• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini dapat menjadi sumbangan teori, wawasan dan pemikiran yang berguna untuk penelitian-penelitian yang akan datang bagi seluruh akademis untuk dijadikan referensi dalam melakukan penelitian mengenai koperasi.

b. Secara praktis

Penelitian ini bisa menambah wawasan dan menjadi masukan bagi masyarakat dan pembaca terutama penulis mengenai pengaruh modal

pinjaman, total assets yang disalurkan dalam koperasi. Khususnya koperasi Lagaligo Kecamatan Sabbangparu.

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori A. Modal

a. Pengertian Modal

Masalah modal dalam perusahaan merupakan persoalan yang tidak akan pernah berakhir, mengingat masalah modal mengandung begitu banyak aspek.

Untuk mengetahui pengertian modal dalam keputusan pendanaan dapat dipahami melalui definisi-definisi modal yang dikemukakan oleh para ahli keuangan berikut Riyanto,(2010:18).

Meij (Riyanto, 2010:18) mengartikan modal sebagai “kolektivitas” dari barang-barang modal yang terdapat dalam neraca sebelah debet, sedangkan yang dimaksud dengan barang-barang modal adalah semua barang-barang yang ada dalam rumah tangga perusahaan dan fungsi produktif nya untuk membentuk pendapatan.

Apabila kita melihat neraca suatu perusahaan, ada modal konkret dan modal abstrak yang juga menggambarkan modal yaitu neraca dari suatu pihak menunjukkan modal menurut bentuknya (sebelah debit) di lain pihak menggambarkan sumbernya (sebelah kredit).

b. Pengertian Struktur Modal

Struktur modal merupakan imbangan antara modal asing atau hutang dengan modal sendiri dalam membelanjai operasi perusahaan. Teori struktur modal penting karena di setiap perubahan struktur modal akan mempengaruhi biaya modal secara keseluruhan. Hal ini disebabkan masing-masing jenis modal mempunyai biaya modal sendiri-sendiri.

Apabila struktur modal financial mencerminkan keseluruhan bagian neraca sebelah kredit maka struktur modal hanya menggambarkan hutang jangka panjang dan modal sendiri. Dengan demikian yang dimaksud dengan struktur modal adalah perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang dinyatakan dalam persentase.

Riyanto, (2010:22) menyatakan bahwa struktur modal adalah pembelanjaan permanen di mana mencerminkan perkembangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Pengukuran dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

𝑆𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 =𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔

𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 × 100%

Association (FMA) pada tahun 1989, disimpulkan beberapa hal mengenai struktur perusahaan :

a. Dalam praktik sangat sulit menentukan titik struktur modal yang optimal.

b. Kebanyakan perusahaan hanya memperhatikan apakah perusahaan terlalu banyak menggunakan hutang atau tidak. Ada kenyataan bahwa walaupun

9

struktur modal perusahaan dianggap jauh dari optimal, tapi dampaknya pada nilai perusahaan tidak terlalu besar.

Salah satu cara meningkatkan nilai perusahaan adalah melalui pengolahan komposisi modal perusahaan (struktur modal). Struktur modal merupakan yang penting bagi setiap perusahaan karena baik buruknya struktur modalnya akan mempunyai efek yang langsung terhadap financial perusahaan.

Chaerul Umaiya dan Budiantoro (2004:29 modal terdiri dari modal sendiri dan modal asing.

c. Modal Sendiri

Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari pengambil bagian, peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta dan lain-lain) Riyanto, (2010:21). Selain itu Sumarni dan Soephi Hanto (2000: 342) , berpendapat bahwa modal sendiri adalah modal yang dimasukkan para pemilik perusahaan yang seterusnya akan dioperasikan perusahaan selama masih berjalan perusahaan tersebut.

Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam didalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Menurut bentuk hukum dari masing-masing perusahaan yang bersangkutan adalah: Riyanto, (2010:240).

a. Dalam PT modal yang berasal dari pemilik adalah modal saham.

b. Firma adalah modal dari anggota yang berasal dari anggota firma.

c. CV. adalah modal dari anggota bekerja dan anggota diam/komanditer.

d. Perusahaan perorangan adalah modal yang berasal dari pemiliknya.

e. Koperasi adalah modal yang berasal dari simpan pinjam pokok dan simpanan wajib yang berasal dari para anggota.

Modal sendiri didalam suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT) terdiri dari: Riyanto, (2010:240).

1. Modal saham.

2. Cadangan.

3. Keuntungan.

Karakteristik modal sendiri:

a. Modal sendiri tertarik kepentingan komunitas dan keselamatan perusahaan.

b. Kekuasaan modal modal sendiri dapat mempengaruhi politik perusahaan.

c. Mempunyai hak atas laba sesudah pembayaran bunga kepada modal asing.

d. Penggunaan modal sendiri didalam perusahaan untuk waktu yang tidak terbatas atau tidak tentu lamanya.

d. Modal Asing

Modal asing merupakan modal yang berasal dari pinjaman baik dari bank, lembaga keuangan, maupun dengan mengeluarkan surat utang, dan atas penggunaan sumber dana ini perusahaan harus memberikan kompensasi berupa bunga yang menjadi beban tetap bagi perusahaan.

11

Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja didalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan, modal tersebut merupakan hutang yang harus dibayar kembali pada waktunya.

Dengan demikian struktur modal, adanya modal asing dan modal sendiri yang harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat menjamin stabilitas financial perusahaan.

Karakteristik modal asing

a. Modal asing merupakan modal yang memperhatikan kepentingan kreditur.

b. Tidak memiliki pengaruh terhadap penyelenggaraan perusahaan.

c. Modal asing menuntut adanya pembayaran bunga tetap, tanpa memandang adanya keuntungan atau kerugian perusahaan.

d. Sifatnya hanya sementara turut bekerja sama dengan perusahaan.

Modal asing terbagi dalam 3 golongan yaitu: Riyanto, (2010:227)

1. Modal asing/utang jangka pendek (short-term debt) yaitu yang jangka waktunya pendek, yaitu kurang dari 1 tahun.

2. Modal asing/utang jangka menengah (intermediate – term debt) yaitu yang jangka waktunya antara 1 sampai 10 tahun.

3. Modal asing/utang jangka panjang (long-term debt) yaitu jangka panjang waktunya lebih dari 10 tahun.

3. Total ASET

A. Pengertian ASET

Pada dasarnya aset adalah istilah ekonomi dan dengan demikian aset merupakan sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis. Secara umum aset adalah barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu (perorangan).

Menurut Dwi Martani (2012:139) “ ASET adalah sebagai sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh”.Dari penelitian terdahulu mengatakan bahwa total aset tidak berpengaruh secara individu pada audit delay.

Pada dasarnya bahwa terdapat tiga karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu objek atau pos dapat disebut aset yaitu:

1. Manfaat ekonomi yang datang cukup pasti. Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat ekonomi di masa datang yang cukup pasti. Uang atau kas mempunyai manfaat atau potensi jasa karena daya belinya atau daya tukar nya. Sumber selain kas mempunyai manfaat ekonomi karena dapat ditukarkan dengan barang atau jasa, karena dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa, atau karena dapat digunakan untuk melunasi kewajiban.

2. Dikuasai atau dikendalikan entitas. Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi cukup dikuasai oleh

13

entitas. Oleh karena itu, konsep penguasaan atau kendali lebih penting daripada konsep kepemilikan. Pengusaha disini berarti kemampuan entitas untuk mendapatkan, memelihara, menukarkan, menggunakan manfaat ekonomi dan mencegah akses pihak lain terhadap manfaat tersebut. Hal ini dilandasi oleh konsep dasar substansi mengungguli bentuk yuridis. Pemilikan hanya mempunyai makna yuridis atau legal.

