• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk : 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperjelas dan mengetahui mengenai dampak kecerdasan emosional anak selama pembelajaran daring.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan tidak terjadi hal negatif pada kecerdasan emosional siswa.

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan agar guru selalu memantau perkembangan belajar siswa walaupun melalui perantara yaitu Handphone.

c. Bagi Orang Tua

Penelitian ini diharapkan orang tua selalu memantau pendidikan dan cara belajar anak agar anak tidak mudah bosan yang nantinya berpengaruh terhadap kecerdasan emosional anak.

d. Bagi Peneliti

5

Dalam penelitian ini, peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman sekaligus bekal untuk menjadi pendidik.

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Daring

1. Pengertian Pembelajaran Daring

Istilah daring merupakan akronim dari “dalam jaringan” yaitu suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan sistem daring yang memanfaatkan internet. Menurut Thorme dalam Hikmawati (2020), pembelajaran daring adalah pembelajaran yang menggunakan teknologi multimedia, kelas virtual, CD ROM, streaming video, pesan suara, email dan telepon konferensi, teks online animasi, dan video streaming online. Dalam pembelajaran ini bisa dilaksanakan dimana saja dan kapan saja.

Menurut Bilfaqih & Qomarudin (2015:1) “pembelajaran daring merupakan program penyelenggaraan kelas pembelajaran dalam jaringan untuk menjangkau kelompok target yang masif dan luas”. Oleh karena itu pembelajaran ini menggunakan jaringan internet maka jumlah pesertanya menjadi tidak terbatass.

Kuntarto (2017) menyatakan pembelajaran daring adalah pembelajaran yang mampu mempertemukan mahasiswa dan dosen untuk melaksanakan interaksi pembelajaran dengan bantuan internet. Disini mahasiswa tidak perlu melakukan pembelajaran tatap muka dengan dosen.

Sehingga pembelajaran tetap berlangsung tetapi dengan berbantuan internet.

Menurut Ghirardini dalam Kartika (2018) menjelaskan bahwa daring memberikan metode pembelajaran yang efektif, seperti berlatih dengan adanya umpan balik terkait, menggabungkan kolaborasi kegiatan dengan belajar mandiri, personalisasi pembelajaran berdasarkan kebutuhan mahasiswa dan menggunakan simulasi dan permainan. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membawa perubahan dan kemajuan di berbagai sektor terutama pada bidang pendidikan.

7

Pembelajaran daring dapat diselenggarakan dengan cara masif dan dengan peserta didik yang tidak terbatas.

Berdasarkan pengertian para ahli, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring adalah pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dengan menggunakan internet. Proses pembelajaran daring tidak dilakukan dengan tatap muka tetapi menggunakan media elektronik. Oleh karena itu, siswa dapat mengikuti pembelajaran daring kapan saja dan dimana saja sesuai dengan yang diberitahukan guru.

2. Karakteristik/ciri-ciri Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring adalah metode baru. Dalam pembelajaran daring ini tentu banyak yang menjadi karakter dari pembelajaran daring.

Tung dalam Mustofa, Chodzirin, & Sayekti (2019) menjelaskan karakteristik dalam pembelajaran daring antara lain:

1) Materi ajar disajikan dalam bentuk teks, grafik dan berbagai elemen multiedia. Artinya materi yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa berupa file yang nantinya dibagikan kepada siswa.

2) Komunikasi dilakukan secara serentak dan tak serentak seperti video confercing, chats rooms, atau discussion forms. Sebagai contoh penggunaan aplikasi zoom yang digunakan oleh beberapa guru supaya bisa berinteraksi kepada siswa walaupun melalui perantara.

3) Digunakan untuk belajar pada waktu dan tempat maya. Disini pembelajaran daring tentu menggunakan jaringan internet.

4) Dapat digunakan berbagai elemen belajar berbasis CD-ROM untuk meningkatkan komunikasi belajar. CD-ROM digunakan sebagai media penunjang pembelajaran sehingga materi bisa diserap oleh siswa.

