0
PERBEDAAN SIMTOM DEPRESIF PADA PASIEN PSORIASIS BERDASARKAN JENIS KELAMIN
T E S I S
O L E H
ANNISA FRANSISKA
107106011
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK SPESIALIS KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul Penelitian : Perbedaan simtom depresif pada pasien psoriasis berdasarkan jenis kelamin Nama Mahasiswa : Annisa Fransiska
Nomor Induk Mahasiswa : 107106011
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Ilmu Kedokteran Jiwa
Medan, 21 Mei 2014 Menyetujui : Komisi pembimbing :
Dr. dr. Elmeida Effendy, M. Ked. K.J, Sp.K.J dr. M. Surya Husada, M.Ked.K.J, Sp.K.J Pembimbing I Pembimbing II
Ketua Program Studi Dekan Fakultas Kedokteran Magister Kedokteran Klinik,
Dr.dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph), Sp.M(K) Dr.dr. Aldy Safruddin Rambe, M.Ked.Neu, Sp.S (K) NIP: 19760417 200501 2 002 NIP: 19660524 199203 1 002
Telah diuji pada
Tanggal : 21 Mei 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Pembimbing I : Dr. dr. Elmeida Effendy, M. Ked. K.J, Sp.K.J ...
Pembimbing II : M. Surya Husada, M.Ked.K.J, Sp.K.J …………..
Anggota : 1. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp. KJ(K) ...
2. dr. Dapot P. Gultom, Sp.K.J, M.Kes ...
Tanggal Lulus : 21 Mei 2014
PERNYATAAN
PERBEDAAN SIMTOM DEPRESIF PADA PASIEN PSORIASIS BERDASARKAN JENIS KELAMIN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis mengacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar rujukan.
Medan, Mei 2014
ANNISA FRANSISKA
UCAPAN TERIMAKASIH
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkah limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya maka penulisan hasil penelitian ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini.
Dengan selesainya hasil penelitian ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Ketua TKP PPDS-I dan Ketua Program Studi Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Elmeida Effendy, M.Ked.K.J, Sp.K.J, selaku Ketua Program Studi PPDS-I Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, guru dan pembimbing penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dan memberi masukan-masukan yang berharga kepada penulis sehingga hasil penelitian ini dapat diselesaikan.
3. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.K.J.(K), sebagai guru dalam menyelesaikan hasil penelitian ini yang telah banyak memberikan bimbingan, pengetahuan,
dorongan, pengarahan dengan penuh kesabaran dan perhatian serta masukan- masukan yang berharga kepada penulis dalam menyelesaikan Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. dr. Mustafa Mahmud Amin, M.Ked.K.J, M.Sc, Sp.K.J, sebagai guru dan pembimbing penulis yang telah memberikan bimbingan, pengetahuan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5. dr. H. Harun Taher Parinduri, Sp.K.J.(K), sebagai guru penulis yang telah banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini.
6. (Alm) Prof. dr. Syamsir BS, Sp.K.J.(K), sebagai guru besar penulis yang semasa hidupnya memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini.
7. Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp.K.J.(K), sebagai guru besar penulis yang telah banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini.
8. dr. Vita Camellia, M.Ked.K.J, Sp.K.J, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dan dukungan dalam menyelesaikan hasil penelitian ini.
9. dr. Muhammad Surya Husada, M.Ked.K.J, Sp.K.J, sebagai guru dan pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dan dukungan dalam menyelesaikan hasil penelitian ini.
10. dr. Dapot Parulian Gultom, Sp.K.J, M.Kes, sebagai Wakil Direktur Badan Layanan Umum Daerah RSJ Propinsi Sumatera Utara dan guru penulis, yang telah memberikan izin, fasilitas, dan pengarahan kepada penulis.
11. (Alm) dr. Herlina Ginting, Sp.K.J, sebagai guru penulis yang semasa hidupnya telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan kepada penulis.
12. dr. Mawar Gloria Taringan, Sp.K.J, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan kepada penulis.
13. dr.Freddy Subastian, Sp.K.J, sebagai pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan dan dukungan kepada penulis.
14. dr. Juskitar, Sp.K.J, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan dan dukungan kepada penulis.
15. dr. Vera RB. Marpaung, Sp.K.J, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan kepada penulis.
16. dr. Machnizar Sentari, Sp.K.J, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan kepada penulis.
17. dr. Donald F. Sitompul, Sp.K.J, (Almh) dr. Sulastri Effendi, Sp.K.J, dr. Yono Suhoyo, Sp.K.J, dr Rosminta Girsang, Sp.K.J, dr. Artina Roga Ginting,
Sp.K.J, dr. Mariati, Sp.K.J, dr. Evawati Siahaan, Sp.K.J, dr. Paskawani Siregar, Sp.K.J, dr. Citra Julita Tarigan, Sp.K.J, dr. Juwita Saragih, Sp.K.J, dr.
Friedrich Lupini, Sp.K.J, dr. Rudyhard E. Hutagalung, Sp.K.J, dr. Laila Sari, Sp.K.J, dr. Evalina Perangin-Angin, Sp.K.J, dr. Victor Eliezer, Sp.K.J, dr. Siti Nurul Hidayati, Sp.K.J, dr. Lailan Sapinah, Sp.K.J, dr. Silvy Agustina Hasibuan, Sp.K.J, dr. Ira Aini Dania, M.Ked.K.J, Sp.K.J, dr. Mila Astari Harahap, M.Ked.K.J, Sp.K.J, dr. Baginda Harahap, M.Ked.K.J, Sp.K.J, dr.
Ricky Wijaya Tarigan, M.Ked.K.J, Sp.K.J sebagai senior yang banyak memberikan bimbingan, dorongan dan semangat kepada penulis selama menyelesaikan hasil penelitian ini.
18. Ketua Yayasan Psoriasis Medan Bapak Hasan Yusuf dan seluruh anggota Yayasan Psoriasis Medan atas izin, kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis selama melaksanakan penelitian untuk mendapatkan subjek penelitian dan sampai selesainya hasil penelitian ini.
19. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan, Direktur RSUD dr. Pirngadi Medan, Direktur RS. PTP II Tembakau Deli Medan, Ka Rumkit RS Bhayangkara Medan, Ka Rumkit RS Putri Hijau Kesdam I Bukit Barisan Medan, atas izin, kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis selama melaksanakan penelitian untuk mendapatkan subjek penelitian dan sampai selesainya hasil penelitian ini.
20. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Psikiatri FK USU: dr. Herny Taruli Tambunan, M.Ked.K.J, dr. Muhammad Yusuf Siregar, M.Ked.K.J, dr.
Superida Ginting Suka, M.Ked.K.J, dr. Lenni Crisnawati Sihite, M.Ked.K.J,
dr. Saulina Dumaria Simanjuntak, M.Ked.K.J, dr. Hanip Fahri, M.Ked.K.J, dr.
Ferdinan Leo Sianturi, M.Ked.K.J, dr. Andreas Xaverio Bangun, M.Ked.K.J, dr. Dian Budianti Amalina, M.Ked.K.J, dr. Tiodoris Siregar, M.Ked.K.J, dr.
Endang Sutry Rahayu, M.Ked.K.J, dr. Duma Melva Ratnawati, M.Ked.K.J, dr. Nauli Aulia Lubis, M.Ked.K.J, dr. Nanda Sari Nuralita, M.Ked.K.J, dr.
Wijaya Taufik Tiji, M.Ked.K.J, dr. Alfi Syahri Rangkuti, M.Ked.K.J, dr.
Agussyah Putra, M.Ked.K.J, dr. Rini Gusya Liza, M.Ked.K.J, dr. Gusri Girsang, M.Ked.K.J, dr. Ritha Mariati Sembiring, M.Ked.K.J, dr. Reny Fransiska Barus, M.Ked.K.J dr. Susiati, M.Ked.K.J, dr. Annisa Fransiska, dr.
Dessy Mawar Zalia, M.Ked.K.J, dr. Nazli Mahdinasari Nasution, M.Ked.K.J, dr. Andi Syahputra Siregar, dr. Nining Gilang Sari, M.Ked.K.J, dr. Rosa Yunilda, M.Ked.K.J, dr. Arsusy Widyastuty, dr. Poltak Jeremias Sirait, M.Ked.K.J, dr. Manahap Cerarius Fransiskus Pardosi, dr. Muhammad Affandi, dr. Endah Tri Lestari, M.Ked.K.J, dr. Deasy Hendriati, M.Ked.K.J, dr. Rona Hanani Simamora, dr. Novi Prasanty, dr. Novita Linda Akbar, dr.
