• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain :

1. Menerapkan teori ilmu teknik penyehatan.

2. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi yang berkepentingan dalam pemakaian gas klor dan analisis kualitas air antara lain seperti : pH, zat organik, kesadahan total, besi, kalsium, magnesium, khlorida, oksigen terlarut dan daya hantar listrik.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain, yang melakukan penelitian sejenis.

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Kebutuhan manusia dalam melangsungan kehidupan adalah air. Karena air adalah sumber kehidupan makhluk hidup utamanya manusia. Air merupakan kebutuhan dasar manusia, dimana dalam keseharian hidupnya selalu memerlukan air untuk

pemenuhan kehidupannya, seperti mandi, mencuci, memasak dan minum.

Semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk maka semakin naik pula laju pemanfaatan ketersediaan sumber daya air. Ketersediaan air di permukaan semakin berkurang dengan adanya industri yang memerlukan air sangat besar.

Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup yang semakin meningkat dan besar diperlukan industri yang dapat mendukung ketersediaan air yang semakin sulit.

Karena kerusakan lingkungan yang berakibat pada pencemaran sehingga banyak sumber air yang tercemar, kualitas airnya sangat jelek yang tidak dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kehidupan manusia. Beban pengotoran air bertambah sesuai dengan laju pertumbuhan, semakin bertambah penduduknya maka semakin besar tingkat pengotorannya air. Sebagai akibat semakin berkurangnya sumber air baku, air bersih.

Dalam pemenuhan kebutuhan manusia, air bersih adalah salah satu sumber utama.

Penyediaan air bersih selain dari segi kuantitas atau jumlah juga harus memenuhi segi kualitas sehingga dalam penggunaan air bersih tidak membahayakan bagi kesehatan. Oleh karena itu PDAM selalu memeriksa kualitas airnya sebelum didistribusikan kepada pelanggan agar sesuai dengan standar air bersih, standar air baku yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini adalah dinas kesehatan.

2.2 Dasar Teori

Kualitas adalah kadar, mutu, tingkat baik buruknya sesuatu. Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/ Menkes/Per/IX/1990, Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak.

Cara Praktikan 1.) Menentukan pH

a. Alat dan Bahan

Sampel air, stop watch, termometer, kertas pH b. Cara kerja

1.

2.

3.

4.

Mencatat waktu pengambilan sampel air

Membaca suhu yang ditunjukkan pada termometer terhadap sampel air Memeriksa dan mengamati bau sampel air

Memeriksa pH dengan kertas pH dan mencocokkan dengan warna yang ada pada warna standar

2.) Menentukan Daya Hantar Listrik a. Alat dan Bahan

Sampel air, Electricity Conductivity Meter, Belur Glass 600 ml b. Cara kerja

1.

2.

3.

Memastikan alat pada posisi on dan disetel pada range 5

Mencelupkan elektroda pada Electricity Conductivity Meter ke dalam beker gelas yang sudah diisi air tanpa menyentuh dinding gelas

Membaca alat dan mencatat, apabila menunjukkan angka dibawah 2000, setel pada range 4 untuk memperjelas bacaan

3.) Menentukan Kadar Besi ( Fe ) a. Alat dan Bahan

Sampel air, tabung reaksi, rak tabung, pipet ukur dan gelas ukur, amonium, aquades, larutan standart besi, H2SO4N dan KMnO4

b. Cara kerja 1.

2.

3.

4.

Menyiapkan 10 tabung reaksi pada rak dan diberi nomor 1 s/d 10 Memberikan secara berurutan ke dalam masing-masing tabung, reaksi aquades 10 ml, 9 ml, 8 ml dan seterusnya

Memberikan secara berurutan ke dalam masing-masing tabung, larutan standart Fe 0 ml, 1 ml, 2 ml dan seterusnya

Menambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi 1 ml 4NH2SO4 kemudian menambahkan larutan KMnO4, sehingga warna larutan merah muda yang stabil

5. Memasukkan 2 ml NH4CHS kemudian mencocokkan warna yang terjadi dengan larutan standar

4.) Menentukan Kesadahan Total a. Alat dan Bahan

Sampel air, biuret, babu erlenmeyer, pipet, sendok kecil gelas ukur, indikator ( Erikhrom Black T ), larutan ETDA dan buffer kesadahan

b. Cara kerja 1.

2.

3.

4.

