Saya tidak percaya bahwa akan ada seorang yang dapat meraih kema- juan batin, sedangkan orang-orang di sekitarnya menderita. Saya percaya kepada advaita. Saya percaya kepada kemanunggalan hakiki umat manusia bahkan kemanunggalan semua makhluk hidup. Karena itu saya yakin bahwa bila seorang mengalami kemajuan batin, seluruh dunia ikut menikmatinya, dan bila seorang terperosok seluruh dunia turut terperosok pula.1
Tidak ada suatu kebajikan tunggal pun yang akan mengarah kepada ataupun akan merasa puas dengan kesejahteraan seseorang saja. Sebaliknya, juga t dak ada suatu pelanggaran susila yang tidak, secara langsung atau tidak langsung akan turut mempengaruhi orang lain, selain dari pelanggar itu saja. Karena itu, kebajikan atau kebatilan seseorang bukan hanya urusannya sendiri, melainkan merupakan tanggung jawab seluruh kelompok masyarakatnya, bahkan tanggung jawab seluruh dunia.2
Sekalipun di dalam alam cukup terdapat daya tolak, tapi alam itu hidup berkat daya tank Alam dapat menjadi lestari berkat adanya rasa sayang timbal balik Manusia bukan hidup karena penghancuran Rasa cita diri mendorongnya untuk mementingkan orang lain pula. Bangsa-bangsa hidup rukun karena terdapat rasa saling mengindahkan di kalangan warganya Pada suatu saat hukum sebangsa itu harus kita perluas agar mencakup seluruh alam semesta, seperti kita memperluas hukum ke-keluargaan untuk membentuk suatu bangsa --- yaitu keluarga dalam ling- kungan yang luas.3
Seluruh umat manusia merupakan kesatuan manunggal, mengingat bahwa kita sama-sama tunduk kepada hukum susila Setiap manusia adalah sama-sama dalam pandangan Tuhan. Tentu saja terdapat perbedaan suku dan bangsa serta perbedaan derajat dan martabat, namun kian tinggi mar- tabat seseorang, kian bertambah berat pula tanggung jawabnya 4
Misi saya tidak terbatas pada kerukunan persaudaraan bangsa India saja Tugas saya bukan hanya untuk mencapai kemerdekaan bangsa India saja, walaupun pada waktu ini, soal itu tidak disangsikan lagi telah mengisi seluruh kehidupan saya dan menghabiskan seluruh waktu saya. Namun melalui kemerdekaan bangsa India saya harap akan dapat melaksanakan serta melanjutkan misi untuk kerukunan persaudaraan seluruh umat manusia. Rasa patriotisme saya tidak terkucil, melainkan amat luas cakupannya dan saya akan menolak suatu patriotisme yang mencapai kejayaan di atas kesengsaraan dan penindasan bangsa-bangsa lain Gagasan saya tentang patriotisme tiada artinya jika tidak senantiasa dan dalam segala peristiwa tanpa pengecualian serasi dengan kesejahteraan sebesar besarnya untuk seluruh umat manusia. Bukan itu saja. Agama dan patriotisme saya yang bersumber pada agama saya itu, mencakup seluruh makhluk hidup. Saya hendak mencapai persaudaraan dan keber- samaan dengan seluruh makhluk yang bernyawa, termasuk pula ulat dan cacing yang melata.