Catherine, dr. Trisna Marni, dr. Cindy Chias Arthy yang banyak memberikan masukan berharga kepada penulis melalui diskusi-diskusi kritis dalam berbagai pertemuan formal maupun informal, serta selalu memberikan dorongan-dorongan yang membangkitkan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini.
21. Dokter muda, perawat dan pegawai di berbagai tempat dimana penulis pernah bertugas selama menjalani penelitian ini, serta pasien, keluarga pasien dan
berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani proses hasil penelitian ini.
22. Teman-teman di layanan digital perpustakaan Universitas Sumatera Utara : Evi Yulifimar, S.Sos, Yuli Handayani, S.Sos, Diani Hartati, S.Sos, M. Salim, A.Md yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini.
23. Kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan sayangi, Ir. Busri Zain dan Hj. Nurasni Tanjung yang dengan penuh kesabaran, cinta serta kasih sayangnya telah membesarkan, memberikan dorongan, dukungan dalam segala hal kepada penulis, serta doa restu sejak lahir hingga saat ini.
24. Kedua mertua yang penulis hormati dan sayangi, (Alm) Sofyan Mahmud dan (Alm) Heni Rohaini yang banyak memberikan semangat dan doa kepada penulis dalam menjalani pendidikan dan menyelesaikan hasil penelitian ini.
25. Seluruh saudara kandung yang saya sayangi, Rahmad Hamdani A.W, SE, Muhammad Iqbal, SH dan Rini Syafrina, S. Ked, serta kakak ipar saya, Novi Fitriani dan Martono Kurniawan SH dan sahabat karib saya Siti Reni Andriani SE yang telah banyak memberikan semangat dan doa kepada penulis dalam menjalani Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
26. Buat suamiku tercinta Fajar Nugraha , SS dan anakku tersayang Kalisha Fajrika Nugraha, terima kasih atas segala doa dan dukungan, kesabaran dan pengertian yang mendalam serta pengorbanan atas segala waktu dan kesempatan yang tidak dapat penulis habiskan bersama-sama dalam sukacita dan keriangan selama penulis menjalani dan menyelesaikan hasil penelitian
ini. Tanpa semua itu, penulis tidak akan mampu menyelesaikan hasil penelitian ini dengan baik.
Akhirnya penulis hanya mampu berdoa dan memohon semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya kepada seluruh keluarga, sahabat, dan handai tolan yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, penulis ucapkan terima kasih.
Medan, Mei 2014
Annisa Fransiska
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
BDI – II : The Beck Depression Inventory - II
DepKes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia IL-2 : Interleukin 2
IFN-γ : Interferon-gamma
IFPA : International Federation of Psoriasis Association KPPI : Komunitas Peduli Psoriasis Indonesia
NSAIDs : Nonsteroid anti-inflammatory drugs
PT : Perguruan Tinggi
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Pertama
YPPI : Yayasan Peduli Psoriasis Indonesia
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan Pembimbing ... i
Ucapan Terima Kasih ... iv
Daftar Singkatan dan Lambang ... xi
Daftar Isi... xii
Daftar Tabel ... xiv
Daftar lampiran... ... xvi
Abstrak ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 3
1.3.Hipotesis ... 3
1.4.Tujuan Penelitian ... 3
1.5.Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Psoriasis ... 5
2.2. Depresi ... 8
2.3. Simtom Depresif pada Pasien Psoriasis... ... 9
2.4. Beck Depression Inventory-II (BDI-II) ... 10
2.5. Yayasan Psoriasis Medan... 11
2.6. Kerangka Konsep... ... 12
BAB III METODOLOGI ... 13
3.1. Desain penelitian ... 13
3.2. Tempat dan waktu penelitian ... 13
3.3. Populasi dan Sampel penelitian ... 13
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 13
3.5. Besar Sampel ... 14
3.6. Cara Pengambilan Sampel ... 15
3.7. Alur Penelitian ... 15
3.8. Kerangka Kerja ... 17
3.9. Definisi Operasional... 18
3.10. Identifikasi variabel ……… ... 19
3.11. Persetujuan / Informed Consent ……… .. 20
3.12. Etika Penelitian... ... 20
3.13. Management dan Analisis Data ... 24
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 21
BAB V PEMBAHASAN ... 39
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 42
DAFTAR RUJUKAN ... 44
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Karakteristik demografi berdasarkan jenis kelamin...21 Tabel 4. 2 : Karakteristik simtom depresif pada skala BDI-II berdasarkan jenis kelamin...23 Tabel 4. 3 : Perbedaan simtom kesedihan (BDI-01)berdasarkan jenis
kelamin... 27 Tabel 4. 4 : Perbedaan simtom pesimistik (BDI-02)berdasarkan jenis
Kelamin... 28 Tabel 4. 5 : Perbedaan simtom kegagalan masa lalu (BDI-03 ) berdasarkan
jenis kelamin... 28 Tabel 4. 6 : Perbedaan simtom kehilangan kesenangan (BDI-04)
berdasarkan jenis kelamin... 29 Tabel 4. 7 : Perbedaan simtom perasaan bersalah (BDI-05) berdasarkan
jenis kelamin... 29 Tabel 4.8 : Perbedaan simtom perasaan merasa dihukum (BDI-06)
berdasarkan jenis kelamin... 30 Tabel 4. 9. : Perbedaan simtom benci diri sendiri (BDI-07) berdasarkan
jenis kelamin... 31 Tabel 4.10 : Perbedaan simtom pengkritikan terhadap diri sendiri
(BDI-08) berdasarkan jenis kelamin... 31 Tabel 4.11 : Perbedaan simtom pikiran atau keinginan untuk bunuh diri
(BDI-09) berdasarkan jenis kelamin... 32 Tabel 4.12 : Perbedaan simtom menangis (BDI-10) berdasarkan
jenis kelamin... 32 Tabel 4.13 : Perbedaan simtomtidak bisa beristirahat (BDI-11) berdasarkan
jenis kelamin... 33 Tabel 4.14 : Perbedaan simtom kehilangan minat (BDI-12) berdasarkan
jenis kelamin... 33 Tabel 4.15 : Perbedaan simtom keragu-raguan (BDI-13) berdasarkan
jenis kelamin... 34 Tabel 4.16 : Perbedaan simtom ketidak-berartian (BDI-14) berdasarkan
jenis kelamin... 35 Tabel 4.17 : Perbedaan simtom kehilangan energi (BDI-15) berdasarkan
jenis kelamin... 35 Tabel 4.18 : Perbedaan simtom perubahan dalam pola tidur (BDI-16) ber-
dasar kan jenis kelamin... 36 Tabel 4.19 : Perbedaan simtom mudah tersinggung (BDI-17) berdasarkan
jenis kelamin... 36 Tabel 4.20 : Perbedaan simtom perubahan selera makan (BDI-18)
berdasarkan jenis kelamin... 37 Tabel 4.21 : Perbedaan simtom kesulitan konsentrasi (BDI-19)
berdasarkan jenis kelamin... 37
jenis kelamin... 38 Tabel 4. 23 : Perbedaan simtom kehilangan minat seks (BDI-21)
berdasarkan jenis kelamin... 38
Daftar Lampiran
1. Jadwal Penelitian
2. Surat Persetujuan Komite Etik
3. Lembar Penjelasan kepada calon subjek Penelitian 4. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan
5. Data Penelitian Pasien 6. Riwayat Hidup Peneliti
7. Lembar Kuesioner The Beck Depression Inventory - II (BDI-II) 8. Data Subyek Penelitian
ABSTRAK
PERBEDAAN SIMTOM DEPRESIF PADA PASIEN PSORIASIS BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Annisa Fransiska1, M. Surya Husada2, Elmeida Effendy2
Latar belakang: Psoriasis merupakan suatu kelainan kulit kronis yang mempengaruhi 1-3% dari populasi di dunia dan diperkirakan 0,4-2,3% dari populasi orang dewasa menderita psoriasis tetapi tidak terdiagnosis. Di Indonesia pasien psoriasis hanya terdata sekitar 0,075%. Pasien psoriasis sering muncul dengan cacat fisik, ketidaknyamanan sosial dan gangguan psikologis. Rasa malu dan kecemasan sosial yang disebabkan oleh penyakit sering menyebabkan konflik relasional, menciptakan jarak emosional, isolasi diri dan depresi yang mempengaruhi kualitas hidup pasien psoriasis tersebut. Prevalensi pasien psoriasis yang mengalami depresi adalah sebesar 67% dan pada kontrol adalah sebesar 12%. Proporsi perempuan penderita psoriasis yang mengalami depresi adalah sebesar 21,4% dan proporsi laki-laki penderita psoriasis yang mengalami depresi adalah sebesar 23,9%.
Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan simtom depresif pada pasien psoriasis berdasarkan jenis kelamin.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik komparatif dengan pendekatan cross sectional study, teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik non probability sampling jenis consecutive sampling. Tempat penelitian: Yayasan Psoriasis Medan Waktu penelitian: Januari 2014 sampai Maret 2014. Setiap pasien yang memenuhi kriteria pasien psoriasis vulgaris yang berumur 16-60 tahun, lama sakit >6 bulan, mampu membaca dan menulis, kooperatif dan bersedia ikut dalam penelitian, tidak menderita penyakit medis berat, tidak menderita gangguan mental lain, dan tidak menggunakan zat terlarang diikutsertakan dalam penelitian kemudian untuk menilai simtom depresif dilakukan dengan menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory-II(BDI-II).
Hasil: Sebanyak 80 pasien yang terbagi rata dalam kelompok laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik umur terbanyak pada 16-38 tahun (55% dan 72,5%). Pendidikan terbanyak pada pendidikan tinggi sama-sama 95% dan pada keparahan simtom depresif juga banyak tedapat pada simtom depresif minimal (82,5% dan 72,5%). Uji tabel silang menunjukkan tidak ada perbedaan simtom depresif yang bermakna antara laki-laki dan perempuan (p>0,05).
Kesimpulan: Secara keseluruhan pada pasien psoriasis tidak terdapat perbedaan bermakna pada simtom depresif berdasarkan jenis kelamin.
Kata kunci: Beck depression Inventory-II(BDI-II), psoriasis, simtom depresif.
1. Peserta PPDS Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa FK-USU 2. Staf pengajar pada Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa FK-USU
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Psoriasis merupakan suatu kelainan kulit kronis yang mempengaruhi 1-3
% dari populasi di dunia dan diperkirakan 0,4-2,3 % dari populasi orang dewasa menderita psoriasis tetapi tidak terdiagnosis.1 Menurut jurnal Yayasan Penderita Psoriasis Indonesia, diperkirakan jumlah penderita psoriasis di Indonesia bisa mencapai 2 juta hingga 6 juta jiwa, namun dari keseluruhan akumulasi dari lembaga Yayasan Peduli Psoriasis Indonesia (YPPI) dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes RI) dari perkiraan 2% atau sekitar 2 juta jiwa penderita psoriasis di Indonesia hanya 3000 jiwa penderita psoriasis yaitu sekitar 0,075% yang terdata pada tahun 2010.2
Terdapat 2 puncak usia yang dianggap dapat terjadinya penyakit psoriasis yaitu usia dini adalah usia antara 16-22 tahun, dan usia laten adalah antara 57-60 tahun. Insiden psoriasis pada pria dan wanita dewasa adalah sama. Namun, pada wanita lebih cenderung untuk terjadinya penyakit lebih awal dari pada laki-laki.3, 4 Pada pasien psoriasis sering muncul dengan cacat fisik, ketidaknyamanan sosial dan gangguan psikologis. Rasa malu dan kecemasan sosial yang disebabkan oleh penyakit sering menyebabkan konflik relasional, menciptakan jarak emosional, isolasi diri dan depresi yang mempengaruhi kualitas hidup pasien psoriasis tersebut.5 Stres terkait psoriasis mungkin lebih memiliki keterkaitan dengan kesulitan psikososial yang melekat dalam hubungan interpersonal pasien
dengan psoriasis dibandingkan dengan tingkat keparahan atau kronisitas aktivitas penyakit psoriasis itu sendiri.6
Secara klinis, tingkat keparahan psoriasis digambarkan dengan intensitas dan luasnya lesi psoriasis. Dari sudut pandang pasien, dampak psoriasis telah mempengaruhi fisik mereka sehari-hari, sosial, dan yang paling penting psoriasis telah mempengaruhi fungsi emosional dan psikologikal mereka. Sebuah subkelompok pasien dengan psoriasis gejala yang secara objektif ringan namun menganggap memiliki keparahan penyakit yang berat secara subjektif. 7
Pasien dengan psoriasis telah dilaporkan memiliki prevalensi yang tinggi terhadap gangguan depresi mayor.8 Sekitar 79% pasien merasa terganggu kualitas hidupnya, 31-57% mengalami stress dan 25% mengalami depresi.9 Menurut studi sebelumnya, prevalensi depresi pada pasien psoriasis berkisar 0-58%.2,3 Berdasarkan penelitian Golpour dan kawan-kawan pada tahun 2007 di Iran dari seratus pasien pada masing-masing kelompok sebanyak 44 (45%) adalah laki-laki dan 56 (55%) adalah perempuan di dapatkan prevalensi pasien psoriasis yang mengalami depresi adalah sebesar 67% dan pada kontrol adalah sebesar 12%
dimana proporsi perempuan penderita psoriasis yang mengalami depresi adalah sebesar 21,4% dan proporsi laki-laki penderita psoriasis yang mengalami depresi adalah sebesar 23,9%.4
3
1.2. Rumusan masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah penelitian:
Apakah terdapat perbedaan simtom depresif pada pasien psoriasis berdasarkan jenis kelamin?
1.3. Hipotesis
Terdapat perbedaan simtom depresif pada pasien psoriasis berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
1.4. Tujuan penelitian 1.4.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui perbedaan simtom depresif pada pasien psoriasis berdasarkan jenis kelamin.
1.4.2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui proporsi simtom depresif pada pasien psoriasis berdasarkan berdasarkan jenis kelamin.
2. Untuk mengetahui tingkat keparahan simtom depresif pada pasien psoriasis berdasarkan jenis kelamin.
1.5. Manfaat penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai simtom depresif pada pasien psoriasis berdasarkan jenis kelamin sehingga dapat memberikan masukan kepada tenaga kesehatan untuk mendeteksi dini dan mengantisipasi apabila diperlukan penanganan lebih lanjut pada pasien ini.
2. Hasil penelitian ini juga dapat dilanjutkan untuk bahan penelitian lanjutan yang sejenis ataupun penelitian lainnya yang memakai penelitian ini sebagai bahan acuannya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Psoriasis
Psoriasis adalah suatu penyakit autoimun yang bersifat kronis, merupakan inflamasi dan kondisi proliferatif kulit, dimana pengaruh genetik dan lingkungan memiliki peran penting. Psoriasis ditandai dengan lesi yang khas berupa bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama yang tebal berlapis berwarna putih mengkilap dan transparan disertai fenomena tetesan lilin. 10-12
Psoriasis disebut juga psoriasis vulgaris yang berarti psoriasis biasa, dinamakan pula tipe plak karena lesinya umumnya berbentuk plak, hal ini karena ada beberapa bentuk klinis lain pada psoriasis misalnya psoriasis gutata, psoriasis inversa, psoriasis seboroik, psoriasis pustulosa dan eritroderma psoriatik.12 Psoriasis vulgaris merupakan kelas yang paling banyak dijumpai yaitu sekitar 90% dari seluruh kasus psoriasis.13
Psoriasis paling sering terjadi pada ras Kaukasoid, dengan kejadian diperkirakan 60 kasus per 100.000 / tahun, di Amerika sekitar 3 % dari populasi menderita psoriasis, berdasarkan data prevalensi dari Eropa Utara dan Skandinavia di mana studi menunjukkan prevalensi populasi Kaukasia antara 1,5% dan 3% meskipun pernah dilaporkan mencapai 4,8%. Di Cina psoriasis diperkirakan mempengaruhi 0,3% dari populasi.9,10 Sementara itu di Inggris, prevalensi psoriasis diperkirakan 1,3-2,2%.14
Penyebab psoriasis hingga saat ini belum diketahui dengan pasti, namun secara patologis terjadinya disebabkan oleh hiperproliferasi keratinosit dan
percepatan proliferasi keratinosit serta siklus sel yang lebih cepat dibandingkan keratinosit kulit normal yang diduga diperantarai oleh mekanisme autoimun.