Mengambil air dalam gelas ukur 50 ml dengan gelas ukur dan memasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml

Menambahkan buffer kesadahan sebanyak 2 ml ke dalam labu erlenmeyer

Menambahkan indikator EBT sepuluh sendok kecil kemudian mengocoknya sehingga larutan berwarna merah. Bila warna biri maka kesadahannya sangat rendah

Melakukan titrasi dengan larutan ETDA 0,1 M hingga larutan menjadi berwarna biru

5.) Menentukan Kesadahan Calsium dan Magnesium a. Alat dan Bahan

Sampel air, biuret, labu erlenmeyer, pipet, gelas ukur, indikator ( MRX ), larutan ETDA dan larutan NaOH 8 %

b. Cara kerja 1.

2.

3.

Mengambil air dalam gelas ukur 50 ml dengan gelas ukur dan memasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml

Menambahkan larutan NaOH 8 % sebanyak 1 ml ke dalam labu erlenmeyer dengan pipet ukur

Menambahkan sepucuk sendok kecil indikator MRX

4.

5.

6.

Memanaskan campuran kira-kira 40 c

Setelah dingin menitrasi dengan larutan ETDA sampai timbul warna biru

Mencatat penggunaan ETDA ( t cc ) 6). Menentukan Klorida

a. Alat dan Bahan

Sampel air, biuret, labu erlenmeyer, pipet ukur, biuret, larutan perak nitrat dan indikator kalium kromat

b. Cara kerja 1.

2.

3.

4.

Mengambil air dalam gelas ukur 50 ml dengan gelas ukur dan memasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml

Menambahkan kalium kromat 1 ml

Menitrasi campuran dengan menggunakan larutan standart AgNO3

0.01 sampai terjadi warna merah kuning

Mencatat jumlah perak nitrat yang dipakai ( t ml ) 7. Menentukan Kadar Oksigen Terlarut

a. Alat dan Bahan

Sampel air, biuret, labu erlenmeyer, pipet ukur, biuret dengan statif dan klem, botol oksigen, MnSO4, H2SO4 pekat, pereaksi oksigen dan natrium tiosulfat

b. Cara kerja 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Mengambil air dalam botot dan menutupnya

Membuka tutup botol dan menambahkan 2 ml MnSO4 dan 1 ml pereaksi O2

Menutup botol dan membolak-balikkan agar campuran tercampur Mendiamkan 5 menit, agar semua endapan mengendap pada dasar botol kemudian mengamati warna endapan yang terjadi

Membuka tutup botol dan memasukkan ke dalam botol larutan H2SO4 pekat sebanyak 2 ml

Menutup botol dan membolak-balikkannya

Mengambil larutan dari botol sebanyak 200 ml dan memasukkan ke

8.

9.

10.

dalam labu erlenmeyer 500 ml

Menyiapkan biuret dan mengisinya dengan larutan tio ¼ N

Larutan dalam erlenmeyer tersebut dititrasi menggunakan larutan tio sehingga warna larutan menjadi kuning muda, kemudian ditambah indikator amilum 1 ml maka larutan menjadi berwarna biru.

Dilanjutkan sehingga larutan menjadi berwarna sangat muda

mencatat beberapa volume larutan tio yang diperlukan untuk titrasi ( t ml )

2.2.1 Persyaratan Fisik Air

Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik seperti berikut : 1. Jernih atau tidak keruh (kekeruhan)

Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh.

Derajat kesatuan dinyatakan dengan satuan unit.

2. Tidak berwarna (warna)

Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.

3. Rasa

Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik

(Juli Soemirat Slamet, 2002).

4. Tidak berbau

Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan-bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikro organisme air.

5. Temperatur Normal (suhu)

Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan tempertur udara (20 °C sampai dengan 60 °C). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau di bawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu (misalnya fenol yang terlarut di dalam air cukup banyak) atau sedang terjadi proses tertentu ( proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme yang menghasilkan energi ) yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air.

6. Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS)

TDS biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik. Efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut (Juli Sumirat Slamet, 2002).

2.2.2 Persyaratan Kimia Air

Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia berikut ini : 1. pH netral

Derajat keasaman air harus netral, tidak boleh bersifat asam maupun basa. Air yang mempunyai pH rendah akan bersifat asam, sedangkan pH tinggi akan bersifat basa. Air yang murni mempunyai pH = 7, pH di bawah 7 akan bersifat asam sedangkan pH di atas 7 akan bersifat basa. Untuk air minum sesuai dengan baku mutu yang dikeluarkan oleh PDAM derajat keasaman (pH) berkisar antara 6,5 – 8,5 mg/l untuk layak minum.