5) Materi ajar relatif mudah diperbaharui. Siswa dapat mengeksplor materi dari berbagai sumber, salah satunya internet. Di internet siswa akan menemukan banyak materi secara detail.

6) Meningkatkan interaksi antara mahasiswa dan fasilitator.

7) Memungkinkan bentuk komunikasi belajar formal dan informal.

Antara siswa dan guru tentu ketika daring akan saling berkomunikasi, komunikasi belajar bisa saja formal dan informal.

Karena bisa saja siswa secara pribadi meminta bantuan/penjelasan kepada guru ketika tidak sedang dalam jam pelajaran atau saat pembelajaran daring berlangsung.

8) Dapat menggunakan ragam sumber belajar yang luas di internet. Di internet siswa akan menemukan banyak penjelasan terkait materi yang diberikan oleh guru.

8

Pembelajaran daring harus dilakukan sesuai dengan tata cara Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 09 tahun 2013 ciri-ciri dari pembelajaran daring adalah:

1) Bersifat Terbuka

Artinya, pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.

2) Belajar Mandiri

Belajar yang dilakukan tidak dengan tatap muka secara langsung dengan guru, tetapi belajar sendiri sesuai pengarahan guru.

3) Belajar Tuntas

Artinya siswa harus bisa memahami dengan baik materi yang diberikan oleh guru dan ketika siswa belum faham, materi tidak akan dilanjutkan.

4) Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi

Penggunaan laptop dan hp pada saat pembelajaran berlangsung.

5) Menggunakan teknologi pendidikan lainnya

Pemanfaatan internet dan media elektronik sebagai media pendukung.

6) Terbentuk pembelajaran terpadu perguruan tinggi

Yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa. Artinya pada pembelajaran daring siswa dituntut untuk selalu aktif.

Menurut Yustanti dan Novita (2019) Nursalam menyatakan daring memiliki karakteristik sebagai berikut.

1) Memanfaatkan jasa teknologi elektronik.

2) Memanfaatkan keunggulan computer (digital media dan computer networks)

3) Menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri (selflearning materials) kemudian disimpan di computer, sehingga dapat diakses oleh dosen dan mahasiswa kapan saja dan dimana saja.

4) Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.

Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran daring yaitu dengan menggunakan media elektronik, pembelajaran dilaksanakan menggunakan internet,

9

pembelajaran bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun serta bersifat terbuka.

3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring a. Kelebihan

Pembelajaran daring memiliki potensi yang cukup besar untuk mendukung keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Suhery dkk (2020) ada tujuh kelebihan pembelajaran daring, yaitu tersedianya fasilitas e-moderating dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu; Pengajar dan siswa dapat menggunakan bahan ajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet; Siswa dapat belajar (me-review) bahan ajar setiap saat dan dimana saja apabila diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer; Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet;

Baik pengajar maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak; Berubahnya peran siswa dari yang pasif menjadi aktif; Relatif efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari Perguruan Tinggi atau sekolah konvensional dapat mengaksesnya.

Adapun menurut Hadisi dan Muna (2015:130) menyatakan kelebihan Daring yaitu, dapat menghemat biaya karena tidak perlu mengeluarkan dana untuk peralatan kelas; Dapat menyesuaikan waktu belajar karena dapat mengakses pelajaran di Internet kapanpun; Pelajar dapat mengakses materi pelajaran dimana saja selama computer masih terhubung dengan jaringan Internet; Dapat disesuaikan dengan kecepatan belajar masing-masing siswa; Pelajar dapat tertarik untuk mencobanya sehingga jumlah peserta dapat meningkat; Dapat diakses sewaktu-waktu dari berbagai tempat yang terjangkau Internet.

