• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP DASAR. terhadap makanan tertentu atau mencerna toxin (Martin, 1999). keseimbangan elektrolit (Cecyly, Betz.2002).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KONSEP DASAR. terhadap makanan tertentu atau mencerna toxin (Martin, 1999). keseimbangan elektrolit (Cecyly, Betz.2002)."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya muntah dan diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna toxin (Martin, 1999).

Gastroenteritis adalah infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh berbagai enterogen termasuk bakteri virus dan parasit (Nelson, 2000).

Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit (Cecyly, Betz.2002).

Gastroenteritis adalah radang dari lambung ke usus yang memberikan gejala diare dengan disetai muntah atau tanpa muntah ataupun dengan muntah besar (Manjoer, Arief.2000).

Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi, BAB lebih dari 4 kali dalam sehari pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak atau dewasa dalam satu hari dengan konsisten feses encer dapat berwarna hijau atau dapat bercampur dengan darah dan lender atau lendir saja.

(2)

B. Anatomi dan Fisiologi

Gambar 2.1 : Anatomi Sistem Pencernaan Sumber : Kee, J.L. & Hayes, E.R.(2006).

(3)

ANATOMI 1. Mulut

Mulut merupakan jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan.

Secara umum mulut terdiri atas dua bagian yaitu :

a. Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang diantara gusi , pipi, bibir , gigi.

1) Bibir

Disebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir ( mukosa), otot orbikularis oris menutupi bibir. Levator anguli oris mengangkat dan depresor anguli oris menekan ujung mulut.

2) Pipi , dilapisi dari dalam mukosa yang mengandung papillia, otot yang terdapat pada pipi adalah otot buksinator.

3) Gigi , ada 2 macam a) Gigi sulung

Mulai tumbuh pada anak – anak umur 6 – 7 bulan , lengkap pada umur 2,5 jumlahnya 20 buah, disebut juga gigi susu. Terdiri dari : 8 buah gigi seri ( dens insisvus ), 4 buah gigi taring ( dens kaninus ) dan gigi graham ( molar ).

b) Gigi tetap ( gigi permanent )

(4)

taring ( dens kaninus ), 8 buah gigi geraham ( molar ) dan 12 buah gigi graham ( premolar ).

b. Bagian rongga mulut ( bagian dalam ), yaitu rongga mulut yang dibatasi oleh tulang maksilaris palatum dan mandibularis.

Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis- lapis, dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir.selaput ini kaya akan pembuluh darah dan juga memuat banyak ujug akhir syaraf sensoris. Dasebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa).

1) Palatum

Terdiri dari 2 bagian :

a) Palatum durum, yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maksilaris dan lebih kebelakang terdiri dari 2 bagian palatum.

b) Palatum mole, terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak,terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.

2) Rongga mulut a) Gigi

Manusai mempunyai 2 susunan gigi primer dan sekunder. Gigi ada 2 macam :

(5)

Gigi tetap tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah.

b) Lidah

Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini dapat digerakkan kesegala arah. Lidah terbagi atas 3 bagian yaitu radiks lingua ( pangkal lidah ), dorsum lingua ( punggung lidah ), apeks lingua ( ujung lidah ).

Pangkal lidah yang belakang terdapat epiglotis punggung lidah ( dorsum lingua ), terdapat putting-putting pengecap / ujung saraf pengecap.

Fenulum lingua, merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah kira-kira ditengah-tengah jika lidah digerakkan keatas tampak selaput lendir.

Flika sub lingua, terdapat disebelah kiri dan kanan frenulum lingua. Disini terdapat pula lipatan selaput lendir. Pada pertengahan flika sub lingua ini terdapat saluran dari grandula sub lingualis.

3) Kelenjar ludah

Merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang bernama duktus stensoni. Kelenjar ludah ini ada 2, yaitu :

(6)

a) Kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar sub maksilaris) yang terdapat dibawah tulang rahang atas pada bagian tengah.

b) Kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar sub lingualis) yang terdapat disebelah dapat dibawah lidah.

Dibawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah bawah lidah diantara lipatan bawah lidah bagian bawah dari lidah disebut korunkula sub lingualis serta hasil sekresinya berupa kelenjar ludah (salivia).

Salivia dihasilkan didalam rongga mulut disekitar rongga mulut. Disekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu :

a) Kelenjar karotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara proseus mastoid kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus stensoni. Duktus ini keluar dari grandula parotis menuju kerongga mulut melalui pipi (muskulus buksinator).

b) Kelenjar sub maksilari, terletak dibawah rongga mulut bagian belakang, duktusnya bernama duktus wartoni, bermuara didasar rongga mulut dekat dengan frenulum lingua.

c) Kelenjar sub lingualis, letaknya dibawah selaput lendir dasar rongga mulut bermuara didasar rongga mulut.

(7)

4) Otot lidah

Otot ektrinsik lidah berasal dari rahang bawah (M. Mandibularis, os hioid dan prosesus steloid) menyebar kedalam lidah membentuk anyaman bergabung dengan otot intrinsik yang terdapat pada lidah. M geinoglossus merupakan otot lidah yang terkuat berasal dari permukaan tengah bagian dalam yang menyebar sampai keradiks lingua.

2. Faring (tekak)

Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan (esofagus), didalam lengkung faring terdapat tosil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit.

Disini terletak persimpangan antara jalan nafas dengan jalan makanan. Letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.

Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung dengan perantara lubang bernama koana.

Keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantara lubang disebut ismus fausium.

Tekak terdiri dari :

a. Bagian superior (nasofaring), bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang kendang telinga.

(8)

b. Bagian media (orofaring), berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian superior disebut faring = faring yang berhubungan tekak dengan tenggorokan (trakea).

c. Bagian inferior = bagian yang tinggi dengan faring. 3. Esofagus (kerongkongan)

Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung, panjang kurang lebih 25 cm. Mulai dari faring sampai masuk kardiak dibawah lambung.

Lapisan dinding esofagus dari dalam keluar terdiri dari : lapisan selaput lendir (mukosa), lapisan sub mukosa, lapisan otot melingkar sirkuler dan lapisan otot memnjang longitudinal.

Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang punggung setelah melalui toraks menembus diafragma masuk kedalam abdomen menyambung dengan lambung.

4. Lambung

Gambar 2.2 : Lambung

(9)

Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak, terutama didaerah epigaster lambung, terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilarik terletak dibawah diafragma didepan pangkreas dan limpa menempel disebelah kiri fundus uteri.