2. Tidak mengandung bahan kimia beracun

Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti sianida, sulfida, fenolik.

3. Tidak Mengandung Ion-ion logam

Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn, Cl, Cr, dan lain-lain.

4. Kesadahan

Kesadahan air disebabkan karena adanya kalsium dan magnesium. Di dalam air terdapat dua kesadahan yaitu kesadahan yang bersif tetap dan bersifat tidak tetap atau sementara. Pada kesadahan sementara akan menghasilkan zat – zat yang apabila didihkan akan menjadi kerak dalam ketel.

5. Tidak Mengandung bahan organik

Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Bahan-bahan organik itu seperti NH4,H2S, So²¯4 dan NO3.

Standar kualitas air minum yang diperbolehkan diatur oleh pemerintah melalui PERMENKES No.907/MENKES/SK/VII/ 2002 antara lain :

1. Tidak berbau dan berasa

2. Tingkat kekeruhannya tidak lebih dari 5 NTU (Nephelometrik Turbidity Unit) 3. pH berkisar antara 6,5 -8,5

4. Besi (Fe) sebagai 0,3 mg/lt 5. Mangan (Mn) sebagai 0,1 mg/lt 6. Zat organik sebagai KMnO4 10mg/lt

7. Bebas bakteri indikator penyakit yang disebarkan.

Tabel 2.1. Persyaratan Kualitas Air Bersih

Persyaratan Kualitas Air Bersih menurut Menkes RI No.416/MENKES/PER/IX/1990

No Parameter Satuan Kadar maks yang

diperbolehkan Keterangan A. FISIKA

1 Bau - - tidak berbau Jumlah zat padat

yang terkandung (TDS)

Mg/l 1500 -

3 Kekeruhan skala 25 -

4 Rasa - tidak berasa

5 Suhu 0C Suhu udara (±30C) -

6 Warna Skala 50 -

B. KIMIA

1 Air raksa mg/l 0,001 -

2 Arsen mg/l 0,05 -

3 Besi mg/l 1,0 -

4 Klorida mg/l 1,5 -

5 Kadmium mg/l 0,0005 -

6 Kesadahan mg/l 500 -

7 Khlorida mg/l 600 -

8 Kromium, Val 6 mg/l 0,05 -

9 Mangan mg/l 0,5 -

2.3 Sumber-sumber Air Bersih

2.3.1 Air Hujan

Air hujan juga disebut dengan air angkasa, karena berasal dari angkasa melalui proses kondensasi. Ada beberapa sifaf air hujan adalah sebagai berikut :

1. Bersifat lunak karena tidak mengandung garan dan zat-zat mineral 2. Bersifat lebih bersih

3. Dapat bersifat korosif yang dapat merusak logam, karena mengandung NH3, CO2 agresif, ataupun SO2. Dengan adanya SO2 yang tinggi di udara bebas yang bercampur dengan air hujan akan menyebabkan terjadinya hujan asam.

Kualitas air hujan sangat tergantung pada besar kecilnya curah hujan yang terjadi. Sehingga air hujan tidak dapat mencukupi untuk persediaan air bersih, karena jumlahnya yang fluktuatif. Begitu juga dengan segi kontinuitasnya, air

hujan tidak dapat digunakan secara terus-menerus, karena sangat tergantung dengan keadaan musim. Pada musim kemarau air hujan akan cepat habis, karena porositas tanah dan tidak adanya penambahan air.

2.3.2 Air Permukaan

Air permukaan yang digunakan sebagai sumber penyediaan air bersih adalah : 1. Air waduk, adalah air yang berasal dari air hujan dan air sungai

2. Air sungai, adalah air yang berasal dari air hujan dan sumber mata air

3. Air danau, adalah air yang berasal dari air hujan, air sungai / sumber mata air

Pada air permukaan yang telah terkontaminasi oleh zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan, sehingga dalam pemakaiannya memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dikomsumsi.