10

Sedangkan menurut Silahuddin (2015:53) menyatakan kelebihan E-Learning ada enam, yaitu Memberikan pengalaman yang menarik dan bermakna bagi perserta didik karena kemampuannya dapat berinteraksi langsung, sehingga pemahaman pemahaman terhadap materi pembelajaran akan lebih bermakna, mudah dipahami, mudah diingat dan mudah pula untuk diungkapkan kembali; Dapat memperbaiki tingkat pemahaman dan daya ingat seseorang. (retention of information) terhadap knowledge yang disampaikan, karena konten yang bervariasi, interaksi yang menarik perhatian, dan adanya interaksi dengan e-learner dan e-instructor yang lain; Adanya kerjasama dalam komunitas online, sehingga memudahkan berlangsungnya proses transfer informasi dan komunikasi, sehingga setiap element tidak akan kekurangmeningkatkan interaksi sumber atau bahan belajar; Administrasi dan pengurusan yang terpusat, sehingga memudahkan dilakukannya akses dalam operasionalnya; Menghemat atau mengurangi biaya pendidikan, seperti berkurangnya biaya untuk membayar pengajar atau biaya akomodasi dan transfortasi peserta didik ketempat belajar; Pembelajaran dengan dukungan internet membuat pusat perhatian dalam pembelajaran tertuju pada peserta didik, sebagaimana ciri pokok E-Learning. Ini berarti dalam pembelajaran peserta didik tidak bergantung sepenuhnya kepada pengajar.

b. Kelemahan

Menurut Suherry, Putra, & Jasmalinda (2020:130) menyatakan bahwa kekurangan/kelemahan pembelajaran daring ada tujuh yaitu Kurangnya interaksi antara pengajar dan soswa atau bahkan antara siswa itu sendiri, bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar mengajar;

Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong aspek bisnis atau komersial; Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan;

Berubahnya para guru dan yang semula menguasai teknik pembelajaran

11

konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT (information and communication technology); Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal;

Tidak semua tepat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer);

Kurangnya penguasaan komputer.

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Orang sering beranggapan bahwa yang sangat penting adalah kecerdasan otak saja, sedangkan kemampuan lain menjadi kurang penting.

Mitos itu disanggah dengan berbagai macam bukti bahwa yang menentukan sukses dalam hidup seseorang adalah kecerdasan emosinya.

Kalau kecerdasan otak sangat bergantung pada faktor genetik dan sulit untuk diubah, tidak demikian dengan kecerdasan emosi yang dapat ditingkatkan untuk meraih sukses dalam kehidupan.

Menurut Goleman (Rahmasari 2012:5) kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali diri sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan hubungannya dengan orang lain. Seseorang dengan kecerdasan emosional yang berkembang dengan baik, kemungkinan besar akan berhasil dalam kehidupannya karena mampu menguasai kebiasaan berpikir yang mendorong produktivitas. Goleman (2001) membagi kecerdasan emosional yang dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam bekerja ke dalam lima bagian utama yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan ketrampilan sosial.

Patton (dalam Setyawan, 2005) memberi definisi mengenai kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan membangun produktif dan meraih keberhasilan. Menggunakan emosi secara efektif individu akan lebih

12

bertanggungjawab, lebih mampu memusatkan perhatian pada tugas, tidak impulsif, lebih bisa mengendalikan diri yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja.

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan individu dalam mengelola emosi meliputi kemampuan mengendalikan dorongan diri dan keinginan, mengontrol sikap dan perilaku.

a. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional

Menurut Yantiek (2014:25) menyatakan bahwa aspek-aspek kecerdasan emosional adalah:

1. Mengenali emosi diri 2. Mengelola emosi 3. Memotivasi diri sendiri 4. Mengenali emosi orang lain 5. Kecakapan pribadi

6. Kecakapan sosial 7. Keterampilan social

Mengenali emosi diri yaitu kemampuan untuk mengenali perasaan.

Ketidakmampuan untuk memahami perasaan yang sesungguhnya menandakan bahwa orang berada dalam kekuasaan emosi.

Kemampuan ini juga merupakan kesadaran dalam mengenali perasaan-perasaan dari waktu kewaktu dalam kehidupan sehari-hari. Golman (2007:58-59) menyatakan bahwa mengenali emosi sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi.