Bagian lambung terdiri dari: a. Fundus ventrikuli

Bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri osteom kardium dan biasanya penuh berisi gas.

b. Korpus fentrikuli

Korpus fentrikuli setinggi ostium kardium suatu lekukan pada bagian bawah kurfatura minor.

c. Antrum vilorus

Antrum vilorus bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal membentuk spinter pilorus

d. Kurvatura minor

Kurvatura minor terdapat disebelah kanan lambung, terbentang dari osteom kardiak sampai ke pilorus.

e. Kurvatura mayor

Kurvatura mayor lebih panjang dari kurvatura minor terbentang dari sisi kiri osteom kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju kekanan sampai ke pilorus inferior. Ligamentum gastro lenalis

(10)

f. Osteom kardiakum

Osteom kardiakum merupakan tempat dimana esofagus bagian abdomen masuk ke lambung pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.

5. Usus halus (intestinum minor)

Adalah saluran pencernaan diantara lambung dan usus besar, yang merupakan tuba terlilit yang merentang dari sfingter pylorus sampai kiatup ileosekal empatnya menyatu dengan usus besar.

Susunan usus halus : a. Duodenum

Disebut juga usus 12 jari panjangnya kurang lebih 25 cm, berbentuk seperti sepatu kuda melengkung kekiri pada lengkungan ini terdapat pangkreas. Dan bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang membukit disebut papila vateri. Pada papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus pankreatikus).

b. Yeyenum

Adalah bagian kelanjutan dari duodenum yang panjangnya lebih 1 – 1,5m.

1) Ileum

Ileum merentang sampai menyatu dengan usus besar dengan panjang 2 – 2,5 m. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatam peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesentreum.

(11)

6. Hati

Organ yang paling besar dalam tubuh kita, warnanya coklat dan beratnya 1500 kg. Letaknya dibagian atas rongga abdomen disebelah kanan bawah diafragma.Hepar tertetak diquadran kanan atas abdomen, dibawah diafragma dan terlindungi oleh tulang rusuk (costae),sehingga dalam keadaan normal (hepar yang sehat tidak teraba). Hati menerima darah teroksigenasi dari arteri hepatica dan darah yang tidak teroksigenasi tetapi kanya akan nutrien vena porta hepatica.

7. Empedu

Sebuah kantong berbentuk terang dan merupakan membrane berotot, letaknya dalam sebuah lobus disebelah permukaan bawah hati sampai pinggir depannya, panjangnya 8 – 12 cm berisi 60 cm.

Empedu yang diproduksi oleh sel – sel hati memasuki kanalikuli empedu yang kemudian menjadi duktus hepatica kanan dan kiri. Duktus hepatica menyatu untuk membentuk duktus hepatic komunis yang kemudian menyatu dengan duktus sistikus dari kandung empedu damn keluar dari hati sebagai duktus empedu komunis. Duktus empedu komunis bersama denagn duktus pancreas bernuara diduodenum atau dialihkan untuk penyimpanan dikandung empedu. 8. Pankreas

(12)

Kelenjar pankreas

Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sanga mirip dengan kelenjar ludah panjangya kira – kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum sampai kelimpa dan beratnya rata – rata 60 – 90 gr. Terbentang pada vertebral lumbalis II dan II dibelakang lambung. 9. Usus Besar

dalam ke luar adalah selaput lender, laposan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan jaringan ikat . Ukurannya lebi besar daripada usus halus, disini terdapat taenia coli dan apendiks epiploika, mukosanya lebih halus daripada usus halus dan tidak memiliki villi,tidal memiliki lipatan – lipatan sirkuler. Serabut otot longitudinal dalam muskulus eksterna membentuk tiga pita, taenia coli yang menarik kolon menjafdi kantong – kantong besar yang di sebut haustra. Dibagian bawah terdapat katup ileosekal yaitu katup antara usus halus dan usus besar. Katup ini tertutup dan akan terbuka untuk merespongelombang peristaltic, sehingga memungkinkan kimus mengalir 15 ml sekali masuk dan untuk total aliran sebanyak 500 ml/hari.

Usus besar terdiri dari : a. Kolon asendens(kanan) b. Kolon transversum c. Kolon desendens(kiri)

(13)

10. Rectum

Rectum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar(setelah kolon sigmoid) dan berakhir dianus.

Biasanya rectum ini kosong karena tinja di simpan ditempat yang lebih tinggi yaitu pada kolon desenden. Jika kolon desenden penuh dan tinja masuk kedalam rectum, maka akan timbul keinginan buang air besar, orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan ini, tetapi pada bayi dan anak mudah mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar. Anus merupakan lubang diujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus.

11. Anus

Ada lapisan dari saluran pencernaan yangmenghubungkan rektum dengan dunia luar (udara luar). Terletak diantara pelvis. Dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter :

a. Sfingter ani internus b. Sfingter levatorani

(14)

FISIOLOGI

Pada sistem pencernaan makanan terdiri dari 3 fase : pergerakan makanan, sekresi getah pencernaan dan absorbsi makanan yang dicerna.

Adapun penjelasan dari 3 fase tersebut yaitu : 1. Pergerakan makanan

Jenis fungsional pergerakan saluran pencernaan yaitu :

a. Gerak campur, disebabkan oleh kontraksio lokal segmen kecil dinding usus

b. Gerak mendorong – peristaltik (propulsif)

Peristaltik ditimbulkan oleh karena rangsangan, sehingga terjadi peregangan. Peristaltik terjadi pada traktus gastrointestinal, saluran empedu, ureter dan saluran kelenjar lain diseluruh tubuh dan sebagian besar tabung otot polos lain dalam tubuh.

Proses pergerakan makanan : a. Mulut, kerongkongan, esofagus

Jumlah makanan yang dicerna seseorang ditentuka oleh hasrat intrinsik untuk makan (lapar) dan jenis makanan yang disukai (selera).

Mekanisme pencernaan, yaitu : 1) Penguyahan (mastikasi)

Yaitu gerak menggigit, memotong, dan menggiling makanan diantara gigi atas dan bawah.

Otot utam manguyah : muskulus maseter, muskulus temporalis dan muskulus pterigoid.

(15)

Sebagian otot polos menguyah dipersarafi oleh cabang motoris saraf otot ke V dan proses menguyah diatur oleh nukleus pada otak. Adapun reflek penguyahan sebagai berikut : adanya bolus makanan dalam mulut menyebabkan reflek innibisi otot – otot penguyah yang memungkinkan otot rahang bawah turun dan mendadak memulai reflek regamh otot – otot rahang yang mengakibatkan kontraksi memantul.

