• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membuka wawasan siswa akan pentingnya disiplin belajar untuk meningkatkan prestasi belajar fisika siswa.

1.4.2 Manfaat bagi peneliti:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif dan dapat bermanfaat terhadap pengembangan ilmu pendidikan khususnya pada pendidikan fisika agar banyak siswa yang menyukai pelajaran fisika, serta sebagai bahan masukan untuk guru dan siswa dalam usaha meningkatkan prestasi belajar fisika.

5 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Belajar

2.1.1. Pengertian Belajar

Slameto (2013:2) mengemukakan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Suyono dan Hriyanto (2014:9) mengemukakan belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menajdi tahu atau proses memperoleh pengetahuan menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman. Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan atau a body of knowledge. Definisi ini merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains secara konvensional dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah terseak alam, tinggal bagimana siswa atau pembelajar bereksplorasi, menggali dan menemukan kemudian memungutnya untuk memperoleh pengetahuan.

Muhibbin Syah (2009:68) mengemukakan bahwa secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sehubungannya dengan pengertian ini perlu diutarakan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan fisik, keadaan mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.

Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan aktivitas yang positif untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, dan mengkkohkan kepribadian yang berasal dari pengalaman yang pernah dialami saat berinterakidengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Banyak sifat dan jenis perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang merupakan perubahan dalam arti belajar. Maka dengan demikian, Slameto (2013:3-5) mengemukakan ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah:

a. Perubahan terjadi secara sadar

Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkeseimbangan, tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.

d. Perubahan dalam belajar bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis, dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi kerena proses bersifat menetap atau permanen.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perbuatan tingkah laku yang benar-benar disadari.

f. Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

Dari pemaparan diatas sangat jelas disebutkan bahwa seseorang dikatakan belajar jika berkembang ke arah yang lebih baik, tidak bersifat statis dan sementara. Belajar adalah untuk mencapai suatu tujuan tertentu, sehingga seseorang dikatakan belajar jika terjadi perubahan tingkah laku secara menyeluruh agar dapat memperoleh tujuan mereka.

2.1.2 Unsur-Unsur Belajar

Suyono dan Hariyanto (2014:126) mengemukakan unsur-unsur belajar adalah faktor-faktor yang menjadi indikator keberlangsungan proses belajar. Sukmadinata (2004:175) mengelaborasi gagasan Cronbach bahwa ada 7 unsur tujuan belajar yang perlu diperhatikan dalam proses belajar. Ke tujuh unsur itu adalah sebagai berikut:

a. Tujuan belajar dimulai karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan ini muncul karena adanya suatu kebutuhan. Perbuatan belajar atau pengalaman belajar akan efektif bila diarahkan kepada tujuan-tujuan yang jelas dan bermakna bagi individu.

b. Kesiapan

Agar mampu melaksanakan perbuatan belajar dengan baik, anak perlu memiliki kesiapan. Bak kesiapan fisik, psikis, maupun kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu yang terkait dengan pengalaman belajar.

c. Situasi

Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar. Adapun yang dimaksud situasi belaar ini adalah tempat, lingkungan sekitar, alat, dan bahan yang dipelajari, guru, kepala sekolah, pegawai administrasi, dan seluruh warga sekolah yang lain.

d. Interpretasi

Disini anak melakukan intrepretasi yaitu melihat hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkan dengan kemungkinan pencapaian tujuan.

e. Respon

Berlandaskan hasil intrepretasi tentang kemungkinannya dalam mencapai tujuan belajar, maka anak membuat respon. Respon ini dapat berupa usaha yang terencana dan sistematis, baik juga berupa usaha coba-coba (trial and eror).

f. Konsekuansi

Berupa hasil, dapat hasil positif (keberhasilan) maupun hasil egatif (kegagalan) sebagai konsekuansi respon yang dipilih siswa.

g. Reaksi terhadap kegagalan

Kegagalan dapat menurunkan semangat motivasi, memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya. Namun dapat juga membangkitkan siswa karena dia mau belajar dari kegagalannya.

