• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3 Disiplin Belajar Disekolah

2.3.4 Tujuan Disiplin Belajar Di Sekolah

Tujuan disiplin yang diterapkan dengan ketat bukan untuk melarang kebebasan atau mengadakan penekanan, melainkan memberikan kebebasan dalam batas kemampuan siswa untuk Ia kelola sendiri.

Tu’u, (2004:35-36) menyatakan tujuan disiplin sebagai berikut:

a. Memberi dukungan bagi terciptanya yang tidak menyimpang.

b.Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan.

c. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu sutu dengan individu yang lain.

d. Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah.

e. Mendrong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.

f. Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat baginya serta lingkungannya. Kebiasaan baik menyebabkan ketenangan jiwanya dan linkungannya.

Tanpa disiplin, tanpa mengetahui mana yang boleh dan mana yang tidak boleh seorang siswa pada umumnya tidak akan bertahan lama dalam kehidupannya. Melalui praturan dan disiplin siswa akan terhindar dari hukuman atau bahaya, terutama jika sebelumnya ia tidak menyadari konsekuensi hukuman atau bahaya dari tindakan pada saat tertentu. Sekaligus berbagai peraturan itu akan menjadi pegangan dalam hidup seseorang.

Hurlock (1978:166) menyatakan bahwa pelanggaran yang sering dilakuakan siswa sekolah antara lain: a) mencuri, b) menipu, c) berbohong, d) merusak, e) membolos, f) mengganggu anak-anak laindengan mengejek, menggertak dan menciptakan gangguan, g) membaca komik, h) berbisik, melucu atau berbuat gaduh di kelas, i) berkelahi dengan teman sekelas.

Menurut Zainal Aqib (2011:177) pelanggaran disiplin yang biasa dilakuakan oleh siswa antara lain: makan di kelas, embuat suara gaduh, berbicara saat bukan gilirannya, lamban, kurang tepat waktu, mengganggu siswa, agresif, tidak memeperhatikan, tidak rapi, mebaca materi lain saat pelajaran.

Apabila pelanggaran tersebut terjadi, maka kenyamanan, keamanan dan kedisiplinan sekolah akan terganggu.

Zainal Aqib (2011:133-144) menyatakan bahwa ciri-ciri sekolah yang nyaman, aman, dan disiplin adalah sebagai berikut:

a. Lingkungan fisik sekolah, yaitu kelas, laboratorium, gedung, peralatan, dan halaman sekolah terasa man dan nyaman.

b. Warga sekolah (kepala sekolah, guru, siswa, tukang kebun, penjaga sekolah) memiliki sikap saling mendukung dan menghargai.

c. Semua warga sekolah (kepala sekolah, guru, tukang kebun, penjaga sekolah) menerapkan disiplin efektif.

d. Sekolah akan senantiasa memberi pembelajaran yang baik.

e. Setiap warga sekolah mengembangkan dan menerapkan sikap dan perilaku persamaan, keadilan, dan saling pengertian.

f. Sekolah mengajarkan perilaku dan sikap yang baik.

g. Strategi pengelolaan terhadap semua siswa yang berperilaku menyimpang bersifat adil (supportive).

h. Sekolah mengadakan program layanan terapi terhadap siswa yang bermasalah i. Semua staf sekolah menunjukan pemodelan/contoh siakp dan perilaku yang diharapkan.

j. Terdapat sikap dan perilaku yang menunjukan hubungan yang baik antara sekolah, orang tua, komita sekolah dan masyarakat.

Semua peraturan yang dilakukan secara disiplin akan menjadi kebiasaankebiasaan yang baik dalam melaksanakan berbagai peraturan sehingga terwujud kondisi yang memeberikan kesempatan kepada anak untuk berkembang dan berbuat sesuatu sesuai kemampuannya. Bahkan akan berkembang menjadi disiplin dari diri bila peraturan itu dipegang secara konsisten. Hukuman terhadap ketidaktaatan ahanya akan mempunyai efek yang baik, bila bersifat mendidik dan sasaran yang jelas. Dengan dasar tersebut dan keteraturan organisasi serta rancangan pengelolaan kelas yang dilakukan sekolah secara konsisten dan berkesinambungan dalam setiap hari maka disiplin yang sehat akan tumbuh dengan baik di sekolah. Peran guru disini sangat berperan dalam memberi pengawasan terhadap apa yang dilakuakn siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

2.4 Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan salah satu capaian siswa ketika bersekolah.