Proses penguyahan sangatlah penting karena enzim-enzim pencernaan terutama bekerja pada permukaan partikel makanan sehingga mampengaruhi kecepatan panguyahan. Selain itu juga mencegah dari eksporai saluran pencernaan dan mempermudah pengosongan makanan dam lambung.

2) Menelan (deglutisi)

Proses menelan dibagi dalam 3 stadium : a) Stadium volunter

Makanan yang tiap ditelan, secara sadar makanan atau didorong kebagian belakang mulut oleh tekanan lidah keatas dan kebelakang terhadap platum. Jadi lidah memaksa bolus makanan masuk kedalam faring.

b) Stadium faringeal

Bila lobus makanan didorong kebelakang mulut, maka perangsang daerah reseftor menelan lalu imflus berjalan

(16)

kebatang otak untuk melakukan serangkaian kontraksi otot faring.

Mekanismenya :

b.1) palatum mollo didorong keatas menutup nares posterior untuk mencegah refluk makanan kerongga hidung.

b.2) arkus palatofaringeus pada tiap sisi faring tertarik ketengah untuk saling mendekati sehingga menbentuk celah untuk lewat makanan.

b.3) pita suara laring sangat berdekatan dengan epiglotis mangayun kebelakang atas pintu superior laring untuk mencegah makanan masuk kedalam trakea.

b.4) seluruh laring ditarik keatas dan kedepan dan sfingter esofagus atas relaksasi sehingga memungkinkan makanan dengan mudah dan bebas dari faring posterior kedalm esofagus atas.

Saat laring terangkat dan sfingter esofagus relaksasi, muskulus kontriktor faring superior berkontraksi maka terjadilah gelombang peristaltik.

Pada stadium ini, pengatur saraf atas stadium faringeal yaitu terletak pada daerah cincin sakit, lubang faring dengan kepekaan terbesar dari “tonsilitar pilliar”. Implus dihantarkan daerah-daerah tersebut melalui bagian sensori nervus trigemius dan nervus glosofaringeus menuju kedaerah-daerah nebulla

(17)

oblongata dan bagian bawah pons yang merupakan bagian pussat menelan. Implus dari pusat menelan dikirim kefaring dan bagian atas esofagus melalui saraf otak ke V, IX, Xdan XII yang kemudian menyebabkan menelan.

c) Stadium esofagial

Dalam keadaan normal, esofagus menunjukkan 2 jenis gerakan peristaltik primer dan peristaltik sekunder. Peristaltik primer merupakan lanjutan gelombang peristaltik yang dimulai pada faring dan menyebar ke esofagus selama stadium faringeal proses menelan. Gelombang ini berjalan dari faring kelambung kira-kira dalam waktu 5-10 detik. Sedangkan peristaltik sekunder adalah gelombang peristaltik yang berasal dari esofagus akibat adanya regangan esofagus oleh makanan yang tertinggal.

Peristaltik esofagus dikontrol oleh vagus yang dihantarkan melalui saraf eferen vagus dari esofagus kemedulla oblongata dan kembali ke esofagus.

Setelah makanan masuk ke lambung maka sfingter esofagus bawah akan mwnutup untuk mencegah reflek. Sfingter ini bekerja dipengaruhi oleh nervus mienterikus.

b. Lambung

(18)

keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung kedalam kerongkongan.

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan dengan enzim-enzim, sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting : lendir, asam klorida (HCL) prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan olehnasam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tikak lambung.

Fungsi motorik lambung ada 3 :

1) Menyimpan makanan dalam jumlah besar sampai makanan tersebut dapat ditampung pada bagian bawah saluran pencernaan. 2) Mencampur makanantersebut dengan sekret lambung sampai ia

membentuk satu campuran setengah padat yang dinamakan kimus. 3) Mengeluarkan makanan perlahan-perlahan dari lambung masuk

keusus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorbsi oleh usus halus.

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna mencegah protein. Keasaman lambung yang setinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

Pengosongan lambung dipengaruhi oleh :

1) Saraf yang disebabkan oleh peregangan dalam lambung oleh makanan

(19)

2) Hormon gastrin yang dikeluarkan oleh mukosa antrum yang menimbulkan efek meningkatkannya pengosongan lambung. Adapun faktor penghambat pengosongan lambung :

1) Reflek enterogastrik dari duodenum pada aktifitas pylorus

Bila kimus memasuki duodenum, isyarat reflek saraf dihantarkan kembali kelambung untuk manghambat peristaltik dan meningkatkan tonus pyorus.

Faktor – faktor yang secara terus menerus manimbulkan reflek enterogastrik :

a) Derajat peregangan duodenum b) Derajat keasaman kimus c) Osmolaris kimus

d) Adanya iritasi mukosa duodenum

e) Adanya hasil-hasil pemecahan kimus (protein dan lemak) 2) Peran dari hormon atau isyarat umpan balik hormonal dari

duodenum

a) Kolesistokinin, diproduksi dari mukosa jejenum dalam respon terhadap lemak dalam kimus. Berfungsi untuk menghambat pengosongan lambung yang meningkat akibat kerja hormon gastrin.

b) Sekretin, diproduksi dari mukosa duodenum yang berespon terhadap asam lambung berfungsi menurunkan motilitas

(20)

c) Hormon peptida penghambat lambung yang dikeluarkan dari bagian atas usus halus terutama berespon terhadap lemak tetapi juga karbohidrat berfungsi menghambat motilitas lambung. c. Usus halus

Pergerakan usus halus ada 2 yaitu : 1) Kontraksi pencampuran (segmentasi)

Kontraksi ini dirangsang oleh peregangan usus halus yaitu desakan kimus.

2) Kontraksi pendorong

Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltik. Aktifitas peristaltik usus halus sebagian disebabkan oleh masuknya kimus kedalam duodenum, tetapi juga oleh yang dinamakan gastroenteritik yang ditimbulkan oleh peregangan lambung terutama dihancurkan melalui pleksus mienterikus dari lambung turun sepanjang dinding usus halus.

Perbatasan usus halus dan kolon terdapat katup ileosikalis yang berfungsi mencegah aliran feses kedalam usus halus. Derajat kontraksi sfingter ileosikal terutama diatur oleh reflek yang berasal dari sekum. Reflek-reflek kesfingter ileosikal ini diperantai oleh plekus mienterikus.

Dinding usus halus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap kehati melalui vena porta. Dinding usus halus melepaskan lendir (yang melumasi usus) dan air (yang membantu

(21)

malarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula, dan lemak.