Semantara itu konstruktivis memaknai unsur-unsur belajar sebagai berikut:

a. Tujuan Belajar.

Tujuan belajar yaitu membentuk makna. Makna diciptakan para pembelajar dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna dipengaruhi oleh pengertian terdahulu yang telah dimiliki siswa.

b. Proses Belajar adalah proses konstruksi makan yang berlangsung terus menerus, setiap kali berhadapan dengan fenomena atau pengalaman baru diadakan rekonstruksi, baik secara kuat atau lemah. Proses belajar bukanlah

kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih sebagai pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan perkembangan itu sendiri.

c. Hasil Belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebagai hasil interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung kepada apa yang telah diketahui pembelajar: konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.

Dari pemaparan diatas penulis menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang menjadi indicator keberlangsungan proses belajar adalah adanya tujuan, kedisiplinan, situasi, interpretasi, respon, konsekuensi, reaksi terhadap kegagalan, serta proses dan hasil belajar yang dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebagai hasilinteraksi dengan dunia fisik dan lingkungannya.

2.1.3 Prinsip-prinsip belajar

Slameto (2013:27) menyatakn prinsip-prinsip belajar disusun berdasarkan sebagai berikut:

a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar meliputi: dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk tujuan instruksional; belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruktusional, belajar perlu lingkungan yang menantang; belajar perlu ada interaksi siswa dan lingkungannya.

b. Sesuai hakikat belajar meliputi: belajar itu proses kontinyu; belajar adalah proses organisasi; adaptasi; eksplorasi; dan discovery; belajar adalah proses kontiguintas (hubungan antara pengertian yang satu dengan yang lain)

c. Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari: belajar bersifat keseluruhan;

belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu

d. Syarat keberhasilan belaja meliputi: belajar memerlukan sarana yang cukup dan repetisis

Sukmadinata (2004:165-166) mengolaborasi gagasan Suyono dan Hariyanto (2014:128) bahwa prinsip umum belajar sebagai berikut.

a. Belajar merupakan bagian dari perkembangan. Belajar dan perkembangan merupakan dua hal yang berbeda tetapi erat hubungannya. Dalam perkembangan dituntut belajar, sedangkan melalui belajar terjadi perkembangan individu yang pesat.

b. Belajar berlangsung seumur hidup. Hal ini sesuai denga prinsip pembelajaran sepanjang hayat.

c. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, lingkungan, kematangan, serta usaha dari individu secara aktif.

d. Belajar mencakup semua aspek kehidupan. Oleh sebab itu belajar harus mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dan keterampilan hidup (life skill).

Menurut Ki Hajar Dewantara belajar harus mengembangkan cipta (kognitif), rasa (afektif), karsa (motivasi), dan karya (psikomotor).

a. Kegiatan belajar berlangsung di sembarang tempatdan waktu.

b. Belajar berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru.

c. Belajar yang terencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.

d. Perbuatan belajar bervariasi dari dari yang paling sederhana sampai dengan yang amat kompleks.

e. Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan.

f. Dalam hal tertentu belajar memerlukan adanya bantuan dan bimbingan dari orang lain.

Sehingga peneliti menarik kesimpulan bahwa prinsip belajar siswa sebagai sebjek dalam pembelajarannya, siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya, dan harus mempunyai kemampuan intelektual, siswa harus mampu membangun model untuk menguasai materi dengan sempurna sehingga belajar menajdi lebih bermakna.

Penguatan dan motivasi sangat dibutuhkan oleh siswa agar dapat belajar secara optimal.

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Slameto (2013:54-72) faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu.

Faktor internal dibagi menajdi tiga faktor yaitu:

a. Faktor jasmaniah yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh

b. Faktor psikologis yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

c. Faktor kelelahan

Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar, dapat diekolpokkan menajdi tiga faktor, yaitu:

a. Faktor keluaraga

Faktor keluaraga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluaraga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah

Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah.

c. Faktor masyarakat

Faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal yang meluputi keadaan fisik dan psikis siswa derta faktor ekternal yang meliputi lingkungan sekitar siswa.