3. Timbul akibat transaksi masa lalu. Kriteria ini sebenarnya menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus sebagai kriteria atau tes pertama pengakuan objek sebagai aset. ASET harus timbul akibat dari transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi. Penguasaan harus didahului oleh transaksi atau kejadian ekonomi. FASB memasukkan transaksi atau kejadian sebagai kriteria aset karena transaksi atau kejadian tersebut dapat menimbulkan atau meniadakan aset.

B. Pengertian Total Assets

Menurut penelitian Febrianty (2011) total aset atau ukuran perusahaan adalah suatu skala di mana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan dengan berbagai cara antara lain dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain. Perusahaan yang memiliki aset yang lebih besar melaporkan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aset yang lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh perusahaan yang memiliki sumber daya (aset) yang besar memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi dan sistem informasi yang lebih canggih, memiliki sistem pengendalian intern yang kuat, adanya pengawasan dari investor, regulator dan sorotan masyarakat, maka hal ini

memungkinkan perusahaan untuk melaporkan laporan keuangan auditan nya lebih cepat ke publik.

Jika nilai total aset langsung dipakai begitu saja maka nilai variabel akan sangat besar. Dengan menggunakan log, nilai miliar bahkan triliun tersebut dapat disederhanakan, tanpa mengubah proporsi dari nilai asal yang sebenarnya. ASET yang diukur adalah semua aset baik aset lancar, aset tidak lancar, serta aset tidak berwujud akhir periode (satu tahun) yang tercantum dalam laporan keuangan yang telah diaudit.

4. Pendapatan

A. Pengertian Pendapatan

Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling utama dari pembentukan laporan laba rugi dalam suatu perusahaan. Banyak yang bingung mengenai istilah pendapatan. Hal ini disebabkan pendapatan dapat diartikan sebagai revenue dan dapat juga diartikan sebagai income, maka income dapat diartikan sebagai penghasilan dan kata revenue sebagai pendapatan penghasilan maupun keuntungan.

Menurut Diana dan Setiawati (2017:361) Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal Besarnya pendapatan seseorang bergantung pada jenis pekerjaannya.

15

Tingkat pendapatan merupakan salah satu kriteria maju tidaknya suatu daerah. Bila pendapatan suatu daerah relatif rendah, dapat dikatakan bahwa kemajuan dan kesejahteraan tersebut akan rendah pula. Kelebihan dari konsumsi maka akan disimpan pada bank yang tujuannya adalah untuk berjaga-jaga apabila baik kemajuan dibidang pendidikan, produksi dan sebagainya juga mempengaruhi tingkat tabungan masyarakat. Demikian pula hanya bila pendapatan masyarakat suatu daerah relatif tinggi, maka tingkat kesejahteraan dan kemajuan daerah tersebut tinggi pula.

Berdasarkan pengertian menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah arus kas masuk yang berasal dari kegiatan normal perusahaan dalam penciptaan barang atau jasa yang mengakibatkan kenaikan aktiva dan penurunan kewajiban.

Sedangkan menurut Boediono (2002) pendapatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain dipengaruhi:

1) Jumlah faktor-faktor produksi yang dimiliki yang bersumber pada, hasil-hasil tabungan tahun ini dan warisan atau pemberian.

2) Harga per unit dari masing-masing faktor produksi, harga ini ditentukan oleh penawaran dan permintaan di pasar faktor produksi.

3) Hasil kegiatan anggota keluarga sebagai pekerjaan sampingan.

Tingkat pendapatan mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat. Hubungan antara pendapatan dan konsumsi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam berbagai permasalahan ekonomi. Kenyataan menunjukkan bahwa pengeluaran

konsumsi meningkat dengan naiknya pendapatan, dan sebaliknya jika pendapatan turun, pengeluaran konsumsi juga turun. Tinggi rendahnya pengeluaran sangat tergantung kepada kemampuan keluarga dalam mengelola penerimaan atau pendapatannya.