Iritasi yang sangat kuat pada mukosa usus, seperti yang terjadi pada beberapa infeksi dapat menimbulkan apa yang dinamakan “peristaltik rush” merupakan peristaltik sangat kuat yang berjalan jauh pada usushalus dalam beberapa menit.

d. Usus besar (kolon)

Fungsi kolon : Mengabsorsi air dan elektrolit serta kimus dan menyimpan feses sampai dapat dikeluarkan. Pergerakan kolon ada 2 macam :

1) Pergerakan pencampur (Haustrasi) yaitu kontraksi gabungan otot polos dan longitudinal namun bagian luar usus besar yang tidak terangsang menonjol keluar menjadi seperti kantong.

2) Pergarakan pendorong ”Mass Movement”, yaitu kontraksi usus besar yang mendorong feses ke arah anus.

Faktor pencetus timbulnya Mass movement adalah reflek gastroiliaka.reflek duodenokolika dan iritasi kolon. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat – zat gizi.

Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat – zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.

(22)

bakteri-bakteri didalam usus besar .Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkanya lendir dan air, dan terjadilah diare. Beberapa sifat khas otot pada usus adalah sebagai berikut : osinsitium fungsional yang berati bahwa potensial aksi yang berasal dari salah satu serabut otot polos umumnya dihantarkan dari serabut ke serabut. Kontraksi otot intestinal, otot polos saluran pencernaan menunjukkan kontraksi tonik dab kontraksi ritnik. Kontraksi tonik bersifat kontinue. Sfingter pylorus, ileosekalis dan analis semuanya membantu pergerakan makanan dalam usus. Kontraksi ritnik bertanggung jawab akan fungsi fasik saluran pencernaan, seperti pencampuran makanan atau dorongan peristaltik makanan.

Pleksus meinterikus terutama mengatur gerakan gastrointestinal seedangkan pleksus sub mukosa penting dalam mengatur sekresi dan juga melakukan banyak fungsi sensoris,yang menerima isyarat terutama dari epitel usus dan banyak dari reseptor regangan dalam dinding usus.

e. Rektum dan anus

Di sini di mulailah proses devekasi akibat adanya mass movement. Mekanisme :

1) Kontraksi kolon desenden 2) Kontraksi reflek rectum 3) Kontraksi reflek signoid 4) Relaksasi sfingter ani

(23)

Reflek defekasi dimulai bila serabut syaraf sensorik dalam rectum di rangsang regangan isyarat dihantarkan kebagian sakral medula spinalis lalu secara reflek kembali kekolon desenden ,rectum, sigmoid dan anus melalui serabut saraf para simpatis dalam nervi erigentes. Isyaraf para simpatis ini melalui gelombang peristaltik yang kuat. Isyarat averen yang masuk medula spenalis juga memulai reflek lain seperti bernafas dalam penutupan glottis dan kontraksi otot-otot abdomen untuk mendorong masa feses dalam kolon ke bawah sementara pada saat sama menyebabkan rantai pelvis terdorong kebawah dan keatas anus untuk mengeluarkan feses ke bawah (Evelyn Pearce, 2006).

C. Etiologi

Faktor penyebab diare adalah : 1. Faktor infeksi

Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan sistem transpor menjadi aktif dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan

(24)

akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat (Hidayat, 2008).

Macam – macam infeksi dibagi beberapa macam :

a. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi internal sebagai berikut:

1) Infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella shigella, capylabactor, yersinia aoromonas dan sebagainya.

2) Infeksi virus : entero virus (v.echo, coxsacria, poliomyelitis) 3) Infeksi parasit : cacing (ascaris, tricuris, oxyuris,

srongyloidis, protozoa, jamur)

b. Infeksi parenteral : infeksi diluar alat pencernaan, seperti : Otitis Media Akut, tonsillitis, bronkopnemonia, easefalitis, dan lainnya (Ngastiyah, 2005).

2. Faktor malabsorbsi :

Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit kerongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare (Aziz Alimul, 2008).

Macam – macam dari malabsorbsi dibagi menjadi beberapa : a. Malabsorbsi karbohidrat

b. Malabsorbsi lemak

(25)

3. Faktor psikologis

Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang dapat mempengaruhi proses penyerapan makanan sehingga terjadi diare. Sebagai contoh rasa takut dan cemas (Aziz Alimul, 2008). 4. Faktor makanan, makanan basi atau beracun

Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan (Aziz Alimul, 2008).

D. Patofisiologi

Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri, virus, parasit), faktor malabsorbsi , faktor makanan dan faktor psikologis (Ngastiyah, 2005).

Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan atau minuman yang masuk kedalam tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk sampai lambung, yang kemudian bakteri dibunuh oleh asam lambung. Namun jika jumlah bakteri terlalu banyak maka, ada yang beberapa lolos sampai keduodenum dan berkembang biak. Pada kebanyakan kasus gastroenteritis, organ tubuh yang diserang adalah usus. Didalam usus tersebut bakteri akan memproduksi enzim yang akan mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan usus, sehingga bakteri dapat masuk kedalam membran epitel, dimembran ini bakteri mengeluarkan toksik yang

(26)

menghambat absorbsi cairan. Sebagian akibat dari keadaan ini volume cairan didalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan dinding usus menggembung dan tegang. Sebagian dinding usus akan mengadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk mengalirkan cairan diusus besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi diare.

Diare yang diakibatkan malabsorbsi makanan akan menyebabkan makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Tertelannya makanan yang beracun juga dapat menyebabkan diare karena akan mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus mengakibatkan hiperperistaltik sehingga terjadi berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula (Hidayat A.A, 2008).

Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan dirongga usus menyebabkan klien mengeluh abdomen terasa sakit. Selain karena 2 hal itu, nyeri abdomen atau kram timbul karena metabolisme karbohidrat oleh bakteri diusus yang menghasilkan gas H2 dan C02 yang menimbulkan kembung dan flatus berlebihan. Biasanya pada keadaan ini klien akan merasa mual bahkan muntah serta nafsu makannya menurun.

(27)

Karena terjadi ketidakseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila keadaan ini terus berlanjut dan klien tidak mau makan maka, akan menimbulkan gangguan nutrisi sehingga klien lemas.

Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan klien terjatuh dalam keadaan dehidrasi. Yang ditandai dengan berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun bisa jadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Tubuh yang kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan membuat cairan ekstraseluler dan intraseluler menurun. Dimana selain air, tubuh juga kehilangan Na, K dan Ion Karbonat. Bila keadaan ini berlanjut terus, maka volume darah juga berkurang. Tubuh mengalami gangguan sirkulasi, perfusi jaringan terganggu dan akhirnya dapat menyebabkan syok hipovolemik dengan gejala denyut jantung meningkat, nadi cepat tapi kecil, tekanan darah menurun klien sangat lemah kesadaran menurun. Akibat lain dari kehilangan cairan ekstrasel dan intrasel yang berlebihan, tubuh akan mengalami asidosis metabolik dimana klien akan tampak pucat dengan pernapasan yang cepat dan dalam (pernapasan kusmaul)

Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Karena faktor psikologis (stres, marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenalin dibawah pengendalian sistem, pernapasan simpatis untuk merangsang pengeluaran hormon yang kerjanya mengatur metabolisme tubuh. Sehingga bila terjadi stres, maka metabolisme akan mengalami

(28)

E. Manifestasi Klinis

Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat. Nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja lama-lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan terjadi makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.

Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Gejala dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar manjadi cekung (pada bayi). Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

Bardasarkan banyaknya cairan yang hilang, dehidrasi menurut Betz, 2002 dapat dibagi menjadi :

a. Dehidrasi ringan adalah kehilangan cairan kurang dari 5% berat badan ditandai dengan 1). Haus, sadar, gelisah, ubun-ubun normal; 2). TD normal, RR normal dan nadi normal, status mental normal; 3). Turgor normal; 4). mukosa sedikit kering; 5). urin sedikit kurang.

b. Dehidrasi sedang adalah kehilangan cairan antara 5-9% berat badan ditandai dengan 1). Haus meningkat; 2). Nadi cepat dan lemah,TD

(29)

normal, RR cepat; 3). Turgor menurun; 4). Membran mukosa kering; 5). Ubun-ubun normal; 6). Status mental normal; 7). Keluaran urin mengurang.

c. Dehidrasi berat adalah kehilangna cairan lebih dari 10% berat badan ditandai dengan 1). Kesadarn menurun, lemas, takikardi, ekstremitas dingin; 2). Nadi cepat dan halus kadang teraba,TD menurun; 3). Haus meningkat; 4). Keluaran urin tidak ada; 5). Ubun – ubun cekung

F. Penatalaksanaan

Dasar pengobatan medis menurut FKUI, 2007 adalah : 1. Pemberian cairan

Cara pemberian cairan dalam terapi dehidrasi :

a. Belum ada dehidrasi adalah dengan peroral sebanyak anak mau minum ( ad libitum ) atau satu gelas setiap kali buang air besar b. Dehidrasi ringan adalah 1 jam pertama : 25 – 50 ml/kgbb peroral

atau intragastrik; Selanjutnya : 125 ml/kgbb/hari atau ad libitum (sebanyak anak mau minum).

c. Dehidrasi sedang adalah dengan 1 jam pertama : 50-100 ml/ kg bb/ peroral/ intra gastrik (sonde); selanjutnya : 125 ml / kg bb / hari ada albumin.

(30)

d. Dehidrasi berat

Tabel 2.1. Jadwal (kecepatan) pemberian cairan

waktu

umur Berat

Badan 1 jam pertama 4 jam pertama 7 jam berikut 16 jam berikut 20 jam berikut

< 1 bln < 3 kg - 25 ml/kgbb/jam atau = 6 tts/kgbb/mnt (1 ml = 15 tetes) atau = 8 tts/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes) - - 150 ml/kgbb/20jam atau = 2 tts/kgbb/mnt (1 ml = 15 tetes) atau =21/2 tts/kgbb/m (1 ml = 20 tetes) 1 bln – 2 3 – 10 kg 40 ml/kgbb/jam - 12 ml/kgbb/jam 125 ml/kgbb oralit

(31)

tahun atau = 10 tts/kgbb/mnt (1 ml=15 tts) = 13 tts/kgbb/mnt (1ml=20 tts) atau = 3 tts/kgbb/mnt (1ml=15 tts) = 4 tts/kgbb/mnt (1ml=20 tts) peroral atau intragastrik.

Bila anak tidak

mau minum, teruskan DG aa intravena (1 bagian larutan Darrow + 1 bagian glikosa 5%) 2 tts/kgbb/mnt (ml=15 tts) atau 3 tts/kgbb/mnt (1ml=20 tts)

(32)

-= 8 tts/kgbb/mnt (1ml=15 tts ) = 10 tts/kgbb/mnt (1ml=20 tts) = 3 tts/kgbb/mnt (1ml=15 tts) = 4 tts/kgbb/mnt (1ml=20 tts) intragastrik.

Bila anak tidak

mau minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgbb/mnt (1ml=15 tts atau 3 tetes/kgbb/mnt (1ml=20 tts) 5 – 10 tahun 15 – 25 kg 20 ml/kgbb/jam atau = 5 tts/kgbb/mnt (1ml=15 tts) atau = 7 tts/kgbb/mnt (1ml=20 tts) - 10 ml/kgbb/jam atau =21/2 tts/kgbb/mnt (1ml=15 tts) =3 tts/kgbb/mnt 105 ml/kgbb oralit peroral atau bila anak tidak mau

minum dapat

diberikan DG aa

(33)

(1ml=20 tts) tts/kgbb/mnt (1ml=15 tts) atau 1½ tts/kgbb/mnt (1ml=20 tts)

(34)

2. Pengobatan diatetic

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 th dengan BB kurang dari 7 kg jenis makanan :

a. Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tidak jenuh, misalnya LLM, alimiron atau sejenisnya)

b. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan pada (nasi tim) bila anak tidak mau minum susu

c. Susu khusus yang sesuai dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu tanpa laktosa , susu asam lemak yang berantai sedang atau jenuh

3. Obat-obatan

Prinsif pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, denga cairan yang mengandung elektrolit dan glikosa atau karbohidrat lain (gula, air tinja, tepung beras dan sebagainya) medikel obat diare :

a. Obat anti sekresi : asetol dosis 25 mg / tahun denfan dosis minimum 30 mg komproimazin dosis 0,25 – 1 mg / kg bb / hari b. Obat spasmolitik dan lain-lain umumnya obat sposmalitik seperti

paverin, ekstra beladona, opium, loperamid tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi. Obat pengeras tinja seperti kaolin, pactin, cherecoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare, sehingga tidak diberikan lagi

(35)

c. Antibiotik umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebabnya kolera tetrasiklin 25 – 50 mg / kg bb / hari (Ngastiyah. 2005).