2.1.5 Pengertian Pembelajaran

Suyono dan Hariyanto (2014:183) mengemukakan pembelajaran adalah sesuatu yang identik dengan pengajaran, suatu kegiatan di aman guru mengajar atau membimbing anak-anak menuju proses pendewasaan diri. Jadi istilah pembelajaran setara dengan istilah teaching atau instriction. Artinya, kita tidak harus secara diametral mempertentangkan antara pengajaran (teacher-centered) dengan pembelajaran (student centered), karena pada hakikatnya kedua kegiatan itu dapat berlangsung sinergis.

Suprijono (2011:13) menyatakan bahwa pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi siswa untuk mempelajarinya. Pembelajaran berpusat pada siswa.

Sanjaya (2011:51) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem.

Sebagai suatu sistem, pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu (1) memiliki tujuan, (2) mengandung suatu proses, dan (3) proses kegiatan dalam suatu sistem selalu melibatkan dan memanfaatkan berbagai komponen atau unsur-unsur tertentu (dalam Sanjaya, 2011:49-50).

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan pendidik, pendidik sebagai sumber belajar untuk memberikan pengetahuan kepada siswa dalam suatu lingkungan belajar yang mengarah pada perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2.2 Disiplin Belajar di Rumah

2.2.1 Pengertian Disiplin Belajar di Rumah

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin diartikan sebagai tata tertib dan ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib.

Menurut Harlock (1972:82) konsep popular dari “disiplin” adalah “hukuman”.

Menurut konsep ini, disiplin hanya digunakan bila anak melanggar peraturan dan perintah yang diberikan orang tua, guru, atau orang dewasa yang berwenang mengatur kehidupan bermasyarakat tempat anak itu tinggal. Disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui kelompok.

Disiplin merupakan sikap patuh dalam mematuhi aturan baik yang dibuat oleh diri sendiri maupun orang lain seperti keluarga, guru, lembaga, dan sebagainya.

Menurut Herlina Dwi Prasti (2005:34), individu yang memiliki kedisiplinan belajar di rumah akan menunjukan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Orang yang disiplin tentunya memiliki jadwal kegiatan dan mempunyai waktu belajar yang teratur.

b. Orang yang hidup disiplin belajar akan belajar sedikit demi sedikit (mancicil) secara berkesinambungan.

c. Mengerjakan tugas sesuai dengan jadwal atau rencana, sehingga tugas selesai tepat pada waktunya.

d. Belajar ditempat dan suasana yang menddukung menurutnya. Berangkat dari uraian teori di atas, disiplin belajar dalam rumah merupakan kewajiban seorang anak dalam mempertanggung jawabkan masa depannya dan merupakan proses menanamkan ketataatan dan kepatuhan pribadi sejak masih dini. Beberapa indicator disiplin belajar dirumah antara lain adalah memiliki jadwal belajar yang berbeda dengan jadwal belajar disekolah, seperti jadwal belajar dirumah yang dibuat sendiri, mengerjakan tugas tepat waktu, serta belajar dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang sudah dibuat.

2.2.2 Fungsi Disiplin

Tu’u (2004:38-43) menyebutkan disiplin memiliki beberapa fungsi antara lain:

a. Menata kehidupan bersama

Disiplin berfungsi mengatur tata kehidupan manusia dalam kelompok tertentu sehingga hubungan antara individu satu dengan yang lain menjadi baik dan lancar.

b. Membangun kepribadian

Lingkungan yang berdisiplin baik sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Lingkungan sekolah yang disiplin sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik untuk siswa.

c. Melatih kepribadian

Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui proses yang membutuhkan waktu panjang, sehingga hal itu dapat melatih kepribafian siswa kea rah lebih baik.

d. Pemaksaan

Disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri yang bersifat lebih baik dan kuat. Disiplin dapat pula terjadi karena ada pemaksaan dan tekanan dari luar. Jadi disiplin dapat berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku dilingkungan tersebut.

e. Hukuman

Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal yang positif yang harus dilakukan siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi atau hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman atau sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah.

f. Menciptakan Lingkungan Kondusif

Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancer. Hal ini dicapai dengan merancang peraturan sekolah kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen. Dengan demikian, sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tentram, tertib, dan teratur. Lingkungan seperti ini adalah lingkungan yang kondusif bagi pendidikan.

