BAB II TINJAUAN PUSTAKA
C. Kerangka Berpikir
27
System memainkan peran penting dalam menjaga dan meningkatkan kesejahteraan dengan memungkinkan individu untuk bertahan dari stres berkepanjangan dan mengatasi dengan efisien ancaman yang akan datang sehingga integritas pribadi dan potensi perkembangan tetap utuh (Oláh, 2005). Psychological Immune System yang berfungsi dengan baik dalam masa pendidikan dapat menjadi faktor kunci bagi perkembangan pelajar. Mahasiswa memerlukan atribut pelindung dan faktor-faktor yang memediasi orientasinya terhadap sumber daya pelindung sehingga mahasiswa dapat menemukan sumber daya internalnya dan lebih mampu menyelaraskan antara kemampuan diri dengan tantangan akademik.
Perkembangan aspek Psychological Immune System berdampak besar pada manajemen stres pribadi pelajar karena kecemasan pelajar dan aspek Psychological Immune System tertentu menunjukkan korelasi yang kuat (Bredács
& Takács, 2020). Misalnya, aspek manajemen stres yang penting adalah sense of coherence, sense of control, synchronicity, irritability control, sense of self growth, dan self-efficacy. Sebagian besar aspek dari Psychological Immune System membantu pelajar dalam mengidentifikasi bidang kemampuan pribadi untuk menangani tujuan, tugas, dan masalah pribadi. Beberapa aspek lainnya yang terkandung pada dimensi Monitoring-creating-executing subsystem (MCES) berhubungan dengan pengelolaan hubungan sosial seperti kemampuan untuk Social Monitoring Capacity, Social Mobilizing Capacity, dan Social Creating Capacity yang membantu pelajar mengarahkan sumber daya pribadi untuk mencapai tujuan yang secara tidak langsung akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah bagi mahasiswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Oláh dkk (2021) dilakukan untuk menganalisis perbedaan strategi koping dengan skala Psychological Immune Competence Inventory antara mahasiswa pada dua generasi (Z dan Y) menunjukkan hasil Generasi Y memiliki skor rata-rata lebih tinggi daripada Generasi Z pada masing-masing dimensi dari Psychological Immune System dan perbedaannya cukup signifikan. Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa generasi muda (Generasi Z) cepat dalam mengolah informasi tetapi dalam dimensi sosial mereka kurang efektif dibandingkan dengan generasi lainnya. Hal tersebut memberikan kesempatan untuk peneliti mengeksplorasi lebih lanjut mengenai hubungan dukungan sosial dengan Psychological immune system pada mahasiswa terutama pada masa pandemi Covid-19 ini.
Psychological immune system terdiri dari 3 dimensi yaitu Approach-belief subsystem (ABS), Monitoring-creating-executing subsystem (MCES), Self-regulating subsystem (SRS) yang saling terkait satu sama lain sehingga memungkinkan individu untuk mencapai adaptasi yang fleksibel dan pengembangan pribadi. Secara khusus aspek pada dimensi monitoring-creating-executing subsystem (MCES) menunjukkan korelasi positif tertinggi dengan preferensi perilaku koping yang terfokus pada masalah mencari dukungan sosial sebagai strategi koping dalam situasi stress. Pencarian dukungan sosial sebagai strategi koping dalam situasi stres menunjukkan hubungan positif yang signifikan dengan aspek Psychological Immune System misalnya pada aspek social monitoring capacity, social mobilizing capacity, dan social creating capacity.
Sejumlah aspek lainnya yang terkandung dalam Psychological Immune System
29
telah diteliti berkaitan dengan dukungan sosial (Elkfrawy & Ibrahim, 2021; Zhan
& Ding, 2020; Fujitani dkk, 2017; Yang, 2006). Menggabungkan variabel ini di bawah satu payung teoretis memberikan kesempatan untuk mempelajari efeknya pada mahasiswa. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan antara dukungan sosial dengan Psychological immune system pada mahasiswa.