G. Komplikasi

Menurut Suriadi, 2006 bila diare berlangsung terus, maka dapat timbul : a. Dehidrasi, diakibatkan karena tubuh kehalangan terlalu banyak cairan

dengan tandamukosa bibir kering, turgor kulit jelek, urin pekat, mata cekung

b. Syok hipovolemik, merupakan akibat lanjutan bila kekurangan volume cairan yang terlampaui berlebihan menyebabkan kehilangan cairan dan sistem vaskuler, darah jadi lebih kental dan tidak lancar yang dapat menimbulkan renjatan yang ditandai denyut nadi cepat, tekanan darah manurun, pasien gelisah, muka pucat, ekstremitas dingin dan kadang sianosis.

c. Hipokalemia (hipotoni otot, lemah, brakikardia, disritmia jantung) Kehilangan cairan berlebihan menyebabkan tubuh juga kelainan elektrolit seperti kalium yang berperan penting dalam kerja otot sekeleta dan jantung. Penurunan kadar kalium dalam tubuh (darah) akan mengakibatkan penurunan kerja jantung dan otot. Pada jantung bisa menimbulkan disritmia. Kontraksi yang kurang menyebabkan brakikardi, meteorismus. Pada otot menimbulkan kelemahan dan

(36)

d. Kejang, merupakan respon tubuh yang menandakan tubuh kekurangan oksigen terutama otak. Hal ini diakibatkan oleh adanya gangguan biokimia dalam tubuh yang mengakibatkan oleh asidosis metabolik sebagai aliran darah tidak lancar, suplai darah diutamakan keorgan-organ tubuh yang vital.

e. Malnutrisi, ini dikarenakan absorbsi zat gizi yang tidak adekuat menyebabkan tubuh zat gizi yang ditandai berat badan turun, konjungtiva anemis, badan lemas.

f. Asidosi Metabolik. Karena tubuh kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas dan asam karbonas berkurang, yang mengakibatkan pH darah manurun (menjadikan lebih asam / asidosis). Sedangkan pada proses metabolisme dengan menggunakan Co2 sehingga dalam tubuh terjadi penumpukan asam laktat maka terjadi asidosis metabolisme.

H. Pengkajian fokus

1. Pengkajian data fokus yang digolongkan menjadi 2 yaitu data subyektif dan data obyektif :

a. Data subyektif

Pada pasien yang menderita gatroenteritis data subyektif yang ditemukan adalah :

(37)

1) Nyeri atau kram pada abdomen serangan dan lama lokasi dan penyebaran karakter dan beratnya, faktor penghilang dan pemberatnya

2) Sering defekasi (BAB) : warna kehijaunan, hijau, mungkin mengandung darah

3) Penurunan nafsu makan : anoreksia (mual), muntah (polifagia) 4) Demam

b. Data obyektif

Pada pasien dengan gastroenteritis data obyektif yang sering diremukan adalah :

1) Penurunan berat badan atau kegagalan untuk meningkatkan berat badan

2) Hiperaktif usus halus 3) Peka rangsang

4) Dehidrasi mata : cekung, turgor kulit burukl, selaput lendir kering, tak ada air mata saat menangis

5) Ketidak seimbangan elektrolit (Tucker, 2000). 2. Pengkajian data dasar gastroenteritis

a. Pola nutrisi dan metabolik Gejala :

1) Anoreksia : mual-mual 2) Penurunan BB

(38)

3) Tak toleran pada diare / sensitif misal : produk susu, makanan berlemak

Tanda :

1) Penurunan lemak subkutan / masa otot 2) Kelemahan tonus otot dan turgor kulit buruk 3) Membran mukosa pucat

b. Pola eliminasi Gejala :

1) Episode diare yang tidak diperkirakan hilang timbul, sering tidak terkontrol, flatus lembut dan semi cair : bau busuk dan berlemak (steatosea) : melena

2) Konstipasi hilang timbul

3) Riwayat batu ginjal (meningkatnya oksalat pada urin) c. Pola aktifitas / istirahat

Gejala

1) Kelemahan, kelelahan, cepat lelah, pembatasan aktifitas / kerja sehubungan dengan efek proses penyakit

d. Pola persepsi dan sensori Gejala :

1) Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadrat kanan bawah : nyeri abdomen tengah bawah (keterlibatan jejunum) 2) Nyeri tekan disebagian periumbilikal

(39)

4) Nyeri mata fotofobia (iritasi) Tanda :

1) Nyeri tekan abdomen

e. Pola hubungan dengan orang lain Gejala :

1) Masalah berhubungan / berperan sehubungan dengan kondidi, ketidak mampuan aktif secara sosial (Dongoes, 2000).

f. Pengkajian fisik

Pengkajian fisik meliputi : 1) Keadaan umum pasien

Keadaan umum pasien : pada pasien gastroenetritis apabila belum ada dehidrasi keadaan umum baik, dehidrasi sedang keadaan umum nya cukup pada dehidrasi berat keadaan umumnya buruk.

2) Kesadaran

Pada umumnya kesadaran pasien dengan gastroenteritis dapat dibagi menjadi 3 kriteria :

a. Belum ada dehidrasi : sadar atau terjaga, sadar pada diri dan linkungan. Saat diajak bicara dengan suara normal, pasien melihat pada anda dan berespon sempurna serta sesuai dengan rangsangan.

(40)

dehidrasi sedang jatuh pada tingkat kesadaran letergia (ketika diajak bicara denagn suara keras, pasien terlihat mengantuk tetapi membuka matanya dan melihat pada anda, memberikan respon pertanyaan).

c. Dehidrasi berat : tingkat kesadaran klien obtudansi (ketika diguncangkan dengan perlahan pasien membuka matanya dan melihat pada anda tetapi memberikan respon dengan lambat dan agak sedikit bingung). Dapat juga masuk pada tingkat kesadaran stupor (kesadaran diri dan lingkungan minmal) dan koma meskipun mendapatkan rangsangan yang menyakitkan secara berulang, pasien tetap tidak tersadarkan dengan matanya terpejam.

3) Tanda-tanda vital

a. Tekanan darah : mengalami penurunan dibawah normal yaitu kurang dari 120/80 mmHg

b. Suhu : mengalami peningkatan, biasanya lebih besar dari 37oC

c. Nadi : denyut nadi mengalami penurunan kurang dari 100x/menit

d. Pernafasan : pada pernafasan klien gastroenteritis belum adanya dehidrasi masih batas normal yaitu mangalami penurunan dari ambang normal kurang dari 24x / menit

(41)