Tentunya prestasi belajar didapatkan dengan usaha yang tidak mudah. Prestasi belajar

digunakan sebagai pengukuran apakah seorang siswa sudah mencapai tujuannya atau belum dengan tes yang diadakan oleh sekolah.

2.4.1 Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Winkel (1996) prestasi belajar merupakan salah satu bukti yang menunjukkan kemampuan atau keberhasilan seseorang yang melakukan proses belajar sesuai dengan bobot atau nilai yang berhasil diraihnya. Winkle lebih menekanakan prestasi belajar pada kemampuan siswa secara umum.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indoneisa (KBBI) Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan.

Dari pemaparan pengertian prestasi belajar menurut para ahli diatas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan suatu ukuran apakah seorang siswa mampu mencapai tujuannya dengan mengikuti tes yang disediakan oleh skolah, pencapaian prestasi seorang siswa diukur dengan nilai yang didapat ketika tes.

2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar tentunya tidak mudah didapatkan oleh siswa. Mereka harus berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Namun meskipun sudah berusaha semaksimal mungkin belum tentu prestasi belajar yang didapat sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini dapat terjadi karena dalam proses pencapaian prestasi belajar banyak hal yang ikut berpengaruh. Ahamdi. H dan Supriyono (1991) menyebutkan faktor-faktor yang memepengaruhi prestasi belajar antara lain:

a. faktor internal

faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi beberapa hal. Antara lain:

1) Faktor jasmani.

Faktor jasmani meliputi seluruh hal yang berkaitan dengan keadaan jasmani / fisik siswa, baik itu yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari pengalaman. Faktor jasmani ini misalnya: keadaan penglihatan, pendengaran, struktur tubuh siswa, dan sebagainya.

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi perolehan prestasi belajar siswa ini meliputi faktor psikologis yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari pengalaman hidupnya. Faktor psikologis ini adalah:

a) Faktor intelektual

Faktor intelektual yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan, bakat, dan faktor kecakapan nyata, yaitu prstasi yang telah dimiliki.

b) Faktor non intelektual

Fator non intelektual yang terdiri dari unsur kepribadian tertentu seperti sikap siswa terhadap belajar, kebiasaan belajar siswa, minat belajar siswa, kebutuhan siswa untuk belajar, motivasi dan emosi yang menyertai siswa dalam belajar, dan penyesuaian diri siswa selama belajar.

b. Faktor eksternal

Fator eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa yang berpengaruh terhadap perolehan prestasi belajar siswa, antar lain:

1) Faktor lingkungan social

Faktor lingkungan social dimana siswa tinggal yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok teman sebaya.

2) Faktor budaya

Fator budaya yang ada disekitar lingkungan hidup siswa seperti adat-istiadat yang berlaku dimasyarakat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik

Faktor lingkungan fisik misalnya iklim, fasilitas belajar dirumah, dan fasilitas hidup dirumah.

4) Faktor lingkungan spiritual / keagamaan dan faktor keamanan.

Menurut Sumadi (1984), tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a. Faktor pada diri orang yang belajar, terdiri dari:

1) Faktor fisik, keadaan fisik yang sehat akan menguntungkan hasil belajar.

2) Faktor mental psikologis, keadaan mental psikologis yang bersifat sesaat, maupun yang terus menuerus besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Adapun fungsi jiwa yang berperan dalam belajar adalah intelegensi, minat, motivasi, dan perhatian.

b. Faktor diluar orang yang belajar, terdiri dari:

1) Faktor alam fisik berupa iklim, sirkulasi udara, dan lain-lainya.

2) Faktor mental psikologis, faktor ini yang paling utama adalah guru yang bertugas mengarahkan, membimbing kegiatan belajar yang menjadi slaah satu sumber materi pelajaran.

