Swiss, KAS dari Jerman, dan CCA dari Kanada.
pelatihan dan pendidikan sehingga Credit Union dapat tumbuh merata di
seluruh wilayah Indonesia.
Hampir 30 tahun (1970-2010) gerakan koperasi kredit Indonesia baru
menanamkan filosofi dan prinsip-prinsip koperasi kredit, belum mengarahkan
kepada pengelolaan yang berbasis pada kelayakan ekonomi dan bisnis. Hal
ini dapat dilihat pada jumlah credit union primer pada tahun 1995 mencapai
posisi tertinggi (sekitar 1.600 CU Primer). Setelah itu perlahan-lahan jumlah
itu menurun. Kabar baiknya, total simpanan, total anggota, dan total aset
bertambah (Munaldus Dkk, 2012:20-22).
D. Credit Union (CU)
Menurut Munaldus (2012), Credit Union adalah koperasi keuangan
yang dijalankan secara demokratis dan profit sharing (bagi hasil),
menawarkan berbagai produk simpanan dan pinjaman berbunga rendah
kepada anggotanya. Credit Union adalah sekumpulan orang yang telah
bersepakat untuk bersama-sama menabungkan uang mereka. Kemudian uang
tersebut dipinjamkan diantara mereka sendiri dengan bunga yang ringan,
untuk maksud produktif dan kesejahteraan. Dengan demikian pinjaman
tersebut akan menguntungkan anggota (CUCO, 1973: 1).
Credit Union, atau dalam bahasa Indonesianya Koperasi Kredit
(Kopdit) adalah Badan usaha milik sekumpulan orang yang saling percaya
dan sepakat untuk menabungkan uang bersama untuk dijadikan modal
ringan dan syarat yang mudah, untuk tujuan produktif, kesejahteraan, maupun
darurat.
Credit berasal dari bahasa Latin Credere atau Credo yang artinya
percaya. Sedangkan kata Union berarti perkumpulan. Credit Union adalah
kumpulan orang-orang yang saling percaya. Gerakan Credit Union diawali di
benua Eropa tepatnya di negara Jerman, gagasan ini dipelopori oleh seorang
walikota Flammersfield yang bernama Frederich Wilhelm Raiffeisen.
Adapun situasi pada saat itu :
1. Masyarakat sedang dilanda krisis ekonomi besar-besaran.
2. Alam tidak bersahabat, para petani gagal panen.
3. Terjadi urbanisasi besar-besaran, tenaga manusia diganti dengan mesin
karena teknologi.
4. Kaum miskin menjadi korban lintah darat yang semakin merajalela
meminjamkan uang dengan bunga yang sangat tinggi.
Tindakan F.W. Raiffeisen Menghimpun dana dari dermawan dan
membagikannya untuk modal usaha kepada kaum miskin namun selalu
kurang dan tidak berhasil mengatasi masalah. Membeli roti dan
mengumpulkan dari pabrik dan membagikan kepada kaum miskin, namun
juga tidak mengatasi kesulitan. Ketidak berhasilan tersebut menghantar Sang
kaum miskin itu sendiri dengan Jalan mengumpulkan modal dan kemudian
meminjamkan modal tersebut kepada sesamanya.
1. Tujuan Credit Union
Credit Union didirikan untuk tiga macam tujuan, yaitu
a. Membimbing dan mengembangkan sikap hemat diantara para
anggotanya sehingga effisien dan effektivitas usaha tercapai.
b. Memberi pinjaman layak, tepat dan terarah.
c. Mendidik anggota dalam hal menggunakan uang secara bijaksana.
2. Peran Sentral Credit Union
Credit Union sebagai lembaga keuangan, koperasi kredit memiliki
peranan penting dalam proses perkembangan ekonomi masyarakat.
Credit Union menjadi mesin pengelola keuangan yang turut membantu
masyarakat keluar dari jeratan ekonomi. Lembaga keuangan kredit ini
mempunyai kedudukan penting dalam bidang finansial dan pendidikan
ekonomi keluarga.