Dukungan sosial dapat didefinisikan sebagai fungsi dan kualitas hubungan sosial yang diterima individu dari individu lain seperti bantuan dan dukungan (Schwarzer dkk, 2004). Lebih lanjut menurut Schwarzer dkk memiliki dukungan sosial penting untuk kesehatan dan kesejahteraan fisik karena dukungan sosial meningkatkan ikatan dekat individu dengan individu lainnya, mengembangkan ikatan sosial, dan merasa berafiliasi. Selanjutnya dukungan sosial juga didefinisikan sebagai seperangkat sumber daya manusia dan material yang tersedia bagi seorang individu untuk membantu dalam mengatasi situasi krisis tertentu dan mengatasi stres (Cohen, 2004). Sumber daya tersebut dapat berupa sumber daya yang nyata atau hanya dirasakan dan akan membantu memfasilitasi individu untuk mengatasi stres hingga mengurangi tingkat kesulitan yang dihadapi. Dapat dikatakan dukungan sosial merupakan faktor penting yang membantu mengurangi efek negatif dari stres. Umumnya, dukungan sosial yang dirasakan atau diperoleh dapat berasal dari berbagai sumber seperti keluarga, teman, pasangan, namun tidak terbatas pada itu, ikatan komunitas, dan rekan kerja juga dapat menjadi sumber dukungan sosial untuk individu.
Dukungan sosial dapat memengaruhi fungsi kekebalan individu yang mengalami stres dalam jangka panjang dan intens. Individu yang memiliki dukungan sosial yang kuat memiliki sistem kekebalan yang lebih kuat dan gangguan kekebalan yang lebih kecil dalam menanggapi stres daripada individu dengan dukungan yang kurang (Kennedy dkk, 1990). Menurut Özmete & Pak (2020) rendahnya dukungan sosial dianggap sebagai faktor risiko kecemasan selama masa krisis Covid-19. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa ketika dukungan sosial yang dirasakan meningkat maka dapat menurunkan tingkat kecemasan dalam keadaan pandemi Covid-19.
Menurut Hasan & Rufaidah (2013) melalui dukungan sosial individu dapat meningkatkan kepercayaan diri, penerimaan diri dan realita, dan berpikir positif.
Berdasaran hal tersebut dukungan sosial dapat dianggap sebagai salah satu faktor yang mampu memberikan kemampuan bagi mahasiswa untuk menoleransi stres dan menghadapi ancaman, yang berlanjut menjadi fungsi dasar untuk peningkatan dan pengayaan potensial untuk memiliki Psychological Immune System yang lebih kuat. Melalui Psychological Immune System tersebut mahasiswa dapat menerapkan koping yang efektif dengan menggunakan sumber daya yang diperlukan untuk memengaruhi dan menciptakan kemungkinan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi saat pandemi.
Ketika mahasiswa menghadapi tantangan akademik selama pandemi, wajar jika mahasiswa harus saling mengandalkan dan tetap terhubung agar dapat saling menguatkan dan memberi dukungan. Namun dengan kondisi perkuliahan yang dilakukan secara daring dukungan sosial tidak lagi dapat dirasakan semudah
31
saat kondisi perkuliahan luring karena saat ini pertemuan hanya terbatas virtual dan dikhawatirkan akan mempengaruhi psikososial mahasiswa. Menurut Taylor (2015) dukungan sosial adalah sumber perlindungan psikososial yang paling vital, di mana ikatan sosial yang memuaskan secara emosional mengurangi efek yang disebabkan oleh stres dan efek buruknya pada kesehatan. Oleh karena itu, dukungan sosial merupakan domain yang paling relevan saat ini dalam membantu mahasiswa untuk memiliki Psychological Immune System yang kuat di masa pandemi Covid-19.
Schaefer & Moos (1998) menyatakan bahwa dukungan sosial dapat menjadi awal dari pertumbuhan pribadi dengan mempengaruhi perilaku koping dan membantu keberhasilan adaptasi terhadap krisis kehidupan. Hal tersebut sejalan dengan konsep Psychological Immune System sebagai sistem yang menawarkan satu gambaran potensial dari alat pelindung yang mungkin berpengaruh dalam proses adapsi dan koping. Selain itu Psychological Immune System menggabungkan 16 sumber daya atau potensi yang berbeda yang memenuhi fungsi yang sama dan berinteraksi secara dinamis untuk memfasilitasi adaptasi dan pengembangan diri individu yang fleksibel. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui dengan adanya dukungan sosial dapat membantu mahasiswa untuk memperkuat Psychological Immune System yang mendorong mahasiswa untuk mampu mengidentifikasi sumber daya kepribadian dan menerapkan koping yang efektif. Berdasarkan hal tersebut, diprediksi bahwa dukungan sosial memiliki hubungan dengan Psychological Immune System pada mahasiswa.