• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat. Nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja lama-lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan terjadi makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.

Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Gejala dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar manjadi cekung (pada bayi). Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

Bardasarkan banyaknya cairan yang hilang, dehidrasi menurut Betz, 2002 dapat dibagi menjadi :

a. Dehidrasi ringan adalah kehilangan cairan kurang dari 5% berat badan ditandai dengan 1). Haus, sadar, gelisah, ubun-ubun normal; 2). TD normal, RR normal dan nadi normal, status mental normal; 3). Turgor normal; 4). mukosa sedikit kering; 5). urin sedikit kurang.

b. Dehidrasi sedang adalah kehilangan cairan antara 5-9% berat badan ditandai dengan 1). Haus meningkat; 2). Nadi cepat dan lemah,TD

normal, RR cepat; 3). Turgor menurun; 4). Membran mukosa kering; 5). Ubun-ubun normal; 6). Status mental normal; 7). Keluaran urin mengurang.

c. Dehidrasi berat adalah kehilangna cairan lebih dari 10% berat badan ditandai dengan 1). Kesadarn menurun, lemas, takikardi, ekstremitas dingin; 2). Nadi cepat dan halus kadang teraba,TD menurun; 3). Haus meningkat; 4). Keluaran urin tidak ada; 5). Ubun – ubun cekung

F. Penatalaksanaan

Dasar pengobatan medis menurut FKUI, 2007 adalah : 1. Pemberian cairan

Cara pemberian cairan dalam terapi dehidrasi :

a. Belum ada dehidrasi adalah dengan peroral sebanyak anak mau minum ( ad libitum ) atau satu gelas setiap kali buang air besar b. Dehidrasi ringan adalah 1 jam pertama : 25 – 50 ml/kgbb peroral

atau intragastrik; Selanjutnya : 125 ml/kgbb/hari atau ad libitum (sebanyak anak mau minum).

c. Dehidrasi sedang adalah dengan 1 jam pertama : 50-100 ml/ kg bb/ peroral/ intra gastrik (sonde); selanjutnya : 125 ml / kg bb / hari ada albumin.

d. Dehidrasi berat

Tabel 2.1. Jadwal (kecepatan) pemberian cairan

waktu

umur Berat

Badan 1 jam pertama 4 jam pertama 7 jam berikut 16 jam berikut 20 jam berikut

< 1 bln < 3 kg - 25 ml/kgbb/jam atau = 6 tts/kgbb/mnt (1 ml = 15 tetes) atau = 8 tts/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes) - - 150 ml/kgbb/20jam atau = 2 tts/kgbb/mnt (1 ml = 15 tetes) atau =21/2 tts/kgbb/m (1 ml = 20 tetes) 1 bln – 2 3 – 10 kg 40 ml/kgbb/jam - 12 ml/kgbb/jam 125 ml/kgbb oralit

tahun atau = 10 tts/kgbb/mnt (1 ml=15 tts) = 13 tts/kgbb/mnt (1ml=20 tts) atau = 3 tts/kgbb/mnt (1ml=15 tts) = 4 tts/kgbb/mnt (1ml=20 tts) peroral atau intragastrik.

Bila anak tidak

mau minum, teruskan DG aa intravena (1 bagian larutan Darrow + 1 bagian glikosa 5%) 2 tts/kgbb/mnt (ml=15 tts) atau 3 tts/kgbb/mnt (1ml=20 tts)

-= 8 tts/kgbb/mnt (1ml=15 tts ) = 10 tts/kgbb/mnt (1ml=20 tts) = 3 tts/kgbb/mnt (1ml=15 tts) = 4 tts/kgbb/mnt (1ml=20 tts) intragastrik.

