Saya harus mengakui bahwa saya tidak menarik garis batas yang tegas antara ekonomi dengan etika. Kegiatan ekonomi yang merusak kesejahteraan susila seseorang atau suatu bangsa jelas bersifat asusila dan karena itu merupakan suatu dosa. Demikian pula halnya perekonomian yang memperkenalkan suatu bangsa memangsa bangsa lam pun bersifat asusila.1
Tujuan yang patut dikejar adalah kebahagiaan manusia yang seiring dengan pertumbuhan akal budi dan kesusilaan yang sempurna. Bagi saya sebutan moral atau susila adalah sinonim dengan sebutan batin atau kerohanian. Tujuan ini hanya dapat dicapai dalam sistem desentralisasi. Sentralisasi merupakan sistem yang tidak sesuai dengan struktur masya- rakat yang didasarkan kepada paham pantang kekerasan.2 Saya ingin menegaskan bahwa menurut keyakinan saya krisis dunia sekarang ini diakibatkan oleh keranjingan masa-produksi atau produksi secara besar-besaran. Saya memang mengakui bahwa alat-alat mesin mungkin dapat menyediakan seluruh barang keperluan manusia, namun produksi semacam itu jelas dipusatkan pada beberapa bidang tertentu, sehingga perlu diusahakan pengaturan penyaluran barang produksinya Sebaliknya bila produksi dan penyalurannya dilaksanakan di daerah yang membutuhkan barang itu, segala sesuatu akan diatur sendiri, sehingga tidak akan ada peluang untuk kecurangan, dan sama sekali tertutup kemungkinan berspekulasi.3 Massa-produksi tidak dengan sesungguhnya mengindahkan kebutuhan kaum konsumen. Jika sekiranya massa produksi memang bermanfaat, niscaya dapat dilipatgandakan secara tidak terbatas. Namun dengan tegas dapat dibuktikan bahwa massa produksi mempunyai batas-batas tertentu. Sekiranya setiap negara menerapkan sistem massa-produksi, maka tidak akan tersedia pasar yang cukup luas untuk menampung barafig produksinya. Lalu massa-produksi terpaksa akan terhenti.4
Saya tidak yakm bahwa industrialisasi senantiasa diperlukan di setiap negara. Dan khususnya tidak di India. Sesungguhnya saya yakin bahwa India hanya akan dapat memenuhi kewajibannya terhadap dunia yang sudah mengeluh karena kebanyakan barang, dengan menempuh hidup yang sederhana namun mulia dengan mengembangkan beribu-ribu perusahaan kerajman tangan kecil-kecilan agar dapat hidup damai di dunia. Renungan yang mulia tidaklah cocok dengan gaya kehidupan kebendaan yang amat rumit, yang didasarkan kepada gerakan serba pesat yang dipaksakan kepadanya karena pemujaan Dewa Mammon---Dewa Harta Kekayaan. Keanggunan hidup hanya akan mungkin bila kita mampu menempuh kehidupan yang mulia.