Karakteristik air permukaan yang ada di Indonesia ( menurut Martin Darmasetiawan ) dapat digolongkan menjadi :

1. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang tinggi

2. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang rendah sampai dengan sedang 3. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang temporeri

4. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang sedang sampai dengan tinggi 5. Air permukaan dengan tingkat kesadahan yang tinggi

6. Air permukaan dengan tingkat kesadahan yang rendah

2.3.3 Mata Air

Mata air dapat dibagi menjadi dua, yaitu mata air karang (rock spring) dan air tanah (eartl spring), yang keberadaannya sangat tergantung pada letak sumber airnya. Dalam segi kualitasnya, mata air sangat bagus bila digunakan sebagai air baku, karena berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan sebagai akibat

tekanan, sehingga keberadaannya belum terkontaminasi oleh zat-zat yang membahayakan. Sedangkan dari segi kuantitasnya, maka jumlah dan kapasitas mata air sangat terbatas, sehingga hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan sejumlah penduduk tertentu atau lokal.

2.3.4 Air Tanah

Air tanah yang banyak mengandung garam dan mineral yang terlarut pada waktu air melewati lapisan-lapisan tanah. Air tanah bebas dari polutan, karena berada di bawah permukaan tanah. Air tanah tidak menutup kemungkinan dapat tercemar oleh zat-zat kimiawi seperti Fe, Mn dan kesadahannya yang terbawa oleh aliran permukaan tanah. (Heriyanti Ibnu, 1987)

2.4 Penggolongan Air

2.4.1 Penggolongan Air menurut Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta No. 582 Tahun 1985

Golongan A :

Golongan B : Golongan C :

Golongan D :

Air yang dapat digunakan sebagai air minum tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu.

Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum

Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan pembangkit tenaga listrik.

( Perpamsi & YP Tirta Dharma, Modul Baku Mutu Air Minum dan Air Bersih )

2.4.2 Penggolongan Air Bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002.

1. Air adalah air minum, air bersih, air kolam renang dan air pemandian umum.

2. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

3. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya mememuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

4. Air kolam renang adalah air di dalam kolam renang yang dapat digunakan untuk olah raga dan kualitas airnya memenuhi syarat kesehatan.

5. Air pemandian umum air yang dapat digunakan sebagai tempat pemandiaan umum, tidak termasuk pemandian untuk pengobatan tradisional dan kolam

renang, yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan.

2.5 Desinfeksi

Desinfeksi adalah proses pengolahan terakhir dalam suatu system pengolahan air sebelum air tersebut didistribusikan kepada pelanggan, yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme sebagai penyebab penyakit (pathogen) di dalam air yang digunakan untuk keperluan manusia dan hewan.

Pada Tabel 2.2 di bawah ini menunjukkan pemusnahan pathogen berlangsung pada beberapa tahap dan unit proses pengolahannya

Tabel 2.2 Pemusnahan Pathogen dengan berbagai Proses Pengolahan

Unit proses Persen penghilangan (%)

Ditampung/disimpan Cukup besar

Sedimentasi 0-99

Koagulasi-flokulasi Cukup besar

filtrasi 0-99

klorinasi 99

Sumber : Anonim 1

2.5.1 Metode Desinfeksi

Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam proses desinfeksi, diantaranya adalah dengan cara :

1. Cara Kimia

Zat –zat yang digunakan dalam proses desinfeksi adalah :

a. Ioddine (I2)

Tidak direkomendasikan untuk digunakan dalam sistem penyediaan air dalam skala besar, karena jika digunakan dalam waktu yang panjang akan memberikan efek pada kesehatan. Banyak digunakan pada bidang medis (obat-obatan).

b. Brom (Br2)

Pemakaiannya di bidang air tidak dikenal secara umum, karena biayanya yang lebih mahal dan berbahaya jika uapnya terhirup dan dapat menyebabkan iritasi pada manusia terutama hidung dan tenggorokan

c. Klor dan senyawa Klor

Alternatif yang masih digunakan dalam proses desinfeksi, karena biayanya rendah, fleksibel dan sudah dikenal oleh masyarakat secara luas. Spesifikasi klor dan senyawa klor yang sudah dikenal dan digunakan dalam sistem penyediaan air bersih adalah

1). Gas Klor atau gas Klorin Bentuk yang tersedia

Karakteristik

Konsentrasi

Sistem pembubuhan

: Gas yang dikemas dalam tabung aluminium bertekanan dengan kapasitas 50-70 kg.

