BAB I PENDAHULUAN
1.5. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai simtom depresif pada pasien psoriasis berdasarkan jenis kelamin sehingga dapat memberikan masukan kepada tenaga kesehatan untuk mendeteksi dini dan mengantisipasi apabila diperlukan penanganan lebih lanjut pada pasien ini.
2. Hasil penelitian ini juga dapat dilanjutkan untuk bahan penelitian lanjutan yang sejenis ataupun penelitian lainnya yang memakai penelitian ini sebagai bahan acuannya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Psoriasis
Psoriasis adalah suatu penyakit autoimun yang bersifat kronis, merupakan inflamasi dan kondisi proliferatif kulit, dimana pengaruh genetik dan lingkungan memiliki peran penting. Psoriasis ditandai dengan lesi yang khas berupa bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama yang tebal berlapis berwarna putih mengkilap dan transparan disertai fenomena tetesan lilin. 10-12
Psoriasis disebut juga psoriasis vulgaris yang berarti psoriasis biasa, dinamakan pula tipe plak karena lesinya umumnya berbentuk plak, hal ini karena ada beberapa bentuk klinis lain pada psoriasis misalnya psoriasis gutata, psoriasis inversa, psoriasis seboroik, psoriasis pustulosa dan eritroderma psoriatik.12 Psoriasis vulgaris merupakan kelas yang paling banyak dijumpai yaitu sekitar 90% dari seluruh kasus psoriasis.13
Psoriasis paling sering terjadi pada ras Kaukasoid, dengan kejadian diperkirakan 60 kasus per 100.000 / tahun, di Amerika sekitar 3 % dari populasi menderita psoriasis, berdasarkan data prevalensi dari Eropa Utara dan Skandinavia di mana studi menunjukkan prevalensi populasi Kaukasia antara 1,5% dan 3% meskipun pernah dilaporkan mencapai 4,8%. Di Cina psoriasis diperkirakan mempengaruhi 0,3% dari populasi.9,10 Sementara itu di Inggris, prevalensi psoriasis diperkirakan 1,3-2,2%.14
Penyebab psoriasis hingga saat ini belum diketahui dengan pasti, namun secara patologis terjadinya disebabkan oleh hiperproliferasi keratinosit dan
percepatan proliferasi keratinosit serta siklus sel yang lebih cepat dibandingkan keratinosit kulit normal yang diduga diperantarai oleh mekanisme autoimun.
Selain oleh autoimun, psoriasis dapat juga dipicu oleh trigger factors yaitu stress, trauma, infeksi, alkohol, obat antimalaria, beta blocker, lithium dll.9,11
Diyakini bahwa kombinasi dari beberapa faktor berkontribusi terhadap perkembangan penyakit ini, dimana faktor genetik, trauma, infeksi, dan obat-obatan seperti nonsteroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs), β-blocker, obat antimalaria, dan lithium, serta faktor endokrin seperti sinar matahari, faktor metabolik, alkohol, rokok, dan faktor psikologis telah diketahui sebagai faktor berkembangnya psoriasis.3
Faktor genetik sangat berperan, bila orang tua pasien tidak menderita psoriasis, risiko untuk mendapat psoriasis adalah 12%, sedangkan jika salah satu orang tuanya menderita psoriasis risikonya 34-39%, bila kedua orang tua menderita psoriasis maka risikonya sebesar 60-70%. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe: psoriasis yaitu tipe I dengan awitan dini, bersifat familial dan psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial.11
Patofisiologi dari psoriasis disebabkan oleh ketidak seimbangan produksi sitokin sehingga menyebabkan keadaan patologis. Sel dendritik yang belum matang dalam epidermis merangsang sel-T dari kelenjar getah bening sebagai respon terhadap rangsangan antigen yang belum teridentifikasi. Setelah sel T menerima stimulasi primer dan aktivasi, menyebabkan terjadinya sintesis dari mRNA untuk interleukin 2 (2) yang selanjutnya meningkatkan reseptor IL-2.peningkatan dari IL-2 ini pada akhirnya mengatur gen yang kode untuk
7
transkripsi sitokin seperti IFN-γ, TNF-α, dan IL-2, yang bertanggung jawab untuk diferensiasi, pematangan, dan proliferasi sel T menjadi memory effector cells.
