• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL SKRIPSI DAMPAK PEMBELAJARAN DARING TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS IV SD DI DESA SAMBUNG KECAMATAN GAJAH KABUPATEN DEMAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL SKRIPSI DAMPAK PEMBELAJARAN DARING TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS IV SD DI DESA SAMBUNG KECAMATAN GAJAH KABUPATEN DEMAK"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

DAMPAK PEMBELAJARAN DARING TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS IV SD DI DESA SAMBUNG KECAMATAN

GAJAH KABUPATEN DEMAK

Oleh

HESTI WAHYU ANGGRAENI NIM 21733121

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2020

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING PROPOSAL SKRIPSI

Proposal skripsi dengan judul “Dampak Pembelajaran Daring Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa Kelas IV SD di Desa Sambung Kecamatan Gajah Kabupaten Demak” oleh Hesti Wahyu Anggraeni NIM 201733121 program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar disetujui untuk diseminarkan.

Kudus, Pembimbing I

Drs. Masturi, M.M.

NIDN. 0614055701

Pembimbing II

Much Arsyad Fardani, M.Pd.

NIDN. 0614069001

Mengetahui Ka. Prodi

Siti Masfuah, M.Pd.

NIDN. 0615129001

(3)

iii

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI

Proposal Skripsi oleh Hesti Wahyu Anggraeni (NIM: 201733121) ini telah diseminarkan di depan Tim Penguji pada tanggal …. Sebagai syarat untuk melakukan penelitian.

Kudus, November 2021 Tim Penguji

……….. Ketua/anggota Nama

………. Anggota Nama

……… Anggota Nama

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Siti Masfuah, M.Pd.

NIDN. 0615129001

(4)

iv ABSTRACT

Anggraeni, Hesti Wahyu. 2021. The Impact of Online Learning on the Emotional Intelligence of Fourth Grade Elementary School Students in Sambung Village, Gajah Subdistrict, Demak Regency. Elementary School Teacher Education, Faculty of Teacher Training and Education, Muria Kudus University. Advisors : (1) Drs. Masturi, M.M. (2) Much Arsyad Fardani, M. Pd.

Key Words : Online Learning, Emotional Intelligence

Online learning is a learning process that can be done anytime and anywhere by utilizing advanced technology as a learning medium. With the existence of mobile learning media, students are increasingly holding cellphones instead of books. It certainly becomes a new habit for students, namely learning with the help of cellphones. With so many changes that occur in students, especially emotional intelligence.

This research is a type of descriptive research with a case study approach that will be carried out in Sambung Village, Gajah District, Demak Regency.

Data collection techniques in this study include observation, interviews, documentation, and recording. Respondents in this study were five male students, five female students, parents of students, and class teacher.

This study aims to find out what impacts occus on student’s emotional intelligence during online learning. Not only knowing the impact, this research also provides solutions for dealing with students with different backgrounds.

(5)

v ABSTRAK

Anggraeni, Hesti Wahyu. 2021. Dampak Pembelajaran Daring Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa Kelas IV SD Di Desa Sambung Kecamatan Gajah Kabupaten Demak. Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus. Dosen Pembimbing (1) Drs. Masturi, M.M. (2) Much. Arsyad Fardani, M.Pd.

Kata Kunci : Pembelajaran daring, kecerdasan emosional.

Pembelajaran daring merupakan sebuah proses pembelajaran yang dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi sebagai media pembelajaran. Dengan adanya media pembelajaran handphone, siswa menjadi semakin sering berpegangan handphone daripada buku. Hal itu tentu menjadi kebiasaan baru siswa, yaitu belajar dengan berbantuan handphone.

Dengan begitu banyak perubahan yang terjadi dalam diri siswa, terutama kecerdasan emosional.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang akan dilaksanakan di Desa Sambung Kecamatan Gajah Kabupaten Demak. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara, dokumentasi, dan pencatatan. Responden dalam penelitian ini adalah lima siswa laki-laki, lima siswa perempuan, orang tua siswa, dan guru kelas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja dampak yang terjadi pada kecerdasan emosional siswa selama pembelajaran daring. Tidak hanya mengetahui dampak saja, penelitian ini juga memberi solusi untuk menghadapi siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda.

(6)

vi DAFTAR ISI

Sampul Halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING PROPOSAL SKRIPSI ... ii

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI ... iii

ABSTRACT ...iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Pembelajaran Daring ... 6

B. Kecerdasan Emosional ... 11

B. Kajian Penelitian Relevan ... 22

C. Kerangka Teoretik ... 25

D. Kerangka Berpikir ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 28

C. Peranan Peneliti ... 29

D. Data dan Sumber Data ... 29

E. Pengumpulan Data ... 30

F. Keabsahan Data ... 32

G. Analisis Data ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(7)

vii

LAMPIRAN ... 37

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Perbedaan Kajian Utama dan Relevansi ... 24

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teoretik ... 26 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 27

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian………38

Lampiran 2. Kisi-kisi Pedoman Observasi………..…….39

Lampiran 3. Instrumen Observasi……….…...41

Lampiran 4. Instrumen Wawancara Orang Tua………..44

Lampiran 5. Instrumen Wawancara Guru Kelas……….……46

Lampiran 6. Instrumen Wawancara Siswa………..…48

Lampiran 7. Lembar Pencatatan……….50

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Harus diakui bahwa dampak pandemi Covid-19 telah memaksa komunitas masyarakat harus adaptif terhadap berbagai bentuk perubahan sosial. Masyarakat diimbau dari pemerintah untuk belajar, bekerja, dan beribadah di rumah sejak awal kemunculan virus ini di Indonesia. Begitu pula dengan pola kebiasaan masyarakat yang senang berkumpul dan bersalaman, kini dituntut untuk terbiasa melakukan pembatasan sosial.

Pada awal tahun 2020 virus corona memasuki wilayah Indonesia, pemerintah tidak tinggal diam, untuk memutuskan untuk menerapkan social distancing dan WFH atau yang disebut Work From Home. Hal itu berupaya untuk mencegah penyebaran covid 19. Termasuk setiap sekolah menerapkan pembelajaran daring. Dampak virus COVID-19 juga terjadi diberbagai bidang seperti sosial, ekonomi, pariwisata dan pendidikan.

Pemerintah juga mengeluarkan surat edaran yang menjelaskan proses belajar dilaksanakan di rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh.

Pada pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, guru tidak dapat selamanya memantau aktivitas belajar para siswanya, sehingga siswa diberikan kebebasan dalam pengerjaan tugas-tugas yang diberikan.

Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan dalam menentukan waktu belajar, tempat belajar, referensi materi yang digunakan, dan waktu pengumpulan tugas yang biasanya diberikan rentang waktu pengumpulan, sehingga siswa dapat mengumpulkan tugas kapan saja asalkan tidak lewat dari batas waktu yang telah ditentukan. Selain itu, pembelajaran jarak jauh masil memiliki pengertian-pengertian lain yang dimaklumkan selama sistem ini berlangsung dikarenakan sistem pembelajaran baru diberlakukan serentak seluruh jenjang dan belum terdapat sanksi peraturan tegas dalam prosesnya. Pengertian-pengertian yang dimaksud misalnya, seorang siswa

(12)

2

yang telat mengumpulkan tugasnya pada waktu yang telah ditentukan dan tidak dapat dengan mudah seorang guru memberikan hukuman atau sanksi pada siswa tersebut seperti kegiatan belajar di sekolah, yang dapat dengan terstruktur memberikan sanksi karena jelas terlihat kesalahannya.