B. Karakteristik Pendapatan

Menurut Suwardjono (2010:354) pendapatan dapat dikarakteristikan sebagai berikut:

1. Aliran masuk atau kenaikan aset

2. Kegiatan yang mempresentasi operasi utama atau sentral yang menerus 3. Pelunasan, penurunan atau pengurangan kewajiban

4. Suatu entitas 5. Produk perusahaan 6. Pertukaran produk

7. Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk 8. Mengakibatkan kenaikan ekuitas.

C. Jenis-Jenis Pendapatan

Menurut Raharja (1999: 267 dalam Maarif, 2013) jenis pendapatan dibagi dalam dua bentuk, yaitu sebagai berikut:

1. pendapatan ekonomi adalah jumlah uang yang dapat digunakan oleh keluarga dalam satu periode tertentu untuk membelanjakan diri tanpa mengurangi atau menambah aset neto (net aset), termasuk dalam pendapatan ekonomi

17

termasuk upah gaji, pendapatan bunga deposito, penghasilan transfer dari pemerintah.

2. Pendapatan uang adalah sejumlah uang yang diterima keluarga pada periode tertentu sebagai balas jasa atau faktor produksi yang diberikan karena tidak memperhitungkan pendapatan bahkan kas (non kas), terutama penghasilan transfer cakupannya lebih sempit dari pendapatan.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

Menurut Boediono (2002:150) faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan sebagai berikut :

1. Jumlah faktor produksi yang dimiliki bersumber pada hasil tabungan tahun ini dan warisan dan pemberian.

2. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi.

3. Hasil kegiatan oleh anggota keluarga sebagai pekerja sampingan.

Tingkat pendapatan mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat. Hubungan antara pendapatan dan konsumsi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam berbagai permasalahan ekonomi. Kenyataan menunjukkan bahwa pengeluaran konsumsi meningkat dengan naiknya pendapatan, dan sebaliknya jika pendapatan turun, pengeluaran konsumsi juga turun. Tinggi rendahnya pengeluaran sangat tergantung kepada kemampuan keluarga dalam mengelola penerimaan atau pendapatannya.

E. Sumber Pendapatan

Pendapatan seseorang harus dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesejahteraan sebab dengan pendapatan seseorang akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sumber pendapatan masyarakat menurut Greuning, et, al. (2013:289) terdiri dari:

1. Penjualan barang 2. Pemberian jasa

3. Penggunaan aset entitas 4. Royalti

5. dividen

Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan bersih yang merupakan hasil yang diterima dari jumlah seluruh penerimaan setelah dikurangi pengeluaran biaya operasi. Sementara pendapatan diperoleh apabila terjadi transaksi antara pedagang dengan pembeli dalam satu kesepakatan bersama.

5. Koperasi

a. Pengertian Koperasi

Menurut Rudianto (2015:3), “Koperasi adalah perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk berjuang meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka melalui pembentukan sebuah badan usaha yang dikelola secara demokratis. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor 04 Tahun 2012

19

bahwa: Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan berlandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa koperasi adalah suatu usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasar pada asas kekeluargaan dan memiliki tujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota dan masyarakat serta membangun tatanan perekonomian nasional.

a. Landasan, Asas, dan Tujuan Koperasi

Dalam pelaksanaan kegiatan operasional koperasi, Undang–Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Pasal 2, “ Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan.” Asas ini mengandung arti bahwa diperlukan adanya kesadaran dari setiap anggota koperasi untuk melaksanakan segala sesuatu kegiatan yang terjadi dalam koperasi sesuai dengan asas kekeluargaan tersebut, setiap anggota koperasi memiliki hak dan kewajiban yang sama. Tujuan koperasi seperti yang tercantum dalam Undang–

Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Pasal 3, “Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.”

b. Prinsip-prinsip Perkoperasian

Prinsip-prinsip koperasi yang tercantum dalam Undang–Undang Nomor 25 Tahun 1992 adalah:

1. Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut:

a. Keanggotaan Koperasi bersifat sukarela dan terbuka;

b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;

c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota;

d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;

e. Kemandirian.