Sehingga akhirnya, sel T bermigrasi ke kulit, di mana mereka terakumulasi di sekitar pembuluh darah dermal.Hal ini adalah tahap pertama dari serangkaian perubahan imunologi yang menghasilkan pembentukan lesi psoriasis akut, menyebabkan percepatan proliferasi seluler.13
Sel dendritik ini juga terlibat dalam proliferasi keratinosit dengan mengaktifasi limfosit T yang akhirnya akan melepaskan TNF-α menyebabkan timbulnya respon hiperproliferatif yang pada akhirnya menurunkan epidermal transit time (perkiraan waktu yang diperlukan untuk pematangan normal sel-sel kulit) mengurangi waktu transit epidermal dari 28 hari menjadi 2-4 hari dan menghasilkan plak erimatosa yang bersisik khas psoriasis.13
Diagnosis psoriasis ditegakkan berdasarkan pada adanya lesi kulit yang khas. Tidak ada tes darah khusus atau prosedur diagnostik. Jika diperlukan dilakukan biopsi kulit atau penggoresan (scraping) untuk menyingkirkan diagnosis lain dan untuk mengkonfirmasi diagnosis, namun hal ini jarang dilakukan.15
Gejala khas psoriasis dengan lesi kulit eritem berbatas tegas (71%), deskuamasi, skuama tebal (94%), gatal (79%), infiltrasi dengan atau tanpa pustul.
Berdasarkan luasnya, lesi dibagi 3 kelas: ringan mengenai 3% luas tubuh, sedang 3-10% luas tubuh dan berat lebih dari 10% luas tubuh.9
Saat ini tidak ada obat untuk psoriasis dan pengobatan diarahkan pada penurunan tanda-tanda dan gejala dan memodifikasi perkembangan alami dari
penyakit. Terapi topikal dan sistemik yang tersedia untuk pengobatan psoriasis adalah seperti analog vitamin D3, kortikosteroid, batubara tar, ditranol, fototerapi, metotreksat, siklosporin, retinoid sistemik dan biologis. Biasanya pengobatan topikal digunakan untuk penyakit ringan, fototerapi untuk penyakit moderat dan pengobatan sistemik untuk penyakit yang berat. Pengelolaan psoriasis tidak terbatas pada pengobatan lesi kulit, tetapi juga bertujuan untuk berurusan dengan komorbiditas yang berbeda. Tenaga kesehatan perlu menyadari kemungkinan kondisi komorbiditas untuk memastikan deteksi dini dan juga untuk mengelola psoriasis dengan pertimbangan dampak yang mungkin timbul pada penyakit penyerta terkait. Pengelolaan jangka panjang psoriasis memerlukan penyesuaian terapi untuk perindividu dengan luasnya penyakit dan persepsi pasien tentang keparahan penyakit serta potensi efek samping dari perawatan yang spesifik. Perlu dicatat bahwa, dalam survei pasien dengan psoriasis, sejumlah besar menyatakan laporan frustrasi dengan tidak efektifnya pengobatan mereka saat ini dan
kebutuhan medis yang belum terpenuhi karena tidak ada solusi jangka panjang yang tersedia untuk sebagian besar pasien.15
2.2. Depresi
Depresi didefinisikan sebagai kondisi mental yang ditandai dengan perasaan sedih, kesepian, putus asa, rendah diri dan rasa hina pada diri, tanda-tanda yang menyertainya termasuk retardasi psikomotor, agitasi, menarik diri dari hubungan interpersonal dan ditandai dengan adanya gejala vegetatif, seperti
9
insomnia dan anoreksia. Istilah ini mengacu pada suasana hati yang depresi atau gangguan mood.16
Deskripsi ini cenderung menggambarkan emosi menyakitkan, biasanya dirasakan sebagai sakit fisik yang berat. Dengan demikian, perasaan depresi memiliki kualitas somatik yang secara ekstrim terlukiskan menyakitkan. Bunuh diri mungkin merupakan upaya untuk menemukan pembebasan dari siksaan psikis yang tak henti-hentinya.17
2.3. Simtom depresif pada pasien psoriasis
Timbulnya penyakit psoriasis sering tidak terduga, dan psoriasis dapat memiliki dampak fisik yang besar, fungsional dan dampak psikologis pada kualitas hidup pasien. Hal ini menjelaskan bahwa secara signifikan psoriasis berhubungan dengan fungsi sosial dan masalah ekonomi.15
Pengobatan psoriasis biasanya sulit dan sering tidak memuaskan. Pilihan pengobatan sering merepotkan, berantakan dan terkait dengan efek samping.