Hal diatas akhirnya menjadikan tuntutan para siswa untuk dapat mengatur dirinya dalam belajar atau mengatur serta merencanakan proses belajar sendiri agar tidak terjadi kendala dan tetap mengikuti arahan guru serta tujuan belajarnya. Tidak selamanya guru atau sekolah memantau kegiatan belajar siswa selama pelajaran. Oleh karena itu, hal ini menjadikan pertanyaan umum apakah dengan hal-hal di atas, para siswa mau mencoba belajar mandiri atau tidak.

Sairo dkk (2019:42) menyatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu untuk memotivasi diri sendiri, dan bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa. Bagi pemilik kecerdasan emosional informasi tidak hanya didapat melalui panca indra saja namun ada sumber lain, yakni suara hati.

Pernyataan ini hendak menjelaskan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengelola pikiran, sikap, dan tindakan dirinya agar permasalahan yang dihadapi dapat terpecahkan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti kepada siswa di SDN Sambung terdapat perubahan metode belajar dan proses pembelajaran. Metode yang sekarang ini dilakukan yaitu pembelajaran daring. Siswa SD kelas IV awalnya senang dengan metode baru ini, tetapi semakin lama siswa kelas IV mengeluh dengan adanya daring karena tugas yang diberikan oleh guru terlalu banyak. Selain permasalahan itu, siswa juga mengaku tidak paham materi, karena tidak dijelaskan secara rinci.

(13)

3

Proses pembelajaran yang dilakukan di SDN Sambung juga dengan siswa berangkat hanya mengumpulkan tugas dan diberikan tugas baru lalu pulang. Jadi tidak ada pemberian materi sama sekali terhadap siswa. Itu karena tidak semua siswa memiliki HP. Namun jika memang situasi tidak memungkinkan siswa untuk berangkat, maka tugas akan diberikan hanya lewat whatsapp grup.

Beberapa guru di SDN Sambung juga menyampaikan bahwa pembelajaran daring tidak dapat bisa memantau siswa satu persatu, materi yang diberikan guru kurang bisa diserap siswa dengan baik, dan untuk penilaian tolak ukurnya berbeda dengan pembelajaran tatap muka karena keaktifan siswa dalam pembelajaran juga menjadi pertimbangan. Beberapa siswa juga menyampaikan awal-awal pembelajaran daring memang menyenangkan karena tidak harus berangkat ke sekolah. Namun semakin lama pembelajaran berlangsung, siswa banyak merasa bosan dan jenuh karena tugas yang diberikan oleh guru banyak dan dikumpulkan dalam waktu yang singkat.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti akan melakukan penelitian mengenai “Dampak Pembelajaran Daring Terhadap Kecerdasan Emosional Anak”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran pembelajaran di Desa Sambung Kecamatan Gajah Kabupaten Demak selama pandemi?

2. Bagaimana dampak pembelajaran daring terhadap kecerdasan emosional anak?

(14)

4 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan penulis maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran pembelajaran di Desa Sambung Kecamatan Gajah Kabupaten Demak selama pandemi.

2. Untuk mengetahui dampak pembelajaran daring terhadap kecerdasan emosional anak.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk : 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperjelas dan mengetahui mengenai dampak kecerdasan emosional anak selama pembelajaran daring.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan tidak terjadi hal negatif pada kecerdasan emosional siswa.

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan agar guru selalu memantau perkembangan belajar siswa walaupun melalui perantara yaitu Handphone.

c. Bagi Orang Tua

Penelitian ini diharapkan orang tua selalu memantau pendidikan dan cara belajar anak agar anak tidak mudah bosan yang nantinya berpengaruh terhadap kecerdasan emosional anak.

d. Bagi Peneliti

(15)

5

Dalam penelitian ini, peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman sekaligus bekal untuk menjadi pendidik.

(16)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Daring

1. Pengertian Pembelajaran Daring

Istilah daring merupakan akronim dari “dalam jaringan” yaitu suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan sistem daring yang memanfaatkan internet. Menurut Thorme dalam Hikmawati (2020), pembelajaran daring adalah pembelajaran yang menggunakan teknologi multimedia, kelas virtual, CD ROM, streaming video, pesan suara, email dan telepon konferensi, teks online animasi, dan video streaming online. Dalam pembelajaran ini bisa dilaksanakan dimana saja dan kapan saja.

Menurut Bilfaqih & Qomarudin (2015:1) “pembelajaran daring merupakan program penyelenggaraan kelas pembelajaran dalam jaringan untuk menjangkau kelompok target yang masif dan luas”. Oleh karena itu pembelajaran ini menggunakan jaringan internet maka jumlah pesertanya menjadi tidak terbatass.

Kuntarto (2017) menyatakan pembelajaran daring adalah pembelajaran yang mampu mempertemukan mahasiswa dan dosen untuk melaksanakan interaksi pembelajaran dengan bantuan internet. Disini mahasiswa tidak perlu melakukan pembelajaran tatap muka dengan dosen.

Sehingga pembelajaran tetap berlangsung tetapi dengan berbantuan internet.

Menurut Ghirardini dalam Kartika (2018) menjelaskan bahwa daring memberikan metode pembelajaran yang efektif, seperti berlatih dengan adanya umpan balik terkait, menggabungkan kolaborasi kegiatan dengan belajar mandiri, personalisasi pembelajaran berdasarkan kebutuhan mahasiswa dan menggunakan simulasi dan permainan. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membawa perubahan dan kemajuan di berbagai sektor terutama pada bidang pendidikan.

(17)

7

Pembelajaran daring dapat diselenggarakan dengan cara masif dan dengan peserta didik yang tidak terbatas.

Berdasarkan pengertian para ahli, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring adalah pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dengan menggunakan internet. Proses pembelajaran daring tidak dilakukan dengan tatap muka tetapi menggunakan media elektronik. Oleh karena itu, siswa dapat mengikuti pembelajaran daring kapan saja dan dimana saja sesuai dengan yang diberitahukan guru.

2. Karakteristik/ciri-ciri Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring adalah metode baru. Dalam pembelajaran daring ini tentu banyak yang menjadi karakter dari pembelajaran daring.

Tung dalam Mustofa, Chodzirin, & Sayekti (2019) menjelaskan karakteristik dalam pembelajaran daring antara lain:

1) Materi ajar disajikan dalam bentuk teks, grafik dan berbagai elemen multiedia. Artinya materi yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa berupa file yang nantinya dibagikan kepada siswa.

2) Komunikasi dilakukan secara serentak dan tak serentak seperti video confercing, chats rooms, atau discussion forms. Sebagai contoh penggunaan aplikasi zoom yang digunakan oleh beberapa guru supaya bisa berinteraksi kepada siswa walaupun melalui perantara.

3) Digunakan untuk belajar pada waktu dan tempat maya. Disini pembelajaran daring tentu menggunakan jaringan internet.

4) Dapat digunakan berbagai elemen belajar berbasis CD-ROM untuk meningkatkan komunikasi belajar. CD-ROM digunakan sebagai media penunjang pembelajaran sehingga materi bisa diserap oleh siswa.

5) Materi ajar relatif mudah diperbaharui. Siswa dapat mengeksplor materi dari berbagai sumber, salah satunya internet. Di internet siswa akan menemukan banyak materi secara detail.

6) Meningkatkan interaksi antara mahasiswa dan fasilitator.

7) Memungkinkan bentuk komunikasi belajar formal dan informal.

Antara siswa dan guru tentu ketika daring akan saling berkomunikasi, komunikasi belajar bisa saja formal dan informal.

Karena bisa saja siswa secara pribadi meminta bantuan/penjelasan kepada guru ketika tidak sedang dalam jam pelajaran atau saat pembelajaran daring berlangsung.