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi disiplin adalah untukmelatih siswa menjadi taat dan patuh pada peraturan yang ada, membentuk karakter siswa menjadi lebih baik, serta dapat membantu terlaksananya kegiatan belajar mengajar secara kondusif agar berjalan lancer.

2.2.3 Unsur-Unsur Disiplin

Edwin (198:17) mengemukakan ada empat unsur disiplin, antara lain:

a. Peraturan

Dalam disiplin ada norma-norma atau aturan yang harus ditaati seseorang.

b. Hukuman

Jika seseorang melanggar suatu aturan, maka adakn mendapatkan hukuman.

c. Penghargaan

Bila seseorang melaksanakan tindakan yang benar, maka diberi penghargaan yang tidak harus berupa benda, tetapi dapat berupa ucapan terimakasih, senyuman, pujian dan sebaginya.

d. Konsistensi

Konsistensi merupakan suatu kecenderingan menuju kesamaan. Dengan adanya konsisten siswa terlatih dan terbiasa dengan segala yang tetap sehingga mereka akan termotivasi untuk melakukan hal yang benar dan menghindari hal yang salah.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa unsur disiplin yang sangat penting adalah konsistensi. Dimana seorang siswa harus selalu konsisten untuk tidak melanggar peraturan yang ada, sehingga siswa akan mendapat sebuah penghargaan

ketika siswa melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan peraturan yang ada, sebaliknya apabila seorang siswa melanggar peraturan yang ada maka siswa tersebut akan mendapatkan hukuman. Oleh karena itu unsur-unsur disiplin adalah konsistensi, peraturan, penghargaan, dan hukuman

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar di Rumah

Berhasil atau tidaknya disiplin belajar dirumah ditentukan oleh beberapa faktor, Unaradjan (2003) menyebutkan bahwa disipin dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktori internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal berasal dari siswa sendiri dan dapat mempengaruhi disiplin belajarnya. Dalam hal ini faktor internal dibagi menjadi dua yaitu keadaan fisik dan psikis merupakan aspek yang mempengaruhi pembentukan disiplin diri.

b. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari lingkungan luar dan dapat mempengaruhi disiplin belajar siswa. Faktor eksternal tersebut meliputi kebiasaan keluarga, penerapan tata tertib sekolah, dan kondisi masyarakat.

Dari pemaparan menurut Unaradjan (2003) peniliti dapat menarik kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi disiplin belajar siswa dirumah adalah keadaan fisik siswa, keadaan psikis siswa, kebiasaan keluarga, dan kondisi lingkungan tempat tinggal siswa. Oleh karena itu hendaknya kesehatan fisik dan psikis siswa harus dijaga agar proses disiplin belajar dirumah berjalan lancar. Orang tua hendaknya juga lebih memperhatikan anaknya, ketika anaknya malas-malasan untuk belajar ada baiknya orang tua mengingatkan dan memperhatikan faktor-faktor tersebut agar anak dapat mengembangkan sikap disiplin belajar dirumah sehingga prestasi atau hasil belajar siswa disekolah meningkat. Selain usaha yang dilakukan siswa, sebaiknya orang tua juga mendidik kedisiplinan siswa sejak dini sehingga ketika dewasa nanti siswa sudah terbiasa dan secara suka rela melakukan disiplin belajar dirumah sehingga siswa juga akan memiliki rasa tanggung jawab terhadap dirinya sendiri maupun prestasi belajarnya di sekolah.