3) Faktor sarana fisik dan sarana non fisik, yang meliputi ruang kelas, laboratorium, perlengkapan atau sarana pendagogis, misalnya suasana tenang, aman dan sebagainya.

Dari pemaparan teori di atas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi tercapainya prestasi belajar siswa ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa.

Faktor-faktor yang sudah dipaparkan diatas tidak akan penulis uraikan semuanya.

Dalam penulisan skripsi ini penulis hanya akan meruncingkan kajian pada satu faktor

saja yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa khususnya kedisiplinan belajar siswa.

2.4.3 Cara meningkatkan prestasi belajar

Subiyanto (1998:47), Bloom, dkk menyatakan tujuan belajar mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berhubungan dengan daya piker dan pengetahuan atau penalaran, ranah afektif bersangkutan dengan perasaan atau kesadaran, dan ranah psikomotorik bersangkutan dengan ketrampilan fisik dan ketrampilan motoric atau ketrampilan tangan.

Muniasari (2008:95) menyatakan bahwa dalam meningkatkan prestasi belajar ada beberapa hal yang harus diperhatikan siswa antara lain:

a. Jadilah seorang pemimpin atau latihlah rasa tanggung jawab

Untuk memulai hal ini dapat dilakukan dengan cara membersihkan kelas tanpa perlu diingatkan. Meskipun diperintah maka ajaklah teman-teman dan pimpin mereka untuk membersihkan kelas bersama.

b. Membiasakan diri untuk selalu memperhatikan pelajaran yang diberikan guru Siswa harus meningkatkan perhatian dengan menanggapi setiap pertanyaan dan diskusi. Jangan menunggu guru menunjuk salah satu siswa terlebih dahulu.

c. Jangan malu untuk bertanya

Apabila siswa dalam menerima pelajaran masih dirasa kurang dimengerti, hendaknya segera menanyakan kepada guru atau siswa yang lain. Jika sudah, siswa harus mengerjakan setiap tugas dan pekerjaan rumah dengan semampunya.

d. Mengulang pelajaran yang dipelajari disekolah

Setiap kali pulang sekolah, hendaknya siswa mengurangi materi pelajaran yang diberikan guru. Dengan kebiasaan seperti ini diharapkan apabila ada ulangan mendadak siswa sudah siap dalam meghadapinya.

2.5 Pandemi Covid-19

2.5.1 Karakteristik Pandemi Covid-19

Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara yang ada di dunia termasuk Indonesia hanya dalam watu beberapa bulan saja.

Di Indonesia sendiri diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini.

Coronavirus itu sendiri merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Coronavirus Diseases 2019 (COVID-9) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus konfirmasi COVID-19 sebanyak 2 kasus. Sampai dengan tanggal 16 Maret 2020 ada 10 orang yang dinyatakan positif corona. (Yurianto, Ahmad, Bambang Wibowo, 2020).

2.5.2 Cara Penyebaran COVID-19

Menurut Keementrian Kesehatan Republik Indonesia, seseorang dapat terinfeksi COVID-19 penyakit ini menyebar melalui tetesan kecil yang biasa disebut dengan droplet dari hidung atau mulut pada saat bersin atau batuk. Droplet tersebut kemudian jatuh pada benda disekitarnya. Kemudian jika ada orang lain menyentuh benda yang sudah terkontaminasi dengan droplet tersebut lalu orang itu menyentuh mata, hidung atau mulut maka orang itu dapat terinfeksi virus COVID-19.

2.5.3 Pencegahan COVID-19

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan virus COVID-19 antara lain:

a. Menjaga kesehatan dan kebugaran agar stamina tubuh tetap prima dan sistem imunitas atau kekebalan tubuh meningkat.

b. Mencuci tangan dengan benar secara teratur menggunakan air dan sabun.

c. Ketika batuk dan bersin tutup mulut atau hidung menggunakan tissue atau lengan atas bagian dalam bukan dengan telapak tangan.

d. Gunakan masker dengan benar hingga menutupi mulut dan hidung ketika sakit atau berada ditempat umum.