4) Keadaan

a. Kepala : rambut, termasuk kuantitas, penyebaran dan tekstur kulit kepala, termasuk warna (pucat), tesktur, penyebaran rambut dan lesi

b. Mata : lapang pandang, jika ada implikasi maka terdapat kelainan quadrantik, seklera dan konjungtiva, bisa terjadi interik. Kelopak mata biasa terjadi anameris

c. Daun telinga, lubang telinga, dan gendang telinga : biasanya ditemukan kemungkinan penurunan ketajaman pendemgaran

d. Hidung : tidak mendapat keluhan

e. Mulut dan faring : infeksi (bibir terjadi sianosis atau pucat) f. Leher : palpasi kelenjar limfe, infeksi kelenjar tiroid

g. Thoraks dan paru-paru : inspeksi (frekuensi terjadi penurunan kurang dari 24x / menit, iramanya lemah, kedalaman dan upaya terdapat bernafas dalam)

h. Jantung : biasanya tidak terdapat keluhan

i. Abdomen : inpeksi (secara berurutan, inpeksi abdomen dengan evaluasi sulit : warna, jaringan perut, terdapat lesi atau kemerahan), perkusi (timpani diperpasi diatas lambung, pekak diperfusi diatas hati, limpa dan ginjal). Palpasi terdapat adanya area nyeri tekan, masa dan organ

(42)

j. Genitalia, anus dan rektum : biasayna terjadi lesi dan kemerahan pada anus

k. Aktremitas : biasanya terjadi kelemahan otot ekstremitas (Suriadi, 2006).

g. Tahap-tahap tumbuh kembang anak menurut Whalley & Wong, 2002 adalah

a. Masa pranatal

1) Masa mudugah / embrio : konsepasi – 8 minggu 2) Masa janin / fetus : 9 minggu – lahir

b. Masa bayi : usia 0-1 tahun

1) Masa neonatal : usia 0-28 tahun a) Masaneonatal dini : 0-7 hari b) Masa neonatal lanjut : 8-28 hari c) Masa pasca neonatal : 29 – 1 tahun c. Masa prasekolah : usia 1-6 tahun

d. Masa sekolah : usia 6-18 tahun / 20 yahun 1) Masa pra remaja : usia 6-10 tahun 2) Masa remaja

a) Masa remaja dini

(1) wanita, usia 8-13 tahun (2) pria, usia 10-15 tahun b) Masa remaja lanjut

(43)

(2) pria, usia 15-20 tahun

Perkembangan mental anak balita yang disebut : SKALA YAUMIL MINI

1. Dari lahir sampai 3 bulan a. Balajar mengangkat kepala

b. Belajar mengikuti obyek dengan matanya c. Melihat kemuka orang dengan tersenyum 2. Dari 3 sampai 6 bulan

a. Mengangkat kepala 90o dan mengangkat dada dengan bertopeng tangan

b. Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya / diluar jangkauannya

3. Dari 6 sampai 8 bulan

a. Dapat duduk tanpa dibantu

b. Dapat tengkurap dan berbalik sendiri

c. Dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang 4. Dari 9 sampai 12 bulan

a. Dapat berdiri sendiri tanpa bantuan b. Dapat berjalan dengan tuntunan c. Menirukan suara

5. Dari 12 sampai 18 bulan

(44)

c. Dapat mengatakan 5-10 kata 6. Dari 18 sampai 21 bulan

a. Naik turun tangga b. Menyusun 6 kotak

c. Menunjuk mata dan hidungnya 7. Dari 2 sampai 3 tahun

a. Balajar meloncat, memanjat dan melompat dengan satu kaki b. Membuat jembatan dengan 3 kotak

c. Mampu menyusun kalimat 8. Dari 3 sampai 4 tahun

a. Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga b. Berjalan peda jarak kaki

c. Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri 9. Dari 4 sampai 5 tahun

a. Melompat dan menari

b. Menggambar orang terdiri dari kepala, lengan badan c. Menggambar segi empat dan segitiga

(45)

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium / diagnostik menurut Betz, 2002 adalah a. Hamest feses untuk memeriksa adanya darah (lebih umum dengan

yang bakterial)

b. Evaluasi feses terhadap volume, warna, konsistensi adanya kus atau pus

c. Hitung darah lengkap dengan deferensional

d. Uji antigen imonosiasi enzim untuk memastikan rota virus

e. Kultur feses (jika anak dihopitalisasi, pus dalam feses atau diare yang berkepanjangan) untuk menentukan fatogen

f. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit g. Aspirasi duodenum (jika diduga coli lambia)

(46)

I. Pathways

Faktor Malabsorbsi faktor makanan faktor infeksi faktor psikologi

Absorbsi menurun hipermobilitas hipomobilitas parenteral internal hormon adrenalin meningkat Tekanan osmotik usus absorbsi berkurang bakteri tumbuh toksin dr bakteri & virus mempengaruhi saraf

parasimpatik

pergeseran air & elektronik iritasi mukosa usus

kerongga usus cairan elektrolit dlm usus hiperperistaltik

meningkat

hiperperistaltik defekasi sering lebih iritasi mukosa usus

absorbsi menurun dari 3 kali

info ttg penyakit kurang kerusakan rongga usus

proses infeksi proses dehidrasi kemerahan & iritasi kulit

sekitar anus

(Hidayat.A.A, 2008 ; Ngastiyah, 2005; Soegeng, 2002)

DIARE

Kurang pendidikan kesehatan cemas hipertermi Kekurangan volume

cairan dan elektrolit

Gangguan integritas kulit Gangguan nutrisi kurang dari bebutuhan nyeri

(47)

J. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut Doenges, 2000 dan Nanda, 2005 adalah

1. Gangguan eliminasi BAB : diare berhubungan dengan faktor-faktor infeksi, makanan,

psikologis.

a. Data subyektif :

1) BAB lebih dari 4 kali dalam sehari b. Data obyektif :

1) Frekuensi lebih dari 4 kali sehari 2) Cair

2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat

diare. a. Data subyektif : 1) Kelemahan 2) Haus 3) Mual muntah b. Data obyektif : 1) Kulit kering

2) Nadi meningkat, tekanan darah menurun, volume / tekanan nadi menurun 3) Penurunan urin output

4) Peningkatan suhu tubuh

3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder akibat

(48)

a. Data subyektif :

1) Melaporkan nyeri secara verbal 2) Memegang daerah yang nyeri 3) Posisi untuk mengurangi nyeri b. Data obyektif :

1) Tingkah laku berhati-hati

2) Gangguan tidur ( mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau ) 3) Fokus pada diri sendiri

4) Perubahan dalam nafsu makan

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya

absorbsi usus terhadap zat gizi, mual / muntah. a. Data subyektif :

1) Melaporkan intake makanan kurang dari kebutuhan yang dianjurkan 2) Mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah makanan

3) Melaporkan kurang makan

4) Melaporkan perubahan sensori rasa 5) Tidak mampu mengunyah makanan 6) Enggan makan

b. Data obyektif :

1) BB dibawah ideal lebih dari 20%

2) Konjunctiva dan membran mukosa pucat 3) Lemah otot untuk menelan / mengunyah 4) Luka , inflamasi pada rongga mulut