Peranan Credit Union dalam meningkatkan ekonomi kerakyatan,
berikut hal-hal penting yang diemban koperasi dalam meningkatkan
perekonomian rakyat (Nistainz, 2008: 19)
a. CU mampu mempersatukan, mengarahkan, mengangkat daya kreasi,
usaha, dan daya cipta masyarakat golongan bawah untuk
b. CU telah terbukti mampu menjadi lembaga keuangan kredit dan siap
melayani para anggotanya terutama dalam hal simpan pinjam.
c. CU telah menjadi bapak angkat dan guru pembimbing yang baik
dalam proses pendampingan masyarakat dalam hal peningkatan
perekonomian keluarga dan kecerdasan dalam pengelolaan uang
maupun kecerdasan dalam pembangunan sebuah bisnis.
d. CU berperan aktif dalam membina kelangsungan perkembangan
demokrasi ekonomi masyarakat arus bawah.
e. CU telah menjadi sebuah institusi keuangan lokal yang mampu
menyediakan lapangan kerja baru bagi para profesionalisme.
f. CU menjadi sebuah kekuatan korporasi keuangan yang siap melaju
dalam hal pengembangan ekonomi jangka panjang.
3. Kontribusi Credit Union dalam Perekonomian Daerah
Keberadaan Credit Union dapat membawa sebuah kebudayaan yang
baik kepada masyarakat. Credit Union mencoba memenuhi misinya
untuk mengangkat masyarakat yang lebih bermartabat. Derajad
kehidupan sosial budaya juga meningkat kearah perubahan yang
signifikan (Nistainz, 2008 : 69).
Credit Union (CU) sudah masuk dalam kosa kata sehari-hari publik
Kalimantan. Begitu menyebut kata CU, asosiasi orang langsung pada
uang yang disimpan dan dipinjam. Ada yang menyebut CU sebagai
koperasi kredit. Perkembangan CU dalam 25 tahun (1987-2012) terakhir
kemiskinan. Badan Koordinasi CU Kalimantan (BKCUK) mencatat
495.961 anggota dengan aset Rp 3,1 triliun yang tersebar di 53 CU
primer pada tahun 2008. Pengembangan CU yang dipelopori Pancur
Kasih melintasi pulau Kalimantan dari Barat ke Timur dan menyebrang
ke berbagai pulau di Indonesia.
Bila dilihat dari sejarahnya CU adalah barang “impor” bukan produk asli Indonesia. Kesamaan nasib rakyat Jerman pada abad ke 19 dengan
masyarakat Dayak Kalimantan pada abad ke-20, yakni sama-sama miskin
inilah yang menginspirasi bapak ekonomi kerakyatan, AR. Mecer dari
Pancur Kasih melakukan pembebasan masyarakat dari kemiskinan.
“Kesulitan si miskin hanya bisa diatasi dengan cara mengumpulkan uang
dari si miskin itu sendiri dan kemudian meminjankan uang itu kepada
sesama mereka” kata WF. Raiffesien, bapak perintis CU (Kalimantan Review).
4. Filosofi Credit Union
Filosofi adalah keyakinan atau sikap hidup yang memandu perilaku
seseorang. Pada awalnya, seseorang akan sukar membedakan jenis-jenis
pelayanan yang diberikan CU dan bank. Sepintas hampir tidak ada
bedanya, terutama pada CU yang sudah maju. Perbedaan antara CU dan
lembaga keuangan konvensional seperti bank adalah terletak pada sikap
dan kualitas yang disediakan CU kepada anggotanya. Inilah keyakinan
untuk pelayanan. Dalam kegiatan sehari-harinya, para pengerak CU
sangat konsisten melaksanakan keyakinan ini.
Credit Union bukanlah koperasi keuangan yang berorientasi untuk
mencari keuntungan. Orang yang bergabung di CU disebut anggota,
sekaligus pemilik. Sebagai pemilik, para anggota juga pengguna (user)
dari pelayanan yang diberikan oleh CU. Credit Union ada semata-mata
untuk pelayanan para anggotanya. Bukan untuk memperkaya orang-
orang di luar lembaga, seperti para investor atau spekulan.
Credit Union diurus oleh para pengurus dan pengawas yang tidak
digaji (sukarelawan) yang dipilih oleh para anggota. Mereka adalah
orang-orang yang oleh para anggota pemilihnya dianggap layak ditinjau
dari seluruh persyaratan seperti: karakter, moral, kompetensi,
pengetahuan, dan sikap. Pengurus menjalankan roda organisasi dengan
akuntabilitas yang tinggi, menetapkan arah strategis CU, melakukan
supervisi dan monitoring, dan membuat kebijakan CU. Disamping
sebagai pemilik, setiap anggota CU juga memiliki suara dalam pemilihan
pengurus dan pengawas dengan sistem satu anggota satu suara tanpa
mempertimbangkan tabungan masing-masing anggota.
