• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1982:634) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masa adalah waktu, zaman atau lama waktu yang tertentu permulaan dan batasnya. Dan yang dimaksud kerja adalah perbuatan melakukan sesuatu. Dengan demikian masa kerja adalah lamanya waktu umtuk melakukan sesuatu, yaitu pekerjaan tersebut. Dalam bekerja ada yang dibatasi melalui kontrak dan ada yang tidak dibatasi.

Masa kerja bisa dihitung dalam jumlah hari, bulan atau tahun. Bagi guru masa kerja dapat dihitung sejak mereka mempunyai surat keputusan dari pihak yang terkait yang menyatakan bahwa guru yang bersangkutan berhak untuk mengajar mata pelajaran sesuai yang tertera dalam surat keputusan tersebut. Guru yang sah adalah guru yang mempunyai surat keputusan.

D. Tingkat Pendidikan

Dalam Kamus Basar Bahasa Indonesia (1982:950,204) menjelaskan bahwa tingkat adalah tinggi rendahnya martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan, peradapan dsb) dan pendidikan adalah perbuatan (hal, cara dsb) mendidik. Jadi bisa dikatakan tingkat pendidikan adalah ukuran tinggi rendahnya seseorang diukur dari berapa lamanya dia mengenyam pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin luas wawasan serta pengetahuan pada suatu bidang tertentu sesuai dengan profesi yang diraihnya. (Sulaiman dalam http://elearn.bpplsp-reg5.go.id/index.php?pilih=news&aksi =lihat&id=18). Sedangkan menurut Siagian (1996:175), mengatakan bahwa pendidikan adalah keseluruhan proses teknik dan metode belajar mengajar dalam rangka mengalihkan sesuatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Seseorang yang menjadi guru biasanya telah menempuh pendidikan formal sampai perguruan tinggi. Menurut Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

dikemukakan bahwa ada empat macam program pendidikan guru, yaitu : (Sahertian, 1994: 68)

1. Program non gelar (program diploma) dengan rincian sebagai berikut : a. Program Diploma (D1) dengan lama studi 1-2 tahun.

b. Program Diploma 2 (D2) dengan lama studi 2-3 tahun. c. Program Diploma 3 (D3) dengan lama studi 3-5 tahun.

2. Program gelar yang melalui jenjang sarjana (S1), dengan lama studi 4-7 tahun.

3. Program Pasca Sarjana (S2), dengan lama studi 6-9 tahun. 4. Program Doktor (S3), dengan lama studi 8-11 tahun.

E. Golongan Jabatan

Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerdarminto, 1982:281,242) menyatakan bahwa golongan adalah kelompok dan jabatan adalah pekerjaan dalam pemerintah atau organisasi. Jadi bisa disimpulkan bahwa golongan jabatan adalah kelompok pekerjaan dalam suatu pemerintahan atau organisasi.

Menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 1999 tentang rumpun jabatan fungsional pegawai negeri sipil pasal 5 ayat 2 menyatakan berdasarkan penilaian terhadap bobot jabatan fungsional, maka jabatan fungsional keahlian dibagi dalam 4 jenjang jabatan yaitu :

1. Jenjang utama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis nasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tertinggi dengan kepangkatan mulai dari Pembina Utama

Madya, golongan ruang IV/d sampai dengan pembina utama, golongan ruang IV/e.

2. Jenjang madya, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis nasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tinggi dengan kepangkatan mulai dari Pembina, golongan ruang IV/a sampai dengan pembina utama muda, golongan ruang IV/c.

3. Jenjang muda, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat taktis operasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat lanjutan dengan kepangkatan mulai dari Penata, golongan ruang III/c sampai dengan penata tingkat I, golongan ruang III/d.

4. Jenjang pertama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat operasio nal yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat dasar dengan kepangkatan mulai dari Penata muda, golongan ruang III/a sampai dengan penata muda tingkat I, golongan ruang III/b.

Pada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 1999 tentang rumpun jabatan fungsional pegawai negeri sipil pasal 6 ayat 2 dituliskan berdasarkan penilaian bobot jabatan fungsional, maka jabatan fungsional ketrampilan dibagi dalam 4 jenjang jabatan yaitu :

1. Jenjang penyelia, adalah jenjang jabatan fungsional ketramp ilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pembimbing, pengawas, dan penilai pelaksanaan pekerjaan jabatan fungsional tingkat dibawahnya yang mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang beberapa cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan mulai dari penata, golongan ruang III/c sampai dengan Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.

2. Jenjang pelaksana lanjutan, adalah jenjang jabatan fungsional ketrampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana tingkat lanjutan pembimbing, pengawas dan mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang beberapa cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan mulai dari penata muda, golongan ruang III/a sampai dengan Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.