Saya harap anda tidak terkejut oleh pernyataan saya bahwa saya hendak mencapai persaudaraan bahkan dengan segala hewan yang melata di atas bumi, karena kita sama-sama diciptakan oleh Tuhan Yang Esa, dan karena demikian halnya, setiap makhluk bernyawa, dalam bentuk apa pun juga, pada hakekatnya sungguh manunggal.5 Tidak mungkin seorang menganut paham internasionalisme, tanpa menganut pula paham nasionalisme. Internasionalisme baru akan dapat terlaksana, bila nasionalisme telah menjadi nyata. Tegasnya bila bangsa- bangsa di berbagai negara telah menata din masing-masing sehingga mereka mampu bertindak sebagai kesatuan. Yang jahat bukanlah nasionalisme, melainkan yang jahat adalah kepicikan, egoisme, dan sikap ekslusivistis yang merupakan sifat negatif dan bangsa-bangsa dewasa ini mas ng-masing ingin mencari keuntungan dengan merugikan bangsa lain, mengejar kejayaan dengan meruntuhkan bangsa lain.6
Saya hanyalah seorang hamba yang hina dina dari India dan dalam usaha saya berbakti kepada India, sekaligus saya berbakti pula kepada seluruh umat manusia. ... Setelah hampir selama lima puluh tahun saya berbakti kepada masyarakat, kini saya dapat menegaskan bahwa telah bertambah kokoh keyakinan saya kepada ajaran yang menyatakan bahwa berbakti kepada bangsa sendiri tidaklah bertentangan dengan berbakti kepada seluruh dunia. Ajaran ini sungguh tepat. Hanya jika kita menerima ajaran ini keadaan di dunia akan dapat ditenteramkan dan dapat di- singkirkan rasa saling curiga dan in hati antara segala bangsa yang hidup di atas bumi kita ini
Keterkaitan dan ketergantungan yang timbal balik seharusnya di-jadikan cita-cita umat manusia, selain dari hasrat untuk berswasembada. Manusia adalah makhluk sosial. Tanpa keterkaitan dengan masyarakat, tidak mungkin akan disadarinya persatuan dengan seluruh alam semesta dan tidak mungkin ditindasnya nafsu kepentingan sendiri Keterkaitan timbal balik dengan masyarakat memungkinkan dia menguji imannya pada batu ujian kenyataan. seandainya seseorang telah diberi kedudukan, ataupun bila dia mampu mencapai kedudukan yang mengakibatkan dia lepas dan segala keterkaitan dengan sesama makhluknya, dia pasti akan menjadi bangga dan angkuh, sehingga dirinya menjadi beban serta gang- guan bagi seluruh dunia. Ketergantungannya kepada masyarakat membuat dirinya sadar akan sifat umat manusia. Sudah jelas bahwa manusia harus mampu memenuhi sebagian terbesar dari segala kebutuhan hakikinya. Namun yang mungkin kurang jelas ialah bahwa bila keswasem- badaannya itu dilanjutkan sampai pada tingkat yang menyebabkan dia mengucilkan dirinya dari masyarakatnya, sehingga sikapnya itu setaraf dengan dosa. Seseorang tidak mungkin mencapai swasembada mutlak bahkan juga berkenaan dengan segala macam kegiatan mulai dari penanaman kapas sampai kepada pemintalan benang. Pada suatu saat ia pasti akan memerlukan bantuan dari seorang anggota keluarganya. Dan bila wajar orang meminta bantuan anggota keluarga, mengapa tidak akan meminta pula bantuan dari tetangga7 Jika tidak demikian, apakah artinya pepatah bahwa "Seluruh dunia adalah sanak-saudaraku"?8
Kewajiban seseorang kepada dirinya sendiri, kepada keluarganya, kepada bangsanya, dan kepada seluruh dunia mutlak saling berkaitan. Tidak mungkin seseorang berjasa kepada tanah airnya dengan merugikan diri sendiri atau keluarganya. Demikian pula tidak mungkin orang berjasa kepada tanah airnya dengan cara merugikan dunia luar. Dalam analisis terakhir kita harus mati untuk menjamin kelangsungan hidup keluarga, sedangkan suatu keluarga harus mati demi kelangsungan hidup bangsa, dan suatu bangsa harus mati demi kelangsungan hidup seluruh dunia. Namun hanya sesuatu yang murni boleh dipersembahkan sebagai pengurbanan Karena itu upaya menyucikan diri sendiri merupakan langkah pertama. Bila hati kita murni, kita langsung menyadari apa yang menjadi kewajiban kita setiap saat.9