Credit Union tidak berorientasi untuk mencari keuntungan karena
pendapatan usaha dikembalikan kepada penabung dalam bentuk bunga
simpanan yang lebih besar dari suku bunga pinjaman lebih rendah dari
mampu membantu anggota lainya secara keuangan (to helf member helf
one another financially).
Sejak dilahirkan, CU tidak pernah bergeser dari prinsip-prinsip
dasarnya yaitu self-help (menolong diri sendiri) dan mutual aid
(bergotong royong). Dalam praktiknya, semua CU berjuang:
a. Mendorong para anggota agar menerapkan pola hidup hemat,
kemudian menciptakan dana bersama yang dapat dipinjamkan
kepada mereka yang memerlukan.
b. Menetapkan suku bunga pinjaman yang layak.
c. Membayar balas jasa simpanan anggota yang bersaing.
d. Menyediakan pelayanan keuangan yang dapat memecahkan
persoalan keuangan yang dihadapi oleh anggota.
Credit Union adalah lembaga keuangan satu-satunya yang
berdasarkan prinsip bahwa para anggota diikat oleh suatu ikatan
pemersatu, seperti pekerjaan, asosiasi atau komonitas. Awalnya,
persyaratan ini dimaksudkan agar mereka saling mengenal satu sama lain
yang tinggal saling berdekatan, sehingga dapat dengan mudah
membentuk sebuah lembaga keuangan koperasi yang dimilki oleh para
anggota dan tidak berorientasi mencari keuntungan. Kemudian, prinsip
ikatan pemersatu telah diperluas sehingga memungkinkan sebuah CU
melayani beberapa ikatan pemersatu yang berbeda.
Ikatan pemersatu tidak hanya membuat gerakan CU menjadi unik.
anggota CU. Ikatan pemersatu tidak hanya sebagai prinsip, ikatan
pemersatu tidak hanya sebuah prinsip. Ikatan pemersatu telah
mencerminkan simbol pemersatuan masyarakat untuk mencapai tujuan
bersama. Bersama CU, Anda benar-benar menjadi bagian penting dalam
kelompok yang akan mengubah masa depan hidup Anda menjadi lebih
baik (Munaldus, Dkk, 2012: 23-27).
5. Perbedaan Credit Union dengan Lembaga Keuangan Lain
Credit Union Bank Komersial
Struktur Koperasi keuangan yang
dimilki oleh anggota dan tidak mencari keuntungan (not for profit), sebagian besar didanai oleh simpanan sukarela anggota. Anggota diikat dalam satu ikat pemersatu, seperti tempat tinggal, pekerjaan, profesi atau wilayah.
Lembaga keuangan yang berorientasi pada keuntungan
(for-profit) dan
dimiliki oleh pemilik saham.
Anggota Pelayanan kepada kaum
miskin dipadukan dengan pelayanan spektrum populasi yang lebih luas yang memungkinkan Credit Union
memilih pengurus dan pengawas sebagai sukarelawan (tanpa digaji) dari para anggota yang memenuhi syarat.
Kekhasannya adalah melayani nasabah berpenghasilan menengah ke atas. Tidak ada ikatan pemersatu.
Tata Kelola Dalam memilih pengurusan dan pengawas, satu anggota satu suara tanpa mempertimbangkan berapa uang yang di simpan di Credit Union.
Para pemilik saham memilih pengurus yang digaji, yang tidak berasal dari masyarakat atau pengguna pelayanan bank. Banyaknya suara disesuaikan dengan jumlah saham yang dimiliki masing-masing pemilik saham.
(earnings) suku bunga pinjaman rendah, dan suku bunga simpana tinggi atau digunakan untuk pengembangan dan produk layanan baru. menerima keuntungan sebanding dengan sahamnya (pro-rata share of profit). Produk & Pelayanan
Rentang pelayanan keuangan luas, terutama produk simpanan, kredit, transfer uang
(remittance), dan asuransi.
Rentang pelayanan keuangan yang luas, termasuk berbagai peluang investasi.
Service Delivery
Kantor cabang utama (main office), kantor cabang, ATM, POS Device, PDA, Cell Phones, internet.
Kantor cabang utama (main office),
kantor cabang, ATM, POS Device, PDA, Cell Phones, internet.
(Munaldus, dkk, 2012: 27-30)
6. Keputusan menjadi anggota CU