Dalam populasi umum, beberapa pasien dengan psoriasis pernah benar-benar bebas dari penyakit. Bahkan di antara pasien di bawah perawatan dokter kulit, sangat sedikit yang benar-benar sembuh dari penyakit, hal tersebut menyebabkan harapan yang tidak realistis untuk pasien yang menjalani pengobatan psoriasis.
Penderitaan emosional karena psoriasis dapat menyebabkan depresi dan ide bunuh diri. Studi terbaru menunjukkan bahwa psoriasis berkaitan dengan tingginya risiko bunuh diri.18
Penelitian tentang hubungan antara psoriasis dan gangguan kesehatan mental menyatakan bahwa pasien dengan psoriasis memiliki 39% peningkatan risiko depresi, 31% peningkatan risiko kecemasan dan 44% peningkatan risiko bunuh diri. Prevalensi depresi pada pasien dengan psoriasis sedang sampai berat sekitar 24%. Sebanyak 60% pasien psoriasis melaporkan gejala psikiatri klinis.19
Pada tahun 2008 Zangeneh and Fazeli menemukan semua hormon stres, katekolamin, CRH, dopamin meningkat secara bermakna pada psoriasis.
Interferon-gamma (IFN-γ) merupakan sitokin proinflamasi yang disintesis oleh sel Th1, telah diketahui sejak lama sangat berperan pada patogenesis psoriasis.
Stresor psikologis menyebabkan dominasi peran sel Th1 sehingga terjadi sintesis IFN-γ yang berlebihan.11
Psoriasis telah lama dikenal terkait dengan efek yang berpotensi merugikan pada kesehatan mental. Penelitian yang dilakukan pada pasien psoriasis disebabkan psoriasis merupakan penyakit kronik dengan remisi dan relaps serta menyediakan sebuah kerangka untuk memeriksa peranan depresi pada individu yang terkena. Penelitian itu juga menunjukkan bahwa pasien psoriasis perempuan lebih rentan terhadap terjadinya depresi daripada pasien laki-laki. 3
2.4. Beck depression inventory-II (BDI-II)
The Beck Depression Inventory - II ( BDI – II) merupakan salah satu
langkah yang paling sering digunakan dalam menilai keparahan depresi pada remaja dan dewasa.18,19,21 BDI dikembangkan pada tahun 1961 kemudian direvisi pada tahun 1978 dan sekali lagi pada tahun 1996 menjadi BDI-II.20
11
BDI - II banyak digunakan sebagai indikator tingkat keparahan depresi, tetapi bukan sebagai alat diagnostik dan banyak penelitian memberikan bukti untuk kehandalan dan validitas di berbagai populasi dan kelompok budaya. Item pada BDI - II dikembangkan untuk menilai gejala depresi berdasarkan kriteria yang ditemukan dalam DSM – IV untuk gangguan depresi. Skor dari 0 sampai 13 menunjukkan depresi minimal, 14 sampai 19 menunjukkan depresi ringan , 20 sampai 28 menunjukkan depresi sedang dan 29 sampai 63 menunjukkan depresi berat.21
BDI-II mencakup 21 item laporan diri, masing-masing memiliki empat pernyataan yang menggambarkan peningkatan tingkat keparahan. Skala ini biasanya dapat diselesaikan dalam waktu 5 sampai 10 menit. Penggunaan utama dari BDI adalah sebagai ukuran hasil dalam uji klinis intervensi untuk depresi berat termasuk intervensi psikoterapi. Instrumen ini juga digunakan sebagai skrining, dapat digunakan untuk menilai depresi pada lingkungan klinis dan non klinis. Kekuatan instrumen terletak pada mengukur kedalaman depresi dan cakupan komprehensif dari dimensi kognitif depresi.22,23
2.5. Yayasan Psoriasis Medan
Di Indonesia, dan hari psoriasis nasional diperingati pada setiap tanggal 29 Oktober bersamaan dengan hari psoriasis dunia. Para penderita psoriasis mempunyai perkumpulan tersendiri yaitu Komunitas Peduli Psoriasis Indonesia (KPPI) yang bernaung dibawah Yayasan Peduli Psoriasis Indonesia (YPPI) yang didirikan oleh beberapa penderita psoriasis dengan dukungan beberapa dokter ahli
dan masyarakat yang peduli pada penyakit kronis ini pada tahun 2006. YPPI adalah salah satu anggota dari International Federation of Psoriasis Association (IFPA) yang berpusat di Swedia.24
Yayasan Psoriasis Medan berada dibawah naungan YPPI yang didirikan pada tahun 2012 dan diketuai oleh bapak Hasan Yusuf. Yayasan ini memiliki anggota pasien psoriasis sebanyak 97 orang dengan jumlah pasien laki-laki 47 orang dan perempuan 50 orang. Yayasan ini memiliki seorang dokter ahli kulit dan kelamin sebagai penasihat. Anggota pasien psoriasis adalah pasien yang telah didiagnosis oleh dokter ahli kulit dan kelamin masing-masing dan mendaftar sebagai anggota dan mengisi lampiran data kesehatan langsung ke yayasan atau melalui website di www.psoriasis.co.id.