8) Dapat menggunakan ragam sumber belajar yang luas di internet. Di internet siswa akan menemukan banyak penjelasan terkait materi yang diberikan oleh guru.

(18)

8

Pembelajaran daring harus dilakukan sesuai dengan tata cara Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 09 tahun 2013 ciri-ciri dari pembelajaran daring adalah:

1) Bersifat Terbuka

Artinya, pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.

2) Belajar Mandiri

Belajar yang dilakukan tidak dengan tatap muka secara langsung dengan guru, tetapi belajar sendiri sesuai pengarahan guru.

3) Belajar Tuntas

Artinya siswa harus bisa memahami dengan baik materi yang diberikan oleh guru dan ketika siswa belum faham, materi tidak akan dilanjutkan.

4) Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi

Penggunaan laptop dan hp pada saat pembelajaran berlangsung.

5) Menggunakan teknologi pendidikan lainnya

Pemanfaatan internet dan media elektronik sebagai media pendukung.

6) Terbentuk pembelajaran terpadu perguruan tinggi

Yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa. Artinya pada pembelajaran daring siswa dituntut untuk selalu aktif.

Menurut Yustanti dan Novita (2019) Nursalam menyatakan daring memiliki karakteristik sebagai berikut.

1) Memanfaatkan jasa teknologi elektronik.

2) Memanfaatkan keunggulan computer (digital media dan computer networks)

3) Menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri (selflearning materials) kemudian disimpan di computer, sehingga dapat diakses oleh dosen dan mahasiswa kapan saja dan dimana saja.

4) Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.

Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran daring yaitu dengan menggunakan media elektronik, pembelajaran dilaksanakan menggunakan internet,

(19)

9

pembelajaran bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun serta bersifat terbuka.

3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring a. Kelebihan

Pembelajaran daring memiliki potensi yang cukup besar untuk mendukung keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Suhery dkk (2020) ada tujuh kelebihan pembelajaran daring, yaitu tersedianya fasilitas e-moderating dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu; Pengajar dan siswa dapat menggunakan bahan ajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet; Siswa dapat belajar (me-review) bahan ajar setiap saat dan dimana saja apabila diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer; Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet;

Baik pengajar maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak; Berubahnya peran siswa dari yang pasif menjadi aktif; Relatif efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari Perguruan Tinggi atau sekolah konvensional dapat mengaksesnya.

Adapun menurut Hadisi dan Muna (2015:130) menyatakan kelebihan Daring yaitu, dapat menghemat biaya karena tidak perlu mengeluarkan dana untuk peralatan kelas; Dapat menyesuaikan waktu belajar karena dapat mengakses pelajaran di Internet kapanpun; Pelajar dapat mengakses materi pelajaran dimana saja selama computer masih terhubung dengan jaringan Internet; Dapat disesuaikan dengan kecepatan belajar masing- masing siswa; Pelajar dapat tertarik untuk mencobanya sehingga jumlah peserta dapat meningkat; Dapat diakses sewaktu-waktu dari berbagai tempat yang terjangkau Internet.

(20)

10

Sedangkan menurut Silahuddin (2015:53) menyatakan kelebihan E- Learning ada enam, yaitu Memberikan pengalaman yang menarik dan bermakna bagi perserta didik karena kemampuannya dapat berinteraksi langsung, sehingga pemahaman pemahaman terhadap materi pembelajaran akan lebih bermakna, mudah dipahami, mudah diingat dan mudah pula untuk diungkapkan kembali; Dapat memperbaiki tingkat pemahaman dan daya ingat seseorang. (retention of information) terhadap knowledge yang disampaikan, karena konten yang bervariasi, interaksi yang menarik perhatian, dan adanya interaksi dengan e-learner dan e-instructor yang lain; Adanya kerjasama dalam komunitas online, sehingga memudahkan berlangsungnya proses transfer informasi dan komunikasi, sehingga setiap element tidak akan kekurangmeningkatkan interaksi sumber atau bahan belajar; Administrasi dan pengurusan yang terpusat, sehingga memudahkan dilakukannya akses dalam operasionalnya; Menghemat atau mengurangi biaya pendidikan, seperti berkurangnya biaya untuk membayar pengajar atau biaya akomodasi dan transfortasi peserta didik ketempat belajar; Pembelajaran dengan dukungan internet membuat pusat perhatian dalam pembelajaran tertuju pada peserta didik, sebagaimana ciri pokok E-Learning. Ini berarti dalam pembelajaran peserta didik tidak bergantung sepenuhnya kepada pengajar.

b. Kelemahan

Menurut Suherry, Putra, & Jasmalinda (2020:130) menyatakan bahwa kekurangan/kelemahan pembelajaran daring ada tujuh yaitu Kurangnya interaksi antara pengajar dan soswa atau bahkan antara siswa itu sendiri, bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar mengajar;

Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong aspek bisnis atau komersial; Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan;

Berubahnya para guru dan yang semula menguasai teknik pembelajaran

(21)

11

konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT (information and communication technology); Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal;

Tidak semua tepat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer);

Kurangnya penguasaan komputer.

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Orang sering beranggapan bahwa yang sangat penting adalah kecerdasan otak saja, sedangkan kemampuan lain menjadi kurang penting.

Mitos itu disanggah dengan berbagai macam bukti bahwa yang menentukan sukses dalam hidup seseorang adalah kecerdasan emosinya.

Kalau kecerdasan otak sangat bergantung pada faktor genetik dan sulit untuk diubah, tidak demikian dengan kecerdasan emosi yang dapat ditingkatkan untuk meraih sukses dalam kehidupan.

Menurut Goleman (Rahmasari 2012:5) kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali diri sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan hubungannya dengan orang lain. Seseorang dengan kecerdasan emosional yang berkembang dengan baik, kemungkinan besar akan berhasil dalam kehidupannya karena mampu menguasai kebiasaan berpikir yang mendorong produktivitas. Goleman (2001) membagi kecerdasan emosional yang dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam bekerja ke dalam lima bagian utama yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan ketrampilan sosial.

Patton (dalam Setyawan, 2005) memberi definisi mengenai kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan membangun produktif dan meraih keberhasilan. Menggunakan emosi secara efektif individu akan lebih

(22)

12

bertanggungjawab, lebih mampu memusatkan perhatian pada tugas, tidak impulsif, lebih bisa mengendalikan diri yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja.

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan individu dalam mengelola emosi meliputi kemampuan mengendalikan dorongan diri dan keinginan, mengontrol sikap dan perilaku.

a. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional

Menurut Yantiek (2014:25) menyatakan bahwa aspek-aspek kecerdasan emosional adalah:

1. Mengenali emosi diri 2. Mengelola emosi 3. Memotivasi diri sendiri 4. Mengenali emosi orang lain 5. Kecakapan pribadi

6. Kecakapan sosial 7. Keterampilan social

Mengenali emosi diri yaitu kemampuan untuk mengenali perasaan.

Ketidakmampuan untuk memahami perasaan yang sesungguhnya menandakan bahwa orang berada dalam kekuasaan emosi.

Kemampuan ini juga merupakan kesadaran dalam mengenali perasaan- perasaan dari waktu kewaktu dalam kehidupan sehari-hari. Golman (2007:58-59) menyatakan bahwa mengenali emosi sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi.

Golman (2007:58-59) menjelaskan bahwa mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang

(23)

13

timbul karena kegagalan ketrampilan emosi dasar. Bentuk emosi yang dirasakan manusia berbentuk emosi positif atau negatif. misalnya emosi positif yaitu bahagia dan senang, sedangkan emosi negatif yaitu marah, benci, dan kesal.