(49)

5) Penurunan BB dengan intake tidak adekuat

5. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap dehidrasi.

a. Data subyektif : 1) Merasakan panas b. Data obyektif :

1) Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal 2) Kejang

3) Takikardi

4) Frekwensi napas meningkat 5) Diraba hangat

6. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi, iritasi mukosa

usus.

a. Data subyektif : b. Data obyektif :

1) Kemerahan disekitar anus

2) Kerusakan lapisan kulit epidermis 3) Kerusakan lapisan dermis

K. Fokus Intervensi dan Rasional

1. Gangguan eliminasi BAB : diare berhubungan dengan faktor-faktor infeksi, makanan, psikologis

(50)

Tujuan : mencapai BAB normal

Kriteria hasil : Penurunan frekuensi BAB sampai kurang 3x. Feses mempunyai bentuk

Intervensi :

a. observasi dan catat frekuensi defekasi

Rasional : membantu membedakan penyakit individu da mengkaji beratnya tiap defekasi.

b. tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat disamping temapat tidur

Rasional : istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi.

c. identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare, misal : sayur-segar danbuah, sereal, bumbu, minuman karbonat, produk susu

Rasional : menghindari iritasi meningkatkan istirahat usus

d. mulai lagi pemasukan cairan peroral secara bertahap, tawarkan minuman jernih tiap jam hindari minuman dingian

Rasional : memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau menurunkan rangsang makanan atau minuman. Makan kembali secara bertahap mencegah terjadinya kram dan diare berulang

e. kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi misal : antikolinergik

Rasional : menurunkan mortilitas atau peristaltik usus dan menunjukkan sekresi degestif untuk menghilangkan kram dan diare (Carpenito, 2000).

(51)

2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat diare.

Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit KH : turgor baik

CRT < 2 detik Mukosa lembab Tidak pucat Intervensi :

a. Kaji tanda-tanda dehidrasi

Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan mencagah syok hipovolemik b. Monitor intake cairan dan output

Rasional : untuk mengetahui balance cairan

c. Anjurkan klien untuk minum setelah BAB minum banyak Rasional : untuk mengembalikan cairan yang hilang d. Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit

Rasional : untuk mempertahankan cairan.

3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder akibat gastroentritis

Tujuan : Nyeri hilang atau lebih berkurang, rasa nyaman terpenuhi KH: skala nyeri 0

Klien mengatakan nyeri berkurang Nadi 60 – 90 x / menit

(52)

Intervensi :

a. Kaji karakteritas dan letak nyeri

Rasional : untuk menentukan tindakan dalam mengatur nyeri

b. Ubah posisi klien bila terjadi nyeri, arahkan ke posisi yang paling nyaman Rasional : posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri

c. Beri kompres hangat diperut

Rasional : untuk mengurangi perasaan keras di perut d. Kolaborasi untuk mendapatkan obat analgetik

Rasional : untuk memblok syaraf yang menimbulkan nyeri

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi, mual / muntah, anoreksia

Tujuan : nutrisi terpenuhi Kriteria hasil: BB sesuai usia

Nafsu makan meningkat Tidak mual / muntah Intervensi :

a. Timbang BB tiap hari

Rasional :untuk mengetahui terjadinya penurunan BB dan mengetahui tingkat perubahan

b. Berdiit makanan yang tidak merangsang (lunak / bubur) Rasional : untuk membantu perbaikan absorbsi usus c. Anjurkan beristirahat sebelum makan

(53)

Rasional : Memudahkan penyerapan nutrien

d. Anjurkan keluarga atau klien untuk makan dalam keadaan hangat Rasional : keadaan hangat dapat meningkatkan nafsu makan e. Anjurkan keluarga atau klien untuk makan sedikit tapi sering

Rasional : untuk memenuhi asupan makanan

f. Berikan diit tinggi kalori, protein dan mineral serta rendah zat sisa Rasional : untuk memenuh gizi yang cukup.

g. kolaboration pemberian obat anti emetik

Rasional : untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa mual dan muntah

5. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap dehidrasi Tujuan : mempertahankan norma termia

KH: suhu dalam batas normal 36,2 – 37,60C Intervensi :

a. Monitor suhu dan tanda vital

Rasional : untuk mengetahui vs klien b. Monitor intake dan output cairan

Rasional : untuk mengetahui balance c. Beri kompres

Rasional : supaya terjadi pertukaran suhu, sehingga suhu dapat turun d. Anjurkan untuk minum banyak

Rasional : untuk mengganti cairan yang hilang e. Colaborasi pemberian obat penurun panas sesuai indikasi

(54)

Rasional : untuk menurunkan panas

6. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi Tujuan : gangguan integritas kulit teratasi

Kriteria hasil : tidak terjadi lecet dan kemerahan di sekitar anal Intervensi :

a. Bersihkan sekitar anal setelah defekasi dengan sabun yang lembut bilas dengan air bersih, keringkan dengan seksama kemudian olesi dengan minyak atau salep. Rasional : untuk mencegah perluasan iritasi

b. Beri stik laken diatas perlak klien

Rasional : untuk mencegah gerekan tiba-tiba pada bokong c. Gunakan pakaian yang longgar

Rasional : untuk memudahkan bebas gerak d. Monitor data laboratorium

Gambar

Gambar 2.1 : Anatomi Sistem Pencernaan Sumber : Kee, J.L. &amp; Hayes, E.R.(2006).
Gambar 2.2 : Lambung
Tabel 2.1. Jadwal (kecepatan) pemberian cairan

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Bukan lantaran takjub akan kemegahan gedung Taj Mahal, namun saya tersadar, bahwa saat itu saya benar-benar berada di India, ribuan kilometer jauh dari rumah seorang diri,

Bentuk kegiatan rehabilitasi pada jalur hijau mangrove yang mendukung fungsi lindungnya adalah kegiatan reboisasi (pada areal berstatus sebagai kawasan hutan) dan kegiatan

Berdasarkan uraian kasus dan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut, dengan judul penelitian “Pengaruh Profitabilitas dan Leverage

DAFTAR NAMA GURU PAI PADA SEKOLAH - TAHUN 2011 PROVINSI : SUMATERA BARAT... Lima

Dilihat dari hitungan R square = 0,4585, yang berarti motivasi belajar siswa mempengaruhi prestasi belajar PAI sebesar 45,85% , dengan demikian bahwa variabel motivasi

Dari perancangan, pengerjaan, dan analisa yang dilakukan selama penelitian ini, dapat diambil kesimpulan yaitu identifikasi pola warna citra pada peta Google Maps