Bila anak tidak

mau minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgbb/mnt (1ml=15 tts atau 3 tetes/kgbb/mnt (1ml=20 tts) 5 – 10 tahun 15 – 25 kg 20 ml/kgbb/jam atau = 5 tts/kgbb/mnt (1ml=15 tts) atau = 7 tts/kgbb/mnt (1ml=20 tts) - 10 ml/kgbb/jam atau =21/2 tts/kgbb/mnt (1ml=15 tts) =3 tts/kgbb/mnt 105 ml/kgbb oralit peroral atau bila anak tidak mau

minum dapat

diberikan DG aa

(1ml=20 tts) tts/kgbb/mnt (1ml=15 tts) atau 1½ tts/kgbb/mnt (1ml=20 tts)

2. Pengobatan diatetic

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 th dengan BB kurang dari 7 kg jenis makanan :

a. Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tidak jenuh, misalnya LLM, alimiron atau sejenisnya)

b. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan pada (nasi tim) bila anak tidak mau minum susu

c. Susu khusus yang sesuai dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu tanpa laktosa , susu asam lemak yang berantai sedang atau jenuh

3. Obat-obatan

Prinsif pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, denga cairan yang mengandung elektrolit dan glikosa atau karbohidrat lain (gula, air tinja, tepung beras dan sebagainya) medikel obat diare :

a. Obat anti sekresi : asetol dosis 25 mg / tahun denfan dosis minimum 30 mg komproimazin dosis 0,25 – 1 mg / kg bb / hari b. Obat spasmolitik dan lain-lain umumnya obat sposmalitik seperti

paverin, ekstra beladona, opium, loperamid tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi. Obat pengeras tinja seperti kaolin, pactin, cherecoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare, sehingga tidak diberikan lagi

c. Antibiotik umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebabnya kolera tetrasiklin 25 – 50 mg / kg bb / hari (Ngastiyah. 2005).

G. Komplikasi

Menurut Suriadi, 2006 bila diare berlangsung terus, maka dapat timbul : a. Dehidrasi, diakibatkan karena tubuh kehalangan terlalu banyak cairan

dengan tandamukosa bibir kering, turgor kulit jelek, urin pekat, mata cekung

b. Syok hipovolemik, merupakan akibat lanjutan bila kekurangan volume cairan yang terlampaui berlebihan menyebabkan kehilangan cairan dan sistem vaskuler, darah jadi lebih kental dan tidak lancar yang dapat menimbulkan renjatan yang ditandai denyut nadi cepat, tekanan darah manurun, pasien gelisah, muka pucat, ekstremitas dingin dan kadang sianosis.

c. Hipokalemia (hipotoni otot, lemah, brakikardia, disritmia jantung) Kehilangan cairan berlebihan menyebabkan tubuh juga kelainan elektrolit seperti kalium yang berperan penting dalam kerja otot sekeleta dan jantung. Penurunan kadar kalium dalam tubuh (darah) akan mengakibatkan penurunan kerja jantung dan otot. Pada jantung bisa menimbulkan disritmia. Kontraksi yang kurang menyebabkan brakikardi, meteorismus. Pada otot menimbulkan kelemahan dan

d. Kejang, merupakan respon tubuh yang menandakan tubuh kekurangan oksigen terutama otak. Hal ini diakibatkan oleh adanya gangguan biokimia dalam tubuh yang mengakibatkan oleh asidosis metabolik sebagai aliran darah tidak lancar, suplai darah diutamakan keorgan-organ tubuh yang vital.

e. Malnutrisi, ini dikarenakan absorbsi zat gizi yang tidak adekuat menyebabkan tubuh zat gizi yang ditandai berat badan turun, konjungtiva anemis, badan lemas.

f. Asidosi Metabolik. Karena tubuh kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas dan asam karbonas berkurang, yang mengakibatkan pH darah manurun (menjadikan lebih asam / asidosis). Sedangkan pada proses metabolisme dengan menggunakan Co2 sehingga dalam tubuh terjadi penumpukan asam laktat maka terjadi asidosis metabolisme.

Dokumen terkait