Golman (2007:58-59) menjelaskan bahwa memotivasi diri sendiri merupakan kendali diri emosional menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati merupakan landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung lebih produktif dan efektif dalam upaya apapun. Kemampuan ini meliputi:

pengendalian dorongan hati, kekuatan berfikir positif dan optimis.

Golman (2007 58-59) mendefinisikan bahwa Mengenali emosi orang lain atau bisa disebut juga empati. Orang empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan orang lain. orang empati akan lebih memperhatikan seseorang yang sedang merasa membutuhkan.

Kecakapan pribadi merupakan kemampuan mengolah diri yang dibutuhkan orang dalam mengenal dirinya. Broling (1989) sebagaimana dikutip Muhsin (2006) mengatakan life skills adalah interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat hidup mandiri.

Kecakapan pribadi mencakup kecakapan akan kesadaran diri dan kecakapan berfikir. Kecakapan akan kesadaran diri merupakan penghayatan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggpta masyarakat dan Warga Negara, serta menyadari dan mesyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan. Sedangkan kecakapan berfikir adalah kecakapan yang diperlukan untuk pengembangan potensi berfikir.

(24)

14

Menangani suatu hubungan kecakapan sosial bisa dikatakan bagaimana ia menyelesaikan suatu masalah. Kecakapan sosial merupakan kemampuan untuk dapat berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain. Jamali (2013) mengatakan bahwa kecakapan sosial adalah kemampuan individu yang terdiri dari serangkaian perilaku berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan di sekitar agar diterima secara positif di lingkungan pendidikan. Sebagai contoh dengan berinteraksi dengan teman, anak akan belajar tentang bagaimana bergabung dengan kelompok, menjalin pertemanan baru, menangani konflik, dan belajar bekerjasama.

Desi, dkk (2014) dalam Bali (2014) menyatakan bahwa keterampilan sosial adalah kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, berbagi, berpartisipasi, dan beradaptasi (bentuk simpati, empati, mampu memecahkan problematika serta disiplin sesuai dengan tatanan nilai dan etika yang berlaku). Ketrampilan sosial yaitu kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain. Ketrampilan sosial bisa dipengaruhi oleh faktor keluarga, lingkungan, kepribadian, kemampuan dalam penyesuaian diri. Keluarga mempengaruhi karena keluarga merupakan tempat pertama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Selain keluarga, lingkungan juga mempengaruhi keterampilan siswa, karena siswa juga berinteraksi dengan teman, tetangga, dan orang lain disekitar tempat tinggal. Kepribadian mempengaruhi ketrampilan sosial karena penampilan sering diidentikkan dengan kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak selalu seperti itu.

Menurut Awang, dkk (2019:44) menyatakan bahwa aspek-aspek kecerdasan emosional adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan Mengenali Emosi Diri 2. Kemampuan Mengelola Emosi

(25)

15 3. Kemampuan Memotivasi Diri 4. Mengenali Emosi Orang Lain 5. Kemampuan Membina Hubungan

Kemampuan mengenali emosi diri dapat ditunjukkan dengan peserta didik yang sering merasa gugup dan cemas, peserta didik yang santai saat dinasehati gurunya dan peserta didik yang tidak mengetahui penyebab kemarahan dan rasa jengkel yang timbul secara tiba-tiba.

Menurut Hughes (2016:19) dalam Mulyana, dkk (2017) bahwa

“managing emotions consisted of three mental prosesses appraising and expressing emotions in the self and others, regulating emotions in the self and other, and using emotions in adaptive ways.” K utipan tersebut menjelaskan bahwa mengelola emosi terdiri dari menilai dan mengekspresikan emosi dalam diri dan orang lain, mengatur emosi dalam diri dan orang lain, dan menggunakan emosi dengan cara yang adaptif. Untuk memperkenalkan emosi pada anak, orang tua harus mengenali dulu emosi yang sedang dirasakan pada anak. Caranya, harus lebih peka pada ungkapan emosi yang mereka tunjukkan.

Kemampuan mengelola emosi dapat ditunjukkan dengan sikap dan perilaku peserta didik dalam sehari-hari. Misalnya seperti bagaimana sikap siswa ketika siswa sedang belajar namun orang tua memerintahkan untuk melakukan sesuatu. Mulyana, dkk (2017) menyatakan bahwa kemapuan mengatur emosi sesuai dengan situasi dan kondisi merupakan penataan emosi yang disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi diri untuk melakukan setiap perilaku yang positif.

Peserta didik yang kurang memotivasi diri tidak berkeinginan untuk mencapai target belajar sehingga peserta didik mengalami hasil belajar yang kurang memuaskan. Motivasi tersebut dapat didapat terutama dari keluarga. Kondisi pandemic dengan metode

(26)

16

pembelajaran daring, motivasi dari orang tua sangat dibutuhkan oleh siswa. Karena orang tualah yang bisa memantau belajar siswa secara langsung. Adiningtiyas (2015) menyatakan bahwa motivasi dihasilkan dari adanya sikap opstimis. Optimisme adalah suatu sikap yang menahan seseorang untuk tidak terjerumus dalam sikap masa bodoh atau tidak acuh, keputusasaan, dan depresi pada saat mengalami kekecewaan dan kesulitan hidup.

Menurut Adiningtiyas (2015) dalam Goleman (2007:57) kunci untuk memahami emosi orang lain adalah untuk membaca pesan nonverbal, seperti nada bicara, gerak tubuh dan ekspresi wajah.

Pengenalan emosi kepada orang lain dapat diketahui ketika sedang berbicara atau berkomunikasi. Seperti contoh, ketika lawan bicara kita nada berbicaranya tinggi, maka bisa dipastikan orang tersebut sedang marah.

Kemampuan membina hubungan yaitu seperti membangun komunikasi yang dapat mendukung keberhasilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. kemampuan ini memrupakan kemampuan untuk mengelola emosi orang lain sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi dan membuat pergaulan seseorang menjadi lebih luas. Adiningtiyas (2015) dalam Goleman (2007: 57) bahwa membuna hubungan sangat erat kaitannya dengan kemampuan individu untuk mengetahui perasaan orang lain dan bertindak dalam mengelola emosi orang lain. keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan.

Kemampuan seseorang dalam aspek-aspek di atas tentu berbeda- beda. Kekurangan dalam aspek-aspek kecerdasan emosional dapat diperbaiki sampai ketingkat yang setinggi-tingginya, dimana masing- masing aspek menampilkan bentuk kebiasaan dan respon dengan upaya yang tepat serta dapat dikembangkan. Berdasarkan Aspek

(27)

17

menurut para ahli, peneliti menyimpulkan dalam penelitian ini untuk memilih aspek kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Awang, dkk. Karena

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional

Kecerdasan emosi tidak didapatkan begitu saja, tetapi diperoleh melalui proses pembelajaran. Terdapat beberapa faktor yang dapat membentuk kecerdasan emosi seseorang. Menurut Ifham &

Helmi (2002:97) Goleman menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosi yaitu:

1. Faktor Internal.

Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam individu yang dipengaruhi oleh keadaan otak emosional seseorang, otak emosional dipengaruhi oleh keadaan amigdala, neokorteks, sistem limbik, lobus prefrontal dan hal-hal lain yang berada pada otak emosional.