: Gas hijau/kuning yang lebih berat dari pada udara (2,5) sangat korosif, berbahaya bila bocor sangat mudah digunakan bila dari tabung.

: 99%-100%

: Selang dosing gas, khusus Cl2

2). Kalsium hipoklorit (kaporit)/ Ca(OCl) 2

Bentuk yang tersedia : Bubuk atau butiran dalam drum

Karakteristik : Putih (kekuningan), non-higroskopik, korosif, non-basa, dan stabil

Konsentrasi : 800 - 900kg/m3

3). Sodium (natrium) hipoklorit (NaOCl)

Bentuk yang tersedia : Larutan/campuran cair

Karakteristik : sedikit berbau, kehijauan dan bersifat korosif Konsentrasi (%) : 10%-15%

Sistem pembubuhan : Di encerkan menjadi0,5-1% larutan.

d. Ozon (O3)

Digunakan untuk air minum dan air buangan, bersifat lebih reaktif dari klorin dan waktu kontak lebih pendek.

2. Cara Fisik

a. Cara Pemanasan

Cara pemanasan adalah suatu cara yang termudah dilakukan, yaitu dengan membiarkan air tetap mendidih selama 5-20 menit. Cara ini tidak sesuai digunakan dalam skala besar, karena memerlukan energi yang sangat besar sehingga membutuhkan biaya yang sangat mahal. Sering digunakan dalam industri makanan dan minuman.

b. Cara Penyinaran

Cara ini sering digunakan untuk industri minuman kemasan, minuman dan makanan. Beberapa penyinaran dapat membunuh bakteri, spora bakteri, virus dan mikroorganisme lainnya. Salah satunya dapat menggunakan sinar ultraviolet, termasuk UV yang terdapat pada sinar matahari.

3. Cara Mekanik

Selama dalam proses pengolahan air, bakteri sering terbawa pada proses sedimentasi dan filtrasi. Pada waktu proses sedimentasi, bakteri yang terikat dalam suspended solid dapat tereduksi hingga mencapai 60-90%.

4. Cara Radiasi

Dengan menggunakan sinar UV atau sinar gamma, biaya untuk cara ini sangat mahal, sehingga penggunaannya sangat terbatas. Sering digunakan dalam proses desinfeksi air minum kemasan.

2.5.2 Kriteria Pemilihan Desinfeksi

Dalam pemilihan desinfeksi, menurut Aprilia Susanti ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain :

1. Efektif dalam membunuh bakteri/ mikroorganisme pathogen 2. Tidak bersifat toksit/ racun bagi manusia, hewan dan tumbuhan 3. Mudah dan aman disimpan, dipindahkan, dibuang

4. Memiliki nilai ekonomis dalam segi biaya/ rendah biaya 5. Analisis yang mudah dan terpercaya dalam air

6. Menyediakan perlindungan sisa dalam air bersih

2.5.3 Beberapa Faktor yang Dapat Mempengaruhi Efektivitas dalam Proses Desinfeksi adalah :

1. Jenis desinfektan

Setiap desinfektan mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing baik dari segi teknis maupun non teknis. Klor/seyawa klor adalah jenis desinfektan yang dominan digunakan oleh sistem penyediaan air minum di Indonesia.

2. Dosis desinfektan

Jumlah desinfektan yang digunakan sangat tergantung ; a. Jenis desinfektan

b. Daya desinfeksi

c. Metode desinfeksi yang digunakan

d. Kadar Klor aktif (jika senyawa Klor yang digunakan sebagai desinfektan) 3. Waktu kontak

Waktu kontak air dengan desinfektan yang dibubuhkan harus cukup.

4. pH

pH yang baik untuk proses desinfeksi dengan klor adalah < 8 5. Tingkat kekeruhan

Pada pengolahan air dimana proses desinfeksi dilakukan, kekeruhan hasil olahan harus lebih rendah dari 5 NTU, tetapi akan sangat lebih baik jika

kurang dari 1 NTU, karena partikel-partikel yang menyebabkan kekeruhan akan memperlambat efesiensi proses desinfeksi

6. Suhu dan cahaya

Suhu yang sangat tinggi akan mempercepat proses desinfeksi.

7. Kondisi dan jumlah organisme

2.6 Desinfeksi Dengan Klor (Klorinasi)

Klor adalah desinfektan yang paling banyak digunakan dalam pengolahan air.