Selain oleh autoimun, psoriasis dapat juga dipicu oleh trigger factors yaitu stress, trauma, infeksi, alkohol, obat antimalaria, beta blocker, lithium dll.9,11
Diyakini bahwa kombinasi dari beberapa faktor berkontribusi terhadap perkembangan penyakit ini, dimana faktor genetik, trauma, infeksi, dan obat- obatan seperti nonsteroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs), β-blocker, obat antimalaria, dan lithium, serta faktor endokrin seperti sinar matahari, faktor metabolik, alkohol, rokok, dan faktor psikologis telah diketahui sebagai faktor berkembangnya psoriasis.3
Faktor genetik sangat berperan, bila orang tua pasien tidak menderita psoriasis, risiko untuk mendapat psoriasis adalah 12%, sedangkan jika salah satu orang tuanya menderita psoriasis risikonya 34-39%, bila kedua orang tua menderita psoriasis maka risikonya sebesar 60-70%. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe: psoriasis yaitu tipe I dengan awitan dini, bersifat familial dan psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial.11
Patofisiologi dari psoriasis disebabkan oleh ketidak seimbangan produksi sitokin sehingga menyebabkan keadaan patologis. Sel dendritik yang belum matang dalam epidermis merangsang sel-T dari kelenjar getah bening sebagai respon terhadap rangsangan antigen yang belum teridentifikasi. Setelah sel T menerima stimulasi primer dan aktivasi, menyebabkan terjadinya sintesis dari mRNA untuk interleukin 2 (IL-2) yang selanjutnya meningkatkan reseptor IL- 2.peningkatan dari IL-2 ini pada akhirnya mengatur gen yang kode untuk
7
transkripsi sitokin seperti IFN-γ, TNF-α, dan IL-2, yang bertanggung jawab untuk diferensiasi, pematangan, dan proliferasi sel T menjadi memory effector cells.
Sehingga akhirnya, sel T bermigrasi ke kulit, di mana mereka terakumulasi di sekitar pembuluh darah dermal.Hal ini adalah tahap pertama dari serangkaian perubahan imunologi yang menghasilkan pembentukan lesi psoriasis akut, menyebabkan percepatan proliferasi seluler.13
Sel dendritik ini juga terlibat dalam proliferasi keratinosit dengan mengaktifasi limfosit T yang akhirnya akan melepaskan TNF-α menyebabkan timbulnya respon hiperproliferatif yang pada akhirnya menurunkan epidermal transit time (perkiraan waktu yang diperlukan untuk pematangan normal sel-sel kulit) mengurangi waktu transit epidermal dari 28 hari menjadi 2-4 hari dan menghasilkan plak erimatosa yang bersisik khas psoriasis.13
Diagnosis psoriasis ditegakkan berdasarkan pada adanya lesi kulit yang khas. Tidak ada tes darah khusus atau prosedur diagnostik. Jika diperlukan dilakukan biopsi kulit atau penggoresan (scraping) untuk menyingkirkan diagnosis lain dan untuk mengkonfirmasi diagnosis, namun hal ini jarang dilakukan.15
Gejala khas psoriasis dengan lesi kulit eritem berbatas tegas (71%), deskuamasi, skuama tebal (94%), gatal (79%), infiltrasi dengan atau tanpa pustul.
Berdasarkan luasnya, lesi dibagi 3 kelas: ringan mengenai 3% luas tubuh, sedang 3-10% luas tubuh dan berat lebih dari 10% luas tubuh.9
Saat ini tidak ada obat untuk psoriasis dan pengobatan diarahkan pada penurunan tanda-tanda dan gejala dan memodifikasi perkembangan alami dari
penyakit. Terapi topikal dan sistemik yang tersedia untuk pengobatan psoriasis adalah seperti analog vitamin D3, kortikosteroid, batubara tar, ditranol, fototerapi, metotreksat, siklosporin, retinoid sistemik dan biologis. Biasanya pengobatan topikal digunakan untuk penyakit ringan, fototerapi untuk penyakit moderat dan pengobatan sistemik untuk penyakit yang berat. Pengelolaan psoriasis tidak terbatas pada pengobatan lesi kulit, tetapi juga bertujuan untuk berurusan dengan komorbiditas yang berbeda. Tenaga kesehatan perlu menyadari kemungkinan kondisi komorbiditas untuk memastikan deteksi dini dan juga untuk mengelola psoriasis dengan pertimbangan dampak yang mungkin timbul pada penyakit penyerta terkait. Pengelolaan jangka panjang psoriasis memerlukan penyesuaian terapi untuk perindividu dengan luasnya penyakit dan persepsi pasien tentang keparahan penyakit serta potensi efek samping dari perawatan yang spesifik. Perlu dicatat bahwa, dalam survei pasien dengan psoriasis, sejumlah besar menyatakan laporan frustrasi dengan tidak efektifnya pengobatan mereka saat ini dan
kebutuhan medis yang belum terpenuhi karena tidak ada solusi jangka panjang yang tersedia untuk sebagian besar pasien.15
2.2. Depresi
Depresi didefinisikan sebagai kondisi mental yang ditandai dengan perasaan sedih, kesepian, putus asa, rendah diri dan rasa hina pada diri, tanda- tanda yang menyertainya termasuk retardasi psikomotor, agitasi, menarik diri dari hubungan interpersonal dan ditandai dengan adanya gejala vegetatif, seperti
9
insomnia dan anoreksia. Istilah ini mengacu pada suasana hati yang depresi atau gangguan mood.16
Deskripsi ini cenderung menggambarkan emosi menyakitkan, biasanya dirasakan sebagai sakit fisik yang berat. Dengan demikian, perasaan depresi memiliki kualitas somatik yang secara ekstrim terlukiskan menyakitkan. Bunuh diri mungkin merupakan upaya untuk menemukan pembebasan dari siksaan psikis yang tak henti-hentinya.17
2.3. Simtom depresif pada pasien psoriasis
Timbulnya penyakit psoriasis sering tidak terduga, dan psoriasis dapat memiliki dampak fisik yang besar, fungsional dan dampak psikologis pada kualitas hidup pasien. Hal ini menjelaskan bahwa secara signifikan psoriasis berhubungan dengan fungsi sosial dan masalah ekonomi.15
Pengobatan psoriasis biasanya sulit dan sering tidak memuaskan. Pilihan pengobatan sering merepotkan, berantakan dan terkait dengan efek samping.
Dalam populasi umum, beberapa pasien dengan psoriasis pernah benar-benar bebas dari penyakit. Bahkan di antara pasien di bawah perawatan dokter kulit, sangat sedikit yang benar-benar sembuh dari penyakit, hal tersebut menyebabkan harapan yang tidak realistis untuk pasien yang menjalani pengobatan psoriasis.
Penderitaan emosional karena psoriasis dapat menyebabkan depresi dan ide bunuh diri. Studi terbaru menunjukkan bahwa psoriasis berkaitan dengan tingginya risiko bunuh diri.18
Penelitian tentang hubungan antara psoriasis dan gangguan kesehatan mental menyatakan bahwa pasien dengan psoriasis memiliki 39% peningkatan risiko depresi, 31% peningkatan risiko kecemasan dan 44% peningkatan risiko bunuh diri. Prevalensi depresi pada pasien dengan psoriasis sedang sampai berat sekitar 24%. Sebanyak 60% pasien psoriasis melaporkan gejala psikiatri klinis.19
Pada tahun 2008 Zangeneh and Fazeli menemukan semua hormon stres, katekolamin, CRH, dopamin meningkat secara bermakna pada psoriasis.
Interferon-gamma (IFN-γ) merupakan sitokin proinflamasi yang disintesis oleh sel Th1, telah diketahui sejak lama sangat berperan pada patogenesis psoriasis.