Jalan yang mulia adalah sikap bersahabat dengan seluruh dunia dan memandang seluruh umat manusia sebagai sanak saudara. Siapa saja yang membeda-bedakan penganut agama sendiri dengan agama lain memberi pendidikan keliru kepada kaum penganut agamanya sendiri dan membuka jalan untuk pengkhianatan agama.10
Saya hidup demi kemerdekaan bangsa India dan saya rela mati untuk mencapai cita-cita ini, karena hal itu merupakan unsur dari Kebenaran sejati. Hanya suatu bangsa India yang merdeka dapat memuja Tuhan yang sejati. Saya berusaha untuk kemerdekaan bangsa India karena paham swadeshi mengajarkan kepada saya, bahwa karena saya lahir di India dan mewarisi kebudayaan India, saya lebih cocok untuk berbakti kepada In¬dia dan bahwa India yang mem liki hak utama atas kebaktian saya itu Namun patriotisme saya bukanlah bersifat picik. Patriotisme saya ini bukan saja menghendaki agar saya jangan merugikan bangsa Iain, melainkan bertujuan memberi manfaat kepada setiap bangsa dalam makna kata yang sesungguhnya. Kemerdekaan India menurut wawasan saya tidak mungkin merupakan ancaman bagi seluruh dunia.11
Kami mendambakan kemerdekaan tanah air kami, namun bukan dengan mengorbankan atau menghisap kekayaan negara-negara lain, dan bukan untuk merendahkan martabat bangsa-bangsa lain. Saya tidak menghendaki kemerdekaan India, jika ini berarti memusnahkan negeri Inggris atau membinasakan seluruh orang Inggris. Saya mendambakan kemerdekaan tanah air saya, agar negara-negara lain dapat menarik pelajaran dari tanah air saya yang merdeka, agar segala sumber daya tanah airku dapat dipergunakan manfaatnya bagi seluruh umat manusia. Seperti kultus patriotisme mengajar kini bahwa setiap orang harus rela mati demi kepentingan keluarga, keluarga harus rela mati demi masyarakat desa, masyarakat desa harus rela mati demi kepentingan daerah kecamatan, daerah kecamatan harus rela mati dem kepentingan propinsi, propinsi rela mati demi kepentingan negara, negara haruslah merdeka agar ia bebas pula dan jika perlu, ia rela binasa demi kepentingan seluruh dunia. Karena itu paham nasionalisme saya, atau gagasan saya tentang nasionalisme, ialah agar negara saya akan bebas, sehingga bila perlu seluruh bangsa kita boleh binasa untuk menjamin agar seluruh umat manusia akan dapat langsung hidup. Dalam nasionalisme saya ini tidak ada tempat untuk kebencian-ras. Semoga demikianlah sifat
nasionalisme kita 12
Tidak ada hambatan untuk memperluas pengabdian kami kepada semua bangsa tetangga kami melintasi tapal batas negara. Dan Tuhan tidak pernah menciptakan tapal batas negara itu. 3
Tujuan saya ialah menjalin persahabatan dengan seluruh dunia, dan saya dapat menggabungkan rasa cinta yang terbesar dengan perlawanan gigih menentang kebatilan.14
Bagi saya patriotisme adalah sama dengan rasa cinta umat manusia, karena saya sendiri manusia yang bersifat manusiawi. Patriotisme saya tidak bersifat ekslusif---tidak bersifat mengucilkan. Saya ekslusif---tidak bermaksud merugikan bangsa Inggris atau Jerman demi kebaktianku kepada India. Dalam wawasan hidup saya tidak ada tempat untuk paham imperialisme. Hukum bagi seorang patriot tidak berbeda dengan hukum patriarkh--- seorang sesepuh keluarga. Dan seorang patriot akan berkurang sifat patnotisme bila kurang dapat hangat cintanya kepada umat manusia Tidak harus ada perbedaan antara hukum perdata dengan hukum politik.15