2.2.5 Indikator Disiplin Belajar

Mulyasa (2006:108) mengungkapkan bahwa disiplin disekolah bertujuan untuk membantu siswa menemukan dirinya dan mengatasi serta mencegah timbulnya masalah dan berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka menaati segala peraturan yang telah ditetapkan.

Menurut Slameto (2010), ada beberapa macam disiplin belajar yang seharusnya dilakukan para siswa dalam kegiatan belajarnya disekolah yaitu:

a. Disiplin siswa dalam masuk sekolah b. Disiplin siswa dalam mengerjakan tugas

c. Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran disekolah d. Disiplin siswa dalam menaati tata tertib disekolah

Tu’u (2004:91) menyebutkan beberapa indicator yang menjukan perubahan hasil belajar siswa sebagai kontribusi mengikuti dan menaati peraturan sekolah, antara lain sebagai berikut:

a. Dapat mengatur waktu belajar dirumah b. Rajin dan teratur belajar

c. Perhatian yang baik saat belajar dikelas d. Ketertiban diri saat belajar dikelas

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan indicator belajar dalam penelitian ini adalah:

a. Menaati dan mematuhi tata tertib sekolah b. Perhatian yang baik saat belajar dikelas c. Mengatur waktu belajar dirumah

d. Rajin dan teratur belajar saat mengerjakan tugas maupun pekerjaan rumah 2.2.6 Tujuan Disiplin Belajar di Rumah

Menurut Schaefer (1997:1) tujuan disiplin adalah:

a. Tujuan jangka dekat dari disiplin ialah untuk terkontrol, dengan mengajar mereka bentuk-bentuk tingkah laku pantas dan tidak pantas atau masih asing bagi mereka.

b. Tujuan jangka lama dari disiplin ialah perkembangan dari pengendalian diri sendiri dan pengarahan diri sendiri. Pengendalian diri berarti menguasai tingkah laku diri sendiri dengan berpedoman norma-norma yang jelas, standar-standar, dan aturan-aturan yang sudah menjadi milik sendiri. Pengarahan diri yaitu dalam hal mana anak-anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dari luar.

Maman Rachman (1999:35-36) menyatakan bahwa tujuan disiplin sebagai berikut:

a. Memberi dukungan bagi terciptanya yang tidak menyimpang

b. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan.

c. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu yang lain.

d. Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah.

e. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.

f. Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, postif, dan bermanfaat baginya serta lingkungannya. Kebiasaan baik menyebabkan ketenagan jiwanya dan lingkungannya.

Tujuan disiplin belajar di rumah adalah untuk mendorong anak agar berperilaku sesuai dengan norma-norma yang ada sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang baik menurut aturan yang berlaku sehingga anak mempunyai sikap tanggungb jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya serta membangun kepercayaan orang lain kepadanya.

2.2.7. Menumbuhkan Disiplin Belajar Dirumah

Menurut Maria J Wantah (2005:176) disiplin yang baik dan positif adalah berpusat pada pengajaran dan bukan pada hukuman, yakni pendisiplinan yang dilakukan orang dewasa yang memperlakukan anak dengan respek dan harga diri.

Disiplin yang baik juga akan membantu anak menjadi besar dengan percaya diri,

bertanggung jawab dan tahu akan tindakannya yang pantas dipuji untuk mencapai suatu keberhasilan.

Maria J Wantah (2005:238) berpendapat bahwa apabila upayaupaya pembentukan disiplin dilakukan secara sistematis dan profesional, orang tua harus belajar menyusun dengan jelas aturan-aturan yang berlaku dalam keluarga. Berikut aturan dan kegiatan yang bisa dilakukan orang tua kepada anak di rumah:

a. Kegiatan anak sebelum di sekolah:

1. Anak dilatih bangun selambat-lambatnya jam 05.00 pagi

2. Orang tua juga mengajarkan anak bahwa pada jam 06.00 anak harus berangkat ke sekolah agar tidak terlambat berangkat.

2. Orang tua juga mengajarkan anak bahwa pada jam 06.00 anak harus berangkat ke sekolah agar tidak terlambat berangkat.

Dokumen terkait