Stresor psikologis menyebabkan dominasi peran sel Th1 sehingga terjadi sintesis IFN-γ yang berlebihan.11
Psoriasis telah lama dikenal terkait dengan efek yang berpotensi merugikan pada kesehatan mental. Penelitian yang dilakukan pada pasien psoriasis disebabkan psoriasis merupakan penyakit kronik dengan remisi dan relaps serta menyediakan sebuah kerangka untuk memeriksa peranan depresi pada individu yang terkena. Penelitian itu juga menunjukkan bahwa pasien psoriasis perempuan lebih rentan terhadap terjadinya depresi daripada pasien laki-laki. 3
2.4. Beck depression inventory-II (BDI-II)
The Beck Depression Inventory - II ( BDI – II) merupakan salah satu
langkah yang paling sering digunakan dalam menilai keparahan depresi pada remaja dan dewasa.18,19,21 BDI dikembangkan pada tahun 1961 kemudian direvisi pada tahun 1978 dan sekali lagi pada tahun 1996 menjadi BDI-II.20
11
BDI - II banyak digunakan sebagai indikator tingkat keparahan depresi, tetapi bukan sebagai alat diagnostik dan banyak penelitian memberikan bukti untuk kehandalan dan validitas di berbagai populasi dan kelompok budaya. Item pada BDI - II dikembangkan untuk menilai gejala depresi berdasarkan kriteria yang ditemukan dalam DSM – IV untuk gangguan depresi. Skor dari 0 sampai 13 menunjukkan depresi minimal, 14 sampai 19 menunjukkan depresi ringan , 20 sampai 28 menunjukkan depresi sedang dan 29 sampai 63 menunjukkan depresi berat.21
BDI-II mencakup 21 item laporan diri, masing-masing memiliki empat pernyataan yang menggambarkan peningkatan tingkat keparahan. Skala ini biasanya dapat diselesaikan dalam waktu 5 sampai 10 menit. Penggunaan utama dari BDI adalah sebagai ukuran hasil dalam uji klinis intervensi untuk depresi berat termasuk intervensi psikoterapi. Instrumen ini juga digunakan sebagai skrining, dapat digunakan untuk menilai depresi pada lingkungan klinis dan non klinis. Kekuatan instrumen terletak pada mengukur kedalaman depresi dan cakupan komprehensif dari dimensi kognitif depresi.22,23
2.5. Yayasan Psoriasis Medan
Di Indonesia, dan hari psoriasis nasional diperingati pada setiap tanggal 29 Oktober bersamaan dengan hari psoriasis dunia. Para penderita psoriasis mempunyai perkumpulan tersendiri yaitu Komunitas Peduli Psoriasis Indonesia (KPPI) yang bernaung dibawah Yayasan Peduli Psoriasis Indonesia (YPPI) yang didirikan oleh beberapa penderita psoriasis dengan dukungan beberapa dokter ahli
dan masyarakat yang peduli pada penyakit kronis ini pada tahun 2006. YPPI adalah salah satu anggota dari International Federation of Psoriasis Association (IFPA) yang berpusat di Swedia.24
Yayasan Psoriasis Medan berada dibawah naungan YPPI yang didirikan pada tahun 2012 dan diketuai oleh bapak Hasan Yusuf. Yayasan ini memiliki anggota pasien psoriasis sebanyak 97 orang dengan jumlah pasien laki-laki 47 orang dan perempuan 50 orang. Yayasan ini memiliki seorang dokter ahli kulit dan kelamin sebagai penasihat. Anggota pasien psoriasis adalah pasien yang telah didiagnosis oleh dokter ahli kulit dan kelamin masing-masing dan mendaftar sebagai anggota dan mengisi lampiran data kesehatan langsung ke yayasan atau melalui website di www.psoriasis.co.id.
Tujuan dan misi Yayasan ini adalah untuk mensosialisasikan psoriasis kepada masyarakat luas juga untuk mendata penderita psoriasis di Indonesia serta memberikan informasi dalam perkembangan penelitian, pengobatan secara medis, alami dan alternatif.24
2.6. Kerangka konsep
PASIEN PSORIASIS
Laki-laki Perempuan
Simtom
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Desain penelitian
Penelitian ini bersifat analitik komparatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional.
3.2 Tempat dan waktu
Penelitian akan dilakukan di Yayasan Psoriasis Medan. Penelitian ini akan dilakukan dalam periode waktu 2 bulan dari tanggal 10 Januari sampai 10 Maret 2014.
3.3. Populasi dan sampel penelitian
Populasi target : pasien psoriasis.
Populasi terjangkau : Populasi terjangkau adalah pasien psoriasis yang terdaftar sebagai anggota Yayasan Psoriasis Medan dari bulan Februari sampai Maret 2014.
3.4. Kriteria inklusi dan eksklusi Kriteria inklusi
1. Pasien psoriasis vulgaris yang telah memenuhi diagnosis psoriasis secara klinis oleh dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin dengan lama sakit > 6 bulan.
2. Usia pasien sekitar 16 sampai 60 tahun.
3. Mampu membaca dan menulis.
4. Kooperatif dan bersedia ikut serta dalam penelitian.
Kriteria eksklusi
1. Menderita penyakit medis berat.
2. Menderita gangguan mental lain.
3. Menggunakan zat terlarang.
3.5. Besar sampel
Besar sampel dihitung dengan rumus:25
n1= n2 = √ √
keterangan:
n1 : jumlah sampel kelompok pertama n2 : jumlah sampel kelompok kedua
Zα : deviat baku alfa = 1,96 (α = 5%) hipotesis dua arah Zβ : deviat baku beta = 0,842 (β = 20%)
P2 : proporsi pasien psoriasis wanita yang depresi = 21,4%
= 0,214
Q2 : 1 - P2 = 1 - 0,214 = 0,786
P1 – P2 = 30%
P1 : P2 + 30% = 0,214 + 0,3 = 0,514
15
P : =
= 0,364 Q : 1 – P = 1 – 0,364 = 0,636
n1= n2 = √ √
= 38,93 = 39 = 40 subjek
dengan menggunakan rumus diatas maka didapatkan jumlah sampel yang terdiri dari laki-laki 40 subjek dan perempuan 40 subjek.
3.6. Cara pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling, dimana setiap subjek penelitian yang datang dan memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu, sampai subjek yang diperlukan terpenuhi.
3.7. Alur penelitian
Pasien psoriasis yang telah didiagnosis oleh dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin dan terdaftar sebagai anggota Yayasan Psoriasis Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi akan dimasukkan kedalam penelitian sampai subjek yang diperlukan terpenuhi. Semua pasien yang akan dimasukkan ke dalam penelitian wajib memberikan persetujuan secara tertulis setelah diberi penjelasan secara terperinci dan telah dimengerti oleh pasien. Selanjutnya semua subjek penelitian yang diikutsertakan diminta untuk mengisi data subjek mengenai identitas diri beserta karakteristik demografinya. Setelah selesai
kuesioner Beck Depression Inventory II (BDI II) yang terdiri dari 21 pertanyaan.
Setelah seluruh kuesioner dan data diri pasien terisi langkap maka data dikumpulkan dan akan dilakukan pengolahan data yang disajikan dalam bentuk tabel. Selain itu akan dilakukan identifikasi dari masing-masing simtom depresif pada pasien psoriasis berdasarkan jenis kelamin.
17
3.8. Kerangka kerja
Kriteria eksklusi Pasien Psoriasis
Kriteria inklusi
Informed Consent
Perempuan Laki-laki
BDI-II BDI-II
Simtom 01
Simtom 02 Simtom 03 Simtom 04 Simtom 05 Simtom 06 Simtom 07 Simtom 08 Simtom 09 Simtom 10 Simtom 02
Simtom 03 Simtom 04 Simtom 05 Simtom 06 Simtom 07 Simtom 08 Simtom 09 Simtom 10 Simtom 11 Simtom 12 Simtom 13 Simtom 14 Simtom 15
Simtom 18 Simtom 17 Simtom 16
Simtom 01
Simtom 11 Simtom 12 Simtom 13 Simtom 14 Simtom 15 Simtom 16 Simtom 17 Simtom 18
3.9. Definisi operasional
1. Pasien psoriasis: Penderita psoriasis vulgaris yang telah didiagnosis oleh dokter spesialis atau residen kulit dan kelamin.
2. Jenis kelamin: adalah sifat jasmani yang membedakan dua makhluk sebagai perempuan dan laki-laki.
3. Depresi : sebagai kondisi mental yang ditandai dengan perasaan sedih, kesepian, putus asa, rendah diri dan rasa hina pada diri, tanda-tanda yang menyertainya termasuk psikomotor retardasi, agitasi, menarik diri dari hubungan interpersonal dan ditandai dengan adanya gejala vegetatif, seperti insomnia dan anoreksia. Simtom yang dinilai berdasarkan BDI-II
4. Beck Depression Inventory II: BDI mencakup 21 item laporan diri yang terdiri dari kesedihan, pesimistik, kegagalan masa lalu, kehilangan kesenangan, perasaan bersalah, perasaan merasa dihukum, benci diri sendiri, pengkritikan terhadap diri sendiri, pikiran atau keinginan untuk bunuh diri, menangis, tidak bisa beristirahat, kehilangan minat, keragu- raguan, ketidak-berartian, kehilangan energi, perubahan dalam pola tidur, mudah tersinggung, perubahan dalam selera makan, kesulitan berkonsentrasi, capek atau lelah, kehilangan minat seks. Masing-masing memiliki empat pernyataan yang menggambarkan peningkatan tingkat
19
keparahan. Skor dari 0 sampai 13 menunjukkan depresi minimal, 14 sampai 19 menunjukkan depresi ringan, 20 sampai 28 menunjukkan depresi sedang dan 29 sampai 63 menunjukkan depresi berat.