2. Faktor Eksternal.

Faktor Eksternal dimaksudkan sebagai faktor yang datang dari luar individu dan mempengaruhi individu untuk atau mengubah sikap. Pengaruh luar yang bersifat individu dapat secara perorangan, secara kelompok, antara individu mempengaruhi kelompok atau sebaliknya, juga dapat bersifat tidak langsung yaitu melalui perantara misalnya media massa baik cetak maupun elektronik serta informasi yang canggih lewat jasa satelit.

c. Ciri-ciri kecerdasan emosional

Individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi menurut Ifham dan Helmi (2002:97) yaitu sebagai berikut:

1. Optimal dan selalu positif pada saat menangani situasi-situasi dalam hidup-nya, seperti saat menangani peristiwa dalam hidupnya dan menangani tekanan masalah-masalah pribadi yang dihadapi.

(28)

18

2. Terampil dalam membina emosinya, dimana orang tersebut terampil di dalam mengenali kesadaran emosi terhadap orang lain.

3. Optimal pada kecakapan kecerdasan emosi, dimana hal ini meliputi kecakapan intensionalitas, kreativitas, ketangguhan, hubungan antarpribadi dan ketidakpuasan konstruktif.

4. Optimal pada nilai-nilai belas kasihan atau empati, instuisi, radius kepercayaan, daya pribadi, dan integritas.

5. Optimal pada kesehatan secara umum, kualitas hidup, relationship quotient dan kinerja optimal.

d. Indikator kecerdasan emosional

Indikator merupakan ciri, karakteristik atau ukuran yang menunjukkan perubahan pada suatu fenomena. Nilai ini berguna untuk melihat dan mengukur perubahan-perubahan yang terjadi pada fenomena yang diteliti. Indicator dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan, mengukur suatu hal, atau menilai perubahan-perubahan yang terjadi.

Menurut Wibowo (2015:4) menjelaskan indikator kecerdasan emosional adalah sebagai berikut:

1. Kesadaran diri. Indikator meliputi:

a. Mengenali emosi diri sendiri beserta efeknya.

b. Mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri.

c. Percaya dengan kemampuan diri dan keyakinan tentang harga diri.

2. Pengaturan diri. Indikatornya meliputi:

a. Kemampuan untuk mengelola emosi-emosi dan desakan- desakan hati yang merusak.

b. Luwes terhadap perubahan (mudah beradaptasi) dan bertanggung jawab atas kinerja pribadi.

(29)

19

c. Mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan dan informasi-informasi baru.

3. Motivasi diri. Indikatornya meliputi:

a. Dorongan untuk berprestasi/tidak cepat puas.

b. Kekuatan untuk berfikri positif dan optimis.

4. Empati. Indikatornya meliputi:

a. Mampu menerima sudut pandang dari orang lain.

b. Peka terhadap perasaan orang lain.

5. Keterampilan sosial. Indikatornya meliputi:

a. Dapat memberikan pesan dengan jelas dan meyakinkan orang lain.

b. Dapat membangkitkan inspirasi kelompok dan orang lain.

c. Berani memulai dan mengelola perubahan (katalisator perubahan).

d. Mampu melakukan negosiasi dan pemecahan silang pendapat.

Menurut Goleman ( 2003) dalam Rahmasari (2012) indicator kecerdasan emosional yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati, dan ketrampilan hubungan antar pribadi. Kesadaran diri adalah mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan sumber daya dan intuisi. Indicator yang terdapat dalam poin kesadaran diri ini yaitu yang pertama mengenali emosi diri sendiri beserta efeknya, dimana siswa diukur seberapa bisa siswa dalam mengenal emosi yang ada pada dirinya masing-masing. Kedua yaitu mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri, dimana pada poin ini siswa diharap bisa mengetahui seberapa besar kemampuannya. Ketiga percaya dengan kemampuan diri dan keyakinan tentang harga diri, dimana poin ini mengharap siswa yakin akan kemampuan yang dimiliki siswa masing-masing. Goleman (2003) dalam Rahmasari (2012) mengatakan bahwa kesadaran diri atau self awareness adalah kemmampuan untuk mengetahui apa yang dirasakan dalam dirinya dan menggunakannya untuk memandu pengambilan

(30)

20

keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur realistis atas kemampuan diri sendiri dan kepercayaan diri yang kuat.

Goleman (2003) dalam Rahmasari (2012) mengatakan bahwa pengaturan diri atau self Management adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan menangani emosinya sendiri sedemikian rupa sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, memiliki kepekaan pada kata hati, serta sanggup menundaa kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi. Pengaturan diri merupakan pengelolaan emosi yang memudahkan untuk mencapai sasaran dengan cara mengelola kondisi, impuls, dan sumber daya diri sendiri. Indikator yang terdapat pada poin pengeturan diri yaitu yang yang pertama kemampuan untuk mengelola emosi-emoisi dan desakan- desakan hati yang merusak, dimana siswa diharap untuk bisa mengatur emosi pada diri dan bisa mengatur hal-hal yang mempengaruhi emosi.

Kedua luwes terhadap perubahan dan bertanggungjawab atas kinerja pribadi, dimana pada poin ini menjelaskan maksud perubahan yang terjadi pada penelitian yang akan dilakukan pada siswa. Bagaimana siswa beradaptasi dengan keadaan yang semula pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran daring. Ketiga mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan dan informasi-informasi baru, dimana pada poin ini menjelaskan bagaimana respon siswa dengan metode pembelajaran daring ini.

Goleman (2003) dalam Rahmasari (2012) self Motivation merupakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun diri menuju sasaran, membantu pengambilan inisiatif serta bertindak sangat efektif, dan mampu untuk bertahan dan bangkit dari kegagalan dan frustasi. Motivasi diri merupakan kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan peraihan sasaran. Indikator yang terdapat pada poin motivasi diri adalah yang pertama dorongan untuk berprestasi/tidak cepat puas, dimana pada poin ini menjelaskan agar

(31)

21

siswa tidak mudah puas dengan yang ia dapat, bagaimana upaya ketika mendapat nilai yang rendah. Kedua, kekuatan untuk berfikir positif dan optimis, dimana pada poin ini menjelaskan siswa diharap untuk selalu berfikir positif dan selalu percaya diri dengan usahanya.

Goleman (2003) dalam Rahmasari (2012) Empathy merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif orang lain dan menumbuhkan hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe hubungan. Empati adalah kepintaran bagaimana individu membaca perasaan, kebutuhan, kepentingan, dan emosi orang lain. indikator yang terdapat pada poin empati ini adalah yang pertama mampu menerima sudut pandang dari orang lain, dimana pada poin ini siswa diharapdapat menghargai antara satu sama lain. seperti halnya dengan adanya metode pembelajaran daring, siswa dapat menerima adanya metode tersebut atau tidak. Kedua, peka terhadap perasaan orang lain, dimana pada poin menjelaskan bahwa siswa diharap untuk memahami perasaan orang lain, siswa mampu mengupayakan apa yang orang lain keluhi. Seperti contoh ketika teman tidak bisa mengerjakan tugas, maka tindakan yang harus dilakukan adalah memberi tahu/memberi pemahaman supaya teman dapat mengerti.