Memang seru jika kita hidup secara berbahaya. Harus ditarik garis pemisah antara hidup dengan menghadapi bahaya dan hidup secara ber-bahaya. Seseorang yang berani hidup seorang diri di tengah-tengah rimba raya yang banyak dihuni binatang
buas serta manusia yang lebih buas lagi, tanpa menyandang senapan dan hanya mengharapkan perlindungan dari Tuhan saja, menempuh kehidupan dengan menghadapi bahaya. Namun seorang yang senantiasa hidup di tengah awan lalu menukik terjun ke bumi, dengan dikagumi oleh khalayak ramai menempuh hidup secara berbahaya. Cara hidup yang pertama bertujuarr wajar, sedangkan cara hidup yang kedua tidak menentu tujuannya.5
Apakah yang menjadi sebab kekacaubalauan zaman sekarang? Sebabnya tidak lain adalah penindasan, dan saya tidak menyatakan penindasan bangsa yang lemah oleh bangsa yang kuat, melainkan oleh suatu bangsa terhadap yang lain. Dan keberatan saya yang pokok terhadap mesin didasarkan pada kenyataan bahwa alat mesin itulah, yang memungkinkan bangsa yang satu menindas bangsa lainnya.6
Saya akan menghancurkan sistem permesinan itu pada hari ini juga, seandainya saya mampu. Saya bersedia menggunakan senjata yang paling dahsyat, jika saya yakin bahwa senjata itu akan dapat memusnahkan sistem permesinan itu. Namun saya tidak akan melakukannya, karena penggunaan senjata-senjata itu pun hanya akan mengekalkan sistem itu, sekalipun ia mungkin mempunyai kemampuan untuk menghancurkan pemerintah zaman sekarang. Siapa pun yang berupaya menghancurkan orang-orang, dan bukan menghancurkan perilakunya, niscaya akan mengambil alih perilaku itu lalu akan menjadi lebih jahat lagi daripada orang-orang yang telah dimusnahkannya. Hal ini disebabkan oleh pen- dapatnya yang keliru bahwa perilaku itu akan turut lenyap bersama dengan kemusnahan orang-orang itu. Mereka tidak menyadari apakah sebenar¬nya yang merupakan urat-akar kebatilan itu.
Sesungguhnya alat-alat mesin itu mempunyai tempatnya yang Iayak.
Dan tidak lagi akan dapat disingkirkan. Namun kita tidak boleh membiarkan alat-alat mesin itu menggusur manusia pekerja. Suatu banyak yang disempurnakan memang akan bermanfaat. Namun sekiranya timbul kemungkinan bahwa seseorang akan mampu---dengan alat mekanis ciptaannya---membajak seluruh lahan di India, lalu akan dapat menguasai seluruh hasil pertanian sedangkan berjuta-juta penduduk tidak mempunyai mata pencarian Iain, maka niscaya berjuta-juta orang itu akan mati kelaparan. Dan karena mereka terpaksa menganggur, mereka akan men¬jadi dungu, seperti sudah merupakan kenyataan berkenaan dengan sejumlah besar penduduk. Dan sesungguhnya setiap saat terdapat kemungkinan bahwa lebih banyak lagi penduduk akan menderita nasib yang sama.
Dengan gembira saya akan menyambut setiap penyempurnaan terhadap alat-alat kerajman tangan, namun saya sadar bahwa adalah suatu perbuatan jahat, jika kita menggantikan pekerjaan tangan dengan memperkenalkan alat pemintal yang digerakkan oleh mesin; kecuali bila pada saat yang sama kita sanggup menyediakan kesempatan kerja bagi berjuta-juta kaum petani untuk dilakukan dalam rumahnya masing-masing.8
Yang tidak saya senangi, ialah "keranjingan" akan alat-alat mesin, dan bukannya mesin itu sendiri. Orang sedang keranjingan terhadap apa yang disebut mesin penghemat tenaga kerja. Lalu ramai-ramai mengusahakan "penghematan tenaga kerja" itu dengan akibat bahwa beribu-ribu orang menjadi penganggur dan menjadi terlantar bergelandangan di jalan raya hingga mati kelaparan. Saya memang berhasrat menghemat waktu dan tenaga, namun bukanlah untuk kepentingan segelintir manusia, melainkan untuk kepentingan seluruh umat manusia. Saya ingin agar segala kekayaan yang terkumpul bukan jatuh di tangan segelintir atau segolongan penduduk, melainkan bermanfaat untuk seluruh penduduk. Kini alat-alat mesin itu berjasa untuk sejumlah kecil penduduk, yang dimungkinkan menunggangi punggung jutaan orang sesama pen¬duduk yang lain. Daya pendorongnya bukanlah kemurahan hati, untuk menghemat tenaga pekerja, melainkan yang menjadi daya pendorongnya ialah keserakahan individu. Saya hendak berjuang sekuat tenaga untuk menentang keadaan semacam ini. Yang menjadi pertimbangan utama ialah manusia. Alat-alat mesin janganlah dimaksudkan untuk memperlemah otot manusia. Saya hendak menyebut beberapa pengecualian yang wajar. Misalnya perihal mesin jahit Singer. Mesin ini termasuk penemuan alat yang teramat bermanfaat, sedangkan penemuannya pun mengandung unsur romantika. Singer melihat istrinya bersusah-payah menjahit dengan tangan. Dan terdorong oleh rasa sayang kepada istrinya diciptakannyalah mesin jahit, agar istrinya dapat dibebaskan dari pekerjaan yang amat melelahkan itu. Namun dengan demikian, dia bukan hanya menyelamatkan istri saya dari peker¬jaan yang berat itu, melainkan sekaligus berjasa kepada setiap wanita yang mampu membeli mesin jahit itu.