Sikap non-koperasi yang kami terapkan bukanlah ditujukan untuk menentang Inggris atau menentang dunia Barat. Sikap non-koperasi kami ditujukan untuk menentang sistem yang dibina oleh Inggris---dengan peradaban kebendaan yang diiringi sifat loba-tamak dan penindasan kaum lemah. Non-koperasi kami ialah menarik diri ke dalam lingkungan sen- diri. Dan non-koperasi kami merupakan penolakan mengadakan kerja sama dengan pihak pemerintah Inggris sesuai dengan syarat-syarat yang mereka tentukan sendiri. Kami menghimbau mereka: "Marilah bekerja sama dengan kami atas dasar syarat-syarat kami sendiri, maka semua akan menjadi beres untuk kami, untuk kamu dan untuk dunia umumnya." Kita harus menolak jika orang hendak menumbangkan kita. Orang yang tenggelam tidak mungkin menyelamatkan orang lain, agar kita mampu menyelamatkan orang lain, terlebih dahulu kita perlu berusaha menyelamatkan diri kita sendiri. Nasionalisme India tidak bersifat eksklusif, agresif, atau pun destruktif. Nasionalisme India adalah menyehatkan, agamawi, dan karena itu bersifat manusiawi. India terlebih dahulu harus belajar hidup sendiri, sebelum la akan rela mengorbankan nyawa untuk kepentingan seluruh umat manusia.16
Saya tidak ingin Inggris dikalahkan atau dihina. Saya merasa sedih ketika Katedral Santo Paulus mengalami kerusakan. Sama sedihnya seandainya saya mendapat kabar bahwa kuil Kashi Vishvanath atau Masjid Juma mengalami kerusakan. Saya akan rela membela kuil Kashi Vishvanath serta Masjid Juma bahkan juga Katedral Santo Paulus dengan mengorbankan jiwa saya, namun nyawa seorang saja tidak akan cukup untuk menyelamatkannya masing-masing. Di sinilah letaknya perbedaan pokok antara saya dengan bangsa Inggris. Namun tetap saya menaruh simpati kepada mereka. Janganlah sampai timbul salah paham di kalangan orang Inggris, di kalangan para anggota Partai Kongres, ataupun di kalangan orang lain yang mendengar ucapan saya
ini, tentang pada pihak manakah terletak simpati saya. Saya tidak mencintai bangsa Inggris dan tidak pula membeci bangsa Jerman Saya tidak beranggapan bahwa orang Jerman sebagai suatu bangsa lebih jahat dan orang Inggris, ataupun bahwa bangsa Italia yang lebih jahat. Kita semua tercemar dengan noda yang sama. Kita sama-sama adalah warga umat manusia Saya tidak ingin mengadakan perbedaan, saya tidak dapat pula menegaskan adanya keung- gulan pada bangsa India. Kita semua mempunyai kebajikan yang sama serta kebatilan yang sama pula. Umat manusia tidaklah dibagi dalam kotak-kotak yang kedap air yang menghalangi kita bergerak dan kotak yang satu ke kotak lain. Mungkin umat manusia terbagi-bagi di antara beribu-nbu ruang, namun masing-masing ada hubungannya satu dengan yang lain. Saya tidak akan dapat berkata: "India adalah segala-galanya, dan biarlah seluruh dunia lainnya binasa!" Bukan ini yang merupakan pesan saya. India mungkin merupakan segala-galanya, namun sesuai dengan kesejahteraan segala bangsa lain di dunia. Saya hanya akan mampu memelihara keutuhan India serta keutuhan kemerdekaan bangsa ini, bila saya bermaksud baik terhadap seluruh keluarga manusia, dan bukanlah hanya sebagian umat manusia yang bermukim di sebagian kecil bumi ini yang disebut India. Memang 1a cukup besar dibanding dengan negara- negara yang kurang besar, namun apakah artinya India di atas bumi yang mahaluas ini, atau di seluruh alam semesta?17