2.5.4 Dampak COVID-19

Menurut kompas, 28/03/2020 dampak virus COVID-19 terjadi diberbagai bidang seperti ekonomi, social, pariwisata, dan pendidikan. Surat Edaran yang dikeluarkan pemerintah pada 19 Maret 2020 segala kegiatan didalam dan diluar ruangan di semua sector sementara waktu ditunda demi mengurangi penyebaran corona terutama pada bidang pendidikan.

Pemerintah menerapkan kebijakan yaitu Work From Home (WFH). Kebijakan ini merupakan upaya yang diterapkan kepada masyarakat agar dapat menyelesaikan segala pekerjaan di rumah. Pendidikan di Indonesia pun menjadi salah satu bidang yang terdampak akibat adanya pandemi covid-19 tersebut. Dengan adanya pembatasan interaksi, Kementerian Pendidikan di Indonesia juga mengeluarkan kebijakan yaitu dengan meliburkan sekolah dan mengganti proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan sistem dalam jaringan (daring). Dengan menggunakan sistem pembelajaran secara daring ini, terkadang muncul berbagai masalah yang dihadapi oleh siswa dan guru, seperti materi pelajaran yang belum selesai disampaikan oleh guru kemudian guru mengganti dengan tugas lainnya. Hal tersebut menjadi keluhan bagi siswa karena tugas yang diberikan oleh guru lebih banyak.

Peralihan cara pembelajaran ini memaksa berbagai pihak untuk mengikuti alur yang sekiranya bisa ditempuh agar pembelajaran dapat berlangsung, dan yang menjadi pilihan adalah dengan pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran daring.

Penggunaan teknologi ini juga sebenarnya bukan tanpa masalah, banyak faktor yang menghambat terlaksananya efektifitas pembelajaran daring ini antara lain:

1. Pertama, Penguasaan teknologi yang masih rendah Harus diakui bahwa tidak semua guru melek teknologi terutama guru generasi X (lahir tahun 1980 ke bawah) yang pada masa mereka penggunaan teknologi belum begitu masif. Sebenarnya

mereka bukan tidak bisa kalau mau belajar, pasti mampu karena prinsipnya guru adalah manusia pemelajar yang harus selalu siap menghadapi perubahan zaman sekaligus mengikuti perkembangannya.

Keadaan hampir sama juga di alami oleh para siswa, tidak semua sudah terbiasa menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-harinya. Di sekolah pun mereka harus rebutan dalam menggunakan perangkat teknologi pendukung pembelajaran karena keterbatasan sarana yang dimiliki oleh sekolah/madrasah bahkan mungkin mereka tidak dikenalkan teknologi dalam pembelajaran.

2. Kedua, keterbatasan sarana dan prasarana Kepemilikan perangkat pendukung teknologi juga menjadi masalah tersendiri. Bukan rahasia umum bahwa kesejahteran guru masih sangat rendah, jadi jangankan untuk memenuhi hal-hal tersebut, untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya saja masih banyak guru yang kesulitan.

Hal yang sama pun terjadi pada siswa, karena tidak semua orangtua mereka mampu memberikan fasilitas teknologi kepada anak-anaknya. Bahkan kalau pun mereka punya fasilitas namun tidak digunakan untuk media pendukung pembelajaran, karena ketidaktahuan orang tua dalam membimbing anaknya untuk pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.

3. Ketiga, jaringan internet Pembelajaran daring tidak bisa lepas dari penggunaan jaringan internet. Tidak semua sekolah/madrasah sudah terkoneksi ke internet sehingga guru-gurunya pun dalam keseharian belum terbiasa dalam memanfaatkannya. Kalaupun ada yang menggunakan jaringan seluler terkadang jaringan yang tidak stabil karena letak geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler.

4. Keempat, biaya Jaringan internet yang sangat dibutuhkan dalam pembelajaran daring menjadi masalah tersendiri bagi guru dan siswa. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet menjadi melonjak dan banyak diantara guru juga orang tua

siswa yang tidak siap untuk menambah anggaran dalam menyediakan jaringan internet.