Golman (2007:58-59) menjelaskan bahwa mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang

13

timbul karena kegagalan ketrampilan emosi dasar. Bentuk emosi yang dirasakan manusia berbentuk emosi positif atau negatif. misalnya emosi positif yaitu bahagia dan senang, sedangkan emosi negatif yaitu marah, benci, dan kesal.

Golman (2007:58-59) menjelaskan bahwa memotivasi diri sendiri merupakan kendali diri emosional menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati merupakan landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung lebih produktif dan efektif dalam upaya apapun. Kemampuan ini meliputi:

pengendalian dorongan hati, kekuatan berfikir positif dan optimis.

Golman (2007 58-59) mendefinisikan bahwa Mengenali emosi orang lain atau bisa disebut juga empati. Orang empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan orang lain. orang empati akan lebih memperhatikan seseorang yang sedang merasa membutuhkan.

Kecakapan pribadi merupakan kemampuan mengolah diri yang dibutuhkan orang dalam mengenal dirinya. Broling (1989) sebagaimana dikutip Muhsin (2006) mengatakan life skills adalah interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat hidup mandiri.

Kecakapan pribadi mencakup kecakapan akan kesadaran diri dan kecakapan berfikir. Kecakapan akan kesadaran diri merupakan penghayatan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggpta masyarakat dan Warga Negara, serta menyadari dan mesyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan. Sedangkan kecakapan berfikir adalah kecakapan yang diperlukan untuk pengembangan potensi berfikir.

14

Menangani suatu hubungan kecakapan sosial bisa dikatakan bagaimana ia menyelesaikan suatu masalah. Kecakapan sosial merupakan kemampuan untuk dapat berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain. Jamali (2013) mengatakan bahwa kecakapan sosial adalah kemampuan individu yang terdiri dari serangkaian perilaku berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan di sekitar agar diterima secara positif di lingkungan pendidikan. Sebagai contoh dengan berinteraksi dengan teman, anak akan belajar tentang bagaimana bergabung dengan kelompok, menjalin pertemanan baru, menangani konflik, dan belajar bekerjasama.

Desi, dkk (2014) dalam Bali (2014) menyatakan bahwa keterampilan sosial adalah kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, berbagi, berpartisipasi, dan beradaptasi (bentuk simpati, empati, mampu memecahkan problematika serta disiplin sesuai dengan tatanan nilai dan etika yang berlaku). Ketrampilan sosial yaitu kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain. Ketrampilan sosial bisa dipengaruhi oleh faktor keluarga, lingkungan, kepribadian, kemampuan dalam penyesuaian diri. Keluarga mempengaruhi karena keluarga merupakan tempat pertama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Selain keluarga, lingkungan juga mempengaruhi keterampilan siswa, karena siswa juga berinteraksi dengan teman, tetangga, dan orang lain disekitar tempat tinggal. Kepribadian mempengaruhi ketrampilan sosial karena penampilan sering diidentikkan dengan kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak selalu seperti itu.

Menurut Awang, dkk (2019:44) menyatakan bahwa aspek-aspek kecerdasan emosional adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan Mengenali Emosi Diri 2. Kemampuan Mengelola Emosi

15 3. Kemampuan Memotivasi Diri 4. Mengenali Emosi Orang Lain 5. Kemampuan Membina Hubungan

Kemampuan mengenali emosi diri dapat ditunjukkan dengan peserta didik yang sering merasa gugup dan cemas, peserta didik yang santai saat dinasehati gurunya dan peserta didik yang tidak mengetahui penyebab kemarahan dan rasa jengkel yang timbul secara tiba-tiba.

Menurut Hughes (2016:19) dalam Mulyana, dkk (2017) bahwa

“managing emotions consisted of three mental prosesses appraising and expressing emotions in the self and others, regulating emotions in the self and other, and using emotions in adaptive ways.” K utipan tersebut menjelaskan bahwa mengelola emosi terdiri dari menilai dan mengekspresikan emosi dalam diri dan orang lain, mengatur emosi dalam diri dan orang lain, dan menggunakan emosi dengan cara yang adaptif. Untuk memperkenalkan emosi pada anak, orang tua harus mengenali dulu emosi yang sedang dirasakan pada anak. Caranya, harus lebih peka pada ungkapan emosi yang mereka tunjukkan.