5. Umur : lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam satuan.
Dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu :
Umur 16 - 38 tahun
Umur 39 - 60 tahun
6. Tingkat pendidikan: jenjang pengajaran yang telah diikuti atau sedang dijalani responden melalui pendidikan formal.
Tingkat pendidikan rendah : Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Tingkat pendidikan tinggi: Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi (PT)
7. Pekerjaan: suatu kegiatan yang mendapatkan penghasilan (bekerja) atau tidak ada suatu kegiatan yang mendapatkan penghasilan (pengangguran / tidak bekerja).
8. Status Perkawinan: ditentukan apakah subjek masih dalam ikatan perkawinan (menikah), atau tidak dalam ikatan perkawinan ( bercerai hidup atau mati, tidak kawin).
9. Tempat tinggal: dibedakan atas medan dan luar medan.
3.10. Identifikasi variabel
Variabel tergantung : Simtom depresif yang dinilai dengan
skala BDI-II.
Variabel bebas : Jenis kelamin
3.11. Persetujuan (Informed Consent)
Semua subjek penelitian akan diminta persetujuan terlebih dahulu dan diberi penjelasan sebelum diikutsertakan dalam penelitian.
3.12. Etika penelitian
Pelaksanaan penelitian ini diupayakan mengikuti pola dan norma-norma pelaksanaan penelitian ilmiah yang standar. Pada pihak responden yang diwawancarai diminta semacam persetujuan informed consent dengan penyampaian informasi bahwa data atau kerahasiaan individu responden akan dijamin tetap rahasia oleh pihak peneliti. Peneliti telah meminta persetujuan dari Komite Etika penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.13. Manajemen dan analisis data
Setelah data dikumpulkan, dilakukan pengolahan data dengan tahap sebagai berikut: (1) Editing, merupakan langkah untuk meneliti kelengkapan data yang diperoleh melalui wawancara, (2) Koding adalah usaha yang dilakukan untuk mengklasifikasikan jawaban yang ada menurut jenisnya, (3) Tabulasi adalah kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian kedalam table berdasarkan variable yang diteliti, (4) Analisis data, data penelitian dianalisis menggunakan uji statistik yaitu uji Chi-square jika memenuhi syarat untuk uji ini.
BAB 4. HASIL PENELITIAN
Subjek penelitian berjumlah 80 orang yang terdiri dari laki-laki 40 orang dan perempuan 40 orang yang merupakan pasien psoriasis di Yayasan Psoriasis Medan.
Table 4. 1. Karakteristik demografi berdasarkan jenis kelamin
Karakteristik demografi Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan n=40 n=40 Umur, n(%)
16-38 tahun 22 (55) 29 (72,5) 39-60 tahun 18 (45) 11 (27,5) Pendidkan, n(%)
Rendah 2 (5) 2 (5) Tinggi 38 (95) 38 (95) Perkawinan, n(%)
Kawin 31 (77,5) 30 (75) Tidak kawin 9 (22,5) 10 (25) Pekerjaan, n(%)
Bekerja 39 (97,5) 23 (77,5) Tidak bekerja 1 (2,5) 17 (22,5) Tempat tinggal, n(%)
Medan 37 (92,5) 39 (97,5) Luar Medan 3 (7,5) 1 (2,5) Tingkat keparahan depresi, n(%)
Depresi minimal/normal 33 (82,5) 29 (72,5) Depresi ringan 5 (12,5) 8 (20) Depresi sedang 1 (2,5) 2 (5) Depresi berat 1 (2,5) 1 (2,5)
Dari tabel 4. 1 dapat dilihat gambaran karakteristik bahwa jumlah subjek untuk karakteristik jenis kelamin masing-masing berjumlah 40 subjek sehingga total subjek penelitian berjumlah 80 orang. Dari tabel diatas juga terlihat bahwa pada karakteristik umur, kategori umur 16-38 tahun adalah yang lebih banyak dijumpai, dimana pada laki-laki sebanyak 22 subjek (55%) dan pada perempuan 29 subjek (72,5%). Pada karakteristik pendidikan, kategori pendidikan tinggi adalah lebih banyak dijumpai baik pada kelompok laki-laki dan perempuan masing-masing sama banyak yaitu 38 subjek (95%). Pada karakteristik perkawinan, kategori kawin adalah lebih banyak dijumpai baik pada kelompok laki-laki dan perempuan dimana pada laki-laki sebanyak 31 subjek (77,5%) dan pada wanita juga 30 subjek (75%). Pada karakteristik pekerjaan, kategori bekerja adalah lebih banyak dijumpai baik pada kelompok laki-laki dan perempuan dimana pada laki-laki sebanyak 39 subjek (97,5%) dan pada wanita sebanyak 23 subjek (77,5%). Pada karakteristik tempat tinggal. Kategori Medan adalah lebih banyak dijumpai baik pada kelompok laki-laki dan perempuan dimana pada laki-laki sebanyak 37 subjek (92,5%) dan pada perempuan sebanyak 39 subjek (97,5%) dan dari segi karakteristik tingkat keparahan depresi, depresi minimal/normal adalah lebih banyak dijumpai baik pada kelompok laki-laki dan perempuan pada laki-laki sebanyak 33 subjek (82,5%) dan pada perempuan sebanyak 29 subjek (72,5%).
23
Tabel 4. 2. Karakteristik simtom depresif pada skala BDI-II berdasarkan jenis kelamin
Karakteristik Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan n=40 n=40 BDI-01 (kesedihan)
0=saya tidak merasa sedih 28 (70) 24 (60) 1=saya sering merasa sedih 11 (27,5) 16 (40) 2=Saya sedih sepanjang waktu 1 (2,5) 0 (0) BDI-02 (pesimistik)
0=Saya yakin dengan masa 32 (80) 34 (85) depan saya
1=Saya merasa takut dengan 7 (17,5) 6 (15) masa depan saya dari pada
biasanya
3=Saya merasa putus asa 1 (2,5) 0 (0) dengan masa depan saya dan
keadaan hanya menjadi semakin buruk
BDI-03 (Kegagalan masa lalu)
0=Saya tidak merasakan gagal 25 (62,5) 27 (67,5) 1=Saya telah gagal lebih dari yang 7 (17,5) 8 (20) seharusnya
2=Saat saya menoleh kebelakang, 8 (20) 5 (12,5) saya melihat banyak kegagalan
BDI-04 (Kehilangan kesenangan)
0=Saya memperoleh kesenangan 14 (35) 23 (57,5) dari semua hal yang saya nikmati
1=Saya kurang menikmati sesuatu 20 (50) 15 (37,5) daripada seperti biasanya
2=Saya mendapat sedikit 5 (12,5) 2 (5) kesenangan dari hal-hal yang
biasanya saya nikmati
3= Saya tidak dapat kesenangan 1 (2,5) 0 (0) apapun dari semua yang biasa
saya nikmati
BDI-05(Perasaan bersalah)
0=Saya sama sekali tidak merasa 20 (50) 22 (55) bersalah
1=Saya merasa bersalah pada 17 (42,5) 17 (42,5) kebanyakan hal yang saya lakukan
atau seharusnya yang saya lakukan
2=Saya merasa bersalah pada 3 (7,5) 1 (2,5) kebanyakan waktu
BDI-06( Perasaan merasa dihukum)
0=Saya tidak merasakan 28 (70) 28 (70) sedang dihukum
1=Saya merasa saya 9 (22,5) 9 (22,5) mungkin dihukum
2=Saya mengharapkan 1 (2,5) 0 (0) untuk dihukum
3=Saya merasa saya sedang 2 (5) 3 (7,5) Dihukum
BDI-07( Benci diri sendiri)
0=Saya merasa sama dengan diri 31 (77,5) 30 (75) saya selama ini
1=Saya kehilangan kepercayaan 7 (17,5) 8 (20) terhadap diri saya
2=Saya kecewa dengan diri saya 2 (5) 2 (5) BDI-08( Pengkritikan terhadap diri
sendiri)
0=Saya tidak mengkritik atau 16 (40) 16 (40) menyalahkan diri saya lebih dari
seperti biasanya
1=Saya lebih kritis terhadap diri 16 (40) 16 (40) saya lebih dari seperti biasanya
2=Saya mengkritik diri saya untuk 8 (20) 8 (20) semua kesalahan saya
BDI-09 (Pikiran atau keinginan untuk Bunuh diri)