Jika kita tidak percaya akan kemungkinan perdamaian yang kekal, ini sama saja dengan tidak percaya kepada kesalehan watak manusia. Kegagalan berbagai metode yang diterapkan sebelum ini adalah karena kurangnya keikhlasan yang tuntas pada pihak orang yang mengadakan ikhtisar. Sebenarnya mereka pun tidak menyadari akan kekurangan itu. Namun perdamaian tidak mungkin dicapai jika tidak lengkap syarat-syaratnya, seperti juga suatu persenyawaan kimiawi tidak mungkin akan terlaksana, bila tidak sempurna segala syarat-syarat untuk pelaksanaannya. Bila para pemimpin bangsa-bangsa manusia yang berwenang, yang menguasai senjata-senjata penghancur dengan lkhlas bertekad tidak menggunakan senjata-senjatanya itu, dengan sepenuhnya menyadari segala akibatnya, perdamaian kekal pasti akan dapat dicapai. Namun hal im pasti tidak akan mungkin bila masing-masing Negara Adikuasa di dunia ini tidak bersedia membuang cita-cita imperialismenya masing-masing. Dan ini tidak mungkin pula dicapai kecuali b la negara-negara besar membuang pula kepercayaannya masing-masing tentang persaingan yang saling merusak serta membuang hasratnya masing-masing akan melipatgandakan kebutuhan penduduknya dengan cara melimpahkan barang kebendaan
Saya hendak menegaskan bahwa ajaran (pantang kekerasan) ini berlaku pula antara negara dengan negara. Saya menyadari bahwa saya telah menyinggung suatu masalah yang amat peka dengan menyinggung Perang Duma II Namun saya rasa perlu saya melakukannya untuk menegaskan pendirian saya. Menurut pendapat saya, bagi masing-masing pihak perang bertujuan menge ar keagungan Perang dimaksudkan un¬tuk membagi-bagi barang rampasan yang direbut dari bangsa-bangsa yang kurang kuat---yang dengan sebutan indah disebut hasil perdagangan m- ternasional.... Pasti
akan ternyata bahwa sebelum terlaksana perlucutan senjata umum di Eropa---sebagaimana memang harus terjadi, jika Eropa tidak bermaksud membunuh diri---harus ada suatu bangsa yang berani melucut senjata sendiri dengan menghadapi risiko besar. Taraf paham pantang kekerasan dan bangsa ltu, bila benar akan terjadi penstiwa yang menggembirakan ini, tentu mencapai tingkat sedemikian tingginya, sehingga akan menimbulkan kekaguman umum. Kebijaksanaan negara itu akan ampuh, keputusannya akan teguh, dan kemampuan pengorbanan diri yang gagah-perkasa menjadi agung, dan bangsa itu akan bertekad hidup demi bangsa-bangsa lain di samping untuk keselamatan bangsa sendiri
Satu hal sudah pasti Bilamana pacuan gila untuk meningkatkan persenjataan ini terus berlangsung, pada suatu waktu tentu akan berlangsung pembantaian yang tidak ada taranya di seluruh sejarah dunia Dan bila akan terdapat pihak pemenang, kemenangannya itu sama dengan maut hidup bagi bangsa yang akan meraih kemenangan itu. Tidak ada jalan untuk meluputkan diri dan ancaman kehancuran, kecuali jika dengan berani serta tanpa syarat orang menerima paham pantang kekerasan dengan segala kejayaan yang dihasilkannya.20
Jika saja tidak ada nafsu keserakahan, tidak akan ada alasan untuk mempersenjatai diri. Paham pantang kekerasan secara mutlak menuntut dipantangkannya penindasan dalam bentuk yang mana pun juga.21
Segera setelah nafsu penindasan itu disingkirkan, maka disadan bahwa segala persenjataan akan merupakan beban yang sungguh terlalu berat untuk dipikul oleh suatu bangsa. Sementara itu perlucutan senjata secara nyata tidak mungkin akan terlaksana, kecuali bila sungguh-sungguh setiap bangsa di dunia ini tidak berniat menindas dan mengisap bangsa lain.22
Dan saya tidak ingin hidup di dunia semacam ini, kecuali bila dunia ini sungguh akan hidup rukun bersatu.23