Yang saya kehendaki ialah suatu perubahan dalam keadaan per- buruhan. Pacuan mengejar kekayaan gila gilaan ini harus dihentikan. Dan bagi kaum buruh bukan hanya perlu dijamin upah yang layak, melainkan juga perlu diusahakan agar tugas sehari-harinya jangan merupakan tugas yang menjemukan. Dalam keadaan semacam ini alat mesin seharusnya juga bermanfaat bagi pekerja yang melayani mesin itu, dan bukan hanya bagi pihak negara atau pihak majikan yang memiliki mesin itu. Dengan demikian akan terhenti pacuan mengejar kekayaan itu lalu kaum pekerja akan melakukan tugasnya (seperti yang telah saya nyatakan) dalam keadaan yang menyenangkan dan sempurna. Ini termasuk beberapa pengecualian wajar yang saya maksudkan. Mesin jahit didasarkan kepada rasa kasing sayang. Pribadi manusia hendaklah dijadikan pertimbangan yang utama. Yang menjadi tujuan seharusnya mengurangi jerih payah si pekerja, dengan didasarkan pada pertimbangan peri kemanusiaan, dan bukanlah keserakahan yang menjadi pendorongnya. Bila keserakahan diganti dengan rasa kasih sayang, segala hal akan menjadi beres.9
Alat pemintal kerja tangan bukanlah, dan memang tidak dimaksudkan sebagai penyaing atau pengganti suatu cabang industri; dan bukan pula dimaksudkan untuk menarik seorang pekerja dari pekerjaannya yang telah dapat mencari pekerjaan dengan nafkah yang wajar. Satu-satunya tujuan penggunaan alat pemintal itu ialah bahwa ia dapat menawarkan suatu pemecahan yang tuntas, layak dan kekal terhadap
masalah yang dihadapi oleh India. Masalah itu adalah bahwa sejumlah terbesar penduduknya terpaksa menganggur selama masa hampir enam bulan setiap tahun, karena tidak tersedia kegiatan tambahan di samping usaha bercocok tanam serta kelaparan kronis yang diderita oleh mayoritas penduduk India karena keadaan tersebut di atas.10
Saya tidak pernah memikirkan, jangan lagi menganjurkan dihapuskannya kegiatan perindustrian yang wajar dan yang menyediakan nafkah, demi penggunaan alat pemintal. Satu-satunya dasar untuk peng¬gunaan alat pemintal itu, ialah kenyataan bahwa puluhan ribu penduduk mengalami pengangguran terselubung di India. Dan dengan jujur harus saya akui bahwa bila tidak demikian halnya agaknya tidak ada alasan un¬tuk penggunaan alat pemintal itu.11
Seorang yang menderita kelaparan terlebih dahulu akan berhasrat mengisi perutnya yang lapar itu, sebelum memikirkan hal yang Iain. Dia akan rela mengorbankan kemerdekaan diri, demi memperoleh sesuap makanan. Demikianlah keadaan berjuta-juta penduduk India sekarang. Bagi mereka, kebebasan, Tuhan dan setiap perkataan semacam itu hanyalah sekedar susunan kata-kata yang tidak mengandung makna sedikit pun jua. Mendengar kata-kata itu hanya menimbulkan kegemparan. Jika kita bermaksud memberi makna kata kebebasan itu, kepada mereka seharusnya kita memberi mereka pekerjaan yang dapat mereka kerjakan dengan