0=Saya tidak mempunyai pikiran 38 (95) 38 (95) apapun untulk membunuh diri saya
sendiri
1=Saya mempunyai pikiran untuk 2 (5) 2 (5) membunuh diri saya sendiri, tapi
saya takut
BDI-10 (Menangis)
0=Saya tidak menangis lagi seperti 35 (87,5) 27 (67,5) biasanya
1=Saya menangis lebih dari biasanya 1 (2,5) 5 (12,5) 2=Saya menangis pada masalah- 2 (5) 8 (20) masalah yang kecil
3=Saya sudah tidak sanggup lagi 2 (5) 0 (0) untuk menangis
BDI-11(Tidak bisa beristirahat)
0=Saya bisa beristirahat seperti 15 (37,5) 19 (47,5) biasanya
1=Saya merasa kurang bias 22 (55) 16 (40) beristirahat seperti biasanya
25
atau sangat sulit untuk diam
3=Saya sangat tidak bisa beristirahat 0 (0) 1 (2,5) atau saya harus tetap bergerak atau
melakukan sesuatu
BDI-12(Kehilangan minat)
0=Saya tidak kehilangan minat 25 (62,5) 26 (65) terhadap orang lain atau aktivitas
tertentu
1=Saya sedikit berminat terhadap 12 (30) 12 (30) orang lainatau sesuatu hal daripada
keadaan sebelumnya
2=Saya kehilangan hamper seluruh 1 (2,5) 0 (0) minat terhadap orang lain atau hal lain
3=Sangat sulit untuk berminat terhadap 2 (5) 2 (5) apapun
BDI-13 (Keragu-raguan)
0=Saya membuat keputusan sebaik 28 (70) 20 (50) keadaan sebelumnya
1=Saya sedikit kesulitan dalam 10 (25) 14 (35) membuat keputusan dari pada biasanya
2=Saya lebih sulit dalam membuat 1 (2,5) 2 (5) keputusan daripada seperti biasanya
3=Saya kesulitan membuat keputusan 1 (2,5) 4 (10) apapun
BDI-14 (Ketidak-berartian)
0=Saya menganggap diri saya berarti 33 (82,5) 38 (95) 1=Saya tidak menganggap diri saya 6 (15) 2 (5) berarti dan berguna seperti biasanya
2=Saya merasa sangat tidak berarti 1 (2,5) 0 (0) dibandingkan dengan orang lain
BDI-15 (Kehilangan energi)
0=Saya mempunyai banyak energi 24 (60) 20 (50) seperti biasanya
1=Saya kekurangan energi dibandingkan 15 (37,5) 19 (47,5) keadaan biasanya
2=Saya tidak mempunyai energi yang 1 (2,5) 1 (2,5) cukup untuk melakukan banyak hal
BDI-16 (Perubahan dalam pola tidur)
0=Saya tidak mengalami perubahan 22 (27,5) 11 (13,8) dalam polatidur
1=Saya kadang-kadang tidur lebih dari 18 (45) 24 (60) biasanyaatau Saya kadang-kadang
kurang tidur dari biasanya
2=Saya tidur lebih sering dari biasanya 0 (0) 5 (12,5) atau Saya tidur lebih kurang dari
BDI-17 (Mudah tersinggung)
0=Saya tidak mudah tersinggung 34 (42,5) 27 (67,5) seperti sebelumnya
1=Saya lebih mudah tersinggung 5 (12,5) 12 (30) daripada sebelumnya
2=Saya lebih sering tersinggung 1 (2,5) 1 (2,5) daripada sebelumnya
BDI-18 (Perubahan dalam selera makan)
0=Saya tidak mengalami perubahan 25 (62,5) 17 (42,5) selera makan
1=Selera makan saya kadang-kadang 14 (35) 20 (50) kurang dari pada yang Biasanya atau
Selera makan saya kadang-kadang bertambah dari pada yang Biasanya
2=Selera makan saya kurang dari pada 1 (2,5) 3 (7,5) yang biasanya atau Selera makan
saya lebih dari pada yang biasanya BDI-19 (Kesulitan konsentrasi)
0=Saya dapat berkonsentrasi dengan 27 (67,5) 33 (82,5) baik seperti biasanya
1=Saya tidak berkonsentrasi sebaik 12 (30) 5 (12,5) sebelumnya
2=Sangat sulit untuk berkonsentrasi 1 (2,5) 2 (5) untuk jangka lama
BDI-20 (Capek atau lelah)
0=Saya tidak merasa capek atau lelah 23 (57,5) 24 (60) dibandingkan keadaan sebelumnya
1=Saya merasa mudah capek atau lelah 17 (42,5) 16 (40) daripada yang biasanya
BDI-21(Kehilangan minat seks)
0=Saya tidak mempunyai perubahan 34 (85) 29 (72,5) dalam minat seks
1=Saya sedikit kurang tertarik terhadap 5 (12,5) 10 (25) seks dibandingkan yang biasanya
2=Saya kurang tertarik dengan seks sekarang 1 (2,5) 1 (2,5
Pada tabel 4. 2 terdapat beberapa perbedaan skor pada beberapa simtom depresif antara laki-laki dan perempuan yaitu pada simtom kehilangan kesenangan (BDI- 04) pada laki-laki banyak pada skor 1 (saya kurang menikmati sesuatu daripada seperti biasanya) yaitu sebanyak 20 subjek (50%) dan pada perempuan banyak pada skor 0( saya memperoleh kesenangan dari semua hal yang saya nikmati) yaitu
27
sebanyak 23 subjek (57,5%). Terdapat perbedaan simtom tidak bisa beristirahat (BDI-11) dimana pada kelompok laki-laki banyak pada skor 1(saya merasa kurang bisa beristirahat seperti biasanya) yaitu sebanyak 22 subjek (55%) dan pada perempuan banyak pada skor 0(saya bisa beristirahat seperti biasanya) yaitu sebanyak 19 orang (47,5%) dan pada simtom perubahan pada selera makan (BDI- 18) pada laki-laki banyak terdapat pada skor 0 (saya tidak mengalami perubahan selera makan) sebanyak 25 subjek (62,5%) dan pada perempuan pada skor 1 (selera makan saya kadang-kadang kurang dari biasanya atau selera makan saya kadang-kadang bertambah dari biasanya) sebanyak 20 subjek (50%).
Tabel 4. 3. Perbedaan simtom kesedihan (BDI-01)berdasarkan jenis kelamin
Variabel Jenis kelamin
p Laki-laki Perempuan
1=saya sering merasa sedih 11 (27,5) 16 (40) 0,429*
2=Saya sedih sepanjang 1 (2,5) 0 (0) waktu
* Uji Exact Fisher
Pada tabel 4. 3 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada skor simtom kesedihan (BDI-01) antara laki-laki dan perempuan (p>0,05).
Tabel 4. 4. Perbedaan simtom pesimistik (BDI-02)berdasarkan jenis kelamin
Variabel Jenis kelamin
p Laki-laki Perempuan
1=Saya merasa takut dengan 7 (17,5) 6 (15) masa depan saya dari pada
biasanya
3= =Saya merasa putus asa 1 (2,5) 0 (0) 1,000*
dengan masa depan saya dan keadaan hanya menjadi semakin buruk
* Uji Exact Fisher
Pada tabel 4. 4 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada skor simtom pesimistik (BDI-02) antara laki-laki dan perempuan (p>0,05).
Tabel 4. 5. Perbedaan simtom kegagalan masa lalu (BDI-03 ) berdasarkan jenis kelamin
Variabel Jenis kelamin
p Laki-laki Perempuan
1=Saya telah gagal lebih 7 (17,5) 8 (20) 0,476*
dari yang seharusnya
2=Saat saya menoleh 8 (20) 5 (12,5) kebelakang, saya melihat
banyak kegagalan
* Uji Exact Fisher
Pada tabel 4.5 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada skor simtom kegagalan masa lalu (BDI-03) antara laki-laki dan perempuan (p>0,05).
29
Tabel 4. 6. Perbedaan simtom kehilangan kesenangan (BDI-04) berdasarkan jenis kelamin
Variabel Jenis kelamin
p Laki-laki Perempuan
1=Saya kurang menikmati 20 (50) 15 (37,5) sesuatu daripada seperti
biasanya
2=Saya mendapat sedikit 6 (15) 2 (5) 0,446*
kesenangan dari hal-hal yang biasanya saya nikmati
dan Saya tidak dapat kesenangan apapun dari
semua yang biasa saya nikmati
* Uji Exact Fisher
Pada tabel 4.6 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada skor simtom kehilangan kesenangan (BDI-05) antara laki-laki dan perempuan (p>0,05). Hasil uji exact fisher diperoleh setelah 1 orang pada kelompok laki-laki yang memiliki skor 3 digabung menjadi skor 2, hal ini dilakukan dikarenakan jika tidak dilakukan penggabungan maka uji hipotesis tidak dapat dilakukan.