Tujuan dan misi Yayasan ini adalah untuk mensosialisasikan psoriasis kepada masyarakat luas juga untuk mendata penderita psoriasis di Indonesia serta memberikan informasi dalam perkembangan penelitian, pengobatan secara medis, alami dan alternatif.24
2.6. Kerangka konsep
PASIEN PSORIASIS
Laki-laki Perempuan
Simtom
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Desain penelitian
Penelitian ini bersifat analitik komparatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional.
3.2 Tempat dan waktu
Penelitian akan dilakukan di Yayasan Psoriasis Medan. Penelitian ini akan dilakukan dalam periode waktu 2 bulan dari tanggal 10 Januari sampai 10 Maret 2014.
3.3. Populasi dan sampel penelitian
Populasi target : pasien psoriasis.
Populasi terjangkau : Populasi terjangkau adalah pasien psoriasis yang terdaftar sebagai anggota Yayasan Psoriasis Medan dari bulan Februari sampai Maret 2014.
3.4. Kriteria inklusi dan eksklusi Kriteria inklusi
1. Pasien psoriasis vulgaris yang telah memenuhi diagnosis psoriasis secara klinis oleh dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin dengan lama sakit > 6 bulan.
2. Usia pasien sekitar 16 sampai 60 tahun.
3. Mampu membaca dan menulis.
4. Kooperatif dan bersedia ikut serta dalam penelitian.
Kriteria eksklusi
1. Menderita penyakit medis berat.
2. Menderita gangguan mental lain.
3. Menggunakan zat terlarang.
3.5. Besar sampel
Besar sampel dihitung dengan rumus:25
n1= n2 = √ √
keterangan:
n1 : jumlah sampel kelompok pertama n2 : jumlah sampel kelompok kedua
Zα : deviat baku alfa = 1,96 (α = 5%) hipotesis dua arah Zβ : deviat baku beta = 0,842 (β = 20%)
P2 : proporsi pasien psoriasis wanita yang depresi = 21,4%
= 0,214
Q2 : 1 - P2 = 1 - 0,214 = 0,786
P1 – P2 = 30%
P1 : P2 + 30% = 0,214 + 0,3 = 0,514
15
P : =
= 0,364 Q : 1 – P = 1 – 0,364 = 0,636
n1= n2 = √ √
= 38,93 = 39 = 40 subjek
dengan menggunakan rumus diatas maka didapatkan jumlah sampel yang terdiri dari laki-laki 40 subjek dan perempuan 40 subjek.
3.6. Cara pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling, dimana setiap subjek penelitian yang datang dan memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu, sampai subjek yang diperlukan terpenuhi.
3.7. Alur penelitian
Pasien psoriasis yang telah didiagnosis oleh dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin dan terdaftar sebagai anggota Yayasan Psoriasis Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi akan dimasukkan kedalam penelitian sampai subjek yang diperlukan terpenuhi. Semua pasien yang akan dimasukkan ke dalam penelitian wajib memberikan persetujuan secara tertulis setelah diberi penjelasan secara terperinci dan telah dimengerti oleh pasien. Selanjutnya semua subjek penelitian yang diikutsertakan diminta untuk mengisi data subjek mengenai identitas diri beserta karakteristik demografinya. Setelah selesai
kuesioner Beck Depression Inventory II (BDI II) yang terdiri dari 21 pertanyaan.