Goleman (2003) dalam Rahmasari (2013) Relationship Management adalah kemampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan sosial dengan orang lain, mampu membaca situasi dan jaringan sosial secara cermat, berinteraksi dengan lancar, menggunakan ketrampilan ini untuk mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan, serta bekerja sama dalam tim. Keterampilan sosial merupakan kepintara dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki oleh orang lain. pada poin keterampilan sosial indikatornya yaitu yang pertama dapat memberikan pesan dengan jelas dan meyakinkan orang lain, dimana pada poin ini siswa diharap

(32)

22

untuk dapat berbicara dengan penuh keyakinan agar lawan bicara juga yakin dengan apa yang siswa bicarakan. Kedua, dapat membangkitkan inspirasi kelompok dan orang lain, dimana siswa diharap dapat memotivasi temannya, tidak hanya memotivasi dirinya sendiri. Ketiga, berani memulai dan mengelola perubahan, dimana pada poin ini menjelaskan bahwa siswa diharapkan untuk selalu berani dalam memulai hal baru. Seperti contoh dengan adanya metode pembelajaran daring, siswa sebelumnya belum pernah belajar jarak jauh, tetapi siswa harus bisa berani menghadapi kondisi dan juga berani menjalankan sesuai tanggungjawab seorang siswa. Keempaat yaitu mapu melakukan negosiasi dan pemecahan silang pendapat, dimana pada poin ini menjelaskan bahwa siswa diharap untuk mampu menengahi suatu permasalahan.

B. Kajian Penelitian Relevan

Atas dasar kajian pustaka yang telah dilakukan, berikut ini dikemukakan beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan variabel- variabel yang akan dilaksanakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Idrus, dkk (2020) yang mengkaji tentang pengembangan kecerdasan emosional peserta didik di sekolah dasar melalui pendidikan karakter. Dalam penelitian tersebut, peneliti memperoleh kesimpulan bahwa kecerdasan emosional peserta didik sekolah dasar dapat dikembangkan melalui pendidikan karakter karena penerapan pendidikan karakter akan menghasilkan peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional yaitu peserta didik yang mampu mengelola emosinya dengan baik, memotivasi diri, memiliki rasa empati dan membina hubungan baik dengan orang lain. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Idrus, Damayanti, & Emayani (2020) adalah membahas tentang pengembangan kecerdasan emosional. Sedangkan pada penelitian ini membaha tentang dampak kecerdasan emosional pada pembelajaran daring.

(33)

23

Penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sadikin &

Hamidah (2020) yang mengkaji tentang pembelajaran daring di tengah wabah Covid-19. Dari penelitian tersebut memperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran daring efektif untuk mengatasi pembelajaran yang memungkinkan dosesn dan mahasiswa berinteraksi dalam kelas virtual yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja. Pembelajaran daring dapat membuat mahasiswa belajar mandiri dan motivasinya meningkat.

Namun, ada kelemahan pembelajaran daring mahasiswa tidak terawasi dengan baik selama proses pembelajaran daring. Lemah sinyal internet dan mahalnya biaya kuato menjadi tantangan tersendiri pembelajaran daring. Akan tetapi pembelajaran daring dapat menekan penyebaran Covid-19 di perguruan tinggi. Perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh Sadikin & Hamidah (2020) adalah membahas tentang pembelajaran daring di tengah wabah Covid-19. Sedangkan pada penelitian ini membahas tentang dampak pembelajaran daring terhadap kecerdasan emosional siswa.

Penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan Rustiana (2013) mengkaji tentang upaya peningkatan kecerdasan emosi siswa sekolah dasar melalui pendidikan jasmani harmoni. Dalam penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa pengajaran penjas harmoni efektif meningkatkan kecerdasan emosi siswa-siswa; pengajaran penjas harmoni efektif meningkatkan kecakapan-kecakapan interpersonal, interpersonal, penyesuaian diri, manajemen stres, suasana hati; tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap peningkatan kecerdasan emosi; tidak ada pengaruh tingkat akreditasi sekolah terhadap peningkatan kecerdasan emosi; ada pengaruh bersama antara tingkat akreditasi sekolah dengan perlakuan terhadap peningkatan kecerdasan emosi; tidak ada perbedaan kecerdasan emosi antara siswa laki-laki dan perempuan. Perbedaan penelitian yang dilakukan Rustiana (2013) membahas peningkatan kecerdasan emosi siswa, sedangkan pada penelitian ini memfokuskan tentang dampak kecerdasan emosional siswa selama pembelajaran daring.

(34)

24

Tabel 2.2.1 Perbedaan kajian utama dan relevansi

No Nama

Peneliti

Judul Penelitian

Tahun Kajian Utama Perbedaan

1 S.F. Ilmi Al Idrus, P.S.

Damayanti,

&

Ermayani

Pengembangan Kecerdasan Emosional Peserta Didik di Sekolah Dasar Melalui Pendidikan Karakter

2020 Terdapat aspek- aspek kecerdasan emosional siswa yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenal emosi orang lain (empati) dan membina

hubungan.

penelitian yang

dilakukan oleh Ilmi dkk berfokus pada pengembangan Kecerdasan Emosional melalui Pendidikan Karakter

2 Ali Sadikin

& Afreni Hamidah

Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19

2020 Pembelajaran daring memiliki fleksibilitas dalam pelaksanaannya

dan mampu

mendorong munculnya kemandirian belajar dan motivasi untuk lebih aktif dalam belajar

Penelitian yang

dilakukan Ali Sadikin &

Afreni

Hamidah lebih menekan pada kemandirian belajar dan motivasi untuk lebih aktif dalam belajar.

3 Eunike R.

Rustiana

Upaya Peningkatan

2013 Penjas Harmoni efektif

Penelitian yang

(35)

25 Kecerdasan

Emosi Siswa Sekolah Dasar Melalui

Pendidikan Jasmani Harmoni

meningkatkan kecerdasan

emosional siswa,

namun ada

pengaruh bersama antara tingkat akreditasi sekolah

dan jenis

perlakuan terhadap peningkatan kecerdasan emosi.

dilakukan Eunike lebih menekankan pengaruh tingkat

akreditasi dan jenis

perlakuan sekolah terhadap kecerdasan emosi.

C. Kerangka Teoretik

Kerangka teori adalah rancangan konsep sistematis yang berkaitan membentuk pandangan tentang suatu masalah yang menjadi pegangan pokok peneliti untuk memprediksi jawaban atau permasalahan penelitian. Pada masa sekarang pembelajaran adalah metode yang dapat dilakukan oleh sekolah dikarenakan wabah COVID-19. Oleh karena itu pembelajaran tatap mukapun menjadi terhambat, sehingga harus dilakukan pembelajaran daring.

Pembelajaran daring adalah metode pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru kepada siswa. Pembelajaran daring dilaksanakan dimanapun dan kapanpun melalui bantuan jaringan internet. Pembelajaran daring pun membuat guru tidak bisa memantau siswa secara langsung baik dari sikap, keterampilan maupun pengetahuan. Banyak siswa yang mulai resah dengan adanya pembelajaran daring, karena siswa dituntut untuk memahami materi yang diberikan oleh guru tanpa penjelasan langsung dari guru. Siswa juga banyak mengeluh ketika diberikan banyak tugas dan harus diselesaikan dalam waktu yang singkat. Kondisi tersebut tentu memberikan dampak pada kecerdasan emosional siswa. Seperti contoh, selama pembelajaran daring,

(36)

26

pembelajaran terbantu oleh handphone sehingga sehari-hari siswa lebih banyak memegang handphone dengan alasan mengerjakan tugas yang diberi oleh guru, padahal belum tentu sepenuhnya mengerjakan tugas. Oleh karena itu saya membuat kerangka teoretik sebagai berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Teoretik D. Kerangka Berpikir

Dengan adanya Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 yang berisi mengenai Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Virus Covid-19 mengakibatkan pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan di rumah, sehingga sekolah memanfaatkan teknologi berupa pembelajaran daring. Dalam pembelajaran daring dibutuhkan berbagai alat dan sistem pembelajaran daring diantaranya lapto, komputer, maupun handphone dalam menunjang pembelajaran daring.