Dasar jenis koperasi Indonesia adalah kebutuhan suatu golongan dalam masyarakat yang homogen karena kesamaan aktivitas dan ekonominya. Berbagai jenis koperasi lahir seirama dengan aneka jenis usaha untuk memperbaiki kehidupan. Menurut Anorga dan Widyawati (2007:192), bahwa secara garis besar jenis koperasi yang dapat dibagi menjadi 5 golongan:

a. Koperasi Konsumsi

Koperasi Konsumsi adalah koperasi yang anggota–anggotanya terdiri dari tiap–tiap orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam lapangan konsumsi.

b. Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam

21

Koperasi kredit atau koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan–tabungan para anggota secara teratur dan terus menerus dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah, murah, cepat, dan tepat pada tujuan produktif dan kesejahteraan.

c. Koperasi Produksi

Koperasi produksi adalah koperasi yang bergerak dalam bidang ekonomi pembuatan dan penjualan barang, baik yang dilakukan oleh koperasi sebagai organisasi maupun orang–orang anggota koperasi.

d. Koperasi Jasa

Koperasi Jasa adalah koperasi yang berusaha dibidang penyediaan jasa tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum.

e. Koperasi Serba Usaha

Koperasi serba usaha adalah koperasi yang berusaha dalam beberapa macam dalam kegiatan ekonomi yang sesuai dengan kepentingan para anggota.

f. Pembentukan Koperasi

Dalam Bab IV, Pasal 6 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Pekoperasian, “Pendirian koperasi terdiri dari dua bentuk, yaitu Koperasi Primer dan Koperasi Sekunder. Koperasi Primer adalah koperasi yang dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang, Sedangkan Koperasi Sekunder adalah koperasi yang dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) Koperasi Primer.”

g. Pembubaran Koperasi

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Pasal 46 dan 45 tentang Perkoperasian, bahwa:

1) Pembubaran koperasi dapat dilakukan berdasarkan:

a. Keputusan Rapat Anggota, atau

b. Keputusan Pemerintah.

2) Keputusan pembubaran oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam huruf b dilakukan apabila:

a. Terdapat bukti bahwa Koperasi yang bersangkutan tidak memenuhi ketentuan Undang–Undang ini;

b. Kegiatannya bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan;

c. Kelangsungan hidupnya tidak dapat lagi diharapkan.

h. Modal Koperasi

Dalam Bab VII, Pasal 41 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, bahwa:

(1) Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.

(2) Modal sendiri dapat berasal dari:

a. Simpanan pokok;

b. Simpanan wajib;

c. Dana cadangan;

d. Hibah.

23

(3) Modal pinjaman dapat berasal dari:

a. Anggota;

b. Koperasi lainnya dan/atau anggotanya;

c. Bank dan lembaga keuangan lainnya;

d. Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya;

e. Sumber lain yang sah.

Pendapatan koperasi adalah penerimaan koperasi atas kontribusi anggota koperasi bagi pengeluaran biaya-biaya koperasi, maka apabila SHU Surplus berarti kontribusi anggota koperasi pada pendapatan koperasi melebihi kebutuhan akan biaya riil koperasi. Surplus tersebut dikembalikan oleh koperasi kepada para anggotanya. Apabila SHU Defisit berarti kontribusi anggota koperasi terhadap pengeluaran untuk biaya koperasi lebih kecil dari pendapatan koperasi. Apabila SHU Nihil atau Berimbang, maka koperasi harus memperbaiki kinerja nya agar dapat meningkatkan pendapatannya untuk memperoleh SHU Surplus. Koperasi harus bekerja keras dan melaksanakan kegiatannya secara efisien baik internal maupun sumber dayanya.

J. Kebutuhan Modal Koperasi

Koperasi ataupun perusahaan pada umumnya memerlukan modal dalam jumlah dan peristiwa tertentu sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan usahanya, yaitu:

1. Pada waktu didirikan dan hendak memulai usaha koperasi memerlukan modal dalam jumlah minimum tertentu,

2. Pada waktu melakukan perluasan usaha memerlukan tambahan modal, 3. Pada waktu mengalami kesulitan yang hanya dapat diatasi dengan

menambah modal.