Setelah seluruh kuesioner dan data diri pasien terisi langkap maka data dikumpulkan dan akan dilakukan pengolahan data yang disajikan dalam bentuk tabel. Selain itu akan dilakukan identifikasi dari masing-masing simtom depresif pada pasien psoriasis berdasarkan jenis kelamin.
17
3.9. Definisi operasional
1. Pasien psoriasis: Penderita psoriasis vulgaris yang telah didiagnosis oleh dokter spesialis atau residen kulit dan kelamin.
2. Jenis kelamin: adalah sifat jasmani yang membedakan dua makhluk sebagai perempuan dan laki-laki.
3. Depresi : sebagai kondisi mental yang ditandai dengan perasaan sedih, kesepian, putus asa, rendah diri dan rasa hina pada diri, tanda-tanda yang menyertainya termasuk psikomotor retardasi, agitasi, menarik diri dari hubungan interpersonal dan ditandai dengan adanya gejala vegetatif, seperti insomnia dan anoreksia. Simtom yang dinilai berdasarkan BDI-II
4. Beck Depression Inventory II: BDI mencakup 21 item laporan diri yang terdiri dari kesedihan, pesimistik, kegagalan masa lalu, kehilangan kesenangan, perasaan bersalah, perasaan merasa dihukum, benci diri sendiri, pengkritikan terhadap diri sendiri, pikiran atau keinginan untuk bunuh diri, menangis, tidak bisa beristirahat, kehilangan minat, keragu-raguan, ketidak-berartian, kehilangan energi, perubahan dalam pola tidur, mudah tersinggung, perubahan dalam selera makan, kesulitan berkonsentrasi, capek atau lelah, kehilangan minat seks. Masing-masing memiliki empat pernyataan yang menggambarkan peningkatan tingkat
19
keparahan. Skor dari 0 sampai 13 menunjukkan depresi minimal, 14 sampai 19 menunjukkan depresi ringan, 20 sampai 28 menunjukkan depresi sedang dan 29 sampai 63 menunjukkan depresi berat.
5. Umur : lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam satuan.
Dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu :
Umur 16 - 38 tahun
Umur 39 - 60 tahun
6. Tingkat pendidikan: jenjang pengajaran yang telah diikuti atau sedang dijalani responden melalui pendidikan formal.
Tingkat pendidikan rendah : Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Tingkat pendidikan tinggi: Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi (PT)
7. Pekerjaan: suatu kegiatan yang mendapatkan penghasilan (bekerja) atau tidak ada suatu kegiatan yang mendapatkan penghasilan (pengangguran / tidak bekerja).
8. Status Perkawinan: ditentukan apakah subjek masih dalam ikatan perkawinan (menikah), atau tidak dalam ikatan perkawinan ( bercerai hidup atau mati, tidak kawin).
9. Tempat tinggal: dibedakan atas medan dan luar medan.
3.10. Identifikasi variabel
Variabel tergantung : Simtom depresif yang dinilai dengan
skala BDI-II.
Variabel bebas : Jenis kelamin
3.11. Persetujuan (Informed Consent)
Semua subjek penelitian akan diminta persetujuan terlebih dahulu dan diberi penjelasan sebelum diikutsertakan dalam penelitian.
3.12. Etika penelitian
Pelaksanaan penelitian ini diupayakan mengikuti pola dan norma-norma pelaksanaan penelitian ilmiah yang standar. Pada pihak responden yang diwawancarai diminta semacam persetujuan informed consent dengan penyampaian informasi bahwa data atau kerahasiaan individu responden akan dijamin tetap rahasia oleh pihak peneliti. Peneliti telah meminta persetujuan dari Komite Etika penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.13. Manajemen dan analisis data
Setelah data dikumpulkan, dilakukan pengolahan data dengan tahap sebagai berikut: (1) Editing, merupakan langkah untuk meneliti kelengkapan data yang diperoleh melalui wawancara, (2) Koding adalah usaha yang dilakukan untuk mengklasifikasikan jawaban yang ada menurut jenisnya, (3) Tabulasi adalah kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian kedalam table berdasarkan variable yang diteliti, (4) Analisis data, data penelitian dianalisis menggunakan uji statistik yaitu uji Chi-square jika memenuhi syarat untuk uji ini.