Tidak hanya proses belajar dan juga mengajar saja yang terganggu, namun pelaksanaan kegiatan di sekolah juga berubah dan tidak lagi sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan sebelumnya. Siswa, guru, dan organisasi kesiswaan mendapat larangan untuk melakukan kegiatan, terutama yang melibatkan banyak orang. Langkah ini ditempuh guna mengantisipasi sekaligus mencegah penyebaran virus corona di sekolah (Arifa, 2020).

Pelaksanaan pembelajaran e-learning sesuai dengan konsep Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang digaungkan oleh Nadiem Makarim sebelum pandemi COVID-19 yaitu yang disebut dengan pembelajaran mandiri. Anak didik dituntut menguasai teknologi, kreatif, memiliki motivasi dan gairah belajar yang tinggi, mampu melakukan inovasi dengan target mempersiapkan milineal dalam menghadapi tantangan di era global (Fauzi & Khusuma, 2020). Impian Nadiem Makarim kini terwujud lebih cepat dengan hadirnya para siswa yang hampir 65% mampu melaksanakan pembelajaran virtual. Meskipun persentase siswa yang menggunakan pembelajaran daring tidak terlalu signifikan, namun setidaknya telah memperlihatkan adanya progress dan perkembangan, serta kebaruan dalam sistem pendidikan di Indonesia dengan menggunakan pembelajaran daring.

Banyak sekolah yang sebelumnya telah menggunakan e-learning atau pembelajaran daring, namun tidak semuanya guru dapat menggunakan pembelajaran daring di- karenakan keterbatasan sumber daya seperti guru yang kurang memahami berbagai aplikasi pembelajaran daring yang digunakan dalam berbagai proses belajar dan mengajar di institusi pendidikan (Fields & Hartnett, 2020). Alasan lainnya adalah karena keadaan belum memaksa seperti di masa pandemi ini dan masih ada alternatif strategi pembelajaran lain, keterbatasan jaringan internet, ketersediaan smartphone atau notebook.

Penerapan pembelajaran jarak jauh merupakan salah satu program atau aplikasi pembelajaran yang telah dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, karena pembelajaran mandiri tidak terlalu mengejar capaian yang dipaksakan, pembelajaran membutuhkan waktu serta proses. Agar siswa tidak bosan, kegiatan belajar mengajar harus dibuat kreatif dan inovatif melibatkan siswa.

Pada saat Pembelajaran Jarak Jauh, siswa juga dapat bangun lebih siang .Karena tidak seperti pada saat sekolah biasa, siswa tidak harus bangun pagi untuk mandi atau cuci muka, makan pagi lalu pergi ke sekolah untuk dapat absen pada saat pagi di sekolah. Pada Saat Pembelajaran Jarak Juah, siswa biasa bangun pada waktu sekolah mulai lalu hanya masuk ke google meet, zoom, atau media pembelajaran e-learning lainnya dan absensi di sana.

Bahwa pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh mempunyai kekurangan yaitu dapat menurunkan kedisiplinan siswa karena guru tidak dapat mengamati siswa secara langsung dan guru tidak dapat melihat screen device siswanya, dan siswa dapat berpura-pura mempunyai kendala yang membuat tidak bisa mengikuti kegiatan pembelajaran secara daring.

2.6 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relevan tentang disiplin belajar dan prestasi belajar yang mendukung penelitian ini antara lain sebagai berikut:

Penelitian Bambang Sumantri (2010) dengan judul “Pengaruh Disiplin Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMK PGRI 4 Ngawi Tahun Pelajaran 2009/2010”. Dari analisis data menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara disiplin belajar tehadap prestasi belajar yang dicapai siswa dimana r hitung sebesar 0,894 yang lebih besar dari r table 0,254. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kedisiplinan siswa dalam belajar merupakan salah satu faktor yang ikut mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa, semakin tinggitingkat disiplin belajar semakin tinggi pula prestasi belajar yang dicapai.

2.7 Kerangka Berfikir

2.7.1 Hubungan Disiplin Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa

Soekanto S (1988:80) menyebutkan bahwa kedisiplinan merupakan suatu keadaan dimana perilaku berkembang dalam diri seseorang yang menyesuaikan diri dengan tertib pada keputusan peraturan dan nilai suatu pekerjaan. Sekolah yang baik akan menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga menimbulkan motivasi belajar dan perhatian pada diri siswa sehingga dapat memelihara kedisiplinan dalam diri siswa.