Kerangka berpikir adalah pandangan atau model pola pikir yang menunjukkan permasalahan yang akan diteliti yang sekaligus

Kecerdasan Emosional

Definisi Situasi: Pembelajaran Daring sebagai metode

pembelajaran terbaru

Siswa resah dengan metode daring

Situasi yang terjadi: pembelajaran daring berdampak pada kecerdasan

emosiomal anak

(37)

27

mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian.

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Pengaruh Pembelajaran Daring

Kecerdasan Emosional Siswa

Kemampuan Mengolah Emosi Diri

Meminimalisir hal-hal Penghambat Terkait

Mengembangkan Kecerdasan Emosial Kemampuan Membina

Hubungan

KECERDASAN EMOSIONAL SISWA

(38)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian, seorang peneliti perlu menentukan lokasi yang dijadikan focus penelitiannya. Adapun lokasi dalam penelitian ini adalah di SDN Sambung yang berlokasi di Jl Sambung-Mlekang Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak. Peneliti memilih lokasi tersebut karena selain dekat dengan rumah peneliti, siswa di SDN tersebut yang mayoritas rumahnya dekat dengan peneliti sering mengeluh dan memilih untuk melakukan hal lain seperti bermain handphone, bermain games, dan lain sebagainya. Orang tua siswa pun banyak yang mengeluh dengan kondisi seperti itu. Oleh karena itu peneliti memilih lokasi di SDN Sambung.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini yaitu dilaksanakan pada bulan September hingga waktu yang belum ditentukan, dari tahap observasi hingga penyusunan skripsi selesai. Tahap observasi dimulai pada bulan November 2020, yaitu dimulai dengan perumusan permasalahan yang terjadi. Kemudian dilanjut dengan penyusunan proposal skripsi berasarkan dengan topic yang telah diajukan kepada dosen pembimbing dimulai bulan Oktober 2020. Setelah proposal skripsi yang nantinya telah disetujui oleh dosen pembimbing, maka akan dilanjutkan dengan penelitian yang rencana akan dilaksanakan bulan Juni. Setelah itu akan dilanjutkan dengan penyusunan skripsi.

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang diadakan di suatu medan atau kancah dengan pendekatan

(39)

29

kualitatif. Menurut Saekan (2010) Istilah kualitatif dimasukkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui proses statistik atau bentuk hitungan lainnya. Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu data yang terkumpul berupa kata-kata, gambar bukan angka-angka, jika terdapat angka hanya memperkuat data, bukan menjadi fokus utama analisis data. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan dan membiarkan pembaca mengetahui suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variable-variabel yang bisa dijelaskan berupa data pada program tertentu (Patton: 2009).

Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimaksudkan untuk mengetahui dampak pembelajaran daring terhadap kecerdasan emosional pada siswa. Adapun cara pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan pencatatan.

C. Peranan Peneliti

Pada penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrument sekaligus pengumpul data. Peneliti bertanggungjawab penuh atas penelitian yang dilakukan, mulai dari menciptakan ide, perencanaan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, hingga menyimpulkan hasil penelitian. Peneliti tidak hanya sebagai pengumpul data, tetapi juga berperan sebagai pendamping objek yang akan diteliti.

D. Data dan Sumber Data 1. Data

Data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kualitatif. Trianto, (2011:280) menjelaskan bahwa data kualitatif adalah data yang diperoleh secara lisan maupun tertulis. Peneliti memperoleh data secara lisan melalui wawancara dari narasumber.

Sedangkan data tertulis peneliti memperoleh dari pendapat atau teori para ahli, baik secara daring maupun luring.

(40)

30

Data primer dalam penelitian ini berupa data hasil observasi dan wawancara kepada siswa dan guru Kelas IV, yang memberikan keterangan tentang dampak pembelajaran daring terhadap kecerdasan emosional siswa SD di desa Sambung. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berupa buku referensi dan jurnal tentang dampak pembelajaran daring terhadap kecerdasan emosional siswa SD sebagai informasi pendukung.

2. Sumber Data

Pada penelitian ini, sumber datanya adalah siswa dan guru SD Kelas IV yang nantinya akan memberikan informasi secara langsung melalui wawancara. Menurut Sugiyono (2015:225) menjelaskan sumber data dibedakan menjadi dua yaitu sumber primer dan sumber sekunder.

Sumber primer adalah sumber yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, missalnya melalui orang lain atau dokumen. Pada penelitian ini sumber primernya adalah lima siswa laki-laki dan lima siswa perempuan, serta guru IV SDN Sambung, sedangkan sumber data sekundernya adalah guru kelas dan orang tua siswa.

E. Pengumpulan Data

Hardani, dkk (2020:120) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatjan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut.

1. Observasi

Observasi yaitu teknik pengamatan dan pencatatan sistematis dari fenomena-fenomena yang diselidiki. Pratiwi (2017) menyatakan menurut Sutrisno Hadi (1986) observasi adalah proses yang kompleks,

(41)

31

suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, Observasi dilakukan untuk menemukan data dan informasi dari gejala atau fenomena (kejadian atau peristiwa) secara matematis dan didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan.

Maka, peneliti melakukan pengamatan langsung di lapangan.

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengamati suatu fenomena yang terjadi. Observasi yang dilakukan diharapkam dapat memperoleh data yang sesuai atau relevan dengan topic penelitian. Hal yang akan diamati adalah kecerdasan emosional siswa SD Kelas IV desa Sambung, Kecamatan Gajah Kabupaten Demak.

Observasi yang dilakukan, penelitian berada di lokas dengan membawa lembar observasi yang sudah dibuat.

2. Wawancara

Nugrahani (2014:125) menjelaskan bahwa wawancara merupakan teknik penggalian data melalui percakapan yang dilaukan dengan maksud tertentu, dari dua pihak atau lebih. Pewawancara adalah orang yang memberikan pertanyaan, sedangkan orang yang diwawancarai berperan sebagai narasumber yang akan memberikan jawaban. Dalam wawancara sudah disiapkan berbagai macam pertanyaan-pertanyaan tetapi muncul berbagai pertanyaan lain saat meneliti.

Melalui wawancara ini peneliti menggali data, informasi, dan kerangka keterangan dari subyek penelitian. Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin, artinya pertanyaan yang dilontarkan tidak terpaku pada pedoman wawancara dan dapat diperdalam maupun dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan. Pada wawancara ini peneliti akan melakukan wawancara terstruktur supaya memperoleh informasi yang valid. Narasumber yang akan diwawancarai yaitu tiga siswa laki-laki, tiga siswa perempuan, dan guru kelas.

3. Dokumentasi

(42)

32

Pratiwi (2017) menyatakan Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.” Dokumntasi juga berarti pengambilan gambar terhadap kegiatan-kegiatan penting di dalam penelitian. Semua kegiatan yang berpengaruh dalam proses penelitian di lapangan, mulai dari observasi, wawancara, dan lain sebagainya akan didokumentasikan dalam sebuah foto.

4. Pencatatan

Pencatatan data pada setiap kali melaukan penelitian adalah hal yang sangat penting. Pencatatan dilakukan secara sederhana yaitu dengan menuliskan pada buku catatan dan sejenisnya. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakannya supaya dapat mengumpulkan data sesuai dengan kebutuhan peneliti. Pada penelitian ini pencatatan dilakukan mulai dari saat berlangsungnya pengumpulan data baik pada saat kegiatan observasi maupun wawancara, dengan cara mencatat kata-kata kunci yang dimengerti oleh peneliti.

F. Keabsahan Data

Sugiyono (2016:366) menjelaskan bahwa data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat kepercayaan dan kebenaran data menggunakan triangulasi data. Triangulasi data dalam pengujian kredibilitas sebagai pengecekan data dari berbagai sumber yang diperoleh.