3. Jenjang pelaksana, adalah jenjang jabatan fungsional ketrampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana dan mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang beberapa cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan mulai dari Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b sampai dengan Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.

4. Jenjang pelaksana pemula, adalah jenjang jabatan fungsional ketrampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pembantu pelaksana dan mensyaratkan

pengetahuan teknis operasional penunjang yang didasari cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan mulai dari pengatur muda, golongan ruang II/a.

Senada dengan keputusan presiden di atas, Samana (1994:80) mengungkapkan bahwa jabatan guru adalah jabatan fungsional yang perkembangan kariernya lebih didasarkan pada disiplin kerja. Apabila disimpulkan berikut ini disajikan matriknya :

No. Jabatan Guru Pangkat dan Golongan Ruang

1. Guru Pratama Pengatur Muda, II/a

2. Guru Pratama Tingkat I Pengatur Muda Tingkat I,II/b

3. Guru Muda Pengatur, II/c

4. Guru Muda Tingkat I Pengatur Tingkat I, II/d

5. Guru Madya Penata Muda, III/a

6. Guru Madya Tingkat I Penata Muda Tingkat I, III/b

7. Guru Dewasa Penata, III/c

8. Guru Dewasa Tingkat I Penata Tingkat I, III/b

9. Guru Pembina Pembina, IV/a

10 Guru Pembina Tingkat I Pembina Tingkat I, IV/b 11. Guru Utama Muda Pembina Utama Muda, IV/c 12. Guru Utama Madya Pembina Utama Madya, IV/d

13. Guru Utama Pembina Utama, IV/e

F. Status Kepegawaian

Secara umum status kepegawaian tenaga pendidikan pada suatu lembaga pendidikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu : (M.S. Suwondo, 2003:439)

1. Guru tetap, adalah guru yang telah diangkat menjadi pegawai tetap pada suatu instansi pendidikan yang berkewajiban mengajar 24 jam per minggu dan melaksanakan tugas administrasi lainnya. Guru tetap dapat dapat berstatus pegawai negeri sipil (PNS) atau bukan PNS.

2. Guru tidak tetap, adalah guru yang belum diangkat menjadi pegawai tetap pada suatu instansi pendidikan negeri maupun swasta. Guru tidak tetap dapat berstatus guru bantu. Pengadaan guru bantu dapat dilakukan melalui ikatan kerja dengan sistem kontrak yang sebelumnya proses seleksi yang berorientasi pada standar kompetensi guru dan dilaksanakan secara terpadu memalui kerjasama antara pemerintah pusat, provinsi dam kabupaten kota.

Undang-Undang Tentang Guru tahun 2005 menyebutkan bahwa :

Guru Tetap adalah guru yang dipekerjakan secara permanen oleh pemerintah, pemerintah daerah, BHP, atau badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan.

Guru Tetap Pegawai Negeri Sipil adalah guru tetap yang diangkat sebagai pegawai negeri sipil oleh pemerintah dan/ pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Guru Tetap Non PNS adalah guru tetap yang diangk at oleh BHP, atau badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan, berdasarkan perjanjian kerja. Guru Tidak Tetap adalah guru yang diangkat secara sementara oleh pemerintah, pemerintah daerah, BHP, atau badan hukum lainya yang menyelenggarakan satuan pendidikan, berdasarkan perjanjian kerja.

Berarti status kepegawaian guru dapat dibedakan menjadi menjadi : 1. Pegawai Negeri Sipil

2. Guru Tetap Yayasan 3. Guru Bantu

G. Kerangka Teoritik

1. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Ditinjau dari Masa Kerja

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2007, sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Uji kompetensi tersebut dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio. Guru yang lulus sertifikasi akan mendapatkan sertifikat pendidik. Ada 10 komponen yang dimasukkan dalam komponen penilaian portofolio. Komponen tersebut adalah kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan, prestasi akademik, karya pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman berorganisasi dan penghargaan pendidikan.

Mengingat banyak komponen yang harus dipenuhi, maka pada guru yang memiliki masa kerja lama akan lebih mudah memenuhi persyaratan dibandingkan guru yang baru saja memulai karier. Dengan demikian diduga kuat ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari masa kerjanya. Pada guru yang memiliki masa kerja lama diduga akan lebih memiliki persepsi positif dibandingkan dengan guru yang baru merintis karier. Dugaan tersebut di atas semakin dikuatkan dengan besarnya bobot penilaian portofolio pada aspek masa kerja. Di antara komponen portofolio yang lain masa kerja memiliki bobot nilai tertinggi. Bagi guru yang

sudah bertugas lebih dari 25 tahun akan mendapatkan skor 160, sedangkan guru yang memiliki masa kerja di bawah itu akan mendapat nilai yang lebih rendah.

2. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Ditinjau dari Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan formal guru sangat baragam. Hal demikian disebabkan pada setiap jenjang pendidikan formal ada ketetapan atau kriteria minimal yang harus dipenuhi. Pada jenjang pendidikan SD, seseorang cukup menyelesaikan pend idikan D2 PGSD. Pada jenjang pendidikan sekolah menengah, seseorang cukup menyelesaikan pendidikan DIV/S1.

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2007, dinyatakan bahwa sertifikasi guru dalam jabatan hanya dapat diikuti oleh guru yang telah memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV). Jadi jelaslah bahwa guru yang belum mempunyai tersebut tidak bisa mengikuti sertifikasi. Hal demikian tentu berdampak pada persepsian guru terhadap serifikasi guru dalam jabatan yang berbeda-beda. Bagi guru yang sudah menyelesaikan pendidikan formal S1 akan berpandangan lebih positif dibandingkan dengan mereka yang belum S1. Para guru yang saat ini sudah menyelesaikan pendidikan S1 sudah memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam program sertifikasi guru dalam jabatan. Sementara guru yang masih berpendidikan formal SPG, D2, D3, mereka harus menempuh

pendidikan lagi untuk memperoleh gelar akademik jenjang S1 apabila menginginkan untuk dapat mengikuti program sertifikasi.

3. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Ditinjau dari Golongan Jabatan

Golongan jabatan adalah penggolongan jabatan dalam kelompok- kelompok pekerjaan dalam suatu pemerintahan atau organisasi. Golongan jabatan setiap tenaga kerja pada dasarnya berbeda-beda. Semakin tinggi jabatan seseorang maka akan semakin tinggi pula nilai atau besaran tunjangannya. Dalam Keputusan Presiden RI Nomor 87 Tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil Pasal 8 Ayat 1 dinyatakan bahwa Kepala Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan fungsional keahlian atau jabatan fungsional ketrampilan diberikan tunjangan jabatan fungsional dan besarnya tunjangan telah diatur dalam keputusan ini.

Apabila seorang guru mengikuti sertifikasi dia akan mendapatkan tunjangan sebesar satu kali gaji pokoknya. Bagi guru yang telah memiliki golongan jabatan yang rendah diperkirakan akan memiliki persepsi yang lebih positif dibandingkan dengan mereka yang bergolongan jabatan lebih tinggi. Apabila guru yang bergolongan jabatan tinggi mengikuti program sertifikasi dan lulus maka tunjangannya akan naik sebesar satu kali gaji pokok. Hal tersebut dianggap sudah biasa bagi mereka yang bergolongan jabatan tinggi, karena sebelum mengikuti program sertifikasi kesejahteraan mereka sudah terjamin. Sedangkan guru yang bergolongan rendah yang lulus dalam program

sertifikasi diduga akan sangat merasa puas akan keberhasilannya, karena yang biasanya hanya mendapat tunjangan sedikit, setelah lulus sertifikasi dia bisa mendapatkan tunjangan satu kali gaji pokok. Hal ini membuat persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari golongan jabatan akan berbeda.

4. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Ditinjau dari Status Kepegawaian

Status kepegawaian guru yang bekerja dalam suatu lembaga pend idikan berbeda satu sama lain. Secara umum status kepegawaian guru dapat dibagi menjadi dua, yaitu pegawai tetap dan pegawai tidak tetap, tetapi dalam Undang-Undang Tentang Guru tahun 2005 menyebutkan bahwa ada empat pengelompokan status kepegawaian guru, yaitu guru tetap, guru tetap pegawai negeri sipil, guru tetap non PNS dan guru tidak tetap.

Dalam hal kesempatan dan peluang tentu ada perbedaan yang mencolok antara guru tetap dan tidak tetap apalagi yang berstatus pegawai negeri. Hal ini yang membuat persepsi guru berbeda satu sama lain. Dalam Undang-Undang Tentang Guru tahun 2005 pasal 13 disebutkan bahwa guru tetap mempunyai hak profesional dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Bagi guru yang telah berstatus pegawai tetap baik negeri ataupun yayasan, diduga mereka berpandangan lebih positif dibanding dengan guru tidak tetap, honorer ataupun guru bantu. Mereka cenderung lebih tertarik mengikuti program sertifikasi karena selain mempunyai hak profesional yang

berarti mereka sudah berpengalaman dalam hal keguruan mereka juga akan melalui proses yang tidak begitu rumit dibanding dengan guru tidak tetap. Sedangkan guru yang berstatus tidak tetap perlu bekerja keras untuk mengumpulkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam sertifikasi, salah satunya berkaitan dengan pengalaman mengajar tadi yang bisa berdampak pada pemenuhan syarat-syarat yang lain.

H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka teoritik di atas peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari masa kerja.

2. Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan.

3. Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari golongan jabatan.

4. Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian.

Baca selengkapnya

Dokumen terkait