Siswa yang memiliki sikap disiplin akanselalu mematuhi tata tertib yang berlaku.

Misalnya masuk kelas tepat waktu, mengumpulkan tugas-tugas tepat waktu, memperhatikan guru ketika guru sedang menjelaskan materi pembelajaran, dan memiliki sopan santun terhadap seluruh warga sekolah.

Zainalaqib (2011:118) berpendapat bahwa disiplin adalah langkah-langkah atau upaya yan perlu guru, kepala sekolah, orang tua, dan siswa ikuti untuk pengembangan keberhasilan siswa secara akademik maupun social. Dengan demikian peran disiplin sangatlah besar karena dengan disiplin siswa dapat, mengkoordinasikan dirinya untuk belajar sesuai dengan harapan masyarakat.

Disiplin perlu ditanamkan dalam diri setiap anak agar dapat menjadi indivisu yang berprestasi dan memiliki kepribadian yang baik. Zainal Aqib (2011:118) berpendapat bahwa disiplin adalah langkah-langkah atau upaya yang perlu guru, kepala sekolah, orang tua, dan siswa ikuti untuk pengembangan keberhasilan perilaku siswa secara akademik maupun sosial.

Melalui disiplin seseorang dapat belajar berperilaku dengan cara-cara yang berlaku di masyarakat sehingga ia dapat diterima oleh anggota kelompok sosialnya.

Kedisiplinan pertama kali didapatkan seorang anak dari keluarganya, dan kemudian anak akan belajar kedisiplinan ketika ia mulai masuk sekolah. Disiplin yang baik bukanlah dalam bentuk hukuman, melainkan sebuah intruksi karena hukuman dengan

sendirinya akan membuat anak bingung, marah, dan cenderung memberontak. Namun disiplin yang efektif mengajarkan tingkah laku yang baik sambil meninggalkan tingkah laku yang tidak baik (Dawn Ligfter, 1999:12). Disiplin yang baik akan membantu anak mejadi besar dengan percaya diri, bertanggung jawab dan tahu akan tindakannya yang pantas dipuji untuk mencapai keberhasilan.

Siswa yang memiliki sikap disiplin belajar di rumah yang baik tentunya akan selalu membuat jadwal belajar yang sudah disesuaikan dengan aktivitas mereka sehingga mereka dapat belajar secara teratur dan kontinu. Belajar yang dilakukan secara kontinu lebih baik dibandingkan belajar yang hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu dengan waktu-waktu yang lama. Siswa yang sadar kebutuhannya akan belajar dengan sendirinya akan belajar tanpa adanya paksaan untuk belajar. Sehingga rasa malas dan rasa menentang untuk tidak belajar dapat diatasi sehingga siswa dapat belajara secara maksimal. Keadaan menjadi terbalik jika siswa tidak memiliki disiplin belajar di rumah, siswa tidak akan belajar secara teratur.

Hal ini dapat menyebabkan menurunnya prestasi belajar siswa termasuk prestasi belajar Fisika. Disiplinan belajar siswa memberi hugungan yang berbanding lurus terhadap prestasi belajar termasuk prestasi belajar Fisika. Siswa yang memiliki semangat belajar yang tinggi akan belajar dengan efektif, terarah, dan teratur sehingga memungkinkan siswa mendapatkan hasil belajar yang baik.

Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin baik kebiasaan belajar siswa maka akan semakin baik pula prestasi yang diperoleh. Hal ini juga yang ingin peneliti buktikan melalui penelitian ini yaitu apakah di SMP Negeri 2 Sapuran Wonosobo Tahun Pelajaran 2020/2021 kedisiplinan siswa dalam belajar berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.

Secara bagan skematik, hubungan antara disiplin belajar dan prestasi belajar dapat digambarkan sebagai berikut:

Secara bagan skematik, hubungan antara disiplin belajar dan prestasi belajar dapat digambarkan sebagai berikut:

Dokumen terkait