Triangulasi sumber dalam penelitian ini dengan membandingkan data observasi dan data wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada lima siswa laki-laki, lima siswa perempuan, guru kelas IV, dan orang tua. Sedangkan untuk menguji validitas data yaitu dengan menggunakan triangulasi teknik pengumpulan data. Triangulasi teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengecek data dengan sumber yang sama dengan teknik yang berbeda seperti data yang

(43)

33

diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi tentang kecerdasan emosional siswa.

G. Analisis Data

Sugiyono (2014:336) menjelaskan bahwa analisis data kualitatif ialah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori menjabarkan unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilik mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Sugiyono (2014:338) menjelaskan bahwa langkah-langkah peneliti dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan ketika data sudah terkumpul.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka selanjutnya yaitu mengolah data melalui penyajian data,, maka data terorganisasikan dalam pola hubungan, sehingga akan mudah dipahami. Peneliti berusaha mengorganisasikan an memaparkan data secara menyeluruh guna memperoleh gambaran secara lengkap dan utuh.

3. Penarikan Kesimpulan

Setelah dilakukan penyajian data, langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan, ini disarankan pada reduksi data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam

(44)

34

penelitian. Kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Kesimpulan peneliti tentang “Dampak Pembelajaran Daring Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa Kelas IV SDN Sambung Gajah Demak” ini diharapkan terdapat dampak yang positif karna memang daring adalah metode yang sedang digunakan.

(45)

35

DAFTAR PUSTAKA

Awang, I. S, Metah M, & Yohanes B. M. (2019). KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR. Jurnal Pendiikan. 6(1), 42-43.

Bilfaqih, Y & Qomarudin, M. N. (2015). Esensi Penyusunan Materi Pembelajaran Daring. Yogyakarta: Deepublish.

Hadisi, L., & Muna, W. (2015). Pengelolaan Teknologi Informasi Dalam Menciptakan Model Inovasi Pembelajaran (E-Learning). Jurnal Al-Ta’dib.

8(1), 130.

Hardani H. A., dkk (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. CV Pustaka Ilmu Group: Yogyakarta. 120.

Idrus S. F. I. A., Damayanti P. S., & Ermayani. (2020). Pengembangan Kecerdasan Emosional Peserta Didik di Sekolah Dasar Melalui Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia. 4(1), 125.

Ifham, A. & Helmi, A. F. (2002. Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kewirausahaan Pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi. No.2, 97.

Kartika, A. R. (2018). ModelPembelajaran Daring. Journal of Early Chilhood Care & Education, 27.

Kuntarto, Eko. (2017). Keefektifan Model Pembelajaran Daring alam Perkuliahan Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Journa Indonesian Language Education and Literture. 3(1).

Mustofa, M. I., Codzirin, M., & Sayekti, L (2019). Formulasi Model Perkuliahan Daring Sebagai Upaya Menekan Disparitas Kualitas Perguruan Tinggi.

154.

Nugrahani, F. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Pendidikan Bahasa. Solo:

Cakra Books. 125.

Pratiwi N. A. (2017). Penggunaan Media Video Call Dalam Teknologi Komunikasi. Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial. 1(2). 212-213.

Rahmasari, L. (2012). Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan. 3(1), 6-7.

Rustiana, E. R. (2013). Upaya Peningkatan Kecerdasan Emosi Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendidikan Jasmani Harmoni. Silahuddin. (2015).

Penerapan E-Learning dalam Inovasi Pendidikan. Jurnal Ilmiah. 1(1), 53.

Sadikin, A., & Hamidah, A. (2020). Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi. 6(2), 220

(46)

36

Sadikin, Ali & Afreni Hamidah. (2020). Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19. Jurnal Ilmiah Pendidikan. 6(2), 215.

Saekan, M. Metodologi Penelitian Kualitatif. Nora Media Enterprise, Kudus, 2010.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta. 225.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

PT Alfabet. 366.

Suhery., Putra, T. J., & Jasmalinda. (2020). Sosialisasi Penggunaan Aplikasi Zoom Meeting dan Google Classroom Pada Guru di SDN 17 Mata Air Padang Selatan. 1(3), 130.

Trianto. (2011). Model Pembelajaran Terpadu Konsep Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara. 280.

Wibowo, C. T., (2015). Analisis Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ) pada Kinerja Karyawan. Jurnal Bisnis &

Manajemen. 15(1), 4-5.

Yantiek, E. (2014). Kecerdasan Emosi, Kecerdasan Spiritual dan Perilaku Prososial Remaja. Jurnal Psikologi Indonesia. 3(1), 25.

Yustanti, I., & Novita, D. (2019). Pemanfaatan E-Learning Bagi Para Pendidik di Era Digital 4.0. 340.

(47)

37

LAMPIRAN

(48)

38 Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

kegiatan

Tahun 2020 Tahun 2021

Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Persiapan

Pengajuan Judul Proposal Observasi Menyusun Proposal

(49)

39 Lampiran 2 Kisi-Kisi Pedoman Observasi

KISI-KISI PEDOMAN OBSERVASI Aspek yang diamati Indikator yang diamati

Kesadaran diri

Mengenali emosi diri sendiri beserta efeknya Mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri

Percaya dengan kemampuan diri dan keyakinan tentang harga diri

Pengaturan diri

Kemampuan untuk mengelola emosi-emosi dan desakan- desakan hati yang merusak

Luwes terhadap perubahan (mudah beradaptasi) dan bertanggungjawab atas kinerja pribadi

Mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan dan informasi-informasi baru

Motivasi diri Dorongan untuk berprestasi /tidak cepat puas Kekuatan untuk berfikir positif dan optimis Empati Mampu menerima sudut pandang dari orang lain

Peka terhadap perasaan orang lain

(50)

40 Keterampilan sosial

Dapat memberikan pesan dengan jelas dan meyakinkan orang lain

Dapat membangkitkan inspirasi kelompok dan orang lain Dapat memulai dan mengelola perubahan

Mampu melakukan negosiasi dan pemecahan silang pendapat

Gambar

Tabel 2.2.1 Perbedaan kajian utama dan relevansi
Gambar 2.1 Kerangka Teoretik  D.  Kerangka Berpikir
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Pengaruh Pembelajaran Daring

Referensi

Dokumen terkait

Buana, Wuwuh.2015.Komunikasi Interpersonal dalam Dimensi Self Disclosure (STUDI DESKREPTIF KUALITATIF REMAJA DI SMK NEGERI 2 KASIHAN, YOGYAKARTA).. Universitas Islam

KARAKTERISASI DAN STUDI SIFAT KEASAMAN ZEOLIT DARI FLY ASH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ADSORPSI NH

Perencanaan balok dilakukan dengan melakukan preliminary design dan pemodelan struktur pada SAP2000 pada struktur trestle, pivot , dan loading platform yang dapat

disederhanakan, yaitu hanya beberapa factor saja yang diamati, sehingga penelitian bisa mengatasi seluruh proses eksperimennya, (Arikunto, 2010) Desain yang digunakan pada

Selain itu juga terdapat penelitian mengenai hubungan antara asupan PUFA terhadap profil lipid dengan metode yang sama dan penggunaan SQFFQ, namun dilakukan pada

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara self-regulated learning dengan prokrastinasi akademik

Pemanfaatan lahan rawa pasang surut untuk men- dukung program peningkatan produksi pangan nasional dapat dilakukan karena sudah tersedia berbagai inovasi teknologi (Suriadikarta

Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara bagi Negara Kesatuan RepublikIndonesia dengan alasan sebagai berikut... 1) Pancasila memiliki potensi menampung keadaan