santai di rumah sendiri, dengan menjamin sedikit nafkahnya. Ini hanya dapat dilaksanakan dengan menyediakan sebuah alat pemintal. Maka setelah orangnya menjadi mandiri dan mampu mencari sekedar nafkahnya, barulah kita akan dapat berbicara dengan mereka tentang kemerdekaan bangsa, tentang sikap Kongres dan sebagainya. Maka siapa pun memberi mereka pekerjaan dan upaya mencari nafkah, akan men¬jadi pembawa kemerdekaan, dan yang sekaligus menimbulkan hasrat dalam diri mereka untuk memperjuangkan kemerdekaan negara.12
Kurang sekali disadari oleh orang kota bahwa rakyat banyak di India yang menderita kelaparan lambat-laun kehilangan nyawanya. Kurang sekali disadarinya bahwa hidupnya yang kurang nyaman diperoleh berkat jasanya yang diberikannya kepada kaum penindas asing, dan bahwa laba kaum penindas dan uang jasa mereka diperoleh berkat penindasan rakyat banyak itu. Kurang disadarinya bahwa pemerintah yang berkuasa di India-Inggris itu diselenggarakan guna menindas orang banyak tadi. Dalih-dalih manapun serta permainan sulap angka-angka tidak mungkin menghapuskan bukti nyata di hadapan kita berupa orang melarat yang hanya tinggal kulit tulang belaka. Sedikit pun tidak saya sangsikan bahwa kelak akan dituntut pertanggungan jawab dari bangsa lnggris serta kaki tangan mereka di kota, jika benar ada Tuhan di surga, atas kejahatan mereka terhadap rasa perikemanusiaan yang tiada taranya dalam se- jarah.13
Saya bersedia mendukung penggunaan alat mesin yang teramat cang- gih pun, bila hal itu bermanfaat menghilangkan kemiskinan serta pe¬ngangguran yang ditimbulkan
olehnya di India. Saya tegaskan bahwa penggunaan alat pintal merupakan satu-satunya sarana yang tersedia untuk menyingkirkan kesengsaraan dan memungkinkan tersing- kirnya pengangguran dan kemiskinan. Alat pemintal itu merupakan suatu alat yang amat bermanfaat, dan dengan rendah hati saya telah berikhtiar menyempurnakannya sesuai dengan keadaan khas di India ini.14
Saya hendak menegaskan bahwa bila daerah pedesaan akan musnah, India sendiri pun akan musnah. India bukan lagi merupakan India yang asli. India akan kehilangan misinya di dunia. Kebangkitan kembah daerah pedesaan hanya akan mungkin bila daerah itu tidak lagi dijadikan kurban penindasan. Industrialisasi secara besar-besaran mutlak akan mengakibatkan penindasan orang desa secara pasif dan aktif. Demikian pula akan muncul masalah persaingan dan pemasaran. Karena itu perlu usaha kita ke arah daerah pedesaan agar menjadi swasembada, dengan menghasilkan barang-barang untuk keperluan sendiri. Asal saja dapat dipertahankan ciri khas kerajinan desa ini tidak ada salahnya bila pen- duduk desa menggunakan alat mesin dan perkakas yang mutakhir, yang dapat dibuatnya sendiri dan termasuk jangkauan keuangannya. Namun sudah tentu alat-alat itu tidak boleh dijadikan alat untuk menindas penduduk lain.15