Klor dapat dijumpai dalam bentuk padat, cair dan gas. Klor banyak digunakan karena mudah didapat harganya murah, daya desinfeksinya tahan sampai beberapa jam setelah pembubuhan. Selain sebagai desinfektan pada air, klor jaga dapat untuk mendesinfeksi tangki penampung (resovoir) air bersih, mengontrol pertumbuhan algae pada bak-bak sedimentasi, filtrasi dan menghambat pertumbuhan lendir didalam pipa.

Tabel 2.3 Sisa Klor yang Ada di Dalam Air Hasil Proses Klorinasi

Sisa Klor Keterangan

Cl2 < 0,2 mg/l

Cl2 > 0,2 mg/l Cl2 > 0,5 mg/l

Hilangnya daya pelindung untuk keamanan air minum

Airnya terdesinfeksi aman

Menyebabkan bau kaporit yang tidak disukai oleh konsumen, tetapi tidak mempengaruhi kesehatan

Sumber : Anonim 2 2.6.1 Reaksi Klorin

1. Di dalam air

Reaksi klor di dalam air ditunjukkan oleh reaksi berikut :

a. Cl2 + H2O HOCl + H+ + Cl

-Gas klorin asam hipoklorit ion klorida

b. HOCl OCl- + H+

Ion hipoklorit

c. Ca(OCl)2 + 2H2O 2HOCl + Ca(OH)2

Kaporit kapur hidrat

HOCl dan OCl- adalah merupakan klor aktif atau biasa disebut dengan klor bebas. HOCl merupakan sisa klor paling efektif sebagai desinfektan dibanding dengan OCl- sebagai bentuk klor bebas yang kedua. Sedangkan Cl- adalah merupakan klor yang tidak aktif

2. Dengan amoniak

Klorin adalah zat pengoksidasi yang sangat aktif, oleh karena itu sangat cepat dalam mengoksidasi senyawa seperti ammonia. Apabila di dalam air terdapat ammonia, maka asam hipoklorit akan bereaksi dengan amoniak membentuk senyawa amino, menurut reaksi :

HOCl + NH3 2HOCl + NH2Cl (monoklorin)

HOCl + NH2Cl H2O + NHCl2 ( dikloramin)

HOCl + NHCl2 H20 + NCl3 (triklomin)

Tabel 2.4 Perkiraan Efektivitas Berbagai Tipe Sisa Klor

No Type

Rumus Kimia

Perkiraan Keefektifan Dibandingkan dengan HOCl

1 Asam hipoklorit HOCl 1

2 Ion hipoklorit Ocl 1/100

3 Trikloramin NCl3 *

4 Dikloramin NHCl2 1/80

5 Monokloramin NH2Cl 1/150

Keterangan : * = tidak ada perkiraan nilai, mungkin lebih efektif dibandingkan dengan dikloramin

Sumber : Anonim 3

2.6.2 Faktor yang Dapat Mempengaruhi Efektivitas dalam Proses Desinfeksi

1. Waktu Kontak (T) dan Konsentrasi (K)

Keefektifan klor terutama tergantung pada waktu kontak T (menit) dan Konsentrasi C (mg/lt). Bila konsentrasi klor dikurangi maka waktu Kontak (T)

antara Klor dan mikroorganisme harus diperpanjang. Hal serupa dapat dilakukan jika konsentrasi klor dapat ditambah, maka waktu kontak yang diperlukan untuk pemusnahan harus dikurangi. Sisa klor terikat dimana mempunyai daya desinfeksi yang kuat, memerlukan waktu kontak yang lebih lama dari yang dibutuhkan oleh sisa klor bebas. Sisa klor mimum yang harus dipertahankan sebesar 0,2 mg/lt. Pada titik paling jauh pada jaringan distribusi dan waktu kontak yang dianjurkan paling sedikit adalah 30 menit

2. Temperatur

Pada temperatur yang rendah kecepatan pemusnahan bakteri/ mikroorganisme lebih lambat dibandingkan dengan temperatur yang lebih tinggi. Tetapi stabilitas klor lebih baik sehingga diperlukan waktu kontak yang lebih lama.

Pada temperatur yang rendah kecepatan pemusnahan bakteri/ mikroorganisme lebih lambat dibandingkan dengan temperatur yang lebih tinggi. Tetapi stabilitas klor lebih baik sehingga diperlukan waktu kontak yang lebih lama.

Dokumen terkait