BAB 4. HASIL PENELITIAN
Subjek penelitian berjumlah 80 orang yang terdiri dari laki-laki 40 orang dan perempuan 40 orang yang merupakan pasien psoriasis di Yayasan Psoriasis Medan.
Table 4. 1. Karakteristik demografi berdasarkan jenis kelamin
Karakteristik demografi Jenis Kelamin
Dari tabel 4. 1 dapat dilihat gambaran karakteristik bahwa jumlah subjek untuk karakteristik jenis kelamin masing-masing berjumlah 40 subjek sehingga total subjek penelitian berjumlah 80 orang. Dari tabel diatas juga terlihat bahwa pada karakteristik umur, kategori umur 16-38 tahun adalah yang lebih banyak dijumpai, dimana pada laki-laki sebanyak 22 subjek (55%) dan pada perempuan 29 subjek (72,5%). Pada karakteristik pendidikan, kategori pendidikan tinggi adalah lebih banyak dijumpai baik pada kelompok laki-laki dan perempuan masing-masing sama banyak yaitu 38 subjek (95%). Pada karakteristik perkawinan, kategori kawin adalah lebih banyak dijumpai baik pada kelompok laki-laki dan perempuan dimana pada laki-laki sebanyak 31 subjek (77,5%) dan pada wanita juga 30 subjek (75%). Pada karakteristik pekerjaan, kategori bekerja adalah lebih banyak dijumpai baik pada kelompok laki-laki dan perempuan dimana pada laki-laki sebanyak 39 subjek (97,5%) dan pada wanita sebanyak 23 subjek (77,5%). Pada karakteristik tempat tinggal. Kategori Medan adalah lebih banyak dijumpai baik pada kelompok laki-laki dan perempuan dimana pada laki-laki sebanyak 37 subjek (92,5%) dan pada perempuan sebanyak 39 subjek (97,5%) dan dari segi karakteristik tingkat keparahan depresi, depresi minimal/normal adalah lebih banyak dijumpai baik pada kelompok laki-laki dan perempuan pada laki-laki sebanyak 33 subjek (82,5%) dan pada perempuan sebanyak 29 subjek (72,5%).
23
Tabel 4. 2. Karakteristik simtom depresif pada skala BDI-II berdasarkan jenis kelamin saya melihat banyak kegagalan
BDI-04 (Kehilangan kesenangan)
0=Saya memperoleh kesenangan 14 (35) 23 (57,5) dari semua hal yang saya nikmati
1=Saya kurang menikmati sesuatu 20 (50) 15 (37,5) daripada seperti biasanya
2=Saya mendapat sedikit 5 (12,5) 2 (5) kebanyakan hal yang saya lakukan
atau seharusnya yang saya lakukan
2=Saya merasa bersalah pada 3 (7,5) 1 (2,5) kebanyakan waktu
BDI-06( Perasaan merasa dihukum) saya lebih dari seperti biasanya
2=Saya mengkritik diri saya untuk 8 (20) 8 (20) semua kesalahan saya
BDI-09 (Pikiran atau keinginan untuk Bunuh diri)
0=Saya tidak mempunyai pikiran 38 (95) 38 (95) apapun untulk membunuh diri saya
sendiri beristirahat seperti biasanya
25
atau sangat sulit untuk diam
3=Saya sangat tidak bisa beristirahat 0 (0) 1 (2,5) atau saya harus tetap bergerak atau
melakukan sesuatu
BDI-12(Kehilangan minat)
0=Saya tidak kehilangan minat 25 (62,5) 26 (65) terhadap orang lain atau aktivitas
tertentu
1=Saya sedikit berminat terhadap 12 (30) 12 (30) orang lainatau sesuatu hal daripada
keadaan sebelumnya
2=Saya kehilangan hamper seluruh 1 (2,5) 0 (0) minat terhadap orang lain atau hal lain
3=Sangat sulit untuk berminat terhadap 2 (5) 2 (5) membuat keputusan dari pada biasanya
2=Saya lebih sulit dalam membuat 1 (2,5) 2 (5) keputusan daripada seperti biasanya
3=Saya kesulitan membuat keputusan 1 (2,5) 4 (10) apapun
BDI-14 (Ketidak-berartian)
0=Saya menganggap diri saya berarti 33 (82,5) 38 (95) 1=Saya tidak menganggap diri saya 6 (15) 2 (5) berarti dan berguna seperti biasanya
2=Saya merasa sangat tidak berarti 1 (2,5) 0 (0) dibandingkan dengan orang lain