Mekanisme dan cara penghimpunan modal pada koperasi tidak sama dengan cara penghimpunan modal pada perusahaan pada umumnya. Pada koperasi tidak ada ketentuan yang mengharuskan adanya minimum modal pada waktu didirikan, kecuali untuk Koperasi Simpan Pinjam (KSP) atau Unit Simpan Pinjam (USP). Adanya ketentuan seperti itu tidak menggembirakan dan banyak ditentang oleh kalangan KSP atau USP, karena dianggap memberatkan. Kebiasaan penghimpunan simpanan berangsur secara berkala menyulitkan mekanisme penambahan modal yang diperlukan pada waktu tertentu. Simpanan pokok merupakan syarat keanggotaan yang dibayar waktu masuk menjadi anggota, yang umumnya dalam jumlah kecil. Simpanan wajib dibayar secara berkala, bulanan atau musiman, memakan waktu lama untuk mencapai jumlah tertentu. Selain itu juga disebabkan karena umumnya anggota koperasi tidak mempunyai kemampuan untuk menyimpan dalam jumlah yang besar.

B. Tinjauan Empiris

Karya ilmiah ini mengangkat permasalahan yang berkaitan dengan pengaruh modal, total assets dan pinjaman yang disalurkan terhadap pendapatan koperasi yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, berikut beberapa jurnal atau karya ilmiah yang berkaitan dengan judul karya ilmiah penulis :

25

Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Nama peneliti Judul penelitian Kesimpulan

Abi Pratiwi Siregar (2020)

Kinerja Koperasi di indonesia

Kinerja keuangan koperasi di indonesia menunjukkan perkembangan positif atau semakin membaik. Namun demikian, struktur permodalan koperasi seiring berjalanya waktu semakin didominasi oleh modal luar yang ada pada umumnya berupa hutang.

Pada aspek non keuangan, Koperasi di indonesia menunjukkan perkembangan yang semakin menurun: jumlah koperasi tidak aktif semakin bertambah seiring bertambahnya jumlah Koperasi, Koperasi aktif namun tidak melaksanakan RAT menunjukkan kecenderungan yang meningkat, jumlah anggota semakin berkurang, dan serapan tenaga kerja belum mampu dimaksimalkan karena keterbatasan koperasi baik secara finansial maupun kesiapan organisasi.

Burhanuddin

Penambahan modal pinjaman ditinjau dari kepentingan modal sendiri untuk pemilik perusahaan atau koperasi dibenarkan apabila penambahan modal tersebut mempunyai efek finansial yang menguntungkan terhadap modal sendiri.

Hal ini perlu di kaitkan pula kepada kondisi rentabilitas ekonomi (dengan tingkat bunga tetap) maka penggunaan modal

asing yang lebih besar akan mengakibatkan kenaikan rentabilitas modal sendiri. Maka secara signifikan diketahui bahwa terjadinya kenaikan rentabilitas ekonomi akan menaikkan pula rentabilitas modal sendiri.

Berdasarkan analisis dan hasil penelitian ditemukan bukti bahwa secara parsial Jumlah Anggota dan Modal Luar tidak berpengaruh signifikan terhadap Sisa Hasil Usaha, sedangkan Total Aset mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap Sisa Hasil Usaha, yang artinya bertambahnya Total Aset suatu Koperasi Simpan Pinjam akan mengakibatkan perolehan Sisa Hasil Usaha. Secara simultan Jumlah Anggota, Modal Luar, dan Total Aset berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha. terhadap tingkat kesehatan koperasi karena tidak kestabilan selama 3 periode 2. volume pinjaman tidak berpengaruh karena adanya ketidakstabilan sehingga mempengaruhi volume pinjaman anggota.

3. biaya operasional tidak berpengaruh

3. biaya operasional tidak berpengaruh

Dokumen terkait