Kemampuan mengelola emosi dapat ditunjukkan dengan sikap dan perilaku peserta didik dalam sehari-hari. Misalnya seperti bagaimana sikap siswa ketika siswa sedang belajar namun orang tua memerintahkan untuk melakukan sesuatu. Mulyana, dkk (2017) menyatakan bahwa kemapuan mengatur emosi sesuai dengan situasi dan kondisi merupakan penataan emosi yang disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi diri untuk melakukan setiap perilaku yang positif.

Peserta didik yang kurang memotivasi diri tidak berkeinginan untuk mencapai target belajar sehingga peserta didik mengalami hasil belajar yang kurang memuaskan. Motivasi tersebut dapat didapat terutama dari keluarga. Kondisi pandemic dengan metode

16

pembelajaran daring, motivasi dari orang tua sangat dibutuhkan oleh siswa. Karena orang tualah yang bisa memantau belajar siswa secara langsung. Adiningtiyas (2015) menyatakan bahwa motivasi dihasilkan dari adanya sikap opstimis. Optimisme adalah suatu sikap yang menahan seseorang untuk tidak terjerumus dalam sikap masa bodoh atau tidak acuh, keputusasaan, dan depresi pada saat mengalami kekecewaan dan kesulitan hidup.

Menurut Adiningtiyas (2015) dalam Goleman (2007:57) kunci untuk memahami emosi orang lain adalah untuk membaca pesan nonverbal, seperti nada bicara, gerak tubuh dan ekspresi wajah.

Pengenalan emosi kepada orang lain dapat diketahui ketika sedang berbicara atau berkomunikasi. Seperti contoh, ketika lawan bicara kita nada berbicaranya tinggi, maka bisa dipastikan orang tersebut sedang marah.

Kemampuan membina hubungan yaitu seperti membangun komunikasi yang dapat mendukung keberhasilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. kemampuan ini memrupakan kemampuan untuk mengelola emosi orang lain sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi dan membuat pergaulan seseorang menjadi lebih luas. Adiningtiyas (2015) dalam Goleman (2007: 57) bahwa membuna hubungan sangat erat kaitannya dengan kemampuan individu untuk mengetahui perasaan orang lain dan bertindak dalam mengelola emosi orang lain. keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan.

Kemampuan seseorang dalam aspek-aspek di atas tentu berbeda-beda. Kekurangan dalam aspek-aspek kecerdasan emosional dapat diperbaiki sampai ketingkat yang setinggi-tingginya, dimana masing-masing aspek menampilkan bentuk kebiasaan dan respon dengan upaya yang tepat serta dapat dikembangkan. Berdasarkan Aspek

17

menurut para ahli, peneliti menyimpulkan dalam penelitian ini untuk memilih aspek kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Awang, dkk. Karena

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional

Kecerdasan emosi tidak didapatkan begitu saja, tetapi diperoleh melalui proses pembelajaran. Terdapat beberapa faktor yang dapat membentuk kecerdasan emosi seseorang. Menurut Ifham &

Helmi (2002:97) Goleman menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosi yaitu:

1. Faktor Internal.

Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam individu yang dipengaruhi oleh keadaan otak emosional seseorang, otak emosional dipengaruhi oleh keadaan amigdala, neokorteks, sistem limbik, lobus prefrontal dan hal-hal lain yang berada pada otak emosional.

2. Faktor Eksternal.

Faktor Eksternal dimaksudkan sebagai faktor yang datang dari luar individu dan mempengaruhi individu untuk atau mengubah sikap. Pengaruh luar yang bersifat individu dapat secara perorangan, secara kelompok, antara individu mempengaruhi kelompok atau sebaliknya, juga dapat bersifat tidak langsung yaitu melalui perantara misalnya media massa baik cetak maupun elektronik serta informasi yang canggih lewat jasa satelit.

c. Ciri-ciri kecerdasan emosional

Individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi menurut Ifham dan Helmi (2002:97) yaitu sebagai berikut:

1. Optimal dan selalu positif pada saat menangani situasi-situasi dalam hidup-nya, seperti saat menangani peristiwa dalam hidupnya dan menangani tekanan masalah-masalah pribadi yang dihadapi.