BDI-15 (Kehilangan energi) cukup untuk melakukan banyak hal
BDI-16 (Perubahan dalam pola tidur)
BDI-17 (Mudah tersinggung)
Selera makan saya kadang-kadang bertambah dari pada yang Biasanya
2=Selera makan saya kurang dari pada 1 (2,5) 3 (7,5) dibandingkan keadaan sebelumnya
1=Saya merasa mudah capek atau lelah 17 (42,5) 16 (40) seks dibandingkan yang biasanya
2=Saya kurang tertarik dengan seks sekarang 1 (2,5) 1 (2,5
Pada tabel 4. 2 terdapat beberapa perbedaan skor pada beberapa simtom depresif antara laki-laki dan perempuan yaitu pada simtom kehilangan kesenangan (BDI-04) pada laki-laki banyak pada skor 1 (saya kurang menikmati sesuatu daripada seperti biasanya) yaitu sebanyak 20 subjek (50%) dan pada perempuan banyak pada skor 0( saya memperoleh kesenangan dari semua hal yang saya nikmati) yaitu
27
sebanyak 23 subjek (57,5%). Terdapat perbedaan simtom tidak bisa beristirahat (BDI-11) dimana pada kelompok laki-laki banyak pada skor 1(saya merasa kurang bisa beristirahat seperti biasanya) yaitu sebanyak 22 subjek (55%) dan pada perempuan banyak pada skor 0(saya bisa beristirahat seperti biasanya) yaitu sebanyak 19 orang (47,5%) dan pada simtom perubahan pada selera makan (BDI-18) pada laki-laki banyak terdapat pada skor 0 (saya tidak mengalami perubahan selera makan) sebanyak 25 subjek (62,5%) dan pada perempuan pada skor 1 (selera makan saya kadang-kadang kurang dari biasanya atau selera makan saya kadang-kadang bertambah dari biasanya) sebanyak 20 subjek (50%).
Tabel 4. 3. Perbedaan simtom kesedihan (BDI-01)berdasarkan jenis kelamin
Variabel Jenis kelamin
p Laki-laki Perempuan
1=saya sering merasa sedih 11 (27,5) 16 (40) 0,429*
2=Saya sedih sepanjang 1 (2,5) 0 (0) waktu
* Uji Exact Fisher
Pada tabel 4. 3 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada skor simtom kesedihan (BDI-01) antara laki-laki dan perempuan (p>0,05).
Tabel 4. 4. Perbedaan simtom pesimistik (BDI-02)berdasarkan jenis kelamin
Variabel Jenis kelamin
p Laki-laki Perempuan
1=Saya merasa takut dengan 7 (17,5) 6 (15) masa depan saya dari pada
biasanya
3= =Saya merasa putus asa 1 (2,5) 0 (0) 1,000*
dengan masa depan saya dan keadaan hanya menjadi semakin buruk
* Uji Exact Fisher
Pada tabel 4. 4 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada skor simtom pesimistik (BDI-02) antara laki-laki dan perempuan (p>0,05).
Tabel 4. 5. Perbedaan simtom kegagalan masa lalu (BDI-03 ) berdasarkan
Pada tabel 4.5 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada skor simtom kegagalan masa lalu (BDI-03) antara laki-laki dan perempuan (p>0,05).
29
Tabel 4. 6. Perbedaan simtom kehilangan kesenangan (BDI-04) berdasarkan jenis kelamin
Pada tabel 4.6 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada skor simtom kehilangan kesenangan (BDI-05) antara laki-laki dan perempuan (p>0,05). Hasil uji exact fisher diperoleh setelah 1 orang pada kelompok laki-laki yang memiliki skor 3 digabung menjadi skor 2, hal ini dilakukan dikarenakan jika tidak dilakukan penggabungan maka uji hipotesis tidak dapat dilakukan.
Pada tabel 4.6 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada skor simtom kehilangan kesenangan (BDI-05) antara laki-laki dan perempuan (p>0,05). Hasil uji exact fisher diperoleh setelah 1 orang pada kelompok laki-laki yang memiliki skor 3 digabung menjadi skor 2, hal ini dilakukan dikarenakan jika tidak dilakukan penggabungan maka uji hipotesis tidak dapat dilakukan.