Tabel 4. 7. Perbedaan simtom perasaan bersalah (BDI-05) berdasarkan jenis kelamin
Variabel Jenis kelamin
p Laki-laki Perempuan
1=Saya merasa bersalah 17 (42,5) 17 (42,5) pada kebanyakan hal yang
saya lakukan
atau seharusnya yang saya 0,606*
lakukan
2=Saya merasa bersalah 3 (7,5) 1 (2,5) pada kebanyakan waktu
Pada tabel 4.7 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada skor simtom perasaan bersalah (BDI-05) antara laki-laki dan perempuan (p>0,05)
Tabel 4.8. Perbedaan simtom perasaan merasa dihukum (BDI-06) berdasarkan jenis kelamin
Variabel Jenis kelamin
p Laki-laki Perempuan
1=Saya merasa saya 9 (22,5) 9 (22,5) mungkin dihukum
2=Saya mengharapkan 3 (7,5) 3 (7,5) 1,000*
untuk dihukum
dan Saya merasa saya sedang Dihukum
* Uji Exact Fisher
Pada tabel 4.8 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada skor simtom perasaan dihukum (BDI-08) antara laki-laki dan perempuan (p>0,05). Hasil uji exact fisher diperoleh setelah 2 orang pada kelompok laki-laki yang memiliki skor
3 digabung menjadi skor 2 dan 3 orang pada kelompok perempuan yang memiliki skor 3 digabung ke skor 2, hal ini dilakukan dikarenakan jika tidak dilakukan penggabungan maka uji hipotesis tidak dapat dilakukan.
31
Tabel 4. 9. Perbedaan simtom benci diri sendiri (BDI-07) berdasarkan jenis kelamin
Variabel Jenis kelamin
p Laki-laki Perempuan
1=Saya kehilangan kepercayaan 7 (17,5) 8 (20)
terhadap diri saya 1,000*
2=Saya kecewa dengan diri saya 2 (5) 2 (5)
* Uji Exact Fisher
Pada tabel 4.9 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada skor simtom benci diri sendiri (BDI-07) antara laki-laki dan perempuan (p>0,05).
Tabel 4.10. Perbedaan simtom pengkritikan terhadap diri sendiri (BDI-08) berdasarkan jenis kelamin
Variabel Jenis kelamin
p Laki-laki Perempuan
1=Saya lebih kritis terhadap diri 16 (40) 16 (40)
saya lebih dari seperti biasanya 1,000*
2=Saya mengkritik diri saya 8 (20) 8 (20) untuk semua kesalahan saya
* Uji Exact Fisher
Pada tabel 4.10 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada skor simtom pengkritikan terhadap diri sendiri (BDI-08) antara laki-laki dan perempuan
(p>0,05).
Tabel 4.11. Perbedaan simtom pikiran atau keinginan untuk bunuh diri (BDI-09) berdasarkan jenis kelamin
Variabel Jenis kelamin
p Laki-laki Perempuan
1=Saya mempunyai pikiran 2 (5) 2 (5) 1,000*
untuk membunuh diri saya sendiri, tapi saya takut
* Uji Mann Whitney
Pada tabel 4.11 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada skor simtom pikiran atau keinginan untuk bunuh diri (BDI-09) antara laki-laki dan perempuan (p>0,05).
Tabel 4.12. Perbedaan simtom menangis (BDI-10) berdasarkan jenis kelamin
Variabel Jenis kelamin
p Laki-laki Perempuan
1=Saya menangis lebih dari 1 (2,5) 5 (12,5) Biasanya
2=Saya menangis pada 4 (10) 8 (20) 0,615*
masalah-masalah yang kecil
dan Saya sudah tidak sanggup lagi untuk menangis
* Uji Exact Fisher
Pada tabel 4.12 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada skor simtom menangis(BDI-10) antara laki-laki dan perempuan (p>0,05). Hasil uji exact fisher diperoleh setelah 2 orang pada kelompok laki-laki yang memiliki skor 3 digabung menjadi skor 2, hal ini dilakukan dikarenakan jika tidak dilakukan penggabungan
33
Tabel 4.13. Perbedaan simtomtidak bisa beristirahat (BDI-11) berdasarkan jenis kelamin
Variabel Jenis kelamin
p Laki-laki Perempuan
1=Saya merasa kurang bisa 22 (55) 16 (40)
2=Saya tidak bisa beristirahat 3 (7,5) 5 (12,5) 0,439*
atau sangat sulit untuk diam
dan Saya sangat tidak bisa beristirahat atau saya harus
tetap bergerak atau melakukan sesuatu
* Uji Exact Fisher
Pada tabel 4.13 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada skor simtom tidak bisa beristirahat (BDI-11) antara laki-laki dan perempuan (p>0,05). Hasil uji exact fisher diperoleh setelah 1 orang pada kelompok perempuan yang memiliki
skor 3 digabung menjadi skor 2, hal ini dilakukan dikarenakan jika tidak dilakukan penggabungan maka uji hipotesis tidak dapat dilakukan.
Tabel 4.14. Perbedaan simtom kehilangan minat (BDI-12) berdasarkan jenis kelamin
Variabel Jenis kelamin
p Laki-laki Perempuan
1=Saya sedikit berminat 12 (30) 12 (30) terhadap orang lain atau
sesuatu hal daripada keadaan sebelumnya
2=Saya kehilangan hampir 3 (7,5) 2 (5) 1,000*
seluruh minat terhadap orang lain atau hal lain dan Sangat sulit untuk berminat terhadap apapun
Pada tabel 4.14 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada skor simtom kehilangan minat (BDI-12) antara laki-laki dan perempuan (p>0,05).
Hasil uji exact fisher diperoleh setelah 2 orang pada kelompok laki-laki yang memiliki skor 3 digabung menjadi skor 2 dan 2 orang pada kelompok perempuan yang memiliki skor 3 digabung ke skor 2, hal ini dilakukan dikarenakan jika tidak dilakukan penggabungan maka uji hipotesis tidak dapat dilakukan.
Tabel 4.15. Perbedaan simtom keragu-raguan (BDI-13) berdasarkan jenis kelamin
Variabel Jenis kelamin
p Laki-laki Perempuan
1=Saya sedikit kesulitan dalam 10 (25) 14 (35) membuat keputusan dari pada
biasanya 0,576*
2=Saya lebih sulit dalam 2 (5) 6 (15) membuat keputusan daripada
seperti biasanya
dan Saya kesulitan membuat keputusan apapun
* Uji Exact Fisher
Pada tabel 4.15 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada skor simtom keragu-raguan (BDI-13) antara laki-laki dan perempuan (p>0,05).
Hasil uji exact fisher diperoleh setelah 1 orang pada kelompok laki-laki yang memiliki skor 3 diubah menjadi skor 2 dan 4 orang pada kelompok perempuan yang memiliki skor 3 diubah ke skor 2, hal ini dilakukan dikarenakan jika tidak dilakukan penggabungan maka uji hipotesis tidak dapat dilakukan.
35
Tabel 4.16. Perbedaan simtom ketidak-berartian (BDI-14) berdasarkan jenis kelamin
Variabel Jenis kelamin
p Laki-laki Perempuan
1=Saya tidak menganggap 6 (15) 2 (5) diri saya berarti dan berguna
seperti biasanya 1,000*
2=Saya merasa sangat 1 (2,5) 0 (0) tidak berarti dibandingkan
dengan orang lain
* Uji Exact Fisher
Pada tabel 4.16 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada skor simtom ketidak-berartian (BDI-14) antara laki-laki dan perempuan (p>0,05)
Tabel 4.17. Perbedaan simtom kehilangan energi (BDI-15) berdasarkan jenis kelamin
Variabel Jenis kelamin
p Laki-laki Perempuan
1=Saya kekurangan energi 15 (37,5) 19 (47,5) dibandingkan keadaan
biasanya 1,000*
2=Saya tidak mempunyai 1 (2,5) 1 (2,5) energi yang cukup untuk
melakukan banyak hal
* Uji Exact Fisher
Pada tabel 4.17 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada skor simtom mudah tersinggung (BDI-15) antara laki-laki dan perempuan (p>0,05).