18

2. Terampil dalam membina emosinya, dimana orang tersebut terampil di dalam mengenali kesadaran emosi terhadap orang lain.

3. Optimal pada kecakapan kecerdasan emosi, dimana hal ini meliputi kecakapan intensionalitas, kreativitas, ketangguhan, hubungan antarpribadi dan ketidakpuasan konstruktif.

4. Optimal pada nilai-nilai belas kasihan atau empati, instuisi, radius kepercayaan, daya pribadi, dan integritas.

5. Optimal pada kesehatan secara umum, kualitas hidup, relationship quotient dan kinerja optimal.

d. Indikator kecerdasan emosional

Indikator merupakan ciri, karakteristik atau ukuran yang menunjukkan perubahan pada suatu fenomena. Nilai ini berguna untuk melihat dan mengukur perubahan-perubahan yang terjadi pada fenomena yang diteliti. Indicator dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan, mengukur suatu hal, atau menilai perubahan-perubahan yang terjadi.

Menurut Wibowo (2015:4) menjelaskan indikator kecerdasan emosional adalah sebagai berikut:

1. Kesadaran diri. Indikator meliputi:

a. Mengenali emosi diri sendiri beserta efeknya.

b. Mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri.

c. Percaya dengan kemampuan diri dan keyakinan tentang harga diri.

2. Pengaturan diri. Indikatornya meliputi:

a. Kemampuan untuk mengelola emosi-emosi dan desakan-desakan hati yang merusak.

b. Luwes terhadap perubahan (mudah beradaptasi) dan bertanggung jawab atas kinerja pribadi.

19

c. Mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan dan informasi-informasi baru.

3. Motivasi diri. Indikatornya meliputi:

a. Dorongan untuk berprestasi/tidak cepat puas.

b. Kekuatan untuk berfikri positif dan optimis.

4. Empati. Indikatornya meliputi:

a. Mampu menerima sudut pandang dari orang lain.

b. Peka terhadap perasaan orang lain.

5. Keterampilan sosial. Indikatornya meliputi:

a. Dapat memberikan pesan dengan jelas dan meyakinkan orang lain.

b. Dapat membangkitkan inspirasi kelompok dan orang lain.

c. Berani memulai dan mengelola perubahan (katalisator perubahan).

d. Mampu melakukan negosiasi dan pemecahan silang pendapat.

Menurut Goleman ( 2003) dalam Rahmasari (2012) indicator kecerdasan emosional yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati, dan ketrampilan hubungan antar pribadi. Kesadaran diri adalah mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan sumber daya dan intuisi. Indicator yang terdapat dalam poin kesadaran diri ini yaitu yang pertama mengenali emosi diri sendiri beserta efeknya, dimana siswa diukur seberapa bisa siswa dalam mengenal emosi yang ada pada dirinya masing-masing. Kedua yaitu mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri, dimana pada poin ini siswa diharap bisa mengetahui seberapa besar kemampuannya. Ketiga percaya dengan kemampuan diri dan

Menurut Goleman ( 2003) dalam Rahmasari (2012) indicator kecerdasan emosional yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati, dan ketrampilan hubungan antar pribadi. Kesadaran diri adalah mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan sumber daya dan intuisi. Indicator yang terdapat dalam poin kesadaran diri ini yaitu yang pertama mengenali emosi diri sendiri beserta efeknya, dimana siswa diukur seberapa bisa siswa dalam mengenal emosi yang ada pada dirinya masing-masing. Kedua yaitu mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri, dimana pada poin ini siswa diharap bisa mengetahui seberapa besar kemampuannya. Ketiga percaya dengan kemampuan diri dan

Dokumen terkait